TB Paru
TB Paru
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH :
NIM: 090ATYC17
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang peran manajemen risiko dalam
patien.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang bdan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (
BTA ). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP ).
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja dan dimana saja. Setiap
tahunnya, indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC.
Bahkan, indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di
indonesia.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang bersifat sistemik,
muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Tapi
bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun bisa saja muncul, bukan di
paru-paru lagi melainkan di tulang, ginjal, otak dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu yang
yang lama untuk penyembuhannya.
penyembuhannya.
Karena itu perlu kita sadari kembali bahwa TBC dalah penyakit
yang sangat perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri
mycobacterium tuberculosa sangat mudah menular melalui udara pada saat
pasien TBC batuk atau bersin, bahkan pada saat meludah dan berbicara.
Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu
tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TB paru?
2. Apa saja klasifikasi TB paru?
3. Apa saja penyebab dari TB paru?
4. Apa Patofisiologi dan patway TB paru?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari TB paru
2. Untuk mengetahui kalasifikasi dari TB paru
3. Untuk mengetahui penyebab TB paru
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan patway TB paru
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis TB paru
6. Untuk mengetahui Komplikasi TB paru
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang TB paru
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan TB paru
9. Untuk mengetahui pencegahan TB paru
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan TB paru
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
2.1 DEFENISI
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
2.2 Klasifikasi
1. Klasifikasi tuberkulosis dari sistem lama:
1) Pembagian secar patologis
a. Tuberkulosis primer (childhood
(childhood tuberkulosis)
tuberkulosis)
b. Tuberkulosis post-primer (adult
(adult tuberkulosis)
tuberkulosis)
2) Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru
2.4 Patofisiologi
Basil tuberkel yang mengcapai permukaan alveoli biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena
gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit, setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di
bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus bawah) basil
tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit
polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri
tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari – hari pertama
maka lekosit diganti oleh magrofat (Wijaya, 2013, Hal. 138).
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala-gejala pneumonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel spiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20
hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
6
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang
akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelingi tuberkel (Wijaya,
2013, Hal. 138).
Lesi primer paru –
paru disebut focus ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada
orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah percairan dimana
bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian
lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan parut fibrosa(Wijaya, 2013, Hal. 138).
Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar
limfe akan memcapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang
WOC TB paru
Microbacterium
Droplet infection Masuk lewat jalan nafas
tuberkulosa
Keluar dari
bersama sekret
Terjadi peroses peradangan
Mempengaruhi hipotalamus
Hipertermi
Sembuh
Melebar ke organ lain (paru lain, Sembuh sendiri
dengan bekas
saluran pencernaan, tulang melalui tanpa
fibrosis
media bronchogen pengobatan
perontinuitum,hematogen/limfogen
Radang tahunan dibronkus Pertahanan primer tidak adekuat
menghancurkan jaringfan
Kerusakan membran alveolar
Pembentukan Menurunnya
Membentuk jaringan keju
sputum permukaan efek
berlebihan paru
Sekret keluar saat batuk
MK: Gangguan
Terhirup orang Distensi abdomen
pertukaran gas
sehat
Mual,muntah
MK: Resiko
kurang
MK: ketidakseimbangan
tubuh
2.5 Manifestasi Klinik
Menurut Wijaya, (2013, Hal. 140) Gambaran klinik TB paru dapat
di bagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik
sist emik :
1. Gejala respiratorik, meliputi ;
1) Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat
non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila
4) Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik
yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di
pleura rusak.
2. Gejala sistemik, meliputi :
Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam influeza, hilang
timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa
10
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2) Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari
lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
11
dignosis yaitu :
1. Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M.
Tuberkulosis pada stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) :
positif untuk BTA.
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi,
tetapi tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
4. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal
dibagian paru paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik
atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
5. Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan
CSF, serta biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya
sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya
infeksi misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat
ditemukan pada TB paru-paru lanjut kronis.
8. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru paru.
9. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
10. Darah: leukositosis, LED meningkat.
11. Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala
12
14
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak
meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan
menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta
menenangkan pikiran.
15
16
mudah tersinggung.
f) Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS,
kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
g) Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan
17
15) Dada/Thorak
18
19
malam hari atau demam malam, 4) Setiap hari menggigil dan
berkeringat, serta mimpi buruk.
Tanda :1) Takikardia, Takipnea atau dispnea pada saat
beraktivitas, 2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (Tahap
Lanjutan)
2) Integritas Ego:
Gejala1) Adanya faktor stres lama, 2) Masalah keuangan
dan rumah tangga, 3) Perasaan tak berdaya/tak ada harapan, 4)
Serta biasa terjadi di bangsa Amerika asli atau imigran dari
Amerika Tengah, Asia Tenggara, dan suku indian.
Tanda :1) Menyangkal (khususnya selama tahap dini), 2)
Kecemasan berlebihan, ketakutan, serta mudah marah.
3) Makanan/Cairan
Gejala :1) Kehilangan nafsu makan, 2) Tak dapat mencerna
makanan dan terjadi penurunan berat badan.
Tanda :1) Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, 2)
Kehilangan otot atau mengecil karena hilangnya lemak subkutan
4) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : 1) Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :1) Berhati-hati saat menyentuh atau menggerakkan area
yang sakit, 2) Perilaku distraksi (terganggu) seperti gelisah
5) Pernapasan
Gejala : 1) Batuk (produktif/tak produktif), 2) Napas
pendek. Tanda :1) Peningkatan
Peningkatan frekuensi pernapasan, 2) Fibrosis
parenkimparu dan pleura yang meluas, 3) Pasien menunjukkan
pola pernapasan yang tak simestris (efusi pleura), 4) Perfusi
pekak dan penurunan fremitus (getaran dalam paru), 5)
Penebalan pleura dan bunyi napas yang menurun, 6) Aspek paru
selama inspirasi cepat : namun setelah batuk biasanya pendek
(krekels postusik), 7) Karakteristik sputum (yang berwarna
hijau/purulen dan mukoid, kadang kuning dan disertai dengan
bercak darah), 8) Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)
20
21
nafas (pada
neonatus)
4) Gelisah
5) Sianosis
22
10) Sputum dalam
jumblah yang
berlebihan
6) Sianosis
7) Diaforesis
23
dalam/dangkal)
10) Warna kulit
abnormal (mis,
pucat, kebiruan)
11) Kesadaran menurun
3) Kejang
24
10% di bawah
rentang ideal
8) Diare
Resiko infeksi
25
26
8) Produksi sputum Management
27
28
otot supraclavicular
dan intercostal
3) Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4) Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5) Catat lokasi trakea
6) Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
7) Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
8) Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
9) auskultasi suara paru
setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
29
30
21) Kurangnya pigmentasi
informasi, 8) Monitor turgor kulit
misinformasi 9) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
Faktor-faktor yang mudah patah
berhubungan : 10) Monitor mual dan
muntah
1) Ketidakmampuan 11) Monitor kadar
pemasukan atau albumin, total
mencerna makanan protein, Hb, dan
atau mengabsorpsi kadar Ht
zat-zat gizi 12) Monitor makanan
berhubungan dengan kesukaan
faktor biologis, 13) Monitor
psikologis atau pertumbuhan dan
ekonomi. perkembangan
14) Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15) Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16) Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
17) Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
31
32
hipertermi dan
hipotermi
6) Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7) Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
8) Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat
panas
9) Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
10) Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
11) Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12) Berikan anti piretik
jika perlu
33