Anda di halaman 1dari 20

KODE ETIK PROFESI KESEHATAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
ASTRINI SUHAILA BADIU
MARIA MESLY KOSAMAH
METTA DARMA SETIADEWI
CLARA STEFANI PERA
SHINTIA UMMU AWALIA
FIREL FERLIANDY JABIY
JOSHUA R M WANGGAI
ANJELA EUNIKE MONGIRI SU
MARIA GRACE R KARUBABA
RIFKA P A MANANGSANG
MERLIN ADELIA ASMOROM
MARBELA S AIRORI
DAUD SAYORI
NELECE FRASAWI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… 2
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………….. 3
BAB II: ISI…………………………………………………………………….. 4

2.1. KODE ETIK KEDOKTERAN…………………………….. 4


2.2. KODE ETIK FARMASI…………………………………… 7
2.3. KODE ETIK KEPERAWATAN…………………………... 9
2.4. KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI……………………… 11
2.5. KODE ETIK KESEHATAN MASYARAKAT…………… 15
2.6. ANALISA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MEMPENGARUHI
KERJASAMA TIM………………………………………… 18

BAB III: KESIMPULAN……………………………………………………. 19


DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

Profesi dalam dunia Kesehatan merupakan profesi yang menjalankan tugas dan kewajiban
yang bersifat mulia karena profesi ini berhubungan dengan kesehatan dan nyawa manusia.
Profesi ini berusaha untuk menyehatkan tubuh pasien atau paling tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat mengurangi penderitaan pasien. Oleh karenanya dengan alasan yang demikian
wajarlah apabila profesi ini layak untuk mendapatkan perlindungan hukum sampai batas-batas
tertentu. Dengan adanya batasan hukum inilah, para pelaku dalam dunia kesehatan itu sendiri
seperti Dokter, Perawat, Bidan, dan lain-lain, maupun bagi para pasien dan para aparat penegak
hukum dapat mengetahu batas-batas tertentu dalam mengambil sebuah tindakan. Demikian
halnya mengetahui batas antara etika dan hukum dalam dunia kesehatan, sama pentingnya
dengan tugas profesi itu sendiri. Apabila para pelaku kesehatan tidak memhami mengenai batas
tindakan yang diperbolehkan humkum dan etik maka yang akan tejadi adalah muncul sikap
keraguan dalam menjalankan tugas, baik dalam memberikan diagnosis dan terapi terhadap
penyakit yang diderita oleh pasien.
Dalam kenyataannya, bertugas di bidang kesehatan sangat rentan sekali untuk terjadinya
kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab ini. Akan tetapi, profesi
dalam bidang kesehatan merupakan profesi yang bersifat khusus, maka terdapat juga persyaratan
untuk mempermasalahkan tindakan kelalaian tadi. Persyaratan-persyaratan tersebut dapat
ditinjau dari segi ilmu kesehatan atau dari segi hukum. Kalau dari segi hukum, batasan-batasan
yang membebani para pelaku kesehatan sudah cukup dalam menjalankan tugasnya. Dengan
demikian terlihat betapa eratnya kaitan hukum dalam pelayanan kesehatan. Akhir-akhir ini,
pengetahuan semakin berkembang. Perkembangan pengetahuan inilah yang menjadi pedoman
bagi para pelaku kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Hal ini bertujuan agar
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dapat berjalan dengan baik, cepat, dan
efektif. Perkembangan teknologi yang semakin cepat juga meningkatkan kualitas pelayanan
dalam pengobatan dan diagnosis. Selain itu, kesadaran hukum masyarakat yang meningkat
seiring berkembangnya pendidikan.

3
BAB II
ISI

2.1. KODE ETIK KEDOKTERAN

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2: Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4: Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6: Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7: Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.

Pasal 7a: Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b: Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan,
dalam menangani pasien

4
Pasal 7c: Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, da hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.

Pasal 8: Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan


masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif,
prev entif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9: Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 10: Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11: Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.

Pasal 12: Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 14: Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.

Pasal 15: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
5
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 16: Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17: Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan.

2.2. KODE ETIK FARMASI

6
Pasa1 Sumpah/Janji: Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah Apoteker.

Pasal 2: Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan


mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.

Pasal 3: Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya.

Pasal 4: Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5: Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.

Pasal 6: Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Pasal 7: Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

Pasal 8: Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan


di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada khususnya.

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA

Pasal 9: Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan


kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup
insani.

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10: Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.

Pasal 11: Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.

Pasal 12: Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan
kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

7
KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAINNYA

Pasal 13: Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat
Petugas Kesehatan.

Pasal 14: Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas
kesehatan lainnya.

PENUTUP

Pasal 15: Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker
baik dengan sengaja maupun idtak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker
Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakui danmenerima sanksi dari pemerintah,
Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.3. KODE ETIK KEPERAWATAN

Perawat dan Klien

8
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama
klien.

3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

Perawat dan praktek

1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar


terus-menerus

2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.

3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan sertakualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima
delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan


selalu menunjukkan perilaku profesional.

Perawat dan masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
Perawat dan teman sejawat

9
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan

2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan

3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi
kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

2.4. KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI

10
Pasal 1/Sumpah Dokter Gigi: Dokter Gigi di Indonesia wajib menunjung tinggi, menghayati,
mentaati dan mengamalkan Sumpah/Janji Dokter Gigi Indonesia

Pasal 2/Standar Pelayanan Profesi: Dokter Gigi di Indonesia, dalam menjalankan profesinya
harus sesuai dengan ilmu / seni kedokteran gigi, dan sesuai dengan standar pelayanan serta
prinsip-prinsip kemanusiaan.

Pasal 3/Kemandirian Profesi: Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak
boleh dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi

Pasal 4/Keterangan perawatan: Dokter Gigi di Indonesia harus memberi keterangan atau
pendapat yang dapat di pertanggungjawabkan.

Pasal 5/Rabat dan komisi: Dokter Gigi di Indonesia tidak di perkenankan menjaring pasien
secara pribadi, melalui pasien atau agen.

Pasal 6/Martabat dan integritas profesi: Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan,
kesusilaan, martabat dan integritas profesi dokter gigi.

Pasal 7/Infeksi Silang: Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya
infeksi silang yang membahayakan pasien, staf dan masyarakat.

Pasal 8/Kerjasama dengan tenaga kesehatan lain: Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya.

Pasal 9/Pelayanan Kesehatan Masyarakat:Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan
pemberi pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

Pasal 10/Penelitian dan Pengembangan: Dokter gigi di Indonesia wajib membuat hasil dan
manfaat dari penelitiannya berguna dalam menjaga dan meningkatkan kemajuan profesi
kedokteran gigi.

Pasal 11/Pelecehan dan Pengabaian: Dokter gigi di Indonesia wajib peduli dengan tanda-tanda
pelecehan dan pengabaian dalam praktek kedokteran gigi serta melaporkan dugaan kasus
tersebut ke pihak berwenang sesuai peraturan hukum yang berlaku.

Pasal 12/Saksi Ahli: Dokter gigi di Indonesia, bila menjadi saksi ahli, harus memberikan
kesaksian yang dapat mendukung proses keadilan.

KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN


11
Pasal 13/Hak Pasien: Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk
menentukan pilihan perawatan dan rahasianya.

Pasal 14/Perlindungan Pasien: Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari
kerugian.

Pasal 15/Kepentingan Pasien: Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan


pasien.

Pasal 16/Pelayanan yang adil bagi Pasien: Dokter gigi Indonesia wajib memperlakukan pasien
dengan rasa hormat dan berkeadilan.

Pasal 17/Komunikasi dan Persetujuan: Dokter Gigi di Indonesia wajib memberi informasi
kepada pasien pilihan perawatan dan alternatifnya.

Pasal 18/Menyimpan rahasia kedokteran: Dokter gigi di Indonesia wajib menjaga segala data
dan informasi tentang kesehatan pasien yang diperoleh pada waktu menjalankan pekerjaan atau
profesinya, bahkan setelah pasien meninggal dunia.

Pasal 19/Rekam Medik Pasien: Dokter Gigi di Indonesia wajib membuat, menyimpan,
menjaga dan merahasiakan rekam medik Pasien.

Pasal 20/Pelayanan darurat: Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan pelayanan


kedaruratan bagi pasien.

Pasal 21/Konsul dan Rujukan: Dokter gigi di Indonesia wajibmelakukankonsul dan rujukan
kepada dokter gigi spesialis atau profesional lainnya yang memiliki kompetensi lebih tinggi.

Pasal 22/Penggunaan Bantuan Personil: Dokter gigi wajib melindungi kesehatan pasien yang
tugasnya didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang kompeten.

KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 23/Teman Sejawat: Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

12
Pasal 24/Pasien dari Teman Sejawat: Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien
sedang dirawat dokter gigi lain tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa
persetujuan dokter gigi lain tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain.

Pasal 25/Pasien darurat dari teman sejawat: Dokter Gigi di Indonesia wajib menolong pasien
teman sejawat yang sedang dan atau telah dirawat dan mengalami keadaan darurat, selanjutnya
pasien harus dikembalikan kepada Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan pilihan
lain

Pasal 26/Dokter gigi pengganti: Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan
praktik,harus membuat pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan
yang berlaku.

Pasal 27Teman sejawat dan Obat terlarang: Dokter Gigi di Indonesia wajib memberi nasihat
kepada teman sejawat yang diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang.
Apabila dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi

Pasal 28/Profesionalisme ditempat kerja: Dokter gigi di Indonesia wajib menciptakan


lingkungan kerja yang mendukung suasana kerjasama dan saling menghormati untuk semua
orang yang terlibat dalam perawatan gigi dan mulut

Pasal 29/Kritik: Dokter gigi Indonesia harus mau menerima dan memberi kritik dari/ keteman
sejawat serta melaporkan kepada PDGI/badan yang berwenang bila mengetahui ada kasus berat
atau kesalahan dalam perawatan oleh sejawat yg terus menerus.

KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 30/Martabat Diri: Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan
martabat dirinya.

Pasal 31/Pengembangan diri: Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif
perkembangan etika, ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik
secara mandiri maupun yang diselenggarakan olehOrganisasi Profesi.

Pasal 32/Pendidikan dan Pelatihan: Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti pendidikan dan
pelatihan kedokteran gigi yang dilaksanakan oleh Organisasi Profesi.

Pasal 33/Menjaga Kesehatan: Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya
dapat bekerja dengan optimal.

13
HAK DOKTER GIGI DAN SANKSI PELANGGARAN ETIK

Pasal 34/Hak Dokter Gigi: Dokter Gigi di Indonesia berhak mendapatkan pembelaan dan
perlindungan hukum dalam melaksanakan kewajiban umum dan kewajiban dokter gigi sehari-
hari dari tuduhan pelanggaran etik yang menimpanya.

Pasal 35/Sanksi Pelanggaran Etik: Dokter Gigi di Indonesia jika terbukti secara sah melakukan
pelanggaran etik dalam melaksanakan kewajiban umum dan kewajiban dokter gigi sehari-hari
dapat menerima sanksi.

PENUTUP: Etik Kedokteran Gigi Indonesia wajib dihayati dan diamalkan oleh setiap
Dokter Gigi diIndonesia. Pengingkaran terhadapnya akan menyebabkan kerugian baik bagi
masyarakat maupun bagi dokter gigi sendiri. Akibat yang paling tidak dikehendaki adalah
rusaknya martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran gigi yang harus dijaga bersama. Oleh
karena itu semua dokter gigi di Indonesia bersepakat, bagi dokter gigi yang melanggar Kodekgi
wajib ditindak dan diberi hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya

2.5. KODE ETIK KESEHATAN MASYARAKAT

KEWAJIBAN UMUM

14
Pasal 1: Setiap profesi kesehatan masyarakat harus menjujung tinggi, menghayati dan
mengamalkan etika profesi kesehatan masyarakat.

Pasal 2: Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya profesi kesehatan masyarakat lebih
mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Pasal 3: Dalam melaksanakan tugas dalam fungsinya, hendaknya menggunakan prinsip


efektifitas–efisiensi dan mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna.

Pasal 4: Dalam melakukan tugas dan fungsinya, tidak boleh membeda-bedakan masyarakat atas
pertimbangan pertimbangan agama, suku, golongan sosial-politik dan sebagainya.

Pasal 5: Dalam melakukan fungsi dan tugasnya hanya melaksanakan profesi atau keahliannya.

KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 6: Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat
sebagai satu kesatuan yang tidak terlepas dari aspek sosial, ekonomi, politik, psikologis dan
budaya.

Pasal 7: Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pembinaan kesehatan
yang menyangkut orang banyak.

Pasal 8: Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan
keadilan.

Pasal 9: Dalam pembinaan kesehatan masyarakat harus menggunakan pendekatan menyeluruh,


multidisiplin dan lintas sektoral serta mementingkan usaha-usaha promotif, preventif, protektif
dan pembinaan kesehatan.

Pasal 10: Upaya pembinaan kesehatan masyarakat hendaknya didasarkan kepada fakta-fakta
ilmiah yang diperoleh dari kajian-kajian atau penelitian.

Pasal 11: Dalam pembinaan kesehatan masyarakat, hendaknya mendasarkan kepada prosedur
dan langkah-langkah yang profesional yang telah diuji melalui kajian-kajian ilmiah.

Pasal 12: Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus bertanggung jawab dalam melindungi,
memelihara dan meningkatkan kesehatan penduduk.

Pasal 13: Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi ke depan, baik
15
yang menyangkut masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau
mempengaruhi kesehatan penduduk.

KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAIN DAN PROFESI DI LUAR


BIDANG KESEHATAN

Pasal 14: Dalam melakukan tugas dan fungsinya, harus bekerjasama dalam saling menghormati
dengan anggota profesi lain, tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan keyakinan,
agama, suku, golongan dan sebagainya.

Pasal 15: Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama-sama dengan profesi lain, hendaknya
berpegang pada prinsip-prinsip: kemitraan, kepemimpinan, pengambilan prakarsa dan
kepeloporan

KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI

Pasal 16: Ahli kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak menunggu dalam
mengatasi masalah.

Pasal 17: Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa memelihara dan meningkatkan
profesi kesehatan masyarakat.

Pasal 18: Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa berkomunikasi, membagi


pengalaman dan saling membantu di antara anggota profesi kesehatan masyarakat.

KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 19: Profesi kesehatan masyarakat harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

Pasal 20: Ahli kesehatan masyarakat senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

PENUTUP

Pasal 21: Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
harus berusah dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode etik kesehatan masyarakat
Indonesia ini.

16
2.6. ANALISA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
MEMPENGARUHI KERJASAMA TIM
Dari beberapa profesi seperti dokter, dokter gigi, perawat, ahli farmasi, ahli kesehatan
masyarakat, memiliki persamaan dan perbedaan. Apabila kelima profesi tersebut dibentuk
menjadi satu tim dan bekerja sama maka kemungkinan pengaruh yang timbul adalah:
 Suatu tim kesehatan pasti memiliki tujuan yang sama yakni meningkatkan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian beberapa profesi yang terbentuk disana bisa saling
melengkapi untuk memecahkan masalah yang ada.

17
 Dapat meningkatkan kekompakan tim untuk mencapai tujuan bersama
 Dapat saling bertukar informasi sehingga dapat menambah pengetahuan di bidang
kesehatan
 Kode etik berfungsi sebagai pedoman yang harus ditaati yang didalamnya mencakup
tindakan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan.
 Lima profesi tersebut memiliki tugas yang berbeda-beda untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, jadi dari perbedaan tersebut akan ada perbedaan tugas yang jelas dari
masing-masing profesi, sehingga dapat meringankan beban satu sama lain.
 Menghormati profesi lain, tidak bersikap merendahkan, tidak membanggakan profesi
sendiri, memperlakukan orang lain seperti dia sendiri ingin diperlakukan.
 Adanya perbedaan peraturan antara kode etik yang satu dengan kode etik yang lainnya,
maka akan terbentuk ketentuan khusus untuk suatu profesi yang berbeda dengan profesi
lain. Dengan adanya kode etik profesi, akan membatasi seseorang untuk berperilaku dan
mengambil tindakan. Tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuan kode etik
profesinya agar tidak menyinggung perasaan orang lain, baik yang seprofesi atau yang
berbeda profesi.
 Saling mengingatkan jika ada teman yang bertindak menyimpang sehingga kerjasama tim
dapat berjalan dengan baik.

BAB III
KESIMPULAN

Kode etik dalam dunia kesehatan bertujuan untuk mengatur etika maupun moral bagi para
pelaku profesi kesehatan. Baik kedokteran, kedokteran gigi, keperawatan, farmasi, dan kesehatan
masyarakat memiliki sumpah kode etik mereka masing-masing. Kode etik ini juga berguna untuk

18
mengatur setiap pekerjaan profesi kesehatan sesuai dengan tugas dan tujuan nya masing-masing.
Dengan begitu, pekerjaan dalam dunia medis akan terlaksana dengan baik apabila dikerjakan
dalam bentuk tim. Kelima profesi tersebut dapat saling bekerja sama demi menjaga stabilitas
kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

 IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA. (n.d.). Kode Etik


Profesi Kesehatan Indonesia.[cited 2022] available at
http://www.iakmi.or.id/web/uploads/20200722135251.Kode_Etik_Profesi_Kesehatan
_Masyarakat_Indonesia.pdf

19
 IKATAN APOTEKER INDONESIA. (2005). Kode Etik Apoteker Indonesia.[cited
2022].available at https://iaibanyumas.org/kode-etik-apoteker-indonesia/
 IKATAN DOKTER INDONESIA. (2006). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia.[cited 2022].available at
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
 PENGURUS BESAR PERSATUAN DOKTER GIGI INDONESIA . (n.d.). Kode
Etik Kedokteran Gigi Indonesia. 2020.[cited 2022].available at
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=kode+etik+kedokteran+gigi+pdf#
 Nerslicious Academy : Kode Etik Keperawatan Indonesia
 Nerslicious Repository 2020

20

Anda mungkin juga menyukai