Anda di halaman 1dari 11

TEMPAT SEJARAH DI KOTA MUNTOK

A. Wisma Ranggam

Wisma Ranggam dahulu bernama Pesanggrahan Muntok. Pesanggrahan Muntok


dibangun sekitar tahun 1890 oleh perusahaan timah Belanda yang bernama Banka Tin Winning
(BTW) sebagai tempat peristirahatan pegawai yang bekerja di BTW.

Pada tahun 1897 dipakai sebagai tempat pengasingan tokoh dari Pakualaman bernama
Pangeran Hario Pakuningrat yang menentang Belanda
Pangeran Hario Pakuningrat sebenarnya ditugaskan Belanda untuk berperang melawan pasukan
Aceh dalam Perang Aceh, namun justru berpihak kepada pasukan Aceh untuk melawan
Belanda. Akhirnya Beliau ditangkap dan diasingkan ke Muntok. Belanda juga melarangnya
untuk berhubungan dengan masyarakat Muntok. Beliau wafat pada tanggal 18 Agustus 1897
atau setelah 7 bulan dalam pengasingan, dan dimakamkan di daerah Kebun Nanas,Muntok.

Bangunan Wisma Ranggam telah beberapa kali mengalami perubahan dan fungsi.
Awalnya bangunan didirikan tidak permanen dengan menggunakan kayu, selanjutnya pada
tahun 1924 Wisma Ranggam direnovasi oleh seorang arsitek bernama Antwerp J. Lokollo yang
berasal dari Ambon dengan tidak merubah bentuk dan ukurannya. Pada tahun 1927 bangunan
Wisma Ranggam direnovasi lagi dengan melakukan penambahan pada bagian sayap. Pada tahun
1930 oleh arsitek yang sama, BTW membangun kolam renang untuk pegawai.

Pesanggrahan Muntok digunakan sebagai tempat pengasingan empat tokoh pemimpin


Kemerdekaan Indonesia, antara lain Bung Karno dan Haji Agus Salim, Mr. Moch. Roem, dan
Mr. Ali Sastroamidjojo. Bung Karno dan Haji Agus Salim yang saat itu menjabat sebagai
menteri luar negeri dibawa ke dan ditempatkan di Pesanggrahan Muntok pada tanggal 6
Februari 1949. Dua tokoh lainnya, Mr. Moch. Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo di bawa ke
pesanggrahan Muntok kemudian, sehingga pemimpin Indonesia yang ditempatkan di
Pesanggrahan Muntok berjumlah empat orang. Tokoh – tokoh tersebut menempati empat buah
kamar. Kamar 12 adalah kamar Ir. Soekarno, kamar 11 adalah kamar H. Agus Salim, kamar 12-
A adalah kamar Mr. Moch. Roem, dan kamar 1 adalah kamar Mr. Ali Sastroamidjojo.
Di Pesanggrahan Mentok tersedia mobil jenis sedan Ford tipe Deluxe buatan tahun 1946
bernomor BN-10. Pada saat itu urusan pemerintahan Indonesia diserahkan kepada Sri Sultan
HamengkubuwonoIX.

Pesanggrahan Mentok juga menjadi tempat perundingan antara Indonesia dan Belanda
yang disebut Perundingan Roem-Royen di Hotel des Indes. Perundingan tersebut dihadiri
Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri dari wakil-wakil dari Australia, Belgia, dan Amerika.
Pertemuan dihadiri pula wakil dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Bijen Konvoor
Federal overly (BFO). Anggota KTN yang hadir adalah Merle Cochram, koetts, TK. Critcly, G.
Mc. Kahin, Merremans, dan Prof. Lyle. Perundingan menghasilkan antara lain kesepakatan
bahwa pada tanggal 6 Juli 1949 semua pemimpin Indonesia dibebaskan dan kembali ke
Yogyakarta. Pada tahun 1976 terjadi penggantian nama Pesanggrahan menjadi Wisma Ranggam
di bawah penguasaan PT. Timah.

Arsitektur Wisma Ranggam

Bangunan pada Wisma Ranggam ini telah beberapa kali mengalami perubahan. Dulu awalnya
bangunan ini didirikan tidak permanen, hanya dibangun dengan menggunakan kayu, selanjutnya
pada tahun 1924 Wisma Ranggam telah direnovasi oleh seorang arsitek Antwerp J. Lokollo dari
Ambon dengan tidak mengubah bentuk dan ukuran bangunan. Kemudian Wisma Ranggam
dilakukan renovasi kembali pada tahun 1927 dengan menambahkan bangunan pada bagian
sayap. Pada tahun 1930 oleh arsitek yang sama, BTW menambahkan fasilitas seperti
membangunkan kolam renang untuk pegawai dan keluarganya yang tinggal di sini. Sekarang,
bangunan Wisma Ranggam bangunannya bergaya Eropa dan terdiri dari sekitar 16 kamar.

Sejarah tempat Wisma Ranggam

Wisma Ranggam ini dulunya disebut dengan Pesanggrahan Muntok digunakan untuk para toko
pejuang Kemerdekaan Indonesia sebagai tempat pengasingan oleh empat tokoh pemimpin
Kemerdekaan Indonesia, antara lain Bung Karno dan Haji Agus Salim, Mr. Moch. Roem, dan
Mr. Ali Sastroamidjojo. 

Apa saja yang bisa dilakukan di sini?

Di sini kalian bisa melihat-lihat ruang pengasingan, banyak sekali aksesori-aksesoris yang
menggambarkan perjuangan sejarah pada zaman dahulu, kursi dan meja masih tersusun rapi
dalam sebuah ruangan di Wisma Ranggam.
Setiap sudut dinding bangunan pun dihiasi dengan foto tokoh-tokoh perjuangan dan foto
kegiatan terdahulu yang pernah dilakukan di Pesanggrahan Muntok tentunya dalam
mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Teman Brisik pun bisa leluasa berfoto cantik di bagian halaman Wisma Ranggam yang begitu
luas, setiap sudut halaman terdapat keunikan bangunan arsitekturnya, dan ternyata banyak sekali
masyarakat di sekitar daerah Wisma Ranggam menyebutnya dengan sebutan Kampung Eropa di
Bangka. Wisma Ranggam memiliki bangunan induk dan bangunan pelengkap, gedungnya
berbentuk U. Ada juga bangunan tambahan yang terdapat di belakang bangunan utama untuk
ruang dapur dan lainnya. 

Pada halaman depan terdapat tugu dan ada prasasti yang telah ditanda-tangani oleh Bung
Hatta pada 17 Agustus 1951. Tulisan pada prasasti tersebut berbunyi "Kenang-kenang
Menoembing di Bawah Sinar Gemerlap Terang Tjoeatja, Kenang-kenang membawa
Kemenangan, Bangka, Djogdjakarta, Djakarta, Hidoep Pancasila, Bhineka Tunggal Ika". Para
tokoh seperti Bung Hatta memang pernah diasingkan ke Muntok di Pesanggrahan Menumbing
bersama beberapa pemimpin Indonesia. Monumen ini punya kembaran, terletak di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, Namun sayangnya sekarang sudah dihancurkan.

B. Gunung Menumbing

Sejarah Gunung Menumbing yang ternyata menyimpan saksi perjuangan kala melawan penjajah
belanda. di tempat inilah para pemimpin bangsa menyusun strategi setelah ibukota RI atau
Yogyakarta diduduki oleh belanda. untuk para pengunjung atau wisatawan Gunung Menumbing
wajib datang ke Wisma Manumbing karena tempat tersebut terdapat banyak barang peninggalan
Bung Karno dan Bung Hatta. didalam wisma ini terdapat ruangan rapat yang lumayan luas,
kendati kursi dan mejanya sudah tidak asli. kemudian mobil Ford yang pernah di gunakan oleh
Ir. Soekarno. terdapat juga kamar tempatnya bekerja dan tidur di wisma tersebut. di teras wisma
terdapat sebuah lonceng tua yang diikat di sisi tembok. konon sejarahnya lonceng ini dahulu
biasa di bunyikan untuk memanggil tentara belanda untuk berkumpul.
di belakang wisma terdapat panorama yang indah, yang dimana saat anda naik ke atas akan
terlihat pemandangan hutan yang sangat hijau dan kota bangka barat dari ketinggian. ketika
malam tiba lampu-lampu akan menghiasi kota yang bersejarah tersebut, di Pesanggerahan
Menumbing ini, pelbagai barang peninggalan tokoh bangsa masih bisa ditemukan. Seperti
berbagai foto, satu unit mobil Ford bernopol BN-10

Pesanggrahan Menumbing merupakan rumah peristirahatan atau penginapan yang


awalnya dimiliki oleh Perusahaan Timah Belanda Banka Tin Winning (BTW), dibangun sekitar
tahun 1927-1930. Pada tahun 1927, J.G. Bijdendijk yang merupakan kepala BTW menyetujui
pembangunan hotel ini dengan fasilitas modern yang mewah. Berghotel (bukit peristirahatan)
Menumbing secara resmi dibuka pada tanggal 28 Agustus 1928 dengan fasilitas-fasilitas seperti
listrik, air mengalir, telepon, serta lapangan tenis. Jalan masuk komplek ini melewati jalan aspal
berliku yang cukup hanya untuk satu mobil. Jalan ini dibangun oleh pribumi dan para pekerja
dari China yang dibaayr oleh BTW. Secara umum hotel Menumbing terdiri dari tiga buah
bangunan yang bergaya arsitektur de stijl yang memiliki denah persegi panjang dengan dua
lantai. Bagian atapnya dibuat datar berfungsi sebagai menara pandang.
Dalam rangka menjajah kembali Indonesia, Belanda meluncurkan agresi militer ke II, yang
dimana Pemerintah Belanda menangkap dan mengasingkan beberapa pemimpin Bangsa
Indonesia. Pada tanggal 22 Desember 1948 rombongan yang diasingkan ke Pesanggrahan
Menumbing, di antaranya; Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Gafar Pringgodigdo, Mr. Ass’aat, dan
Commodor Suryadarma. Kemudian Pada tanggal 31 Desember 1948 menyusul ke Pesanggrahan
Menumbing yaitu Mr. Ali Sastroamidjoyo dan Mr. Moh Roem. Mereka bergabung dengan
rombongan Mohammad Hatta di Pesanggrahan Menumbing. Pada 6 Februari 1948, Presiden
Soekarno dan Haji Agus Salim menyusul diasingkan di Muntok. Pada mulanya penempatan
semua pemimpin RI itu di Pesanggrahan Menumbing. Namun, Presiden Soekarno tidak nyaman
dengan udara dingin, maka ditempatkanlah Soekarno di Pensanggrahan Muntok yang ditemani
dengan Agus Salim. Mohamad Roeam, dan Ali Sastroamidjojo juga ikut menyertai, yang dimana
sebelumnya mereka ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing bersama Mohamad Hatta.
Dengan demikian para Pemimpin Republik Indonesia yang ditempatkan di Pesanggrahan
Menumbing ialah Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Gafar Pringgodigdo, Mr. Ass’aat, dan Commodor
Suryadarma
C. Mercusuar Tanjung Kalian

Salah satu pintu masuk utama Pulau Bangka dari Pulau Sumatera adalah Pelabuhan Tanjung
Kalian. Pelabuhan ini terletak di ujung barat Pulau Bangka tepatnya di Kecamatan Muntok,
Kabupaten Bangka Barat, Provinisi Bangka Belitung. Jaraknya cukup jauh dari Kota
Pangkalpinang, yakni sekitar 140 km sementara dari kota Muntok sekitar 9 km.

Pelabuhan Tanjung Kalian tak terlalu ramai, karena saat ini banyak warga yang lebih
memilih moda transportasi udara ketimbang laut. Namun aktivitas pelabuhan masih aktif.
Pelabuhan ini memiliki mercusuar legendaris yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1862.
Menurut pengelola setempat, Yuswandi, mercusuar setinggi 65 meter ini masih asli dan tidak
pernah dipugar, hanya beberapa kali dicat ulang. Kondisinya masih kokoh dan masih digunakan
sebagai menara pengamatan oleh para nahkoda yang hendak berlayar.

Dari atas mercusuar ini, para nahkoda dapat memantau lautan hingga jarak 40 mil. Di
puncak mercusuar terdapat lampu navigasi yang dinyalakan selama 24 jam.
Mercusuar ini terdiri dari 16 lantai dengan ratusan anak tangga beton, dan 2 lantai terakhir
berupa tangga kayu. Setiap lantai terdapat lubang sirkulasi udara berdiameter sekitar 30 cm.
Tanpa lubang tersebut, menaiki tangga mercusuar adalah cobaan berat. Sebab pengunjung harus
berebut oksigen dengan pengunjung lain yang mayoritas nafasnya ngos-ngosan.
Namun begitu mencapai puncak mercusuar, rasa lelah terbayarkan sudah. Pemandangan indah
Pantai Tanjung Kalian serta aktifitas pelabuhan dapat terlihat dengan jelas. Bahkan Kota Muntok
juga dapat terlihat dari puncak mercusuar kuno ini. Puncak mercusuar berupa balkon selebar 0,5
meter yang mengelilingi bangunan utama. Di sekelilingnya terdapat pagar tinggi 50 cm.

Secara umum kebersihan mercusuar ini cukup terjaga. Pengelola mengepel setiap lantai
menggunakan karbol sehingga tidak pengap. Namun ada saja ulah tangan-tangan jahil yang
meninggalkan coretan di dinding mercusuar. Aksi vandalisme yang tidak terpuji dan merusak
keindahan
D. Masjid jami Muntok

Masjid Jami’ Muntok merupakan tempat ibadah umat islam tertua di Bangka. Kabarnya
tempat sholat ini sudah berdiri pada tahun 1883 dan dibangun oleh Tumenggung Karta Negara
II.

Selain beribadah pengunjung juga bisa melihat arsitektur masjid yang masih memperhatikan
motif kuno. Sekalipun beberapa bagian sudah banyak yang dipugar. Masjid Jami’ Muntok
menjadi wisata religi yang bagus di Bangka. Maka dari itu, jika kebetulan ke kota ini jangan lupa
untuk mampir ke masjid. Silakan ajak rombongan namun pastikan tetap menjaga kebersihan dan
kenyamanan tempat ibadah.

Pembangunan masjid ini tak hanya dilakukan oleh umat muslim yang ada di Muntok. Namun
masjid ini dibangun dengan bantuan oleh nonmuslim, terutama dari warga etnis Cina. Hadirnya
masjid ini memperlihatkan juga betapa kerukunan umat beragam di Muntok telah terlihat sejak
lama.
Bersebelahan, hanya dipisahkan dengan sebuah gang kecil sekitar 4 meter, berdiri tegak juga
sebuah kelenteng Kong Fuk Miau. Masjid Jami Muntok ini secara arsitektural sangat kental
pengaruh Melayu. Ini terlihat dari bentuk tangga yang ada di sisi kanan dan kiri dari bagian
depan masjid. Namun demikian pada bagian atapnya, terlihat adanya pengaruh banguna masjid
kuno di Jawa dengan bentuk atap limasan.Terletak di sebelah timur laut masjid, sebuah menara
menjulang setinggi sekitar 30 meter.

Menara tersebut merupakan salah satu bentuk perluasan kawasan Masjid Jami’ yang
dilakukan pada tahun 2013 lalu. Dari atas menara, pengunjung juga bisa melihat Kelenteng Kong
Fuk Miau yang berada persis di sebelah Masjid Jami’. Letak kedua tempat ibadah yang
bersebelahan ini disebut-sebut menjadi simbol keharmonisan dan toleransi antar umat

Bentuk bangunan masjid pun memiliki beragam kisah menarik. M. Najib Isa (62), selaku
Humas Masjid Jami’ menuturkan pada masa pembangunan masjid ini, masyarakat bergotong
royong tak hanya masyarakat muslim, namun juga masyarakat non-muslim yang kala itu banyak
berasal dari etnis Tionghoa. Hal itu lantas membuat tiang-tiang penyangga Masjid Jami’
menyerupai tiang penyangga yang ada di Kelenteng Kong Fuk Miau. Sebanyak enam buah tiang
penyangga berdiri di depan Masjid Jami’. Jumlah tersebut menurut Najib mencerminkan rukun
iman umat Islam yang berjumlah enam rukun.

Di area mihrab, terdapat tiga buah jendela yang berarti jumlah rakaat dalam salat Maghrib. “Salat
kan menghadap matahari terbenam (barat) dan salat Maghrib kan waktu matahari terbenam,”
papar Najib. Sementara di bagian depan masjid, terdapat dua buah jendela besar yang
mencerminkan jumlah rakaat dalam salat Subuh. “Pintunya ada lima, tiga di depan, terus kanan-
kiri masing-masing satu. Itu melambangkan rukun Islam, ada lima,” lanjut Najib. Memiliki
beragam kisah menarik di balik kehadirannya, maka tak heran jika Masjid Jami’ ditetapkan
sebagai salah satu cagar budaya oleh pemerintah setempat.

Karena itu, jika berkunjung ke kota di sisi paling barat Pulau Bangka ini, jangan lupa untuk
mampir ke Kota Muntok dan kunjungi masjid tertua di kota ini.
TUGAS IPS

MAKALAH

TEMPAT SEJARAH KOTA MUNTOK

Disusun Oleh:

MALIKA ARIANA RAMADHINI

9A

Anda mungkin juga menyukai