Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

8 ASPEK MANAJEMEN, INFORMASI, DAN REGULASI KESEHATAN

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Dosen Pengampu
drg. I.G.A Kusuma Astuti NP, M.Kes
drg. Ratih Larasati, M.Kes
Dosen Pembimbing
Hendro Suharnowo, S.Si.T.,M.Kes
Disusun Oleh Kelompok 4
1. Dewi Ayu Sri Handayani (P27825121013)
2. Elifia Nur Aini (P27825121015)
3. Izzakiya Chalida Zain (P27825121018)
4. Lea Indy Avriela R (P27825121022)
5. Pramita Febriyanti Gunawan (P27825121032)
6. Siska Faradita Imaniyah (P27825121039)
7. Tabitha Zevanya Dzaldiri (P27825121041)

SEMESTER 2
JURUSAN KESEHATAN GIGI
PROGRAM STUDI D-IV TERAPI GIGI
JENJANG SARJANA TERAPAN KESEHATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Kesehatan Gigi dan
Mulut dengan judul “8 Aspek Manajemen, Informasi, dan Regulasi
Kesehatan”.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada drg. I.G.A Kusuma


Astuti NP, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kesehatan
Gigi dan Mulut dan bapak Hendro Suharnowo, S.Si.T.,M.Kes yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Surabaya, 4 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG..............................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.........................................................................2
1.3. TUJUAN...................................................................................................2
1.4. MANFAAT...............................................................................................3
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat..................................................................3
1.4.2. Manfaat Bagi Penulis.........................................................................3
1.4.3. Manfaat Bagi Institusi Jurusan Terapis Gigi dan Mulut Poltekkes
Kemenkes Surabaya.........................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
2.1. ASPEK PERIKEMANUSIAAN..............................................................4
2.2. ASPEK PEMBERDAYAAN DAN KEMANDIRIAN............................5
2.3. ASPEK ADIL DAN MERATA.................................................................7
2.4. ASPEK PENGUTAMAAN DAN MANFAAT........................................7
2.5. ASPEK HAM (HAK ASASI MANUSIA)...............................................8
2.6. ASPEK SINERGISME DAN KEMITRAAN YANG DINAMIS........12
2.7. ASPEK KOMITMEN DAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG
BAIK………………………………………………………………………….13
2.8. ASPEK DUKUNGAN REGULASI.......................................................15
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
3.1. KESIMPULAN......................................................................................17
3.2. SARAN...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang telah diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu setiap orang berhak untuk hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sejalan
dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian pada pasal 34 ayat (3) dinyatakan Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemerintah memiliki fungsi yaitu fungsi aparat negara sebagai pelayan
masyarakat. Dalam pelayanan masyarakat, pemerintah harus menjalankan 4
fungsi lainnya yaitu fungsi pelayanan masyarakat, fungsi pembangunan,
fungsi pemberdayaan, dan fungsi pengaturan. Pelayanan publik menjadi
salah satu hak yang harus diwujudkan pemerintah, salah satunya adalah hak
bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan ini meliputi perawatan dan pengobatan masyarakat yang sakit.
Sehingga, tenaga kesehatan dan dokter bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal untuk menyembuhkan
masyarakat yang sakit.
Dalam mewujudkan sistem dan tata pelayanan kesehatan yang optimal
dan berkualitas, pemerintah membutuhkan suatu sistem untuk mengatur dan
menata setiap Tindakan dalam pelayanan kesehatan, baik untuk tenaga
kesehatan ataupun masyarakat. Pemerintah Indonesia memiliki suatu sistem,
yaitu Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem Kesehatan Nasional adalah
pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam Sistem
Kesehatan Nasional, terdapat 7 subsistem, salah satunya adalah Manajemen,
Informasi, dan Regulasi Kesehatan. Terdapat 8 aspek dalam Manajemen,
Informasi, dan Regulasi Kesehatan yaitu perikemanusiaan, pemberdayaan

iv
dan kemandirian, adil dan merata, pengutamaan dan manfaat, Hak Asasi
Manusia (HAM), sinergisme dan kemitraan yang dinamis, komitmen dan
tata kepemerintahan yang baik, dan dukungan regulasi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana aspek perikemanusiaan dalam manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan?
2. Bagaimana aspek pemberdayaan dan kemandirian dalam manajemen,
informasi, dan regulasi kesehatan?
3. Bagaimana aspek adil dan merata dalam manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan?
4. Bagaimana aspek pengutamaan dan manfaat dalam manajemen,
informasi, dan regulasi kesehatan?
5. Bagaimana aspek Hak Asasi Manusia (HAM) dalam manajemen,
informasi, dan regulasi kesehatan?
6. Bagaimana aspek sinergisme dan kemitraan yang dinamis dalam
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan?
7. Bagaimana aspek komitmen dan tata kepemerintahan yang baik dalam
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan?
8. Bagaimana aspek dukungan regulasi dalam manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan?

1.3. TUJUAN
1. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek perikemanusiaan
dalam manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
2. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek pemberdayaan dan
kemandirian dalam manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
3. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek adil dan merata
dalam manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
4. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek pengutamaan dan
manfaat dalam manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
5. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek Hak Asasi Manusia
(HAM) dalam manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan

v
6. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek sinergisme dan
kemitraan yang dinamis dalam manajemen, informasi, dan regulasi
kesehatan
7. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek komitmen dan tata
kepemerintahan yang baik dalam manajemen, informasi, dan regulasi
kesehatan
8. Memahami dan menambah wawasan mengenai aspek dukungan regulasi
dalam manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan

1.4. MANFAAT
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat memperoleh pengetahuan langsung mengenai
8 aspek dalam manajemen, informasi, dan regulasi/hukum kesehatan dalam
Sistem Kesehatan Nasional sehingga berlangsungnya pelayanan kesehatan
dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan lancar dan
teratur.

1.4.2. Manfaat Bagi Penulis


Mata Kuliah Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut ini sebagai sarana
pengembangan kemampuan dalam pengetahuan mengenai 8 aspek dalam
manajemen, informasi, dan regulasi/hukum kesehatan dalam Sistem
Kesehatan Nasional.

1.4.3. Manfaat Bagi Institusi Jurusan Terapis Gigi dan Mulut Poltekkes Kemenkes
Surabaya
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pengetahuan tentang 8 aspek
dalam manajemen, informasi, dan regulasi/hukum kesehatan dalam Sistem
Kesehatan Nasional.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. ASPEK PERIKEMANUSIAAN

Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi


semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan
memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah.
Subsistem manajemen dan informasi kesehatan diselenggarakan guna
menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,
informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna. Sebagaimana diketahui bahwa faktor manusia dalam
administrasi (termasuk manajemen dan organisasi dalam arti dinamis)
memegang peranan yang sangat penting dan menentukan. Manusia memiliki
rasio dan perasaan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang termulia, juga
merupakan faktor lainya yang dimiliki organisasi, seperti : uang, mesin,
material, metode kerja, waktu dan kekayaan lainnya yang dapat memberi
manfaat bagi organisasi apabila manusia yang ada di dalam organisasi itu
merupakan daya perusak bagi organisasi ( Siagian, 1985:127). Dengan kata
lain, bahwa faktor manusia merupakan faktor perangsang ke arah
tercapainya tujuan organisasi yang secara efesien, efektif dan ekonomis.
Menjelaskan tujuan UU Rumah Sakit (UU No.44 Tahun 2009) yang
juga menegaskan bahwa UU ini juga berlaku bagi semua Rumah Sakit, baik
Rumah Sakit publik (BUMN, TNI, POLRI) Rumah Sakit Komunitas dan
Rumah Sakit Swasta. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa tujuan UU ini
adalah untuk memungkinkan tersedianya pelayanan rumah sakit yang
menata, bermutu, bertanggung jawab, profesional, ilmiah dan terjangkau
bagi masyarakat yang memerlukan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang harus
diselenggarakan rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Oleh karena, itu dalam

vii
pengaturan rumah sakit harus mengikuti asas-asas yang berlaku dalam
penyelenggaraan penyelenggaraan pembangunan kesehatan salah satunya
yaitu asas perikemanusiaan. Asas Perikemanusiaan adalah asas yang
mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan, juga mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban asasi manusia tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, ras, warna kulit, kedudukan sosial, dan lain sebagainya.
Hukum kesehatan merupakan keseluruhan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan dan segala tindakan penyebarluasan,
penerapan, dan penegakan aturan tersebut dalam rangka memberikan
perlindungan, terutama kepada individu dan masyarakat dan sebagai sarana
untuk memfasilitasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Pembangunan Kesehatan harus berlandaskan pada prinsip
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga Kesehatan perlu
berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip
perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan Kesehatan, dengan
tidak membedakan golongan agama dan bangsa (Pasal 2 UU No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan).
2.2. ASPEK PEMBERDAYAAN DAN KEMANDIRIAN
Secara bahasa, pemberdayaan merupakan terjemahan dari kata
empowerment, yang secara harfiah biasa diterjemahkan sebagai
“pemberkuasaan” yang memiliki arti pemberian atau peningkatan kekuasaan
kepada masyarakat. Di dalam perkembangannya, pemberdayaan telah
menjadi kata kunci bagi kemajuan dalam suatu keberhasilan pembangunan
masyarakat (Verawati 2021). Secara garis besar, pemberdayaan merupakan
suatu proses menuju berdaya atau proses untuk memperoleh berdaya.
Pemberdayaan ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas suatu bidang
yang berbasis pada kekuatan yang ada melalui optimalisasi daya dan
peningkatan cara kerja. Pemberdayaan juga merupakan proses
mengembangkan kemandirian.

viii
Pemberdayaan dan kemandirian dalam manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan berupa teknologi dan sistem informasi yang berkembang.
Perkembangan zaman yang semakin modern mempengaruhi bidang
kesehatan. Penerapan dan pemberdayaan teknologi informasi dan
komunikasi dapat membantu tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pembangunan
kesehatan Indonesia dalam Sistem Informasi Manajemen Kesehatan yang
merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkat pemerintah
secara sistematis dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
optimal.
Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan membutuhkan
teknologi dan sistem informasi yang memadai dan mendukung di setiap
kegiatan manajemen dan sistem informasi pelayanan kesehatan. Salah satu
contohnya yaitu, pemberdayaan teknologi dan sistem informasi dalam
promosi kesehatan guna meningkatkan mutu dan kualitas tingkat kesehatan
masyarakat Indonesia. Dengan adanya teknologi dan sistem informasi,
masyarakat dapat berkonsultasi mengenai status kesehatannya dan tenaga
kesehatan dapat dengan mudah melayani karena adanya teknologi dan
sistem informasi yang telah berkembang saat ini mudah diakses (Putri and
Sukihananto 2021). Pemerintah pun dapat memanfaatkan dan
memperdayakan teknologi dan sistem informasi tersebut dengan membuat
web khusus promosi kesehatan dan pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu,
dengan memperdayakan teknologi dan sistem informasi, kegiatan
administrasi suatu instansi kesehatan dapat berjalan dengan mudah karena
tersedianya software yang mendukung.
Keberhasilan pemberdayaan teknologi dan sistem informasi yang
optimal dalam kegiatan manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan juga
didukung oleh pemberdayaan tenaga kesehatan yang ada. Tenaga kesehatan
perlu di beri pelatihan, akses pada teknologi, dan pemahaman mengenai
komputer agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan optimal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pemberdayaan teknologi dan
sistem informasi dalam manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan tidak

ix
terlepas dari pemberdayaan tenaga kesehatan yang terlibat. Dengan adanya
pemberdayaan teknologi dan sistem informasi serta pemberdayaan tenaga
kesehatan, maka dapat tercapai suatu manajemen, informasi, dan regulasi
kesehatan yang optimal.
2.3. ASPEK ADIL DAN MERATA
Adil dan merata merupakan suatu aspek yang perlu di perhatikan dan
merupakan aspek penting dalam Sistem Kesehatan Nasional. Dalam
pembangunan kesehatan, setiap masyarakat memiliki hak yang sama dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya. Masyarakat memiliki hak untuk dilayani
dalam mengurus administrasi kesehatan dalam pelayanan kesehatan tanpa
memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonominya. Dalam
pelayanan administrasi kesehatan, pemerintah perlu menyediakan sarana
teknologi di setiap fasilitas pelayanan kesehatan sehingga terjadi suatu
keberhasilan dalam penyelenggaraan manajemen dan sistem informasi
kesehatan nasional. Dalam memperoleh informasi pun masyarakat harus
dilibatkan dalam sehingga tercapainya masyarakat yang memahami
mengenai status kesehatan.
Regulasi atau hukum kesehatan yang dibuat adil dan merata bertujuan
agar masyarakat mendapat perilaku dan fasilitas yang sama untuk mencapai
status kesehatan yang tinggi. Dengan adanya regulasi atau hukum kesehatan
ini, tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan memiliki
acuan, yaitu aturan yang ada untuk melayani dengan baik dan optimal.
Masyarakat pun memperoleh pelayanan kesehatan yang baik dan optimal
pula.
2.4. ASPEK PENGUTAMAAN DAN MANFAAT
Administrasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban penyelenggaraan
pembangunan kesehatan Nasional. Penyelenggaraan Sistem Kesehatan
Nasional berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan
kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan maupun golongan
pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

x
Dalam melaksanakan upaya kesehatan dalam hal pengutamaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan berdasarkan standar
mutu pelayanan atau prosedur baku yang diakui dan tidak bertentangan
dengan etika, moral, agama serta digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan masyarakat.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan pada dasar kemitraan atau
sinergisme yang dinamis dan tata penyelenggaraan yang baik, sehingga cara
berhasil guna dan bertahap dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
lingkungannya.
Dengan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan dalam
RPFPN tahun 2005-2025 dan memperhatikan objek material serta objek
formal pemikiran dasar pembangunan kesehatan, lingkup pengertian
pemikiran dasar pembangunan kesehatan diartikan sebagai:

1. Proses pemikiran yang mendasar yaitu terdalam, luas atau kritis dan
dinamis, berjangka ke depan dan sistematis dari pembangunan kesehatan
dan sebagainya.
2. Kebijakan mendasar dan komprehensif pembangunan kesehatan
terutama mengenai: Hakikat, perkembangan, tujuan pembangunan
kesehatan, kedudukan manusia dan dasar pembangunan kesehatan.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara terintegrasi antara


pusat dan daerah dengan mengedepankan nilai-nilai pembangunan
kesehatan yaitu: Berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerja sama
dengan tim, integritas yang tinggi dan tranparansi serta akuntabilitas (SKN
2009, SKN 2012).
Dalam pembangunan kesehatan, kementrian kesehatan menganut dan
menjunjung tinggi nilai-nilai: Pro rakyat, inklusif., represif, spektif dan
bersih (Renstra Kemenkes 2010-2014). Pembangunan kesehatan diarahkan
agar memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan , antara lain: ibu,
bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat miskin. Perlu diupayakan
pembangunan kesehatan secara terintegrasi.

xi
2.5. ASPEK HAM (HAK ASASI MANUSIA)
Kesehatan merupakan isu Hak Asasi Manusia, membawa konsekuensi
setiap manusia berhak atas kesehatan dan negara berkewajiban memenuhi
hak itu, tentu bukan sesuatu yang tanpa dasar. Kesehatan merupakan isu
krusial yang harus dihadapi setiap negara karena berkorelasi langsung
dengan pengembangan integritas pribadi setiap individu supaya dapat hidup
bermartabat. Di negara berkembang seperti Indonesia, untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan adanya peran
pemerintah melalui layanan publik untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
rakyatnya seperti kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Peranan negara dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyat sangat
diperlukan terutama di dalam bentuk pelayanan kesehatan secara
menyeluruh, dengan diakui kesehatan sebagai salah satu hak asasi manusia
yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara.
Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12 Ayat (1)
Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember
1966, yaitu bahwa negara peserta kovenan tersebut mengakui hak setiap
orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal
kesehatan fisik dan mental. Perlindungan terhadap hak-hak ibu dan anak
juga mendapat perhatian terutama dalam Konvensi Hak Anak. Pada lingkup
nasional, Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan bahwa: Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan
hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. Setiap orang berhak hidup
tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin. Setiap orang
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jaminan atas hak
memperoleh derajat kesehatan yang optimal juga terdapat dalam pasal 4 UU
Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.

xii
Dengan meletakkan perspektif hak asasi manusia dalam kajian tentang
hak atas kesehatan ini penyandang kewajiban korelatif utama hak tersebut
yaitu negara/pemerintah. Norma tentang kewajiban negara/pemerintah
merealisasikan hak atas kesehatan yang setinggi-tingginya termaktub
dalam :
1. Bab IV Pasal 14 sampai dengan Pasal 20 UU No. 36 Tahun 2009. Pasal
14 UU No. 36 Tahun 2009:
(1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau masyarakat.
(2) Tanggung jawab Pemerintah sebagai dimaksud pada ayat (1)
dikhususkan pada pelayanan publik.
2. Pasal 15 UU No. 36 Tahun 2009 : Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun
sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
3. Pasal 16 UU No. 36 Tahun 2009 : Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi
seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
4. Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2009 : Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mengingkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang
setinggitingginya.
5. Pasal 18 UU No. 36 Tahun 2009 : Pemerintah bertanggung jawab
memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala
bentuk upaya kesehatan.
6. Pasal 19 UU No. 36 Tahun 2009 : Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman,
efisien, dan terjangkau.
7. Pasal 20 UU No. 36 Tahun 2009 : (1) Pemerintah bertanggung jawab
atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan

xiii
sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan. (2) Pelaksanaan sistem
jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan yang dijamin meliputi pelayanan kesehatan dasar di
puskesmas dan jaringannya, pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan dan
rawat inap kelas III di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta yang
ditunjuk (Kep.Men.Kes RI No. 1202/Men. Kes/SK/VIII/2005). Sementara
pembiayaan atas kebijakan ini ditempuh melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat Miskin yang dananya dikelola oleh PT ASKES
(Kep.Men.Kes RI No. 332/Men.Kes/SK/V/2006). Dalam Per.Men.Kes RI
No. 378/Men.Kes/Per/V/1993 jo. Kep.Men. Kes RI No. 282/Men.Kes/
SK/III/ 1993 lebih dirinci lagi mengenai penentuan jumlah dan ketersediaan
tempat tidur kelas III/kelas terendah untuk masyarakat yang kurang/tidak
mampu di Rumah Sakit Swasta:
a. Rumah Sakit Swasta yang dimiliki yayasan, perhimpunan, perkumpulan
sosial dan Rumah Sakit BUMN yang melayani pasien umum minimal
25%.
b. Rumah Sakit Swasta yang dimiliki pemilik modal minimal 10%. Dalam
Permenkes ini juga didefinisikan konsep golongan masyarakat yang
kurang mampu dan golongan masyarakat yang tidak mampu. Golongan
masyarakat yang kurang mampu adalah masyarakat yang penghasilannya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar yang minimal; sementara
golongan masyarakat yang tidak mampu adalah masyarakat yang
penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
minimal dan yang tidak mampu mempunyai penghasilan tetap untuk
dapat menunjang kebutuhan pokoknya.
Pengaturan demikian bertujuan menjamin pemerataan akses layanan
kesehatan kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan status ekonominya.
Hal ini ditindaklanjuti pemerintah dalam pola penerapan tarif pelayanan
pada Rumah Sakit Swasta. Pasal 4 ayat 2 Kep.Men.Kes RI No.
282/Men.Kes/SK/III/1993: Penetapan besaran tarif pelayanan Rumah Sakit
dilakukan dengan mempertimbangkan adanya subsidi silang bagi tarif

xiv
pelayanan pasien kelas III. Sedangkan dalam ayat 3: Tarif tertinggi untuk
pelayanan pasien kelas III ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan setempat dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat kurang/tidak mampu. Tarif untuk kelas II, kelas I dan kelas
utama ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Untuk Rumah Sakit
Pemerintah, penetapan besaran tarif diatur dengan Kep.Men.Kes RI No. 66/
Men.Kes/SK/II/1987. Prinsip yang mendasari penetapan tarif di Rumah
Sakit Pemerintah ialah tidak mencari laba, gotong royong dan adil dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah (Pasa12 ayat
3)

2.6. ASPEK SINERGISME DAN KEMITRAAN YANG DINAMIS


SKN akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme KISS, baik antar pelaku,
antar subsistem SKN maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar
SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau sektor lain, seperti
pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan, perlu berperan secara
bersama-sama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang
kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-
masing. Kemitraan tersebut diwujudkan dengan mengembangkan jejaring
yang berhasil guna dan berdaya guna, agar diperoleh sinergisme yang lebih
mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Maksud dan Kegunaan SKN:
• Menyesuaikan SKN 2009 dengan berbagai perubahan dan
tantangan eksternal dan internal.
• Mepertegas makna dan pembangunan kesehatan>>pemenuhan hak
asasi manusia
• Memperjelas penyelenggaran pembangunan kesehatan
• Memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transmormatif

xv
• Melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan
bermutu
• Meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan
pembangunan nasional
• Merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan

2.7. ASPEK KOMITMEN DAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK


Good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien. Menurut Riswanda Imawan
(2002:32) bahwa Good Governance diartikan suatu cara kekuasaan Negara
yang difungsikan untuk mengatur sumber-sumber ekonomi dan sosial
dengan tujuan pembangunan masyarakat
Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi,
dukungan, dan kerja sama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan
tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance).
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian
hukum, terbuka (transparan), rasional, profesional, serta bertanggung-jawab
dan bertanggung-gugat (akuntabel).
Konsep good governance memberikan rekomendasi pada sistem
pemerintahan yang berorientasi kesetaraan antar lembaga publik di tingkat
pusat maupun daerah, sektor swasta, serta masyarakat sipil (civil society).
Dengan penerapan good governance, diharapkan mampu menjamin
pelaksanaan fungsi pelayanan dan pemberdayaan kesehatan.
Di Indonesia, prinsip Good Governance diadaptasi dalam Undang-
Undang No.32 Tahun 2004 menjadi Asas-asas Umum Pemerintahan Yang
Baik, terdiri dari: asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara,
asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi dan asas elektivitas. Dalam
setiap penyelenggaraan negara, pemerintah memiliki kewajiban untuk
menerapkan asas-asas tersebut. Bahkan, dalam Undang-Undang No.9 Tahun
2004, asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dijadikan alasan

xvi
tanggung gugat Setelah adanya sistem desentralisasi, pelayanan kesehatan
termasuk dalam urusan wajib bagi pemerintah Daerah.
Penerapan prinsip Good Governance sebagai landasan
penyelenggaraan negara di bidang Kesehatan tampak pada beberapa
pengaturan hukum mengenai pelayanan kesehatan. Hal ini berkaitan bahwa
Indonesia adalah negara hukum, dimana segala tindakan pemerintah dan
masyarakat harus memiliki kepastian hukum. Kewajiban untuk melakukan
pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat, tetap menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang telah meningkatkan
taraf kesejahteraan masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat yang berarti
akan mempengaruhi peningkatan kebutuhan kesehatan akan pelayanan dan
pemerataan yang mencakup tenaga, sarana, dan prasarana baik jumlah
maupun mutu. Karena itu diperlukan pengaturan untuk melindungi pemberi
pada penerima rasa pelayanan kesehatan. Hal ini akan memberikan
kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan dan
memberi dasar bagi pembangunan kesehatan diperlukan perangkat hukum
kesehatan yang dinamis sehingga penyelenggaraan kesehatan harus selalu
berkaitan dengan asas Kepastian Hukum bagi penerima dan pemberi
layanan kesehatan.
Semua pengaturan itu tak luput dan beberapa aspek hukum lain
misalnya, aspek hukum pidana, hukum perdata umum serta hukum
administrasi. Rumah sakit pemerintah sebagai salah satu sarana kesehatan
harus memiliki upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, agar
kebutuhan masyarakat akan hal-hal dasarnya dapat terpenuhi. Peningkatan
mutu tidak hanya meliputi kuantitas jumlah tenaga dan fasilitas kesehatan)
tapi Juga kualitas tenaga kesehatan yang diterima oleh penerima (jasa)
layanan kesehatan harus profesional.
Masyarakat sebagai penerima rasa tersebut berhak untuk mendapatkan
pelayanan yang efisien, efektif, transparansi dan akuntabilitas. Di Jawa
Timur, Institusi Kesehatan terdapat beberapa berupa Rumah Sakit yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, yakni RSUD Dr. Soetomo-

xvii
Surabaya, RS Haji Surabaya, RSUD Syaiful Anwar Malang, dan RSUD dr
Soedono Madiun. Saat ini, 3 dan 4 institusi kesehatan tersebut telah
mendapat sertifikat ISO 9000. Untuk RSUD Dr Soetomo Surabaya
mendapat sertifikat pada bagian Instalasi Gawat Darurat (IRD). Meski
demikian, pelayanan kesehatan dl Jawa Timur dapat dikatakan, belum dapat
dijangkau secara menyeluruh, merata, bermutu dan terlangkau secara
berkesinambungan, karena pelayanan kesehatan yang diberikan belum
memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat. Hal ini dikarenakan
penyebarluasan tenaga kesehatan yang belum merata, serta peralatan
kesehatan, obat dan fasilitas kesehatan lainnya masih belum mencukupi,
pemenuhan terhadap standar pelayanan yang tidak disinkronkan dengan
partisipasi masyarakat. Selain itu, fungsi RSUD yang dilakukan oleh Divas
Kesehatan Jawa Timur juga belum dipublikasikan secara transparan.
Secara umum penerapan prinsip Good Governance pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam peraturan perundang-
¬undangan di Jawa Timur telah mampu diterapkan secara konstitusional,
antara lain Asas Kepastian Hukum, Asas Kepentingan Umum, Asas
Profesionalisme, Asas Kesamaan hak, Asas Keseimbangan Hak dan
Kewajiban. Sedangkan untuk penerapan asas-asas yang lain masih terdapat
kelemahan. Secara empiris masih beberapa kelemahan pada penerapan
prinsip Good Governance di sarana-sarana kesehatan milik pemerintah
membutuhkan kajian sosiologis lebih lanjut.

2.8. ASPEK DUKUNGAN REGULASI


Tujuan subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
adalah terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan,
berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi administrasi
kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung
oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Regulasi harus perkuat perbaikan kesehatan masyarakat, terutama
pada penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menjadi prioritas

xviii
pembangunan kesehatan Indonesia. Semua ini sangat membutuhkan
semangat dan penguatan regulasi untuk perbaikan kesehatan.
Untuk mendorong kesehatan masyarakat, maka Kementerian
Kesehatan tetap harus mengedepankan upaya promotif dan preventif di
dalam segala aspek dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini
membutuhkan penguatan dan landasan dasar yang berasal dari regulasi atau
hukum kesehatan. Hukum kesehatan atau regulasi kesehatan bertujuan
untuk memberikan aturan agar berjalannya manajemen dan sistem informasi
dalam Sistem Kesehatan Nasional berjalan dengan lancar karena telah
sesuai dengan prosedur yang ada.
Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan pula memerlukan
integrasi berbagai komponen, termasuk komponen regulasi kesehatan yang
tidak tumpang tindih sehingga akan menjamin terlaksananya program
kesehatan secara menyeluruh yang membuat masyarakat lebih sehat. Hal ini
dikarenakan Kementerian Kesehatan mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat, karena banyaknya kebijakan
kesehatan, sehingga mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat.

xix
BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam menciptakan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia, maka perlu dibuat suatu sistem yang mengatur dan menjadi
acuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Menyediakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat juga merupakan
tanggung jawab negara seperti yang telah ditetapkan dalam pasal 34 ayat
(3), dinyatakan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Sistem Kesehatan Nasional
diciptakan bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional terdapat 7 subsistem, salah satunya
adalah Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan. Manajemen,
Informasi, dan Regulasi Kesehatan memiliki 8 aspek yaitu aspek
kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,
pengutamaan dan manfaat, Hak Asasi Manusia (HAM), sinergisme dan
kemitraan yang dinamis, komitmen dan tata kepemerintahan yang baik, dan
dukungan regulasi.
8 aspek ini memuat beberapa aturan yang menjadi acuan dalam
subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan. Dengan adanya
pandangan dan dasar dari 8 aspek ini, kegiatan administrasi, manajemen,
sistem informasi, dan regulasi kesehatan dapat berjalan sesuai prosedur dan
adil merata bagi seluruh masyarakat dalam rangka meningkatkan proses
pelayanan kesehatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
3.2. SARAN
Diperlukan adanya tanggung jawab pemerintah dalam
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu, serta kerjasama
antara pemerintah, masyarakat, dan swasta yang perlu ditingkatkan dengan
harapan dapat meninggikan atau meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di Indonesia.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, Dedek. 2015. "ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATANSISTEM


KESEHATAN NASIONAL." SISTEM KESEHATAN NASIONAL 5-8.

drg. Widyawati, MKM. 2019. Sekjen Kemenkes: Regulasi Harus Perkuat


Kesehatan Masyarakat. November 15. Accessed April 6, 2022.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/.

Putri, Silvia Elki, and Sukihananto. 2021. Penerapan Sistem Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) dalam Promosi Kesehatan Pada Lansia di
Indonesia. Depok: UI Press.

Rachmat, Dr. dr. R. Hapsara Habib. 2018. "Percepatan Pembangunan Kesehatan


Di Indonesia." In Percepatan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia, by
Dr. dr. R. Hapsara Habib Rachmat, 37-40. Jakarta: Jakarta Press.

Sulistyo, Dwi Handono, and Likke Prawidya Putri. 2017. "Bab V Subsistem
Manajemen, Informasi, Dan Regulasi Kesehatan." Manajemen Pelayanan
Kesehatan 1.

Sulistyo, Dwi Handono, and Likke Prawidya Putri. 2017. "Manajemen, Informasi,
dan Regulasi Kesehatan." Manajemen Pelayanan Kesehatan 1.

Verawati, Nidya. 2021. Mewujudkan Kemandirian Pangan Melalui Budidaya


Sayur dengan Metode Hidroponik (Pemberdayaan Komunitas Remaja
Putri di Panti Asuhan Al-Ikhlas Griyomapan Sentosa Kec Waru Kab
Sidoarjo pada Masa Pandemi Covid-19) Skripsi. Surabaya: UINSA Press.

https://www.kebijakankesehatanindonesia.net/images/gambar/Kepmenkes
%202009%20SKN.pdf

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/
Naskah_Akademik_RUU_Rumah_Sakit.pdf

xxi

Anda mungkin juga menyukai