Secara geografis bahwa kesatuan masyarakat hukum adat suku tolaki di kab. Konawe adalah salah satu daerah atau wilayah di daratan Sulawesi Tenggara yang merupakan bekas wilayah Kerajaan Konawe. Pada saat wilayah ini masih menganut pemerintahan sistem kerajaan, yang sebelum lahir kerajaan Konawe, ada beberapa wilayah kerajaan yang berintegrasi dan menyatukan diri dan bersatu dalam nama kerajaan Konawe. Lahirnya kerajaan Konawe, dengan raja pertama adalah Wekoila/Mokole more/watanriabeng/sangia ndudu. 1105 M daerah ini banyak pertikaian-pertikaian dan perang saudara, namun setelah dating Wekoila menjadi raja diyakini sebagai dewa yang turun dari langit, mampu menyatukan dan sekaligus mengakhiri pertikaian dan perang saudara, serta dapat menciptkan ketertiban dan perdamaian serta kesejahteraan pada masyarakat. Untuk menjaga suasana tertib dan damai, menetapkan sebuah pedoman berprilaku yang dinamakan OSARA, yang berwujud dalam bentuk simbol, dan media yang ditetapkan adalah yang terbuat dari kuningan berbentuk gelang dan disebut sara ananggalaru. Penggunaan media ini dengan makna nilai-nilai yang harus dipedomani oleh segenap warga masyarakat, khususnya masyarakat suku Tolaki yang berada di wilayah kerajaan Konawe dan kerajaan Mekongga. Osara sebagai pedoman hidup suku Tolaki adalah terdiri dari : 1. Sara Wonua adalah hukum adat bidang pemerintahan yang mengatur dan menetapkan hak dan kewajiban, fungsi dan tugas raja dan aparatnya, mengatur struktur organisasi dan personalia dalam menyelenggarakan pemerintahan hak dan kewajiban rakyat terhadap raja. 2. Sara Mbedulu, yaitu hukum adat bidang hubungan kekeluargaan dan persatuan pada umumnya termasuk sara merapu. 3. Sara Mbeombu, hukum adat dan aktifitas keagamaan. Mengatur dan menetapkan tempat-tempat upacara serta tata cara berdoa dengan prilaku terhadap dukun. 4. Sara Mandaraiha yaitu hukum adat bidang pekerjaan dan profesionalisme. 5. Sara Mbeotoroa, merupakan adat dalam kegiatan berladang (mondau), berkebun (mombopaho), beternak (mombakani), berburu (dumahu), dan menangkap ikan (meoti-oti). Dari uraian mengenai lima adat pokok suku Tolaki maka dapatlah dirinci berbagai aturan atau hukum adat orang tolaki sesuai dengan pembidangnya, yaitu : Sara Wonua yakni hukum dibidang pemerintahan Sara Ine Wuta yakni hukum dibidang pertanahan Sara Ine / Sara Merapu Tina yakni hukum dibidang perkawinan serta tatacara membangun dan membina rumah tangga Sara Ine Petiaria yakni hukum dibidang pewarisan Sara Pekakahi’a yakni hukum dibidang sengketa/konflik dan tatacara penyelesaiannya. Sara Mbekindoro’a yakni hukum dibidang pencemaran nama baik dan mencelakakan orang lain. Dari beberapa Osara ini yang menjadi pedoman dan dijadikan hukum adat suku Tolaki khususnya yang ada di Konawe, sebagian ada beberapa yang mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman. Dan masih bertahan sampai saat ini adalah sara mbedulu yang didalamnya termasuk tata cara perkawinan suku tolaki atau Sara Mberapu/Sara Inetina Probelamtika yang ada sehingga ada beberapa kebiasaan yang menjadi ketetapan hukum adat dan saat ini sudah tidak lagi dilakukan disebabkan karena seiring perkembangan dan adanya peraturan-peraturan Negara yang mengatur mulai dari sistem pemerintahan, pengaturan wilayah serta wewenang, hak dan kewajiban dalam bermasyarakat dan bernegara sehingga hukum adat sebagai kebiasaan sudah tidak punya ruang dengan lahirnya hukum atau aturan Negara, antara lain yang terkikis adalah : Hukum Adat Sara Wonua Hukum Adat Sara Mbeombu Hukum Adat Sara Mendaraiha Hukum Adat Sara Mondau Dan selanjutnya yang masih bertahan sampai saat ini adalah Sara Mbedulu, yang termasuk didalamnya Sara Mberapu/Sara Inetina yang merupakan tata cara perkawinan suku Tolaki.