Anda di halaman 1dari 2

Psikologi adalah Ilmu dan Seni Berdasarkan uraian sebelumnya, maka psikologi tidak dapat

dilepaskan dari dua sisi, baik ilmu maupun seni. Seorang psikolog akan dituntut untuk memiliki ke-
seimbangan antara rasio dan intuisi dalam memandang kliennya. Psikologi menyediakan
pengetahuan, teori, kon- sep, da1 falsafah untuk memahami manusia. Ada patokan- patokan dan
landasan yang harus dipenuhi untuk men- jawab inengapa suatu fenomena terjadi. Di sisi lain,
dibutuhkan keterampilan, kepekaan dalam observasi dan wawancara, kemampuan diagnostik dan
in- terpret: si yang memadai. Sebagai bagian dari ilmu pengeta- huan, psikologi tetap mengikuti
kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku; sementara untuk menerapkannya, dibutuhkan ca- ra-cara yang
mempertimbangkan rasa dan hati nurani. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi juga
memiliki patokan dalam mengolah fakta, data serta mela- kukan pengukuran ilmiah. Kemudian dari
sisi aplikatifnya, seorang psikolog harus pandai membaca fenomena, mampu mengalami, dan
berempati. Psikolog yang berperan sebagai konselor harus benar-benar memahami berbagai teknik
konseling dan memiliki pengetahuan tentang latar belakang perkembangan teknik-teknik intervensi
mutakhir. Namun, ia perlu benar-benar berhati-hati ketika menentukan pen- dekatan yang sesuai
untuk kliennya. Tidak selalu klien menyetujui apa yang disarankan oleh psikolog, dan belum tentu
klien mau segera terbuka terha- dap kc nselornya. Banyak yang justru memiliki pertahanan diri yang
berlapis-lapis untuk sampai pada kesediaan mem-

buka semua peristiwa dan masa lalu yang mungki n tidak menyenangkan. Di sini, akan lebih
dibutuhkan sisi s ni dari psikologi, yaitu kemampuan untuk merasakan jara k yang diciptakan klien,
lalu mengatasinya dengan rappo.t yang membuat klien merasa nyaman. Dari sisi psikolog sebagai
manusia, maka sisi ilmu penge- tahuan psikologi mensyaratkan potensi dan kompetensi, serta
kemampuan kognitif yang baik untuk bisa berpikir secara ilmiah. Fungsi-fungsi mental yang
bersinggungan dengan potensi dan kompetensi, merupakan faktor faktor yang menjadi landasan
bagi ilmuwan psikologi. Sementara dari sisi terapan dan praktik, seorang psikolog akan berpijak dari
nilai yang ia yakini, serta mampu berperan sebagai seorang praktisi psikologi yang memiliki jiwa,
harkat, dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Jika di sisi psikologi sebagai ilmu sangat penting
untuk memahami mengapa suatu hal terjadi, maka di sisi psikologi sebagai seni perlu dilatih
kepekaan untuk mengenal dan memahami bagaimana suatu perilaku tertentu terbentuk secara
nyata hingga terlihat.

Rangkuman dalam bagan itu menunjukkan turunan pe- mahaman terhadap kedudukan psikologi
sebagai ilmu dan seni yang pada dasarnya menjiwai perjalanan yang menen- tukan apakah seorang
lulusan Fakuitas Psikologi akan ber- kiprah lebih sebagai ilmuwan atau sebagai praktisi. Konsep dua
sisi-yaitu psikologi sebagai ilmu dan psi- kologi sebagai seni-sesungguhnya juga dapat menje- laskan
landasan penyelenggaraan Program Magister Psi- kologi Profesi di Indonesia saat ini. Sisi
kemagisteran di Strata-2 mensyaratkan lulusannya memiliki kemampuan ilmiah yang cukup,
sementara sisi profesi menuntut ke- piawaian seorang psikolog untuk menyetimbangkan ke-
mampuan akademiknya dengan kepekaan dan empati pada saat berhadapan dengan kliennya.
Dengan demikian, seorang psikolog seyogianya memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan
perannya sebagai ilmuwan dan sebagai praktisi. Sebagai ilmu, psikologi tidak akan bebas dari nilai,
se- mentara nilai diwariskan dari budaya. Dengan demikian. psikologi sebagai ilmu, maupun psikolog
sebagai ilmuwan dan praktisi psikologi harus peka terhadap budaya Yang dimaksud dengan budaya
tentu tidak sama dengan etnis dan ritual. Perlu dipahami bahwa budaya tertentu akan menentukan
kebiasaan dan pola-poła tertentu pada suatu peristiwa dan kurun waktu tertentu. Untuk itu, psikɔlog
dan ilmuwan atau praktisi psikologi perlu memar dang setiap gejala psikologis kliennya secara
kontekstual. Nilai keutamaan seorang psikolog adalah kemampuannya untuk mencerna dan
menerapkan nilai- nilai kemanusiaan (values of humanity).
Nilai yang diatur seorang psikolog bisa saja berbeda dengan nilai yang dimiliki atau dianut kliennya.
Untuk itu, psikolog seorar perlu memahami nilai-nilai kemanusiaan bersama. Psikol og harus peka
mana nilai yang berlaku umum, mana yang hanya berlaku untuk suatu kelompok atau masyarakat
tertentu. Berkaitan dengan nilai dan norma antara psikolog dan kliennya, atau sesama rekan
psikolog yang lain, maka salah satu rambu yang mampu mencegah pencegahan adalah Kode Etik
Profesi. Dalampsikologi, Kode Etik Profesiberfungsiuntukmenjaga keseimbangan antara psikologi
sebagai ilmu dan psikologi sebagi seni. Akan ada tarik ulur yang terus-menerus antara kepentingan
diri sendiri dan panggilan untuk membantu orang lain. Dalam perjalanan ini, seorang psikolog akan
mengalami proses belajar yang berkesinambungan, sam- pai ia mampu menuju eksistensi dirinya
dan mencapai ak- tualisasi diri.

Anda mungkin juga menyukai