Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA IDE

Bagaimana Mengajarkan atau Mengintegrasika nilai-nilai Pancasila dalam


Pembelajaran Kimia di sekolah

PENDIDIKAN PANCASILA
DOSEN PENGAMPU : FAZLI RACHMAN,S.Pd., M.Pd

Nama Mahasiswa: Nia Pratiwi Siregar

Nim :4203131025

Prodi : Pendidikan Kimia

Kelas : PSPK 20-E

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide mata kuliah
Pendidikan Pancasila dngan Tema“Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam
Pembelajaran Kimia”.Saya berterima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang bersangkutan
yang sudah meberikan bimbinganya kepada Saya sehingga Saya dapat menyelesaikan
tugas ini.Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan.Oleh karena
itu saya minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.Akhir kata saya
ucapkan terimakasih dan semoga dapat bermanfaat serta bisa menambah pengetahuan
bagi pembaca.

Medan 31 Oktober 2021

SALAM

Nia Pratiwi Siregar

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C . Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 1
BAB II GAMBARAN KEILMUAN ............................................................................................ 2
A.Uraian Singkat Bidang Keilmuan.......................................................................................... 2
B.Kontribusi Bidang Keilmuan kepada masyarakat ................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
A.Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Dalam bidang Kimia berdasarkan Pancasila ........................ 6
B.Kontribusi Ilmu Pengetahuan yang ditawarkan setelah dikembangkan kepada masyarakat . 9
BAB IV ....................................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................................... 12
A. SIMPULAN ....................................................................................................................... 12
B.SARAN................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era sekarang ini, sumber daya manusia yang baik banyak dibutuhkan
terutama bagi Negara-negara yang maju apalagi negara yang sedang berkembang
contohnya Negara Indonesia. Sumber daya manusia yang baik ditentukan melalui
tingkat pendidikannya. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional di Indonesia.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.Dalam pembentukan karakter (watak) peserta didik,
rumusan dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut tidak secara nyata
diimplementasikan dalam kebijakan pendidikan maupun praktek di sekolah, baik dalam
kegiatan proses belajar mengajar dalam kelas maupun di luar kelas.
Berbagai kasus yang tidak sejalan dengan etika, norma, moral atau perilaku yang
menunjukkan rendahnya karakter telah banyak terjadi dalam kehidupan di
masyarakat.Oleh Karena Itu peran Pendidikan Pancasila sangat penting diajarkan
kepada peserta didik di sekolah.

B. Rumusan Masalah
• Bagaimana Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam Pembelajaran
Kimia?
• Bagaimana kontribusi ilmu Pengetahuan setelah dikembangkan kepada
masyarakat?

C . Tujuan Penelitian
• Untuk menambah wawasan penulis mengenai nilai-nilai Pancasila dalam
Pembelajaran Kimia
• Untuk mengembagkan ide Penulis dan dapat kontribusi ilmu
Pengetahuannya kepada masyarakat
• Untuk mengetahui cara Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam
Pembelajaran Kimia

1
BAB II
GAMBARAN KEILMUAN

A.Uraian Singkat Bidang Keilmuan


Keragaman nilai dalam Pancasila merupakan modal dasar pendidikan karakter. Kita
tidak perlu lagi mencari-cari bentuk bahkan model pendidikan karakter karena basis
kekuatan karakter bangsa telah kita miliki.Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan.
Peran guru sangat penting dalam pendidikan karakter siswa. Menurut Suyanto (2009: 1)
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).Menurut Thomas
Lickona tanpa ketiga aspek ini pendidikan karakter tidak akan efektif. Nilai-nilai
pendidikan karakter yaitu yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja
keras,(6)Kreatif, (7) Mandiri, (8)Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat
Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi,
(13)Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15)Gemar Membaca,(16) Peduli
Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Puskurbuk,2011: 3). Nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama dapat kita jadikan acuan pembelajaran
beberapa nilai. Nilai toleransi selama ini hanya menjadi wacana dan sulit untuk
dilaksanakan dikarenakan berhenti pada tataran wacana kognitif. Sekolah seharusnya
mulai mampu mencoba untuk menguraikan sila pertama menjadi bahan-bahan nilai
dalam pendidikan karakter. Misalnya, toleransi, penghargaan terhadap kepercayaan lain
melalui kegiatan-kegiatan permainan yang menarik.

Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran kimia secara nyata dapat


menumbuhkan watak dan perilaku yang terpuji dari seluruh peserta didik sehingga
sekolah akan mampu menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia, berkualitas,
terampil dan kompetitif di semua bidang. Penggunaan media pembelajaran interaktif
online memberikan pengaruh terhadap hasil belajar kimia yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan penggunaan media pembelajaran interaktif offline. Selain
penggunaan media pembelajaran interaktif, guru juga harus dapat memperhatikan
komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh siswa. Keberhasilan belajar tergantung
bagaimana siswa dapat menyampaikan kemampuan akan analisisnya terhadap
pembelajaran Kimia yang pada akhirnya akan menciptakan siswa memiliki kemampuan
berkomunikasi. Oleh sebab itu,penggunaan media pembelajaran interaktif perlu dikaji,
apakah dapat meningkatkan hasil belajar kimia secara optimal.

2
B.Kontribusi Bidang Keilmuan kepada masyarakat
Indonesia merupakan negara yang beragam, kehidupan masyarakatnya diwarnai oleh
berbagai macam suku bangsa, adat-istiadat, hingga berbagai macam agama dan aliran
kepercayaan. Dengan kondisi sosiokultur yang heterogen atau plural tersebut
dibutuhkan idiologi yang universal, tetapi dapat mengayomi seluruh bangsa.Ideologi
itulah yang disebut Pancasila.Pancasila secara alami lahir dari kepribadian bangsa
Indonesia itu sendiri. Keberagaman di In-donesia seperti keragaman suku, agama,
bahasa daerah, pulau, adat istiadat, warna kulit, kebiasaan budaya yang berbeda satu
sama lain dapat dipersatukan dengan pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam tiap
butir sila pancasila merupakan cerminan jati diri bangsa yang sudah melekat pada tiap
sanubari warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila memiliki lima buah sila
yang memiliki makna yang mendalam sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama dapat kita jadikan acuan
pembelajaran beberapa nilai. Nilai toleransi selama ini hanya menjadi wacana dan sulit
untuk dilaksanakan dikarenakan berhenti pada tataran wacana kognitif. Hal tersebut
mengakibatkan kelemahan karakter masyarakat. Sekolah seharusnya mulai mampu
mencoba untuk menguraikan sila pertama menjadi bahan-bahan nilai dalam pendidikan
karakter. Misalnya, toleransi, penghargaan terhadap kepercayaan lain melalui kegiatan-
kegiatan permainan yang menarik.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi bagian penting dalam rantai karakter
bangsa. Memberadabkan sesama manusia menjadi modal utama dalam relasi sosial.
Salah satu faktor dalam pendidikan karakter adalah kemampuan untuk memberikan
apresiasi kepada orang lain. Melalui kegiatan praktis misalnya kerapian, kebersihan diri,
ketekunan merupakan proses belajar untuk menjadi beradab. Hal tersebut dapat
diajarkan melalui manajemen konflik. Sebagian orang melihat konflik adalah hal tabu
sehingga konflik disingkirkan dari ranah pembelajaran. Padahal, dalam konflik, kita
dapat saling memberadabkan manusia.Konflik tentu bukan berarti anarkis, konflik dapat
diajarkan melalui proses debat dan pemaparan argumen. Penting kiranya bahwa
pendidikan manajemen konflik bertujuan untuk memberadabkan manusia dengan saling
menghargai.

Sila Persatuan Indonesia mampu diuraikan dengan mengenalkan budaya Indonesia


secara fisik. Berbagai hasil kebudayaan nasional sebagai contoh kebijaksanaan lokal
adalah pintu masuk bagi pemahaman persatuan. Karakter persatuan yang mendasar
adalah cinta Tanah Air. Proses cinta Tanah Air tentu tidak perlu lagi dengan cara-cara
yang sangat abstrak.Karakter ini dapat dibangun dengan membangun kreativitas siswa,
tentu dengan masih membawa ciri khas kebudayaan daerah. Kreativitas siswa sangat
erat dengan kemampuan memahami secara kognitif (competence). Dengan bantuan
teknologi, kita dapat mengenalkan keragaman daerah dengan mudah. Bukan hanya itu
saja, proses kreativitas juga makin mudah dengan bantuan teknologi. Karakter cinta

3
Tanah Air dapat sangat terbantu dengan kehadiran alat modern sehingga dalam
mengajar pun kita lebih mudah dan menarik.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan adalah sila yang saat ini selalu menjadi acuan dalam
kehidupan demokrasi di Indonesia. Satu masalah yang menarik adalah kita memiliki
dasar nilai demokratis, namun tidak dapat dilaksanakan. Nilai demokrasi yang mendasar
adalah taat asas, sesuai prosedur dan menghargai martabat orang lain sesuai hati nurani
(conscience).Inilah yang dapat disampaikan dalam pembelajaran pendidikan karakter
siswa. Siswa dikenalkan dengan prosedur yang benar dan sesuai aturan/asas yang
berlaku. Hal ini bukan untuk mengajak siswa menjadi pribadi yang semata patuh,
namun mengajak mereka menjadi pribadi yang taat.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan basis kepekaan sosial
yang sangat mendasar. Manusia yang berkarakter salah satu indikasinya adalah mampu
berjuang untuk sesama, bukan utuk dirinya. Itulah yang dimaksud dengan keadilan
sosial, keadilan sosial tidak perlu lagi dibahas dalam cakupan yang luas dan
menerawang, namun dalam kegiatan sehari-hari siswa.Selain itu dalam aspek hukum
nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia juga perlu diterapkan bagi
kekuasan hukum supaya tidak ada hukum yang runcing ke bawah tumpul ke atas.

Sudah saatnya bagi tiap sekolah untuk meletakkan kembali Pancasila sebagai acuan
dasar dalam membentuk karakter siswa. Terbukti Pancasila sangat kaya akan nilai-nilai
keutamaan hidup yang mampu menyejahterakan masyarakat Indonesia. Sejahtera berarti
bebas dari tindakan anarkis, lepas dari masalah fundamentalitas agama, radikalisme
kesukuan, dualisme minoritas-mayoritas, dan perekonomian yang stabil dan merata.
Satu-satunya jalan mewujudkan kesejahteraan adalah melalui pendidikan karakter.Dapat
kita lihat bahwa, pendidikan karakter tidak dapat direduksi pada tataran angka. Bukan
berarti sulit dilakukan, hanya membutuhkan keberanian pihak sekolah untuk
meletakkan pendidikan karakter pada ranah afeksi siswa Dalam Undang-Undang
Nomor 02 Tahun 1989, Pasal 4 dijelaskan bahwa: ”Pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan keterampilan, kesehatan jasmani, dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”.Dengan demikian, setiap satuan pendidikan yang
diselenggarakan wajib berpedoman kepada Pancasila dan UUD 1945. Sementara itu,
menelusuri akar dan asal-usul perumusan tujuan pendidikan Nasional, menurut
Mudyaharjo dalam (Hafid, 2013:87) bahwa arah pendidikan nasional membangun jati
diri bangsa berdasarkan kebudayaan bangsa dan integrasi nasional berdasarkan prinsip
Bhineka Tunggal Ika. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.

4
KEKURANGANNYA :

Dalam Kontribusi Bidang Keilmuan kepada masyarakat masih banyak kekurangan yang
dijumpai.Banyak generasi penerus bangsa yang kurangnya karakter dan norma dalam
bermasyarakat. Dalam pembentukan karakter (watak) peserta didik, rumusan dalam
fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut tidak secara nyata diimplementasikan
dalam kebijakan pendidikan maupun praktek di sekolah, baik dalam kegiatan proses
belajar mengajar dalam kelas maupun di luar kelas.Berbagai kasus yang tidak sejalan
dengan etika, norma, moral atau perilaku yang menunjukkan rendahnya karakter telah
banyak terjadi dalam kehidupan di masyarakat.Berbagai kasus yang pernah terjadi di
Indonesia telah merusak keteladanan peserta didik dalam pembentukan karakter dan
kepribadian yang mulia. Seperti tawuran mahasiswa dan antar pelajar,kasus kekerasan
terhadap anak didik, kasus narkoba dan perjudian, pornografi dan pornoaksi yang
ditunjukkan oleh kalangan siswa, hubungan seks bebas yang menjangkiti siswa dan
mahasiswa, dan sebagainya.Permasalahan yang diuraikan di atas, terjadi karena belum
optimalnya penanaman nilai-nilai luhur pancasila terhadap peserta didik dalam kelas
yang mengacu pada pembentukan karakter dan budaya bangsa Indonesia. Di samping
itu, krisis keteladanan dan kurangnya panutan yang dicerminkan para pendidik, tokoh
agama, birokrat pemerintah, elit politik dan elemen masyarakat sehingga
menjadikan generasi penerus khususnya peserta didik tumbuh liar, memiliki karakter
dan kepribadian yang lemah.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A.Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Dalam bidang Kimia berdasarkan Pancasila


Pendidikan yang lebih efektif merupakan sebuah pendidikan yang memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk dapat belajar dengan nyaman, mudah,
menyenangkan, dan semua tujuannya dapat sesuai dengan yang diharapkan. Artinya,
seorang pengajar dituntut untuk memberikan dan juga meningkatkan pendidikan yang
efektif . Efektifitas pendidikan yang di miliki pleh negara Indonesia masih sangat
kurang. Hal tersebut dikarenakan pendidikan masih belum mengetahui tujuan kearah
mana pendidikan itu diselenggarakan. Jadi jelas hal ini merupakan masalah yang sangat
penting saat kita menginginkan peningkatan efektifitas dalam kegiatan pengajaran.
Bagaimana suatu tujuan bisa tercapai jika kita sampai sekarang tidak mengetahui apa
tujuan kita. Selama ini, sungguh banyak masyarakat yang memiliki anggapan bahwa
pendidikan formal hanya sekedar sebuah formalitas semata dalam proses membentuk
sumber daya manusia di Indonesia. Banyak yang tidak peduli dengan hasil dari
pembelajaran yang telah dilakukan, yang terpenting adalah memiliki pendidikan
dijenjang tinggi agar mereka dipandang hebat oleh orang lain. Pandangan seperti itulah
yang dapat menimbulkan efektifitas pendidikan di Indonesia masih terhitung sangat
rendah. Jika proses dalam sebuah pendidikan kita memperhitungkan cara untuk
mendapatkan hasil yang baik dan melaksanakannya dengan baik pula, maka pendidikan
tersebut akan menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam pendidikan di indonesia
Pemikiran-pemikiran seperti itu sampai saat ini masih sangat kurang. Sebagian orang
hanya memikirkan bagaimana cara agar dapat menggapai standar seperti oranglain
tanpa memperhatikan proses yang harus dilakukan. Pandangan tersebut kerap kali
membuat peserta didik memiliki pemikiran untuk berbuat kecurangan hanya demi untuk
mendapatkan nilai yang baik. Pada masalah ini lah sangat perlu untuk menguatkan
karakter peserta didik, seperti yang terkandung di sila ke-5 pancasila.

Pendidikan Pancasila adalah pendidikan nilai-nilai yang bertujuan membentuk sikap


dan perilaku positif manusia atau mahasiswa sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila (Kaelan, 2010 : 29). Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang
dimana pada masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin dunia, karena itulah
diperlukan pendidikan Pancasila yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa.
Tujuan pendidikan Pancasila adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara yang
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri
dan moral bangsa dalam kehidupan bangsa, yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam
sila pada Pancasila.

Salah satu ciri utama pendidikan karakter bangsa yang berlandaskan Pancasila ini
adalah, pendidikan berbasis karakter dan moral yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
(Kaelan,2010:29). Pendidikan Pancasilalah yang mengajarkan bagaimana seseorang

6
menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab dan bermoral. Pendidikan
Pancasila mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa.

Selain itu pendidikan yang dapat membentuk atau mengembangkan karakter adalah
pendidikan dalam pembelajaran kimia. Dalam pembelajaran kimia, sebagian besar
materi dalam ilmu kimia adalah abstrak. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang
baik dengan menerapkan media interaktif guna tercapainya pendidikan karakter yang
baik sesuai dengan tujuan dari sistem pendidikan nasional di Indonesia. Pendidikan
termasuk pendidikan kimia harus selalu diusahakan berjalan efektif. Pendidikan disebut
efektif apabila proses pendidikan berhasil. Berhasil artinya memperoleh produk yang
baik atau hasil belajar yang tinggi. Salah satu indikator efektivitas pendidikan kimia
ditunjukkan tingginya nilai kimia yang dicapai peserta didik. Nilai tinggi mata
pelajaran kimia baru dicapai sebagian kecil peserta didik, yaitu peserta didik di dalam
kota dan belum merata pada peserta didik lainnya. Oleh karena itu efektivitas
pendidikan kimia masih menjadi masalah hingga saat ini.
Dalam kaitan dengan penggunaan media pembelajaran interaktif, maka yang menjadi
perhatian bagi setiap guru adalah bagaimana seorang guru mampu memilih dan
menggunakan serta menyesuaikan dengan materi, sifat dan karakteristik ilmu
pengetahuan serta karakteristik dari siswa.Penggunaan media dalam pembelajaran
bertujuan untuk membantu siswa dalam penguasaan materi pelajaran dan memiliki
keterampilan. Dalam hal ini guru harus benar-benar mampu mendesain proses
pembelajaran dan menentukan materi yang akan disampaikan dan dengan media
apa disajikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan media
pembelajaran interaktif, sehingga dapat mendorong siswa lebih mudah dalam
memahami konsep-konsep pembelajaran Kimia. Selain itu berbagai kreativitas
penerapan ilu kimia juga dapat berupa pembuatan handsanitzer dan mengenai pemilihan
sumber air layak minum

Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus yang dilakukan satuan pendidikan agar
dapat menanamkan nilai-nilai karakter pancasila dalam diri peserta didik, salah satunya
dengan cara mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah.
Terdapat beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menanamkan pendidikan
karakter pancasila berbasis budaya sekolah, antara lain sebagai berikut:

1. Penerapan dalam Intrakurikuler

Dalam proses pembelajaran tematik, guru diharapkan tidak hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran, namun memasukkan unsur nilai
Pancasila/budi pekerti/karakter di dalamnya. Guru harus mampu memberikan informasi
tentang manfaat, dampak, dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan dengan bijak.
Ilmu pengetahuan , seharusnya juga dapat menumbuhkan kepedulian pada
lingkungan.sering kita lihat banyak sekali zat kimia yang digunakan tidak sesuai dengan

7
kegunaannya.ontohnya sekarang ini banyak kita jupai pemakaian merkuri pada produk
kecantikan.Kita tahu bahwa Penggunaan merkuri pada produk kecantikan terbukti
berbahaya dan dilarang di berbagai negara. Pasalnya, bahan kimia ini dapat dengan
mudah diserap kulit dan masuk ke dalam aliran darah.Merkuri juga bersifat korosif,
sehingga penggunaannya bisa membuat lapisan kulit menipis. Bahkan tak hanya
berdampak pada kulit, paparan merkuri yang tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan
pada saluran pencernaan, sistem saraf, dan ginjal.Penggunaan merkuri pada produk
pemutih kulit juga memberi efek karsinogenik, yaitu kemungkinan dapat memicu
kanker.Namun sekarang banyak manusia yang tidak bertanggungjawab dan hilangnya
rasa kemanusiaan demi mendapat keuntungan yang lebih besar.Sehingga dengan adanya
Penerapan dalam Intrakurikuler mahasiswa dapat menggunakan ilmu pengetahuannya
dibarengi dengan nilai-nilai Pancasila/budi pekerti/karakter dikemudian hari.

2. Penerapan dalam Bidang Kokurikuler

Dalam rangka menanamkan karakter pancasila pada bidang Kokurikuler, siswa dapat
diminta melakukan kegiatan studi lapangan. Dari kegiatan tersebut, siswa dapat
mempraktikkan teori-teori yang didapatkan dalam kelas. Selain itu, siswa dapat
menghayati bagaimana kerja keras dalam menghasilkan suatu produk, peduli terhadap
kerja keras, menghargai sesama, dan juga dapat mensyukuri berkah sehingga
membentuk karakter siswa.

Selain itu Pada pendidikan kimia, dalam proses pembelajarannya ada pemahaman
tentang tiga jenis representasi yang digunakan dalam kimia makroskopis,
submikroskopis dan simbolik merupakan landasan dalam berbagai penjelasan yang
menyumbang terhadap ‘literasi kimia’. Tantangannya adalah kapan dan bagaimana
mengenalkan ‘triplet representasi’ tersebut untuk menghindari konsep-konsep alternatif
dan miskonsepsi yang banyak ditunjukkan oleh hasil.Pemahaman konsep kimia
mencakup kemampuan untuk merepresentasikan/ menggambarkan dan
menterjemahkan fenomena kimia dengan menggunakan representasi makroskopis,
submikroskopis, dan simbolik (Johnstone, 1993; Gabel & Bunce, 1994). Pada tingkat
makroskopis,kimia mencakup fenomena yang dapat diamati dan bisa dijumpai oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari, misalnya es mencair, atau paku berkarat. Agar dapat
menjelaskan fenomena ini dengan baik, maka kimiawan mengembangkan konsep dan
model atom atau molekul.Pada tingkat submikroskopis, paku yang berkarat menjadi
proses kimia dimana atom- atom besi bereaksi dengan molekul oksigen di udara dan
menghasilkan molekul besi oksida. Cara lain untuk mengggambarkan proses ini adalah
dengan menggunakan persamaan reaksi kimia beserta simbolsimbol, rumus kimia dan
angka-angka, misalnya 4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s). Seperti yang diilustrasikan
dalam contoh ini, kimiawan menggambarkan pengalaman indera dengan menggunakan
atom, molekul dan menterjemahkannya kedalam symbol-simbol dan rumus kimia.
Kemampuan siswa dalam memahami peran setiap level representasi kimia dan dalam
mentransfer dari satu tingkat ke tingkatan lainnya merupakan aspek yang sangat penting

8
agar menghasilkan penjelasan yang bisa dimengerti (Treagust, Chittleborough, &
Mamiala, 2003) dan juga ketiga representasi ini berperan penting dalam memahami
hakekat kimia, norma- norma dan metodenya (Shwartz dkk, 2006) dan juga merupakan
penyumbang kunci dalam uraian atau penjelasan fenomena kimia. Oleh karena itu,
penting sekali bagi pendidik untuk mengembangkan “kompetensi
merepresentasi/menggambarkan (representatational competence)” siswa dalam belajar
kimia. Dengan mengetahui konsep kimia tersebut maka mahasiswa tidak
menyalahgunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya,tetapi tetap memperhatikan
dalam aspek pengguna dan lingkungannya.Hal ini berkaitan dengan bagaimana peran
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada mahasiswa yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaansehingga menjadi manusia insan kamil (Prasetyo dan Rivasintha,
2011: 2).

B.Kontribusi Ilmu Pengetahuan yang ditawarkan setelah dikembangkan kepada


masyarakat
Menurut Ir.Soekarno (2007:24) “Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia secara
turun temurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat.
Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni
falsafah bangsa Indonesia”. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang telah memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia.
Pancasila mampu membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik
pada masyarakat Indonesia, agar mampu mencapai kehidupan yang adil dan
makmur.Dengan adanya Pendidikan karakter dapat menanamkan nilai-nilai karakter
kepada mahasiswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Dalam kehidupan ini kita tidak luput
dengan yang namanya kimia. Kimia begitu dekat dan akrab dengan kehidupan manusia.
Mulai dari hal sederhana hingga kompleks. Ketika dunia ini dihadapkan dengan adanya
pandemi virus covid-19 seperti sekarang ini, kehidupan masyarakat utamanya dalam
bidang kesehatan menghadapi masalah yang begitu serius.Dalam hal ini kontribusi
kimia sangat terasa, salah satunya dengan dianjurkannya mencuci tangan menggunakan
sabun dan hand sanitizer. Sabun dan hand sanitizer sendiri merupakan produk dari hasil
olahan bahan kimia. Edukasi penerapan ilmu Kimia juga dapat diberikan berupa
pembuatan handsanitizer dan sabun cair akan membantu masyarakat secara mandiri
dalam menerapkan protokol kesehatan, melalui pembiasaan mencuci tangan dan
penggunaan handsanitizer dalam mencegah dampak penyebaran virus Corona. Manfaat
lainnya bagi masyarakat yaitu dapat memberdayakan perekonomian secara mandiri
dengan memasarkan produk handsanitizer dan sabun cair tersebut. Dalam pembuatan
hansanitizer ini diharapkan alkohol yang diperlukan tidak lebih dari 70% supaya

9
Supaya masyarakat terhindar dari bahan berbahaya yang dapat merusak kulit.Selain itu,
Peranan ilmu kimia dalam mengatasi masalah global Ilmu kimia berperan dalam
menyelesaikan masalah global, yaitu masalah yang dihadapi oleh seluruh dunia.
Masalah global meliputi masalah di bidang lingkungan hidup, kedokteran, geologi,
biologi, dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).Contoh masalah global di
bidang lingkungan hidup dan krisis energi antara lain:

a) Bahan bakar

Bahan bakar berupa minyak bumi, batu bara dan gas alam berasal dari fosil. Fosil
adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Karena fosil terbentuk dari
organisme yang terkubur jutaan tahun lalu.Bahan bakar dari fosil itu akan habis
sehingga terjadi krisis energi. Manusia harus bisa mencari sumber energi alternatif
untuk mengatasi krisis energi itu.Ilmu kimia berperan dalam menyelesaikan
permasalahan krisis energi. Contoh sumber energi alternatif adalah alkohol, energi
nuklir, geothermal (panas bumi) atau sinar matahari.

b) Teknologi biogas

Hewan ternak di peternakan bisa menimbulkan masalah lingkungan. Tumpukan


kotoran yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerugian, yaitu timbul bau
tidak sedap, sumber penularan penyakit, dan merusak pemandangan.Permasalahan itu
bisa diatasi dengan teknologi biogas untuk mengubah kotoran hewan lebih bermanfaat
bagi manusia.Pembuatan biogas menggunakan bahan baku kotoran hewan atau ternak
yang dibuat bubur halus menjadi butiran kecil dan dicampur air.Hasil teknologi biogas
dapat digunakan sebagai sumber 10ating. Contoh untuk lampu penerangan dan
memasak.

c) Program Langit Biru

Program Langit Biru adalah program yang bertujuan meminimalisasikan polusi udara
akibat pemanfaatan 10ating.Transportasi adalah salah satu penyebab polusi udara.
Polusi udara terjadi akibat emisi gas buang yang ditimbulkan dari pemanfaatan
10ating.Jenis dan jumlah pencemaran dipengaruhi oleh 10ating jenis 10ating, jenis
kendaraan, umur kendaraan, ukuran mesin, dan perawatan kendaraan.Saat ini sarana
transportasi masih memanfaatkan 10ating tidak terbarukan berupa bahan bakar minyak,
seperti bensin, solar, AVTUR, dan AVGAS yang mengandung bahan pencemar.Untuk
mengurangi pencemaran itu, perlu dicarikan 10ating 10ating10y10ve seperti LPG
(Liquid Petroleum Gas) dan CNG (Compressed Natural Gas).Bahan bakar tersebut
mempunyai koefisien emisi (emisi yang dikeluarkan per jumlah bahan bakar yang
dibutuhkan) lebih kecil dibandingkan dengan bensin atau minyak solar.

d)Bidang Pertanian

10
Peranan ilmu kimia dalam bidang pertanian sangat erat hubungannya.contohnya
dalam pembuatan pupuk. Dalam pertanian modern saat ini, para petani telah
menggunakan pupuk dan pestisida dalam rangka meningkat mutu dan produksi. Pupuk
dan pestisida mengandung zat-zat kimia. Pupuk merupakan material yang ditambahkan
pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan
tanaman. Pupuk berguna untuk memperbaiki komposisi 11ating-unsur dalam tanah,
agar tanaman dapat tumbuh subur. Unsur-unsur penting yang dibutuhkan tumbuhan,
antara lain nitrogen (N), fosfor (P) , Kalium (K), Sulfur (S), kalsium (Ca) dan
magnesium(Mg) yang merupakan 11ating makro. Jumlah 11ating S, Ca, dan Mg
tersedia cukup dalam tanah dan peranannya bagi tumbuhan tidak teramat penting. Unsur
yang berperan bagi tumbuhan adalah N,P dan K.Pupuk buatan disebut juga pupuk
anorganik dibuat melalui reaksi kimia dalam proses 11ating11y pupuk. Pupuk buatan
mengandung senyawa kimia yang tersusun atas 11ating-unsur utama yang diperlukan
tumbuhan, yaitu N,P,K. Pupuk buatan digunakan karena kebutuhan tanaman terhadap
pupuk ini sangat besar. Contoh pupuk buatan. Dengan mengetahui zat kimia apa yang
cocok digunakan untuk pertumbuhan padi,maka padi akan berbuah dengan
lebat.Sehingga dapat menyejahterakan petani dan seluruh masyarakat Indonesia.

Dari penjelasan diatas membuktikan bahwa peranan ilmu kimia sangat erat dalam
kehidupan sehari-hari terutama bagi masyarakat.Akan tetapi, penanaman Nilai karakter
dan norma juga sangat penting diajarkan kepada peserta didik agar di masa yang akan
11ating generasi penerus bangsa ini tidak lagi menyalahgunakan ilmu pengetahuan yang
dimiliki nya.Karena dalam era globalisasi ini banyak sekali kejahatan manusia yang
tidak bertanggung jawab dan mementingkan kepentingan sendiri.mereka menciptakan
suatu produk kecantikan dengan bahan berbahaya yang tidak seharusnya cocok
digunakan kulit contohnya merkuri.mereka menggunakan merkuri pada produk
kecantikan dan menjual nya untuk memperoleh keuntungan ang besar.Mereka tidak
mementingkan keselamatan bagi konsumen.Selain pada produk kecantikan kejahatan
manusia yang tidak bertanggung jawab juga dapat kita lihat pada pembuatan zat
pewarna sintetis pada makanan.bahkan tak heran juga mereka membuat boraks sebagai
pengawet makanan.Kita lihat Jika mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
pewarna sintetis dan boraks dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan
ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut bahkan kematian.dengan adanya implementasi
nilai-nilai Pancasila terhadap peserta didik maka akan memiliki karakter yang baik
pula.Dengan begitu mereka harus mementingkan kepentingan bersama guna untuk
menyejahterakan rakyat Indonesia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

11
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN
Dalam sebuah sistem pendidikan, dimana pun dan kapan pun, metode belajar dan
mengajar yang efektif dan dan terandalkan merupakan sebuah keharusan. Demikian
pentingnyasebuah metode belajar efektivitas dan keterandalan tersebut, sehingga
metode belajar dan mengajar harus didasarkan dengan nilai-nilai pancasila agar teratur
dan tearah prosesnya sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Peran guru sangat penting dalam pendidikan
karakter siswa. Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran kimia secara nyata
dapat menumbuhkan watak dan perilaku yang terpuji dari seluruh peserta didik
sehingga sekolah akan mampu menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia,
berkualitas, terampil dan kompetitif di semua bidang. Pendidikan karakter dalam
pembelajan kimia digunakan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Melalui peran serta guru dalam mendukung setiap upaya penerapan pendidikan
karakter, diharapkan mampu mempercepat proses integrasi nilai-nilai karakter dalam
diri komunitas sekolah dan menjadikannya sebagai perilaku dalam kehidupan sehari-
hari.Penerapan pendidikan karakter bangsa secara nyata dapat menumbuhkan watak dan
perilaku yang terpuji dari seluruh komunitas sekolah, sehingga sekolah akan mampu
membentuk dan menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia, berkualitas, terampil
dan kompetitif. Kenyataannya sekarang ini pendidikan di Indonesia masih berada di
level yang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang lainnya. Jika
pendidikan di Indonesia telah berkualitas maka akan sangat bermanfaat bagi sumber
daya manusia Indonesia yang dapat memperbaiki segala macam bidang yang ada,karena
pendidikan adalah sumber dan roda dalam pergerkan suatu bangsa.

B.SARAN
Pembentukan karakter yang dijelaskan tersebut seharusnya dapat potensi baik
peserta didik dalam bertindak, cara pandang, berpikir, bersikap, dan gagasan. Dengan
adanya Rekayasa ide ini seharusnya pembaca menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
bidang keilmuannya.Sehingga Dengan adanya penerapan nilai-nilai Pancasila ini dapat
membentuk karakter dan norma yang baik bagi generasi penerus bangsa. Dan juga
diharapkan pembaca sebagai generasi penerus bangsa lebih mementingkan kepentingan
bersama bukan mengambil keuntungan bagi diri sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun
2006 No. 19 dan 20 Tahun 2007 Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Dabbagh, N. & Ritland. B. B. (2005). Online Learning, Concepts, Strategies and
Application. Ohio: Pearson.
Kozma, R. B., & Russell, J. (1997). Multimedia and understanding: expert and novice
responses to different representations of chemical phenomena. Journal of Research in
Science Teaching, 34 (9), 949–968
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character, How Our School Can
TeachRespect and Responsibility. New York : Bantam Books.
Shwartz, Y., Ben-Zwi, R, & Hofstein, A. (2006). The use of sciencetific literacy
taxonomy for assessing the development of chemical literacy among high-school
students. Chemical Education Research and Practice,74(4), 203-225.
Tarmansyah, dkk. (2012). Pedoman Pengembangan Pendidikan Karakter Di Sekolah
Inklusif. Padang: Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PK-
LK) Direktorat Pendidikan Dasar.
Treagust, D. F., Chittleborough, G., & Mamiala, T. L. (2003). The role of
submicroscopic and symbolic representations in chemical explanation. International
Journal of Science Education, 25(11), 1353–1368.
Prasetyo, A., dan Rivasintha, E. (2010). Konsep, Urgensi, dan Implementasi Pendidikan
Karakter di Sekolah,(Online). (http://edukasi. kompasiana.com, diakses 16 April 2018)
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

https://amp.kompas.com/edukasi/read/2010/12/06/11371340/edukasinews

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/78416

https://ditsmp.kemdikbud.go.id/menerapkan-pendidikan-karakter-pancasila-dalam-
lingkungan-sekolah/

13

Anda mungkin juga menyukai