Kerusakan Selama Pembekuan Dan Penyimpan
Kerusakan Selama Pembekuan Dan Penyimpan
1. PEMBEKUAN
suhu lingkungan selanjutnya akan meningkatkan jumlah cairan tubuh ikan yang
akan membeku dan akhirnya akan mencapai air tak bebas. Biasanya proses
pembekuan ikan dianggap selesai bila suhu tubuhnya telah mencapai -12°C.
Karena pada suhu tersebut sebagian besar cairan yang terdapat di dalam tubuh
ikan telah membeku. Penurunan suhu hingga -30°C tidak banyak mengubah
jumlah cairan tubuh yang membeku (Afrianto E dan Liviawaty E, 1989).
Menurut Adawyah (2007) menyatakan bahwa tubuh ikan mengandung air
sekitar 60%-80% yang terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel, jaringan, dan
ruangan-ruangan antar sel. Cairan itu berupa larutan koloid encer yang
mengandung berbagai macam garam (terutama kalium fosfat dasar) dan protein.
Sebagian besar dari cairan itu (±67%) berupa free water dan selebihnya (±5%)
berupa bound water. Bound watermerupaka air yang terikat kuat secara kimia
dengan substansi lain dari tubuh ikan. Ikan mulai membeku pada suhu antara -
0,60°C sampai -20°C, atau rata-rata pada -10°C. Yang mula-mula membeku
adalah free water, disusul oleh bound water. Pembekuan dimulai dari bagian luar
dan bagian tengah membeku paling akhir. Tapi sangat sulit sekali membekukan
keseluruhan cairan yang terdapat pada ikan, karena air terikat (bound water)
sangat sulit dibekukan dan memiliki titik beku yang sangat rendah, serta sulit
tercapai dalam kondisi komersial. Pada umumnya, jika pembekuan sudah
mencapai -120°C hingga -300C°C dianggap telah cukup.
Secara singkat, proses pembekuan cairan di dalam tubuh ikan dapat dibagi
menjadi tiga fase, yaitu:
a. Pada fase pertama terjadi penurunan suhu wadah penyimpanan yang segera
diikuti dengan penurunan suhu tubuh ikan. Meskipun suhu telah menurun,
proses pembekuan baru akan terjadi setelah suhu tubuh ikan mencapai 0°C
dengan ditandai terbentuknya kristal-kristal es. Pada fase ini, pembentukan
Kristal es akan berlangsung sangat cepat dan dimulai dari tubuh bagian luar
menuju bagian dalam.
b. Penurunan suhu lebih lanjut akan meningkatkan pembekuan cairan tubuh.
Biasanya proses pembekuan ini akan segera berhenti apabila suhu tubuh telah
mencapai -12°C. Kisaran suhu ini disebut pula sebagai daerah kritis (critical
zone) karena sebagian besar cairan ikan akan mengalami pembekuan. Untuk
4
Berat ikan dapat menyusut karena dehidrasi atau kerusakan fisik selama ikan
dibekukan. Kerusakan fisik dapat terjadi karena pengadukan selama pembekuan
yang menghasilkan potongan-potongan kecil, seperti yang terjadi pada
pembekuanyang menerapkan fluidasi dengan udara.
Kerusakan fisik lain terjadi karena ikan melekat pada baki atau ban berjalan.
Jika kehilangan berat dalam melepas ikan dari baki itu berlebihan, baki perlu itu
berlebihan, baki perlu disiram dengan air dari bawah. Ikan yang dibekukan
dengan pembeku bersinambungan yang menggunakan ban stainless steel dapat
kehilangan berat karena ada bagian ikan yang terjepit diantara lubang-lubang di
dalam ban.
apakah vertical atau horizontal. Salah satu contoh air blast freezer dapat dilihat
pada gambar 3 dibawah ini.
Salah satu model freezer dengan menggunakan cairan nitrogen dapat dilihat pada
gambar 4 dibawah ini.
Cairan nitrogen tidak dapat disimpan secara ekonomis di dalam bejana; dan
waktu ke waktu diperlukan pembocoran agar isi bejana tetap dingin dan
tekanannya tidak terlalu tinggi. Diperkirakan 0,5% isi bejana dibuang setiap hari
untuk keperluan itu Selain itu, kurang lebih 10% hilang pada saat pemindahan dan
tanker ke dalam bejana penyimpan meskipun ini bukan tanggungan konsumen.
Oleh karena itu, metode pembekuan ini lebih mahal daripada metode yang lain,
sekurang-kurangnya 4 (empat) kali biaya air blast freezer, bahkan dapat lebih
tinggi jika freezer ini hanya digunakan sewaktu-waktu dengan beban yang tidak
penuh.
Meskipun ukuran freezer kecil dan tidak memerlukan mesin pendingin,
diperlukan ruang penyimpanan yang besar dan akses untuk tangki nitrogen.
Kerugian utama di kebanyakan negara berkembang ialah mahalnya biaya
penyediaan nitrogen dan kontinuitas penyediaannya.
2. P ENYIMPANAN BEKU
adalah kamar yang diinsulasi dan direfrigerasi yang khusus dirancang bagi
penyimpanan beku.
Persyaratan penyimpanan beku telah digariskan oleh FAO Roma akan saran
dan petunjuk prakteknya. Persyaratan FAO adalah hasil kompromi sedunia dan
hanya menyatakan syarat minimum. Mengingat negeri atau perusahaan pembeli
dapat saja menuntut syarat atau standar tersendiri. maka pembekuan dan
penyimpanan beku ikan beku yang akan diekspor, persyaratannya perlu
dikonsultasikan dengan pembeli. Perbedaan informansi atau standar mungkin
karena perbedaan kriteria yang digunakan dalam menetapkan faktor mutu dan
dalam merumuskan batasan waktu penyimpanan maksimum, yang mungkin
didasarkan pada produk bermutu tinggi atau hanya pada batas mutu "dapat
dimakan".
Pada berbagai rekomendasi, waktu penyimpanan yang dinginkan (yang
diinginkan) sering dinyatakan bagi suhu penyimpanan yang berlainan; berarti suhu
desain gudang beku itu hanya cukup untuk menyimpan produk satu jenis saja.
Sehubungan dengan itu, gudang beku harus dibangun menurut persyratan yang
dituntut paling utama, misalnya didasarkan pada penyimpanan beku ikan berlemak
dengan waktu simpan cukup panjang, satu tahun. Berarti suhu desain gudang beku
itu harus lebih rendah (Ilyas S, 1993).
cold storage ke dalam container (peti kemas) hendaknya mengikuti sistem FIFO
(First in first out) sehingga tidak ada produk lama tersimpan dalam cold storage
(Mulyanto, 1992).
coklat, terdapat sedikit lendir, bau asam mulai nyata sehingga kemungkinan ikan
bandeng sudah terkontaminasi oleh bakteri.
Tabel 2. Pertumbuhan bakteri dan fungi pada daging ikan bandeng yang
disimpan pada suhu beku (-6oC) 24 jam, 48 jam dan 72 jam
Tabel 3. Pertumbuhan bakteri dan fungi pada daging ikan bandeng yang
disimpan pada suhu dingin (10oC) 24 jam, 48 jam dan 72 jam
Tabel 4. Pertumbuhan bakteri dan fungi pada daging ikan bandeng yang
disimpan pada suhu kamar (30oC) 24 jam, 48 jam dan 72 jam
Kerusakan ikan oleh bakteri terjadi karena bakteri masuk kedalam tubuh
ikan sejak ikan masih berada dilaut maupun ikan yang sudah berada pada proses
penyimpanan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ikan cakalang
18
dengan lama penyimpanan 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari pada suhu tetap
yaitu suhu freezer 0°C diperoleh bahwa jumlah total bakteri pada ikan selama 5
(lima) hari yaitu 6,33x103CFU/gr, pada hari ke-10 terjadi penurunan jumlah
bakteri yaitu 0,97 x 103CFU/gr , pada hari ke 15 jumlah bakteri yaitu 1,45 x
103CFU/gr, sedangkan pada hari ke-20 terjadi peningkatan jumlah bakteri yaitu
4,59 x 103CFU/gr.
Dari uraian hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa setiap perlakuan
menunjukkan perubahan jumlah bakteri, pada penyimpanan selama 5 (lima) hari
terjadi peningkatan jumlah bakteri disebabkan bakteri mengalami fase
pertumbuhan logaritmik. Fase pertumbuhan logaritmik adalah fase dimana bakteri
membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Selanjutnya
pada perlakuan ikan cakalang yang disimpan selama 10 hari dan 15 hari terjadi
penurunan jumlah bakteri, penurunan jumlah bakteri ini disebabkan karena bahan
makanan atau nitrien yang terkandung didalam tubuh ikan sudah mulai berkurang
dan adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat
menghambat pertumbuhan bakteri itu sendiri. Selain itu juga penurunan jumlah
bakteri ini disebakan karena persediaan air dalam tubuh ikan sudah mulai
berkurang disebabkan air yang ada didalam tubuh ikan mengalami pengkristalan
sehingga air tersebut tidak dapat diserap oleh bakteri, akhirnya bakteri tersebut
kekurangan air sehingga menyebabkan penurunan jumlah bakteri. Namun pada
perlakuan terakhir yaitu pada masa penyimpanan 20 hari terjadi peningkatan
kembali jumlah bakteri pada ikan. Hal ini dikarenakan ada beberapa bakteri yang
walaupun pada suhu dingin bakteri tersebut tidak mati, yaitu bakteri yang
tergolong bakteri psychrophilic, bakteri ini adalah bakteri yang hidup pada suhu
rendah yaitu pada suhu 0°C – 30°C.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa ikan yang disimpan
didalam suhu freezer meskipun jumlah bakteri belum melebihi santar maksimum
cemaran mikroba, namun sudak tidak layak untuk dikonsumsi lagi, namun tidak
bisa dipungkiri ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi ikan tersebut tidak
layak untuk dikonsumsi lagi, baik dari faktor fisika maupun kimia. Faktor
fisikanya meliputi kondisi fisik dari ikan tersebut seperti perubahan warna daging
yang menjadi coklat gelap serta tekstur daging yang sudak tidak kenyal lagi,
sedangkan untuk perubahan kimia yaitu terjadi perubahan protein, perubahan
lemak dan dehidrasi.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Penyimpanan Beku
hingga 8 meter tingginya dengan bantuan fork lift. Oleh karena itu, agar diperoleh
bentuk kubus ideal pada cold storage yang besar, cold storage harus dibangun
bertingkat dengan beberapa lantai. Namun, cold storage bertingkat ini
menimbulkan masalah dalam penanganan barang keluar - masuk bangunan.
Karena itu, cold storage yang modern hampir semuanya tidak bertingkat, dengan
muka yang panjang untuk mempermudah bongkar - muat.
Cold storage dapat dibangun melekat pada struktur yang kokoh atau berdiri
sendiri diantaranya keduanya terdapat perbedaan dalam cara konstruksinya. Selain
itu, ada sedikit cold storage yang dibangun di bawah permukaan tanah (Murniati
dan Sunarman, 2000).
20
3.1 Dehidrasi
Pengeringan (dehidrasi) yaitu berkurangnya kadar air selama produk
dibekukan dan disimpan beku. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya salju diatas
produk beku atau memutihnya permukaan produk beku itu.
Pendinginan dan pembekuan yang cepat dapat mengurangi tingkat
pengeringan. Pendinginan yang cepat akan memperkecil kecepatan penguapan
dari dalam produk ke udara. Sedangkan pembekuan yang cepat akan
meminimalkan (minimize) produk itu menguap kandungan airnya (Moelyanto,
1992).
Proses pengeringan pada ikan terjadi sejak masuk freezer dan selama
penyimpanan dalam cold storage, sampai akhirnya dibeli konsumen. Hal ini
disebabkan oleh adanya proses sublimasi, yaitu perpindahan uap air dari produk
yang suhunya lebih tinggi pada waktu masuk freezer dan tekanan uap airnya juga
relative tinngi.
Uap air itu pindah dan menempel pada cooling coil (evaporator) yang
suhunya lebih rendah. Pengeringan akan berjalan makin cepat dengan adanya
sirkulasi udara dingin. Akibatnya terbentuk salju (frost) yang menutup cooling
coil dan akan mengurangi kemampuan unit pendingin. Itulah sebabnya dalam
konstruksi cold storage yang baru, sering dipakai cooling coil yang digantung di
langit-langit sebagai pengganti fan (kipas angin). Dibandingkan dengan memakai
blower, konstruksi ini lebih mempercepat proses pengeringan. Perubahan suhu
penyimpanan yang terlalu besar dan sering juga membantu pengeringan produk.
Untuk memperoleh pendinginan dan pembekuan yang cepat tidak hanya
dengan menggunakan udara dingin saja. Akan tetapi, udara dingin ini perlu
21
3.3 Discolorisasi
Mutu ikan sering dinilai dari penampilannya. Oleh karena itu perubahan
warna dapat menimbulkan penurunan mutu ikan. Perubahan di dalam daging ikan
merupakan penyebab perubahan warna tersebut. Perubahan warna dapat
diperlambat dengan penyimpanan pada suhu yang lebih rendah (Murniati dan
Sunarman, 2006).
pengeringan yang terjadi, maka daging ikan lebih keras dibandingkan sewaktu
masih segar (Moelyanto, 1992).
4.3 Glazing
25
harus dapat dilakukan dengan cepat dan aman serta tidak menyebabkan fluktuasi
suhu di dalam cold storage ke dalam container (peti kemas) hendaknya mengikuti
system FIFO (First In First Out) sehingga tidak ada produk lama tersimpan dalam
cold storage (Moelyanto, 1992).
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan cara
membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Dengan
membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es
(ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan.
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan dalam suhu
rendah. Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi pemindahan panas dari
tubuh ikan yang bersuhu tinggi ke refrigerant yang bersuhu rendah. Dengan
demikian kandungan air di dalam tubuh ikan akan berubah bentuk menjadi kristal
es. Kandungan air ini terdapat di dalam sel jaringan dan ruang antarsel. Sebagian
besar air dalam tubuh ikan tersebut merupakan air bebas (free water) sebanyak
67% dan selebihnya merupakan air tak bebas (bound water), yakni cairan tubuh
yang secara kimiawi terikat kuat dengan substansi lain di dalam tubuh ikan,
seperti molekul protein, lemak dan karbohidrat.
Ada beberapa Metode Pembekuan yang digunakan, yaitu :
1. Air-blast Freezing
Air Blast Freezing ialah dengan membekukan produk yang ditaruh dalam
ruangan yang ditiupkan udara beku didalamnya dengan blower yang kuat
2. Immersion Freezing
Immersion Freezing adalah membekukan produk dalam air (larutan garam)
yang direfrigrasi.
3. Cryogenic Freezing
Cryogenic Freezing ialah dengan membekukan produk dengan semprotan
bahan cryogen, misalnya karbondioksida cair dan nitrogen cair.
27
Cara penyimpanan produk beku di dalam cold storage harus mengikuti cara-
cara yang baik dan terencana. Sebaiknya produk beku disimpan sesudah dikemas
dengan baik, karton-karton atau peti disusun rapi sesuai dengan waktu
pengolahannya. Pengangkutan untuk menyimpan dan mengeluarkan produk harus
dapat dilakukan dengan cepat dan aman serta tidak menyebabkan fluktuasi suhu di
dalam cold storage.
Kerusakan sering terjadi selama proses pembekuan dan penyimpanan beku
berlangsung, adapun kerusakan-kerusakan adalah sebagai berikut :
- Pengeringan (dehidrasi) yaitu berkurangnya kadar air selama produk
dibekukan dan disimpan beku.
- denaturasi protein adalah pembekuan yang menyebababkan protein berubah
beberapa fungsinya, karena dalam perubahan ini protein kehilangan sifat
alaminya.
- Discolorisasi yaitu perubahan warna yang terjadi selama proses pembekuan
dan penyimpnan beku.
- Pengerasan daging ikan disebabkan oleh proses denaturasi protein yang
dilanjutkan dengan koagulasi (penggumpalan). Sehingga tekstur protein-
protein daging lebih kompak. Apabila dihubungkan dengan pengeringan yang
terjadi, maka daging ikan lebih keras dibandingkan sewaktu masih segar
(Moelyanto, 1992).
- Oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik pada ikan beku yang disimpan
lama, antara lain disebabkan oleh aktivitas beberapa enzim yang pada suhu
sampai -40°C masih belum berhenti.
28
- Drip lost adalah cairan pada ikan yang ikut keluar pada saat dilakukan proses
pelelehan (thawing).
Jenis kerusakan – kerusakan ikan tersebut dapat dicegah yaitu dengan cara
sebagai berikut :
- Perendaman dalam brine merupakan salah satu usaha untuk mengurangi drip
pada pada produk-produk seperti fillet ikan.
- Larutan polifosfat untuk mencegah pembentukan drip. Fungsi fosfat adalah
untuk mempertinggi daya ikat air oleh protein ikan. Oleh karena itu, sebelum
dibekukan pada suhu -40°C, fillet ikan dicelupkan dahulu pada larutan Na-
fosfat K- fosfat atau campuran dua fosfat. Larutan paling efektif yang pernah
dicoba adalah larutan Na-tripolifosfat 12,5 %.
- Pemberian selimut es (glaze) pada ikan beku dengan cara menyemprotkan,
menyapukan air, atau mencelupkan ikan ke dalam air yang bertujuan untuk
mengurangi dehidrasi dan oksidasi.
- Pengaturan suhu yang tepat pada coldstorage yaitu suhu -18°C sampai -20°C.
Apabila pengangkutan dilakukan dengan kapal, gerbong kereta api dan truk,
cukup dengan suhu -20°C sampai -25°C.