Anda di halaman 1dari 14

Makalah

“Kewajiban Orang Tua Terhadap Anaknya”

Dosen Pengampu : Muliyani, S.Pd.I., M.Pd.I

Mata Kuliah : Hadist Tarbawi

Di susun Oleh :

Kelompok III

Diawati(22022055)
Jesika Gracia Putri (22022050)
Ayu (220220

Kelas Reguler 4 B

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan

inayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Hadist Tarbawi tentang “Hadist

Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah. Untuk itu, kami mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terkandung di

dalamnya baik dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka

kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya

bagi kami pemakalah dan para pembaca.

Kendari, 19 April 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………...……… i

DAFTAR ISI………………………………………………......…………..… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 1

C. Tujuan……………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hadis Tentang Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak.……………... 5

1. Berbuat adil di antara anak-anak………….............…..........…....... 5

2. Membantu anaknya untuk berbakti kepadanya…….……….…....... 7

3. Memberikan pendidikan yang baik terhadap anak…….……....…. 7

4. Pengaruh orang tua terhadap anak.......................…………...…… 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………......………….......… 11

B. Saran…………………………………………………………........ 11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak merupakan persoalan yang selalu menjadi perhatian berbagai elemen masyarakat,

bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga, dan bagaimana seharusnya ia di

perlakukan oleh kedua orang tuanya, bahkan juga dalam kehidupan masyarakat dan negara

melalui kebijakan-kebijakannya dalam mengayomi anak. Seperti yang telah di kemukakan

sebelumnya, anak adalah amanah Allah SWT dan tidak bisa di anggap sebagai harta benda yang

bisa di perlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah, anak harus di jaga sebaik

mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang memiliki nilai

kemanusiaan yang tidak bisa di hilangkan oleh alasan apapun.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja kewajiban orang tua terhadap anak?

2. Bagaimanakah sikap orang tua terhadap anak atas segala kewajibannya.

C. Tujuan

1. Mengetahui kewajiban orang tua terhadap anak.

2. Memahami cara bersikap yang baik terhadap anak.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Hadis tentang kewajiban orang tua kepada anak

1. Kewajiban Orang tua Berbuat adil di antara anak-anak

َ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ ْم فَقَا َل إِنِي نَ َح ْلتُ ا ْبنِي هَذَا غُ ََل ًما فَقَا َل أَكُ َّل َولَدِكَ نَ َح ْلت‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ِ‫ان ب ِْن بَشِ ي ٍْر أَنَّ أَبَاهُ أَتَى بِ ِه إِلَى َرس ُْو ُل هللا‬
ِ ‫ع ْن النُّ ْع َم‬
َ

)‫مِ أْلَهُ قَا َل ََلقَا َل فَارْ ِج ْعهُ (متفق عليه‬

Artinya: “Dari Nu’man bin Basyir r.a. bahwa ayahnya datang membawanya kepada Rasulullah

SAW dan berkata : “Sesungguhnya saya telah memberikan seorang budak (pembantu) kepada

anakku ini”. Maka Rasulullah SAW bertanya : “Apakah semua anakmu engkau beri budak

seperti ini?”. “Ayah menjawab : “Tidak”. Rasulullah SAW lantas bersabda : “Tariklah kembali

pemberianmu itu.” (HR. Muttafaq Alaih)

AsbabWurud al-Hadis ini sebagaimana yang di riwayatkan oleh al-Bukhari dari Nu’man

bin al-Basyir berkata : “Ayahku bersedekah hartanya kepadaku.” Lantas ibuku Amrah binti

Rawahah berkata : “ Aku tidak rela sehingga engkau persaksikan sedekah ini kepada Rasulullah

SAW”. Maka berangkatlah ayahku kepada Rasulullah saw untuk mempersaksikannya tentang

sedekah kepadaku. Kemudian Rasul bertanya : “apakah masing-masing anak-anakmu engkau

beri seperti anakmu ini ?”. dan seterusnya sebagaimana Hadis di atas.

Hadis di atas menjelaskan pengajaran Nabi terhadap seorang bapak agar bertindak seadil-

adilnya terhadap anak-anaknya. Seorang bapak di dalam rumah tangganya sebagai pendidik

terhadap keluarganya harus bersikap adil dan baik dalam sikap, ucapan, dan segala tindakan.

Karena sikap adil ini mempunyai pengaruh yang besar dalam pembinaan keluarga yang bahagia

dan sejahtera. Tindakan adil dari orang tua atau pendidik merupakan pendidikan terhadap anak-

anaknya.
Dalam kitab Riyadh al-Shalihin ada periwayatan ada yang sama dengan Hadis di atas

sebagai berikut :

‫علَ ْي ِه َو َسلَّ ْم أَفَ َع ْلتَ هَذَا بِ َولَدِكَ كُ ِل ِه ْم قَا َل ََل قَا َل اتَّقُوا هللاِ َوا ْع ِدلُ ْوا فِي أَ ْو َِل ِد ُك ْم‬
َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ فَقَا َل لَهُ َرس ُْو ُل هللا‬: ‫وفي رواية‬

َّ ‫ف ََر َج َع أَبِي ف ََردَّ ت ِْلكَ ال‬


َ‫صدَقَه‬

Dalam riwayat lain di katakan : “Rasulullah SAW bertanya : “Apakah kamu berbuat

seperti itu kepada semua anakmu?” Ayah menjawab : “Tidak”. Beliau bersabda : “takutlah

kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu”. Kemudian Ayahku kembali pulang dan

menarik kembali pemberian itu.”

Pertanyaan Rasulullah itu sudah mengharuskan pemberian orang tua terhadap anak itu

harus semua dan sama. Semua artinya semua anak, jika salah satunya di beri sesuatu yang lain

pun harus di beri pula, dan jika tidak di beri satu tidak di beri semua. Adapun sama artinya

pemberian pun harus sama, kalau salah satunya di beri satu petak tanah yang lain pun harus sama.

Ketidak adilan dalam pemberian akan memicu pertikaian dan perkelahian dalam keluarga.

‫علَى َج ْو ٍر‬
َ ‫ قَا َل ََل ت ُ ْش ِهدْنِي‬: ‫وفي رويه‬

Dalam satu riwayat , beliau bersabda : “janganlah engkau mempersaksikan aku pada

kezhaliman.”

Kehadiran Basyir kepada Nabi memang bertujuan mempersaksikan atas pemberiannya

kepada anaknya. Tetapi karena pemberian itu tidak di berikan secara adil, kemudian beliau

mengungkapkan yang demikian. Tindakan yang tidak adil terhadap anak adalah suatu

kecurangan atau penganiayaan.


)‫علَى هَذَا غ َي ِري ث ُ َّم قَا َل أَ َيس ُُّركَ َيكُ ْون ُْوا اِلَيْكَ فِي ْال ِب ِر َس َوا قَا َل َبلَى قَا َل ف َََل ِإذًا (متفق عليه‬
َ ْ‫ قَا َل فَأ َ ْش ِهد‬: ‫وفي رويه‬

Dalam riwayat lain beliau bersabda : “Persaksikanlah perkara ini kepada selain saya”,

kemudian bersabda lagi : “Tidakkah engkau bergembira jika mereka sama berbuat baik kepada

engkau”. Ayah menjawab : “Tentu senang”. Beliau menjawab : “kalau begitu jangan”. (HR.

Muttafaq Alaih).

Dalam redaksi hadist, perintah keadilan terhadap anak, di dahului perintah takwa kepada

Allah. Redaksi ini menunjukkan betapa pentingnya sikap adil di tengah-tengah mereka yang di

jadikan sebagai tanda orang yang takwa kepada Allah. Kemudian orang tua pulang dan meminta

atas pemberian tersebut. Ini di antara sifat para sahabat menerima nasihat atau setelah

mengetahui hukum segera di laksanakan.

Perbuatan baik terhadap anak-anak akan tumbuh dari keadilan orang tua terhadap

mereka. Oleh karena itu, keadilan orang tua sebenarnya merupakan pendidikan terhadap mereka.

Dan keutamaan orang tua yang telah berlaku adil kepada anak, di jelaskan dalam hadis

berikut :

َ ‫ت فَا َ ْع‬
ً‫طتْ كُ َّل َواحِ دَةٍ مِ ْن ُه َما ت َْم َرة‬ ْ َ ‫ع ْن عَاءِ ى َشةَ أَنَّ َها قَالَتْ َجا َءتْنِي مِ ْس ِكنَتَةً تَحْ مِ ُل ا ْبنَتَي ِْن لَ َها فَأ‬
ٍ ‫طعَ ْمت ُ َها ثَ ََلثَ تَ َم َرا‬ َ

‫َطعَ َمتْ َها ا ْبنَتَاهَا فَ َشقَّتْ الت َْم َرةَ الَّتِي كَانَتْ ت ُ ِر ْيدُ أَ ْن تَأْكُلَ َها بَ ْينَ ُه َما فَأ َ ْع َجبَنِي شَأْنُ َها فَذَ َكرْ تُ الَّذِي‬
ْ ‫َو َرفَ َعتْ إِلَى فِ ْي َها ت َْم َرةً ِلتَأْكُلَ َها فَا ْست‬

)‫ار (أحرجه مسلم‬ ْ ‫ب لَ َها ِب َها ْال َجنَّةَأَ ْو أَ ْعتَقَ َها ِب َها‬
ِ َّ‫مِن الن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ ْم فَقَا َل اِنَّ هللا قَدْ أَ ْو َج‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫صنَ َعتْ ل َِرسُو ِل‬
َ ‫هللا‬ َ

Artinya : dari ‘Aisyah berkata : “ada seorang perempuan miskin datang kepadaku dengan

membawa kedua anak perempuannya, maka saya berikan kepadanya tiga butir biji kurma. Ia

memberikan kepada masing-masing anaknya sebutir biji kurma dan sebutir lagi sudah ia angkat

ke mulutnya untuk di makan tetapi (tiba-tiba) di minta oleh kedua anaknya juga, ia lalu
membelah biji kurma yang akan di makannya itu di bagi kepada kedua anaknya itu. Saya sangat

kagum melihat perilaku orang perempuan itu. Kemudian saya ceritakan kepada Rasululah SAW.,

peristiwa yang dilakukan perempuan itu, Beliau lantas bersabda : “sesungguhnya Allah telah

menentukan surga baginya atau ia di bebaskan dari api neraka lantaran perbuatannya itu.”

(HR.Muslim)

2. Membantu anaknya untuk berbakti kepadanya, yaitu menerima amal kebaikannya dan

memaafkan kesalahan sang anak, berdasarkan sabda rasulullah SAW:

َ ‫ َو َيتَ َجا َو ُز‬,‫ َو َيتَ َجا َو ُز ِإحْ َسا نَ ُه ْو‬,‫هللا ؟ قَا َل (( َي ْق َب ُل ِإحْ َسا نَ ُه ْو‬
‫ع ْن‬ َ ‫ َكي‬:‫علَى ِب ِرهِ)) قَالُ ْوا‬
ِ ‫ْف َيا َرس ُْو َل‬ َ َ‫هلل َوا ِلدًا أ‬
َ ‫عا نَ َولَ َد ُه‬ ُ َ‫((رحِ َم ا‬
َ

‫ >الجا مع إلبن وهب‬.))ِ‫ِإ َسا َء تِه‬

Artinya : Allah memberi rahmat kepada orang tua yang membantu anaknya untuk berbakti

kepadanya, (para sahabat) bertanya : bagaimana (caranya) wahai Rasulullah SAW? Beliau

menjawab : dengan menerima kebaikannya dan memaafkan kesalahannya”. ( Al-jami’ )

3. Kewajiban Memberikan pendidikan yang baik terhadap anak

Hadis yang memerintahkan kepada kedua orang tua untuk Menikahkan sang anak tatkala

berumur tujuh belas tahun jika memungkinkan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

ْ‫ ث ُ َّم ِل َيقُل‬، ‫ فَإِ ذَا فَ َع َل ف َْليُجْ ِل ْسهُ َبيْنَ َيدَ ْي ِه‬, َ‫ع ْش َرةَ ِإ ْن كَا ن‬
َ ‫ َوذَ ِوج ُْو ُه ِل َسب ِْع‬, ‫ َواع ِْز لُ ْوا ف َِرا َشةُ ِلتِس ٍْع‬, ‫ص ََل ِة ِل َسب ٍْع‬
َّ ‫علَى ال‬
َ ‫((اِض ِْرب ُْوا‬

َ ْ ‫ َو ََل فِي‬، ‫ي فِتُنَةً فِي الدُّ ْنيَا‬


))ِ‫اَلخِ َرة‬ َّ َ‫عل‬
َ ُ‫ ََل َج َعلَكَ هللا‬:

Artinya: “Pukullah anak kalian jika meninggalkan sholat tatkala berumur tujuh tahun, jauhkan

tempat tidurnya (dengan saudarinya dan ibunya) tatkala berumur Sembilan tahun , dan
nikahkanlah dia tatkala berumur tujuh belas tahun jika memungkinkan, dan jika telah

melakukannya, maka dudukkan lah dia di hadapannya kemudian katakanlah : Semoga Allah

tidak menjadikannya untukku sebagai fitnah di dunia dan di akhirat”. (HR.Ibnusunni).

Dalam hadis yang lain, kewajiban Orang tua memberikan pendidikan sholat

dan budi pekerti bagi anak

‫ع ْن أَبِ ْي ِه‬ َّ ‫ع ْب ِد ْال َملِكِ ب ِْن‬


َ َ‫الربِي ِْع ب ِْن َسب َْرة‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫ع ِم ِه‬ ُّ ِ‫الربِي ِْع ب ِْن َسب َْرةَ ْال ُج َهن‬
َ ‫ي‬ َّ ‫ع ْب ِد ْالعَ ِزي ِْز ب ِْن‬
َ ُ‫ي بْنُ حُجْ ٍر أَ ْخبَ َرنَا َح رْ َملَةُ بْن‬ َ ‫َحدَّ ثَنَا‬
ُّ ‫ع ِل‬

َ َ‫علَ ْي َها بْن‬


)‫ع ْش ٍر(الترمذى‬ َ ُ‫صلَلةَ بْنَ َسبْعِ سِ نِيْنَ َواض ِْرب ُْوه‬
َّ ‫ي ال‬
َّ ِ‫صب‬ َ ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ ْم‬
َّ ‫ع ِل ُم ْوا ال‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ِ‫ع ْن َج ِد ِه قَا َل قَا َل َرس ُْو ُل هللا‬
َ

Artinya : “Telah di ceritakan kepada kami Ali bin Hujr berkata ; telah mengabarkan kepada kami

Harmalah bin Abdul Aziz bin Rabi’ bin Syabrah Al Juhani dari Abdul Malik bin Rabi’ bin Sabrah

dari Ayahnya dari kakeknya ia berkata ; “Rasulullah SAW bersabda : “Ajarkanlah sholat bagi

Anak-anak di umur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika meninggalkan sholat di umur

sepuluh tahun”.

Pelajaran yang dapat di ambil dari hadis-hadis di atas :

a. Tugas orang tua sebagai subyek pendidikan di keluarga untuk mengajari,

menyuruh, membimbing dan memberikan teladan bagi anak-anaknya mengenai

sholat, baik sholat fardlu maupun sholat sunah.

b. Seorang anak sebagai objek pendidikan, mulai di suruh dan di bimbing serta di

biasakan mengerjakan sholat mulai umur tujuh tahun.

c. Apabila anak telah berumur sepuluh tahun, tetapi tidak mengerjakan sholat, maka

orang tua memberikan sanksi berupa hukuman dengan pukulan. Anak di berikan
sanksi agar dapat bertanggung jawab dan untuk pembentukan pribadi anak.

Aturan pemukulan yang di berikan, yaitu :

1. Tidak boleh memukul lebih dari sepuluh kali

2. Pemukul yang di gunakan tidak membahayakan fisik anak

3. Tidak boleh memukul muka.

4. Tidak boleh memberikan hukuman pukulan ketika sedang marah.

d. Orang tua memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dengan anak

perempuan bila telah berumur sepuluh tahun.

‫علَ ْي ِه َو َسلَّ ْم ََل َ ْن‬ ُ ‫صلَّى‬


َ ‫هللا‬ ِ ‫ع ْن َجا ِب ِرب ِْن َس ُم َرةً قَا َل قَا ًل َرس ُْو ُل‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫ع ْن‬
َ ‫ص َماكِ ب ِْن‬ َ ‫ح‬ َ ‫َحدَّ ثَنَا قُتَ ْي َبةُ َحدَّ ثَنَا َيحْ َيى بْنُ َي ْعلَى‬
ِ ‫ع ْن ن‬
ِ ‫َص‬

)‫اع (الترمذي‬
ٍ ‫ص‬ َ َ‫مِن أَ ْن َيت‬
َ ‫صدَّقَ ِب‬ ْ ‫الر ُج ُل َولَدَ ُه َخي ٌْر‬
َّ ‫ِب‬
َ ‫يُود‬

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami

Yahya bin Ya’la dan Nashih dari Simak bin Harb dari Jabir bin Samurah ia berkata ; Rasulullah

SAW bersabda : “seseorang yang mengajarkan anaknya tentang kebaikan adalah lebih baik

baginya dari pada ia bersedekah sebanyak satu Sha’.”

Salah satu kewajiban orang tua sebagai pendidik adalah mendidik anak tentang kebaikan.

Oleh karena itu, Nabi mengumpamakan kebaikan orang tua yang mendidik anaknya tentang

kebaikan lebih utama dari sedekah satu Sha’. Perumpamaan ini adalah menunjukkan begitu

pentingnya orang tua mengajarkan anak-anak mereka dalam hal kebaikan, bukan berarti sedekah

tidak perlu, tetapi hadist ini menekankan akan pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan

anak.

4. Pengaruh orang tua terhadap anak


ْ ‫علَى ْالف‬
‫ِط َرةِ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه‬ َ ُ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ َم َما َم ْن َم ْولُ ْو ٍد ِإ ََّل يُولَد‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ِ‫ع ْنهُ قَا َل قَا َل َرس ُْو َل هللا‬
َ ُ‫ي هللا‬ ِ ‫ع ْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ

ْ ِ‫ع ْنهُ ف‬
ِ‫ط َرةَ هللا‬ َ ُ‫ي هللا‬ ِ ‫عا َء ث ُ َّم يَقُو ُل أَبُو ه َُري َْرةَ َر‬
َ ‫ض‬ ْ ‫َص َرانِ ِه أَ ْو يُ َم ِج َسانِ ِه َك َما ت ُ ْنتَ ُج ْالبَ ِه َمةُ بَ ِه ْي َمةً َج ْم َعا َء هَلْ تُحِ س ُّْونَ فِ ْي َها‬
َ ْ‫مِن َجد‬ ِ ‫َويُن‬

)‫الديْنُ ْالقَيِ ُم (متفق عليه‬ ِ ‫علَ ْي َها ََل تَ ْب ِد ْي َل ِلخ َْل‬


ِ َ‫ق هللاِ ذَلِك‬ َ َ‫الَّتِي ف‬
َ َّ‫ط َرالن‬
َ ‫اس‬

Artinya : “dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada dari seorang

anak (Adam) melainkan di lahirkan atas fitrah (Islam), maka kedua orang tuanya lah yang

menjadikannya beragama yahudi atau beragama nashrani atau beragama majusi. Bagaikan

seekor binatang yang melahirkan seekor anak. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Hadis di atas menjelaskan tentang suatu fitrah setiap anak, bahwa statusnya bersih, suci

dan Islam, baik anak seorang muslim atau no-muslim. Kemudian orang tuanya lah yang

memelihara dan memperkuat keislamannya atau bahkan mengubah menjadi tidak muslim,

seperti Yahudi, Nasrani dan Majusi. Hadis ini memperkuat bahwa pengaruh orang tua sangat

dominan dalam membentuk kepribadian seseorang di bandingkan dengan faktor-faktor pengaruh

pendidikan lain. Kedua orang tua menjadi tanggung jawab yang lebih besar dalam mendidik

anaknya.

Rasulullah SAW. Bersabda:

ْ ‫علَى الَّف‬
ِ‫ِط َرة‬ َ ُ‫مِن َم ْولُ ْو ٍد إِلَّى ي ُّْولَد‬
ْ

Fitrah dalam ayat di atas implikasi kependidikan yang berkonotasi paham nativisme.

Kata fitrah di atas mengandung makna kejadian yang membawa potensi dasar beragama yang

benar yaitu agama Islam. Fitrah dalam pengertian ini berkaitan juga dengan faktor hereditas

(keturunan) yang bersumber dari orang tua termasuk keturunan beragama (religiusitas).
Fitrah yang di kemukakan hadist di atas merupakan faktor bawaan sejak lahir dan

pembawaan tersebut bisa di pengaruhi oleh lingkungan, bahwa pembawaan yang ada itu tidak

dapat berkembang dengan baik tanpa ada pengaruh lingkungan. Meskipun fitrah tersebut dapat

di pengaruhi namun kondisi fitrah tidaklah netral terhadap pengaruh dari luar, potensi yang

secara dinamis mengadakan reaksi dan respon terhadap pengaruh.

Oleh karena itu, usaha untuk mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat

berperan positif untuk mengarahkan perkembangan seseorang kepada jalan kebenaran. Hal ini

terutama dapat di lakukan orang tua, karena tanpa usaha melalui pendidikan yang baik dari orang

tua, maka anak akan terjerumus ke dalam kesalahan dan kesesatan. Allah menghargai akan

potensi manusia untuk memilih dua jalan yaitu jalan yang benar dan jalan yang sesat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak hadis yang menjelaskan kewajiban orang tua terhadap anak, diantaranya yaitu

berbuat adil diantara anak-anak, Membantu anaknya untuk berbakti kepadanya, yaitu menerima
amal kebaikannya dan memaafkan kesalahan sang anak, Memberikan pendidikan yang baik

terhadap anak, dan Pengaruh orang tua sangat besar terhadap anak.

B. Saran

Karena besarnya pengaruh orang tua terhadap anak, maka hendaknya orag tua harus

memperbaiki dirinya juga, agar anaknya kelak menjadi baik seperti dirinya. Memberikan contoh

yang baik kepada anak dan berbuat adil kepada semua anak-anaknya.

DAFTAR ISI

Muhammad Amin, Sayyid. Kitab Adab. Jember : Pustaka Syeih Abu Bakar bin Salim

Umar, Bukhari. 2014. Hadis Tarbawi. Jakarta : Amzah

Bin Abu Bakar ,Muhammad. 1996. 40 Hadits pensucian diri. Jakarta : Pustaka Amani

Sunarto, Achmad. 2000. himpunan hadits Al Jami’ushShahih. Jakarta : Setia Kawan


Majid Khon, Abdul. 2014. Hadis Tarbawi. Jakarta : Kencana

Shabir, Muslich. 2004. Terjemah Riyadhus Shalihin. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai