Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TANTANGAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI


INDUSTRI 4.0

Dosen Pengampu:
Irwan Kurniawan Soetijono, S.H, M. Hum

Disusun Oleh:
Ghevira jalfa Rahma Maulidyah
210810301166
Kelas Pendidikan Kewarganegaraan 45

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya, penyusunan makalah ini bisa dilakukan dengan lancar dan tanpa
kekurangan satu apapun.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
(UAS) Mata Kuliah Umum Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan tantangan
ideologi pancasila dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Irwan


Kurniawan Soetijono, S.H, M. Hum, dosen pengampu Mata Kuliah Umum Pendidikan
Kewarganegaraan kelas 45 Universitas Jember, selaku pembimbing dalam penyusunan
makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 22 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................4
A. Ideologi Pancasila......................................................................................................................4
B. Revolusi Industri 4.0..................................................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN...................................................................................................................................9
BAB IV...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan dan Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era yang penuh persaingan ini makna dan nilai Pancasila masih belum
dipraktikkan secara maksimal dalam kehidupan masyarakat sehingga keberadaannya
seakan-akan hanya dijadikan simbol. Dalam sejarah perumusannya, Pancasila telah
melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pengoranan ini akan
sia-sia jika kita tidak menjalankan dan melanjutkan amanat dari para pendiri negara
yaitu Pancasila yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 19 alinea ke-4. Pancasila
harus dijadikan pedoman hidup bagi rakyat, untuk masyarakat, untuk bangsa dan
negara. Oleh karena itu, dalam berperilaku dan bersosialisasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan Pancasila sebagai
landasan dalam berperilaku. Pancasila juga dijadikan pedoman dalam berbagai bidang
kehidupan baik itu ekonomi, sosial, budaya maupun dalam bidang lainnya, sehingga
segala sesuatunya dilakukan tanpa menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan
menurut pancasila. Dengan demikian, apa yang diharapkan dan diinginkan oleh
masyarakat Indonesia dapat tercapai dengan tepat. Salah satu pengamalannya dalam
kehidupan nyata adalah pengembangan pemikiran tentang nilai-nilai Pancasila dan
UUD 19 sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta perkembangan dan perubahan
zaman dari waktu ke waktu tetapi tetap mempertahankan kerangka dan kandungan
aslinya. Sejatinya, perkembangan pemikiran tidak dimaksudkan untuk mengubah atau
memodifikasi apalagi menggantikan. Sebaliknya, hal tersebut diharapkan akan
memantapkan, mengembangkan dan memperkuat penghayatan budaya dan
pengamalan Pancasila dalam beragai bidang kehidupan. Melalui pengembangan
pemikiran nilai-nilai Pancasila dan UUD 19, diharapkan bangsa Indonesia mampu
melahirkan dan mengembangkan gagasan, konsep, hingga teori baru di berbagai
bidang kehidupan yang berakar pada ideologi dan konstitusi sekaligus memperkuat
relevansinya dengan realitas perkembangan masyarakat dan perubahan zaman.

Histori Pancasila sebagai sebuah ideologi seringkali diuji oleh banyak


peristiwa, salah satunya adalah kisah kelam yang terjadi pada 30 September 1965
yang dipandang seagai bukti bahwa Pancasila tidak mudah tergantikan. Selain itu,

1
pada era Reformasi, Pancasila dipandang sebagai alat politik yang digunakan pada era
Orde Baru, sehingga pada era Reformasi kata Pancasila dipandang sebagai alat
kekuasaan semata. Namun, seiring berjalannya waktu peristiwa-peristiwa dan
pandangan tersebut dibantah tegas oleh ideologi Pancasila yang ditandai dengan tetap
bertahannya ideologi Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dipegang teguh
oleh bangsa Indonesia.

Ideologi Pancasila merupakan ideologi terbuka sehingga ideologi Pancasila


sangat terbuka, dinamis dan dapat beradaptasi dengan perkembangan dan perubahan
yang terjadi di dalam dan luar negeri baik dari segi perubahan sosial maupun
perubahan dalam bentuk revolusi. Revolusi adalah perubahan paradigma dalam
kaitannya dengan sistem ekonomi. Revolusi pertama dalam dokumen sejarah terjadi
di Inggris atau yang sering disebut sebagai Revolusi Industri 1.0. Revolusi ini terjadi
pada tahun 1800 – 1900. Selanjutnya, Revolusi Industri 2.0 yang merupakan
kelanjutan yang tidak dapat dipisahkan dari Revolusi Industri 1.0, yang juga terjadi di
Inggris. Revolusi ini didasarkan pada pengetahuan dan teknologi dan terjadi sekitar
tahun 1900 – 1960. Revolusi Industri 3.0 dipicu oleh hadirnya teknologi informasi
dan elektronika, peristiwa ini terjadi pada tahun 1960 – 2010. Revolusi Industri 4.0,
yang mana merupakan revolusi yang sedang terjadi saat ini, ditandai dengan
konektivitas antar individu, data dan mesin dalam bentuk jaringan virtual.

Kemungkinan hilangnya nilai – nilai ideologi Pancasila dalam gelomang


Revolusi Industri 4.0 dapat muncul jika pemerintah sebagai pengelola dan masyarakat
tidak bersinergi dalam rangka menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai
Pancasila bagi kehidupan berbangsa dan bernegara baik dimasa kini maupun dimasa
yang akan datang. Diharapkan, ke depannya pemerintah Indonesia mampu mengambil
kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi dalam mengatur
masalah-masalah yang berkaitan dengan penemuan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Tantangan dari peristiwa Revolusi Industri
2.0 hingga Revolusi Industri 3.0 telah ditangani oleh Indonesia melalui ideologi
Pancasila dengan tepat. Dengan demikian, diharapkan Indonesia juga dapat
menangani tantangan yang ada pada revolusi berikutnya secara benar dan tepat agar
ideologi Pancasila tetap eksis di tanah air. Dalam hal ini, diperlukan sebuah kajian
teori untuk menghadapi tantangan serta bagaimana cara memperkuat ideologi
Pancasila untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pancasila di era revolusi industri 4.0?
2. Apa saja tantangan ideologi pancasila dalam menghadapi era revolusi industri
4.0?
3. Apa saja solusi dalam rangka penguatan indeologi Pancasila di era revolusi
industri 4.0?
4. Bagaimana implementasi solusi tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di era revolusi industri 4.0?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pancasila di era revolusi industri 4.0.
2. Untuk mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi ideologi pancasila di era
revolusi industri 4.0.
3. Untuk mengetahui solusi dalam rangka penguatan indeologi Pancasila di era
revolusi industri 4.0.
4. Untuk mengetahui implementasi solusi tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di era revolusi industri 4.0.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ideologi Pancasila
Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar dan cita – cita. Sedangkan, logos berarti ilmu atau pengetahuan.
Secara etimologis, Ideologi berarti ilmu tentang gagasan atau ajaran tentang
pemahaman dasar. Menurut Muyarto (1991: 239), Ideologi adalah sejumlah doktrin,
kepercayaan dan simbol-simbol dari sekelompok masyarakat atau bangsa yang
menjadi pegangan dan pedoman kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan
masyarakat atau nasional. Suatu ideologi yang didasarkan pada seperangkat nilai-nilai
inti (norma) atau sistem nilai yang komprehensif dan mendalam yang dimiliki dan
dipegang oleh suatu masyarakat atau negara sebagai wawasan atau visi mereka
tentang kehidupan. Nilai-nilai yang diasosiasikan atau tertanam dalam suatu sistem
seperti halnya nilai-nilai inti Pancasila seringkali berakar pada budaya dan
pengalaman sejarah suatu masyarakat atau negara yang menciptakan ideologi
tersebut.

Sejumlah pakar dunia memberikan definisi ideologi yang berbeda namun


bermakna sama untuk mencapai suatu cita-cita yang diidamkan oleh pemegang
ideologi yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya, ideologi yang dipegang oleh
Martin Sileger memandang ideologi sebagai sistem kepercayaan, ideologi Alvin
Gouldner sebagai proyek nasional, ideologi Paul Hirst sebagai hubungan sosial dan
masih banyak lagi pandangan lainnya tentang ideologi. Terdapat beberapa Ideologi
yang digunakan oleh negara-negara di dunia yaitu ideologi liberalism, sosialisme -
komunisme, dan Pancasila. Menurut Sastrapratedja (2001: 5069) untuk mengetahui
ideologi Pancasila kita harus mengetahui ideologi di dunia khususnya sebagai berikut:

1. Marxisme-Leninisme adalah pemahaman yang menempatkan ideologi dalam


sudut pandang evolusi historis berdasarkan dua prinsip; pertama, faktor penentu
terakhir dari perubahan sosial adalah perubahan cara produksi; Kedua, proses
perubahan sosial terseut bersifat dialektis.

4
2. Sosialisme adalah paham yang menempatkan ideologi dalam kaitannya dengan
kepentingan masyarakat yaitu negara memiliki kewajian untuk memastikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat (konsep welfare state).
3. Liberalisme adalah paham yang menempatkan ideologi dalam pengertian
kebebasan individu yaitu mengutamakan hak individu.
4. Kapitalisme adalah paham yang memberikan kebebasan kepada individu untuk
mengontrol sistem ekonomi dengan modal yang dimilikinya.

Pancasila adalah ideologi bagi Indonesia karena Pancasila adalah akidah yang
dianggap sebagai ideologi tunggal yang paling cocok untuk mengatur sistem
kenegaraan Repulik Indonesia. Pancasila adalah ilmu dari ide-ide para founding
fathers kita seperti Ir. Soekarno, Soepomo, M. Yamin, dan KH. Bagus Hadikusumo
serta semua tokoh nasional yang terlibat dalam penyusunan ideologi Pancasila.
Pancasila merupakan lima sila atau lima dasar yang disepakati oleh bangsa Indonesia
melalui para founding Father yang harus ditaati oleh bangsa Indonesia dalam sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Berada
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat keijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kelima sila inilah landasan kita dalam menghadapi tantangan ideologi Pancasila dari
berbagai ideologi dan budaya dunia seperti atheism, individualism, kapitalisme dan
masih banyak lagi. Magnis Suseno mengemukakan bahwa penerapan ideologi
Pancasila bagi penyelenggaraan negara merupakan orientasi kehidupan bernegara.
Hal ini berarti pemikiran Pancasila tercermin dalam berbagai peraturan perundang-
undangan. Terdapat unsur penting kedudukan Pancasila sebagai orientasi kehidupan
kosntitusional.

a) Kesediaan untuk saling menghargai dalam keunikan satu sama lain. Pluralisme
merupakan nilai dasar Pancasila untuk mencapai Bhineka Tunggal Ika. Dalam hal
ini Pancasila ditempatkan kedalam ideologi terbuka.

5
b) Aktualisasi kelima sila dalam pancasila artinya kelima sila tersebut yang harus
dilaksanakan dalam kehidupan berangsa dan bernegara.

Pembuatan Pancasila melalui proses yang berkualitas. Fungsinya adalah


sebagai penggerak tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Pancasila adalah prinsip
dasar dan nilai inti yang dibentuk dan dikembangkan dalam masyarakat Indonesia,
yang kemudian menjadi pribadi dalam masyarakat dan merupkan suatu realitas yang
hidup. Pancasila juga merupakan identitas bangsa Indonesia. Pancasila juga dapat
membimbing segala tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari agar tidak
melanggar hukum dan tidak menghilangkan hak asasi manusia. Pentingnya ideologi
negara Pancasila adalah untuk menunjukkan peran ideologi sebagai pedoman moral
dalam kehidupan berangsa dan bernegara sehingga ancaman dapat dengan cepat
dihindari oleh negara ini. Karena Pancasila merupakan ideologi yang terbuka untuk
perkembangan dan perubahan zaman, maka apapun yang terjadi selama perubahan
harus sesuai dengan peraturan yang berlaku berdasarkan Pancasila.

Pancasila seagai ideologi dalam beragai bidang kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara. Pancasila berperan dan berfungsi sebagai dasar sekaligus
tujuan beragai bidang kehidupan terus berkemang selaras dengan aspek
perkembangan masyarakat dan perubahan zaman. Terdapat hubungan timbal balik
yang interaktif antara dinamika kehidupan dan ideologi Pancasila. Interaksi tersebut
akan bersifat positif atau saling menguntungkan jika saling merangsang. Pancasila
merangsang sekaligus meramaikan dinamika kehidupan sedangkan dinamika
kehidupan juga merangsang dinamika internal Pancasila sebagai ideologi terbuka
untuk mengembangkan identitasnya. Oleh karena itu, penting untuk
mengaktualisasikan Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.

B. Revolusi Industri 4.0


Sejarah revolusi dimulai dari Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0,
Revolusi Industri 3.0 hingga Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 1.0 ditandai
dengan mekanisasi produksi untuk mendukung efisiensi dan efektivitas aktivitas
manusia. Revolusi Industri 2.0 ditandai dengan produksi massal dan standarisasi
kualitas. Revolusi Industri 3.0 dicirikan dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas
manufaktur berbasis otomasi dan robot. Revolusi Industri 4.0 kemudian hadir
menggantikan Revolusi Industri 3.0 yang ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi

6
manufaktur. Istilah Revolusi Industri 4.0 berasal dari proyek yang diprakarsai oleh
pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi produksi. Emanuel
Dimitrios Hatzakis dalam artikelnya yang berjudul Revolusi Industri Keempat
mengatakan bahwa salah satu ciri dari era Revolusi Industri Keempat adalah semakin
banyak perkembangan teknologi dalam kehidupan kita. Fenomena ini semakin sering
muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Memang jika kita berbicara tentang konsep
revolusi industry, konteks yang digunakan adalah konteks industri yang meliputi
produksi perusahaan pasar dan sebagainya. Namun, dalam makalah ini saya ingin
meletakkan konsep revolusi industri dalam konteks kehidupan sosial karena
masyarakat sesungguhnya adalah bagian dari kehidupan industri. Hermann dkk
(2016) menambahkan ada empat prinsip desain Revolusi Industri 4.0. Pertama,
interkoneksi adalah kemampuan mesin perangkat sensor dan manusia untuk
terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau
Internet of People (IoP). Prinsip tersebut memerlukan kolaborasi, keamanan dan
standar. Kedua, transparansi informasi adalah kemampuan sistem informasi untuk
memuat salinan virtual dari dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan
data sensor termasuk analisis data dan memberikan informasi. Ketiga, dukungan
teknis meliputi; (a) kemampuan sistem pendukung untuk membantu manusia secara
sadar menggabungkan dan mengevaluasi informasi untuk membuat keputusan yang
tepat dan memecahkan masalah yang mendesak selama periode waktu yang singkat;
(b) kemampuan sistem untuk membantu manusia melakukan tugas yang tidak
menyenangkan, berat atau berbahaya; (c) termasuk dukungan visual dan fisik.
Keempat, keputusan terdesentralisasi yaitu kemampuan sistem fisik virtual untuk
membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas seefisien mungkin. Sederhananya
prinsip Revolusi Industri 4.0 menyederhanakan tantangan 4.0 yaitu; (1) kesiapan; (2)
tenaga kerja yang handal; (3) menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi tatanan
sosial budaya; dan (4) diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang 4.0
pada khususnya; (1) memperaharui ekosistem; (2) dasar kompetitif; (3) investasi di
bidang teknologi; dan (4) integrasi usaha kecil menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Revolusi Industri 4.0 membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Revolusi Industri 4.0 secara mendasar telah mengubah cara aktivitas manusia
dilakukan dan berdampak besar pada dunia kerja. Efek positif dari Revolusi Industri
4.0 diterjemahkan ke dalam efisiensi dan efektivitas sumber daya dan biaya produksi
meskipun memiliki efek pengurangan pekerjaan. Revolusi Industri 4.0 membutuhkan

7
tenaga kerja dengan keterampilan digital-savvy, technology-savvy, dan people-savvy.
Revolusi Industri 4.0 di Indonesia akan memajukan 10 dalam inisiatif making
Indonesia 4.0 yang bersifat lintas sektoral yaitu:

1. Meningkatkan arus barang dan material


2. Mendesain ulang kawasan industri
3. Beradaptasi dengan standar keberlanjutan
4. Pemberdayaan UMKM
5. Membangun infrastruktur digital nasional
6. Menarik investasi asing
7. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
8. Mengembangkan ekosistem inovasi
9. Mendorong investasi teknologi
10. Harmonisasi aturan politik

Revolusi Industri 4.0 merupakan isu yang akan sangat menantang bagi negara
Indonesia bersaing dengan negara lainnya agar negara Indonesia menjadi bangsa yang
kuat berdasarkan ideologi Pancasila. Dalam menghadapi tantangan Revolusi 4.0,
Indonesia harus menanamkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan
kerakyatan, serta berasaskan kepada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

8
BAB III

PEMBAHASAN

Ideologi pancasila harus menjadi visi setiap warga negara untuk menghadapi
fenomena – fenomena yang terjadi baik di luar maupun di dalam negeri. Untuk menegakkan
Pancasila, terdapat 5 tantangan utama menurut Romo, anggota BPIP, pada tahun 2019 yaitu
(1) Memahami Pancasila (2) oligopolistisisme sosial terkait dengan tren gloalisasi yang cepat
mengarah ke tren utama valensi identitas yang lebih kuat dan penguatan gejala polarisasi
serta fragmentasi sosial berbasis SARA (3) Ketimpangan sosial (4) Institusionalisasi
Pancasila dimana lemahnya pelembagaan nilai-nilai dalam institusi politik ekonomi dan
budaya serta lemahnya pemahaman ideologi Pancasila di kalangan penyelenggara negara (5 )
keteladanan pancasila. Hal – hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara dan lembaga pengelola negara dalam menghadapi Revolusi industry 4.0.
Dengan revolusi industri 4.0, tantangan ideologi Pancasila semakin kompleks. Tantangan
tidak hanya datang dari ideologi liberalism, komunisme, individualisme, atheisme,
kapitalisme, tetapi juga datang dari dalam kehidupan sosial seperti narkoba, terorisme, dan
korupsi serta budaya gloal. Tantangan ideologi Pancasila juga datang dari perspektif
ekonomi.

Mengusut sedikit pelanggaran terhadap sila - sila Pancasila. Sila pertama adalah "Ketuhanan
Yang Maha Esa". Masih ada gerakan-gerakan ekstremis oleh beberapa kelompok yang
mengatasnamakan agama, perusakan tempat ibadah, dan fanatisme anarkis. Sila kedua adalah
“Kemanusiaan yang Adil dan Berada”. Masih banyak kasus perdagangan manusia,
penggunaan anak di awah umur, dan bias pemerataan ekonomi yang mempengaruhi status
sosial ekonomi masyarakat. Sila ketiga adalah “Persatuan Indonesia”. Masih ada kekurangan
seperti melihat suku lain leih baik dari yang lain, perang suku, dan adanya gerakan pemisahan
diri yang terorganisir. Sila keempat " Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan
kebijaksanaan dalam permusyawatan/Perwakilan". Terlihat bahwa maturitas demokrasi
masih rendah antara lain politik promodial, money politic, isu putra daerah dan lain
sebagainya. Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Masih terlihat
disparitas pendapatan sosial ekonomi kelas bawah, akses modal yang buruk, pengangguran,
dan kemiskinan. Perubahan nilai Pancasila tidak hanya terlihat dari perubahan sosial politik
tetapi perubahan Pancasila juga dapat dikaitkan dengan faktor ekonomi yang berkemang

9
melalui revolusi. Revolusi masa lalu seperti Revolusi Industri 2.0 dan 3.0 semuanya dilalui
dengan ideologi Pancasila kini ideologi Pancasila menghadapi tantangan baru yaitu Revolusi
Industri 4.0.

Revolusi Industri 4.0 menghadirkan tantangan baru dalam pengembangan ideologi


Pancasila karena Pancasila harus memenuhi fungsinya seagai ideologi yang terbuka, dinamis,
dan kekinian. Mempertahankan Pancasila sebagai ideologi memiliki banyak tantangan, tetapi
Pancasila telah menunjukkan bahwa Pancasila bukan hanya milik kelompok tertentu atau
mewakili kelompok etnis tertentu, Pancasila itu netral dan akan selalu ada di segala waktu
seperti tahun-tahun sebelumnya. Menghadapi revolusi 4.0, Presiden Repulik Indonesia, Joko
Widodo, menguraikan peta jalan yang disebut Menciptakan Indonesia (Making Indonesia).
Peta jalan menuju Indonesia 4.0 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dalam
ekonomi digital adalah arah dari prinsip dasar ekonomi Pancasila. Menjadikan Indonesia 4.0
seagai negara multisektor yaitu (1) meningkatkan arus barang dan material (2) mendesain
ulang kawasan industri (3) eradaptasi dengan standar keberlanjutan (4) Memberdayakan
UMKM (5) Membangun Infrastruktur Digital Nasional (6) Menarik Investasi Asing (7)
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (8) Mengembangkan inovasi Ekosistem (9)
Mendorong investasi teknologi dan (10) Harmonisasi aturan politik. Seluruh roadmap alias
Making Indonesia dalam menghadapi revolusi 4.0 harus mengedepankan prinsip-prinsip
ideologi Pancasila, mengutamakan humanism, berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh
warga negara Indonesia. Maka terciptalah kehidupan yang bahagia bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sepuluh strategi nasional prioritas untuk mencapai Indonesia 4.0 harus fokus pada
peningkatan martabat dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Jika ini berhasil dalam
membangun sistem ekonomi yang berbasis pada kesejahteraan rakyat, maka inilah apa yang
disebut Moh Hatta sebagai pilar sistem ekonomi Indonesia yang sangat diinginkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. linier dengan prinsip menambah nilai kebahagiaan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila dalam perekonomian lebih manusiawi berdasarkan tujuan
mensejahterakan rakyat Indonesia yang seluas-luasnya. Perkemangan ekonomi digital 4.0
saat ini tentunya dapat mempermudah akses masyarakat Indonesia khususnya di daerah
perbatasan, kepulauan, pesisir, dan pedesaan yang hingga saat ini masih perlu mendapat
perhatian khusus. Diharapkan, dengan proses pembangunan kembali nilai-nilai Pancasila
dalam menghadapi tantangan ekonomi digital saat ini cita-cita kemajuan bangsa dan negara
serta kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.

10
Industri 4.0 lebih menekankan pada penggunaan siber-fisik dan kolaborasi
manufaktur. Oleh karena itu, keutuhan jaringan data internet cocok untuk melakukan
produksi di Indonesia. Kehadiran internet di era revolusi industri 4.0 telah banyak berubah.
Salah satunya adalah evolusi internet itu sendiri yang terus berkemang dari tahun ke tahun.
Seperti yang kita ketahui bersama sebelumnya, internet hanya digunakan sebagai media
informasi dan pengiriman pesan singkat namun seiring berjalannya waktu Internet
berkembang menjadi Internet of Things (IoT). Tidak dapat dipungkiri salah satu
perkembangan teknologi yang dicontohkan dengan penciptaan Artificial Intelligence (AI)
atau robot mirip manusia telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar sehingga
mengubah peran peran manusia dalam bekerja. Perkembangan teknologi yang semakin pesat
ini tentunya menguntungkan dunia namun juga berdampak signifikan terhadap pasar tenaga
kerja. Memang teknologi dipandang leih efisien dan efektif daripada sumer daya manusia
atau keterampilan yang teratas dan untuk meringankan beban modal manusia yang
membutuhkan peningkatan upah tenaga kerja tetapi tidak berarti peningkatan produktivitas.
Terakhir banyak perusahaan yang melakukan PHK secara besar-besaran dan menyebabkan
pengangguran di sektor teknologi.

Pancasila yang pada dasarnya merupakan produk asli Indonesia dan lahir dari banyak
perbedaan harus menjadi nilai inti yang tetap dipegang teguh oleh seluruh rakyat Indonesia.
Namun, saat ini Pancasila menghadapi banyak tantangan dan ancaman apalagi di masa
sekarang ini masyarakat Indonesia semakin maju peradaannya terutama dalam pemanfaatan
teknologi. Teknologi utamanya diciptakan untuk membantu manusia melakukan pekerjaan
mereka. Namun, teknologi juga bisa menjadi alat yang membahayakan kehidupan manusia
jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar. Menghadapi tantangan tersebut, Pancasila
bisa menjadi jawaban atas keunikan sumber daya manusia Indonesia. Pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia merupakan hasil pemikiran yang dijabarkan dalam rangkaian
kalimat yang mengandung makna pemikiran sebagai dasar asas dan cara hidup bersama
dalam satu rumah, Indonesia merdeka.

Pancasila sebagai sumber etik dalam perancangan dan pelaksanaan sumber daya
manusia yang profesional di Indonesia, harus menjadi ruh utama dalam pengembangan Kode
Etik Profesi yang meliputi aspek moral, etika, dan hukum. Dengan demikian, sumber daya
manusia Indonesia akan memiliki karakter khas manusia yang beradaptasi dengan teknologi
dengan keunggulan dan integritas Pancasila. Semua ini adalah paket revolusioner 4.0 yang
akan menantang Pancasila seagai ideologi. Pada masa revolusi 4.0 Pancasila dengan segala

11
nilai yang melekat padanya harus menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan kerangka berpikir masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa generasi ideologis Pancasila berada dalam bahaya besar jika Revolusi
Industri 4.0 tidak didekati oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia yang arif dan
berwawasan Pancasila. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tantangan dan
pemantapan ideologi Pancasila yang menjadi pokok utama dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0 adalah memperkuat sumber daya manusia Indonesia yang unggul sesuai dengan
tema kemerdekaan dan Ideologi Pancasila. Jika perkemangan ideologi jauh lebih lambat
daripada proses perubahan sosial, beberapa hal lain juga akan menjadi tantangan. Misalnya,
peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri modern. Suasana seperti itu
seringkali menimbulkan ketegangan dalam hubungan interaktif karena adanya kesenjangan
yang semakin besar antara ideologi yang lambat memperbaharui relevansinya dengan realitas
kehidupan yang baru. Orang-orang dengan realitas barunya mengembangkan diri dengan
meninggalkan ideologinya karena orang merasa bahwa ideologi tidak lagi relevan bagi
mereka meskipun secara formal mereka tetap memegang, mengakui, dan menerimanya. Pada
dasarnya, mereka tidak lagi menjiwai realitas baru kehidupan mereka dan hakiatnya nilai-
nilai inti yang terkandung dalam ideologi kehilangan makna seagai dasar atau pedoman
dalam proses pembangunan masyarakat. Bahaya tersebut dapat dihindari jika krisis interaksi
antara ideologi dan kehidupan nyata dapat merangsang kreativitas masyarakat terutama kaum
intelektual dan ilmuwan untuk mengembangkan ide, konsep dan gagasan baru yang tidak
hanya sesuai dengan ideologinya tetapi juga komunikatif dengan perkemangan zaman. Dari
sudut pandang tertentu, konsep dan teori sains dapat dikembangkan dengan dua cara.
Pertama, jalur ideal-normatif, jalur ini mengembangkan konsep dan teori yang diturunkan
dari nilai-nilai inti yang dianggap benar. Kedua, jalur actual- empiris, jalur ini
mengembangkan konsep dan teori melalui penelitian ilmiah ke dalam praktik pembangunan
di masyarakat dari waktu ke waktu. Menurut jalur pertama, para ilmuwan dan cendekiawan
kita dapat mengembangkan teori dan konsep sosial demokrasi yang diturunkan dari Pancasila
dan UUD 1945. Pada jalur kedua, konsep dan teori lahir dan dikembangkan dari hasil
penelitian empiris yang akan membantu kita untuk secara kritis mengidentifikasi kondisi atau
kenyataan yang berkembang di masyarakat kita, rakyat kita, dan negara kita. Sebaliknya, jika
kesenjangan antara ideologi normatif yang ideal dengan realitas empiris semakin mengecil,
hal ini menunjukkan bahwa ideologi tersebut telah berhasil menciptakan motivasi penopang
dan pengarah tindakan kekuatan pembangunan masyarakat suatu negara dalam beragai
bidang kehidupan.

12
Melalui uraian di atas, kita semakin melihat dengan jelas betapa pentingnya peran
ilmu pengetahuan dalam mengembangkan konsep, teori dan cita-cita normatif yang
diturunkan dari nilai-nilai inti suatu ideologi dari waktu ke waktu. Di sisi lain, sains juga
berperan penting dalam pengembangan teori dan konsep empiris yang diambil dari
perkembangan aktual masyarakat pada setiap periode yang dapat digunakan oleh masyarakat
untuk memahami dengan lebih baik kondisi aktualnya. Kebijakan atau peraturan ini
dimaksudkan untuk memandu proyek Revolusi Industri 4.0 agar tidak bertentangan dengan
nilai-nilai ideologi Pancasila. Selain itu, perlu adanya penguatan pendidikan Pancasila bagi
generasi milenial saat ini melalui lembaga pendidikan di Indonesia dengan menjadikan
Pancasila sebagai ilmu sekaligus ideologi. Sebab, Pancasila membawa nilai-nilai profetik
yang sesuai bagi generasi milenial untuk dipelajari dan diteliti dalam rangka menghadapi
perkembangan Revolusi Industri 4.0 di masa depan. Dengan konsep seperti ini, Pancasila
sebagai ideologi tetap bertahan dan diakui meskipun bangsa Indonesia harus menghadapi dan
memanfaatkan kemajuan yang dibawa oleh revolusi dan model visi ideologi Indonesia agar
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat dipraktikkan secara maksimal di era
Revolusi Industri 4.0.

Dapat dikatakan bahwa tantangan Pancasila dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0
adalah peran penyelenggara negara dan warga negara dalam menjaga keberadaan Pancasila
sebagai ideologi negara yang digunakan oleh Indonesia sehingga diperlukan pembelajaran
yang mendalam untuk mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Metode
pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan Pancasila juga harus mengikuti
perkembangan zaman agar sesuai dengan realitas masyarakat pada zaman sekarang. Pancasila
diharapkan dapat dipahami dan diterima oleh generasi milenial sekarang yang pada
hakekatnya merupakan generasi yang jauh dan tentunya tidak terlibat langsung dalam proses
pembentukan Pancasila. Pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
dengan mengembalikan gaya belajar pendidikan Pancasila di sekolah dan di perguruan tinggi.
Cara belajar yang dimaksud adalah mengubah cara belajar dari konvensional menjadi
student-centered atau cara belajar yang terpusat pada siswa dan/atau mahasiswa. Model
pembelajaran atau pendekata pendidikan Pancasila harus bergeser dari orientasi guru ke
orientasi siswa. Guru dan dosen yang terlalu dominan di kelas mengetahui segalanya
sedangkan siswa dan/atau mahasiswa dianggap sebagai kertas kosong yang di atasnya bisa
dituliskan semua ilmu dan mata pelajaran yang sudah tidak lagi sesuai dengan era Revolusi
Industri 4.0 saat ini. Dengan pembelajaran konvensional, siswa seolah-olah mendengarkan

13
guru atau dosen tetapi pikirannya bias saja tidak terfokus pada materi yang disampaikan guru
dan dosen. Oleh karena itu, metode pembelajaran pendidikan Pancasila juga harus mampu
mendekatkan diri dengan peserta didik sesuai dengan era saat ini, dimana dunia teknologi
informasi penuh dengan big data. Siswa dan/atau mahasiswa bahkan lebih baik dalam
mengakses informasi dan menemukan pengetahuan tentang suatu subjek daripada guru atau
dosen mereka.

Metode pembelajaran pendidikan Pancasila juga dapat diterapkan secara lebih kreatif
dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa dan/atau mahasiswa. Menurut Handoyo
menggunakan gaadget adalah suatu keharusan karena gadget adalah sahabat setia Generasi Z
dibawa kemanapun dan kapanpun. Materi Pancasila harus dikemas sedemikian rupa sehingga
menarik bagi siswa dan/atau mahasiswa yang dapat dibuat sebagai cerita pendek dengan
visual yang menarik atau sebagai permainan yang membuat siswa berpikir kritis dan cerdas
menggunakan imajinasi mereka sendiri untuk memecahkan suatu permasalahan yang
diberikan oleh pendidik dan pendidik memfasilitasi pembelajaran di kelas. Selain itu, cara
pendidikan yang diajarkan dalam Pancasila adalah dengan membuat film animasi yang
bertema dan mencerminkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini
membantu siswa tidak merasa monoton dan bosan ketika belajar karena mereka terlibat
langsung dan didukung oleh perkembangan teknologi di era Revolusi Industri 4.0.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Dari uraian pemahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat


beberapa hal yang harus dilakukan dalam penguatan ideologi Pancasila untuk
menghadapi Revolusi Industri 4.0. Pertama, membumikan Pancasila dalam
perkembangan Revolusi Industri 4.0 dengan cara meningkatkan Pemahaman
Pancasila, mengurangi eksklusivisme social, mengurangi kesenjangan social,
meningkatkan wawasan Pancasila bagi warga negara dan penyelenggara negara, serta
menjadikan Pancasila seagai keteladanan dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Kedua, Penguatan Pancasila dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah dengan
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul sesuai dengan nilai - nilai
Pancasila. Dan yang terakhir, Mempertahankan eksistensi Pancasila di era Revolusi
Industri 4.0 sebagai Ideologi Negara Indonesia.

Tantangan yang dihadapi dalam proses penanaman nilai - nilai Pancasila pada
era Revolusi Industri 4.0 saat ini yaitu salah satunya terletak pada peserta didik yang
sudah tidak dapat terlepas dari gadget. Mereka dengan mudah mendapatkan informasi
- informasi dari luar melalui internet yang terkadang informasi tersebut tidak sesuai
dengan nilai - nilai Pancasila. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan cara
memanfaatkan perkembangan informasi serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sebagai media dalam penanaman dan penguatan Pancasila. Pada era
Revolusi Industri 4.0, Guru dan dosen dituntut untuk dapat lebih kreatif dalam
mengembangkan metode pembelajaran pendidikan Pancasila melalui media
pembelajaran seperti membuat game serta film animasi yang mangajarkan nilai - nilai
Pancasila dan sekaligus dapat pula membentuk karakter peserta didik yang sesuai
dengan kepribadian bangsa yaitu Pancasila.

15
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pembelajaran dan kemahasiswaan Kemenristek dikti. 2016. Pendidkan


Pancasila untuk perguruan tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral Pembelajaran dan
kemahasiswaan

Handoyo, Eko (2019). Pancasila Pengokoh Integrasi Nasional Di Era Disrupsi Sebuah
Strategi untuk Mengawal Mental Generasi Z. Prosiding Seminar Nasional Jurusan
Politik dan Kewarganegaraan. FIS UNNES.

Magnis-Suseno, Franz. 2011. “Nilai -nilai Pancasila sebagai Orientasi Pembudayaan


Kehidupan Berkonstitusi dalam Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam
Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia”, Kerjasama Mahkamah Konstitusi RI
dengan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2--3 Mei 2013.

Nabila, Dewi. (2019). Implementasi Pancasila dalam Menjawab Tantangan


Revolusi 4.0.
Tersedia:https:/www.kompasiana.com/dewinabila1549/5ce8d2caaa3ccd1e756b8bf6/
implementasi-etika- pancasila-dalam-menjawab-tantangan-revolusi-4-0

Romo, Benny Susetyo. (2019) Lima Tantangan Membumikan Pancasila.


Tersedia: https://www.beritasatu.com/nasional/543979/lima-tantangan-
membumikan-pancasila

Sastrapratedja. (2001). Pancasila sebagai visi dan referensi kritik sosial. Yogyakarta:
Universitas Sanata Darma

Yahya, M. (2018). Era 4.0: Tantangan Dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Indonesia.
Disampaikan pada sidang terbuka luar biasa senat universitas negeri Makassar.
Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Professor tetap.

iii

Anda mungkin juga menyukai