PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen Pengampu:
Irwan Kurniawan Soetijono, S.H, M. Hum
Disusun Oleh:
Ghevira jalfa Rahma Maulidyah
210810301166
Kelas Pendidikan Kewarganegaraan 45
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya, penyusunan makalah ini bisa dilakukan dengan lancar dan tanpa
kekurangan satu apapun.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
(UAS) Mata Kuliah Umum Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan tantangan
ideologi pancasila dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................4
A. Ideologi Pancasila......................................................................................................................4
B. Revolusi Industri 4.0..................................................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN...................................................................................................................................9
BAB IV...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan dan Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era yang penuh persaingan ini makna dan nilai Pancasila masih belum
dipraktikkan secara maksimal dalam kehidupan masyarakat sehingga keberadaannya
seakan-akan hanya dijadikan simbol. Dalam sejarah perumusannya, Pancasila telah
melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pengoranan ini akan
sia-sia jika kita tidak menjalankan dan melanjutkan amanat dari para pendiri negara
yaitu Pancasila yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 19 alinea ke-4. Pancasila
harus dijadikan pedoman hidup bagi rakyat, untuk masyarakat, untuk bangsa dan
negara. Oleh karena itu, dalam berperilaku dan bersosialisasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan Pancasila sebagai
landasan dalam berperilaku. Pancasila juga dijadikan pedoman dalam berbagai bidang
kehidupan baik itu ekonomi, sosial, budaya maupun dalam bidang lainnya, sehingga
segala sesuatunya dilakukan tanpa menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan
menurut pancasila. Dengan demikian, apa yang diharapkan dan diinginkan oleh
masyarakat Indonesia dapat tercapai dengan tepat. Salah satu pengamalannya dalam
kehidupan nyata adalah pengembangan pemikiran tentang nilai-nilai Pancasila dan
UUD 19 sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta perkembangan dan perubahan
zaman dari waktu ke waktu tetapi tetap mempertahankan kerangka dan kandungan
aslinya. Sejatinya, perkembangan pemikiran tidak dimaksudkan untuk mengubah atau
memodifikasi apalagi menggantikan. Sebaliknya, hal tersebut diharapkan akan
memantapkan, mengembangkan dan memperkuat penghayatan budaya dan
pengamalan Pancasila dalam beragai bidang kehidupan. Melalui pengembangan
pemikiran nilai-nilai Pancasila dan UUD 19, diharapkan bangsa Indonesia mampu
melahirkan dan mengembangkan gagasan, konsep, hingga teori baru di berbagai
bidang kehidupan yang berakar pada ideologi dan konstitusi sekaligus memperkuat
relevansinya dengan realitas perkembangan masyarakat dan perubahan zaman.
1
pada era Reformasi, Pancasila dipandang sebagai alat politik yang digunakan pada era
Orde Baru, sehingga pada era Reformasi kata Pancasila dipandang sebagai alat
kekuasaan semata. Namun, seiring berjalannya waktu peristiwa-peristiwa dan
pandangan tersebut dibantah tegas oleh ideologi Pancasila yang ditandai dengan tetap
bertahannya ideologi Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dipegang teguh
oleh bangsa Indonesia.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pancasila di era revolusi industri 4.0?
2. Apa saja tantangan ideologi pancasila dalam menghadapi era revolusi industri
4.0?
3. Apa saja solusi dalam rangka penguatan indeologi Pancasila di era revolusi
industri 4.0?
4. Bagaimana implementasi solusi tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di era revolusi industri 4.0?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pancasila di era revolusi industri 4.0.
2. Untuk mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi ideologi pancasila di era
revolusi industri 4.0.
3. Untuk mengetahui solusi dalam rangka penguatan indeologi Pancasila di era
revolusi industri 4.0.
4. Untuk mengetahui implementasi solusi tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di era revolusi industri 4.0.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ideologi Pancasila
Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar dan cita – cita. Sedangkan, logos berarti ilmu atau pengetahuan.
Secara etimologis, Ideologi berarti ilmu tentang gagasan atau ajaran tentang
pemahaman dasar. Menurut Muyarto (1991: 239), Ideologi adalah sejumlah doktrin,
kepercayaan dan simbol-simbol dari sekelompok masyarakat atau bangsa yang
menjadi pegangan dan pedoman kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan
masyarakat atau nasional. Suatu ideologi yang didasarkan pada seperangkat nilai-nilai
inti (norma) atau sistem nilai yang komprehensif dan mendalam yang dimiliki dan
dipegang oleh suatu masyarakat atau negara sebagai wawasan atau visi mereka
tentang kehidupan. Nilai-nilai yang diasosiasikan atau tertanam dalam suatu sistem
seperti halnya nilai-nilai inti Pancasila seringkali berakar pada budaya dan
pengalaman sejarah suatu masyarakat atau negara yang menciptakan ideologi
tersebut.
4
2. Sosialisme adalah paham yang menempatkan ideologi dalam kaitannya dengan
kepentingan masyarakat yaitu negara memiliki kewajian untuk memastikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat (konsep welfare state).
3. Liberalisme adalah paham yang menempatkan ideologi dalam pengertian
kebebasan individu yaitu mengutamakan hak individu.
4. Kapitalisme adalah paham yang memberikan kebebasan kepada individu untuk
mengontrol sistem ekonomi dengan modal yang dimilikinya.
Pancasila adalah ideologi bagi Indonesia karena Pancasila adalah akidah yang
dianggap sebagai ideologi tunggal yang paling cocok untuk mengatur sistem
kenegaraan Repulik Indonesia. Pancasila adalah ilmu dari ide-ide para founding
fathers kita seperti Ir. Soekarno, Soepomo, M. Yamin, dan KH. Bagus Hadikusumo
serta semua tokoh nasional yang terlibat dalam penyusunan ideologi Pancasila.
Pancasila merupakan lima sila atau lima dasar yang disepakati oleh bangsa Indonesia
melalui para founding Father yang harus ditaati oleh bangsa Indonesia dalam sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain:
Kelima sila inilah landasan kita dalam menghadapi tantangan ideologi Pancasila dari
berbagai ideologi dan budaya dunia seperti atheism, individualism, kapitalisme dan
masih banyak lagi. Magnis Suseno mengemukakan bahwa penerapan ideologi
Pancasila bagi penyelenggaraan negara merupakan orientasi kehidupan bernegara.
Hal ini berarti pemikiran Pancasila tercermin dalam berbagai peraturan perundang-
undangan. Terdapat unsur penting kedudukan Pancasila sebagai orientasi kehidupan
kosntitusional.
a) Kesediaan untuk saling menghargai dalam keunikan satu sama lain. Pluralisme
merupakan nilai dasar Pancasila untuk mencapai Bhineka Tunggal Ika. Dalam hal
ini Pancasila ditempatkan kedalam ideologi terbuka.
5
b) Aktualisasi kelima sila dalam pancasila artinya kelima sila tersebut yang harus
dilaksanakan dalam kehidupan berangsa dan bernegara.
6
manufaktur. Istilah Revolusi Industri 4.0 berasal dari proyek yang diprakarsai oleh
pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi produksi. Emanuel
Dimitrios Hatzakis dalam artikelnya yang berjudul Revolusi Industri Keempat
mengatakan bahwa salah satu ciri dari era Revolusi Industri Keempat adalah semakin
banyak perkembangan teknologi dalam kehidupan kita. Fenomena ini semakin sering
muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Memang jika kita berbicara tentang konsep
revolusi industry, konteks yang digunakan adalah konteks industri yang meliputi
produksi perusahaan pasar dan sebagainya. Namun, dalam makalah ini saya ingin
meletakkan konsep revolusi industri dalam konteks kehidupan sosial karena
masyarakat sesungguhnya adalah bagian dari kehidupan industri. Hermann dkk
(2016) menambahkan ada empat prinsip desain Revolusi Industri 4.0. Pertama,
interkoneksi adalah kemampuan mesin perangkat sensor dan manusia untuk
terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau
Internet of People (IoP). Prinsip tersebut memerlukan kolaborasi, keamanan dan
standar. Kedua, transparansi informasi adalah kemampuan sistem informasi untuk
memuat salinan virtual dari dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan
data sensor termasuk analisis data dan memberikan informasi. Ketiga, dukungan
teknis meliputi; (a) kemampuan sistem pendukung untuk membantu manusia secara
sadar menggabungkan dan mengevaluasi informasi untuk membuat keputusan yang
tepat dan memecahkan masalah yang mendesak selama periode waktu yang singkat;
(b) kemampuan sistem untuk membantu manusia melakukan tugas yang tidak
menyenangkan, berat atau berbahaya; (c) termasuk dukungan visual dan fisik.
Keempat, keputusan terdesentralisasi yaitu kemampuan sistem fisik virtual untuk
membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas seefisien mungkin. Sederhananya
prinsip Revolusi Industri 4.0 menyederhanakan tantangan 4.0 yaitu; (1) kesiapan; (2)
tenaga kerja yang handal; (3) menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi tatanan
sosial budaya; dan (4) diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang 4.0
pada khususnya; (1) memperaharui ekosistem; (2) dasar kompetitif; (3) investasi di
bidang teknologi; dan (4) integrasi usaha kecil menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Revolusi Industri 4.0 membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Revolusi Industri 4.0 secara mendasar telah mengubah cara aktivitas manusia
dilakukan dan berdampak besar pada dunia kerja. Efek positif dari Revolusi Industri
4.0 diterjemahkan ke dalam efisiensi dan efektivitas sumber daya dan biaya produksi
meskipun memiliki efek pengurangan pekerjaan. Revolusi Industri 4.0 membutuhkan
7
tenaga kerja dengan keterampilan digital-savvy, technology-savvy, dan people-savvy.
Revolusi Industri 4.0 di Indonesia akan memajukan 10 dalam inisiatif making
Indonesia 4.0 yang bersifat lintas sektoral yaitu:
Revolusi Industri 4.0 merupakan isu yang akan sangat menantang bagi negara
Indonesia bersaing dengan negara lainnya agar negara Indonesia menjadi bangsa yang
kuat berdasarkan ideologi Pancasila. Dalam menghadapi tantangan Revolusi 4.0,
Indonesia harus menanamkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan
kerakyatan, serta berasaskan kepada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Ideologi pancasila harus menjadi visi setiap warga negara untuk menghadapi
fenomena – fenomena yang terjadi baik di luar maupun di dalam negeri. Untuk menegakkan
Pancasila, terdapat 5 tantangan utama menurut Romo, anggota BPIP, pada tahun 2019 yaitu
(1) Memahami Pancasila (2) oligopolistisisme sosial terkait dengan tren gloalisasi yang cepat
mengarah ke tren utama valensi identitas yang lebih kuat dan penguatan gejala polarisasi
serta fragmentasi sosial berbasis SARA (3) Ketimpangan sosial (4) Institusionalisasi
Pancasila dimana lemahnya pelembagaan nilai-nilai dalam institusi politik ekonomi dan
budaya serta lemahnya pemahaman ideologi Pancasila di kalangan penyelenggara negara (5 )
keteladanan pancasila. Hal – hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara dan lembaga pengelola negara dalam menghadapi Revolusi industry 4.0.
Dengan revolusi industri 4.0, tantangan ideologi Pancasila semakin kompleks. Tantangan
tidak hanya datang dari ideologi liberalism, komunisme, individualisme, atheisme,
kapitalisme, tetapi juga datang dari dalam kehidupan sosial seperti narkoba, terorisme, dan
korupsi serta budaya gloal. Tantangan ideologi Pancasila juga datang dari perspektif
ekonomi.
Mengusut sedikit pelanggaran terhadap sila - sila Pancasila. Sila pertama adalah "Ketuhanan
Yang Maha Esa". Masih ada gerakan-gerakan ekstremis oleh beberapa kelompok yang
mengatasnamakan agama, perusakan tempat ibadah, dan fanatisme anarkis. Sila kedua adalah
“Kemanusiaan yang Adil dan Berada”. Masih banyak kasus perdagangan manusia,
penggunaan anak di awah umur, dan bias pemerataan ekonomi yang mempengaruhi status
sosial ekonomi masyarakat. Sila ketiga adalah “Persatuan Indonesia”. Masih ada kekurangan
seperti melihat suku lain leih baik dari yang lain, perang suku, dan adanya gerakan pemisahan
diri yang terorganisir. Sila keempat " Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan
kebijaksanaan dalam permusyawatan/Perwakilan". Terlihat bahwa maturitas demokrasi
masih rendah antara lain politik promodial, money politic, isu putra daerah dan lain
sebagainya. Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Masih terlihat
disparitas pendapatan sosial ekonomi kelas bawah, akses modal yang buruk, pengangguran,
dan kemiskinan. Perubahan nilai Pancasila tidak hanya terlihat dari perubahan sosial politik
tetapi perubahan Pancasila juga dapat dikaitkan dengan faktor ekonomi yang berkemang
9
melalui revolusi. Revolusi masa lalu seperti Revolusi Industri 2.0 dan 3.0 semuanya dilalui
dengan ideologi Pancasila kini ideologi Pancasila menghadapi tantangan baru yaitu Revolusi
Industri 4.0.
10
Industri 4.0 lebih menekankan pada penggunaan siber-fisik dan kolaborasi
manufaktur. Oleh karena itu, keutuhan jaringan data internet cocok untuk melakukan
produksi di Indonesia. Kehadiran internet di era revolusi industri 4.0 telah banyak berubah.
Salah satunya adalah evolusi internet itu sendiri yang terus berkemang dari tahun ke tahun.
Seperti yang kita ketahui bersama sebelumnya, internet hanya digunakan sebagai media
informasi dan pengiriman pesan singkat namun seiring berjalannya waktu Internet
berkembang menjadi Internet of Things (IoT). Tidak dapat dipungkiri salah satu
perkembangan teknologi yang dicontohkan dengan penciptaan Artificial Intelligence (AI)
atau robot mirip manusia telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar sehingga
mengubah peran peran manusia dalam bekerja. Perkembangan teknologi yang semakin pesat
ini tentunya menguntungkan dunia namun juga berdampak signifikan terhadap pasar tenaga
kerja. Memang teknologi dipandang leih efisien dan efektif daripada sumer daya manusia
atau keterampilan yang teratas dan untuk meringankan beban modal manusia yang
membutuhkan peningkatan upah tenaga kerja tetapi tidak berarti peningkatan produktivitas.
Terakhir banyak perusahaan yang melakukan PHK secara besar-besaran dan menyebabkan
pengangguran di sektor teknologi.
Pancasila yang pada dasarnya merupakan produk asli Indonesia dan lahir dari banyak
perbedaan harus menjadi nilai inti yang tetap dipegang teguh oleh seluruh rakyat Indonesia.
Namun, saat ini Pancasila menghadapi banyak tantangan dan ancaman apalagi di masa
sekarang ini masyarakat Indonesia semakin maju peradaannya terutama dalam pemanfaatan
teknologi. Teknologi utamanya diciptakan untuk membantu manusia melakukan pekerjaan
mereka. Namun, teknologi juga bisa menjadi alat yang membahayakan kehidupan manusia
jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar. Menghadapi tantangan tersebut, Pancasila
bisa menjadi jawaban atas keunikan sumber daya manusia Indonesia. Pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia merupakan hasil pemikiran yang dijabarkan dalam rangkaian
kalimat yang mengandung makna pemikiran sebagai dasar asas dan cara hidup bersama
dalam satu rumah, Indonesia merdeka.
Pancasila sebagai sumber etik dalam perancangan dan pelaksanaan sumber daya
manusia yang profesional di Indonesia, harus menjadi ruh utama dalam pengembangan Kode
Etik Profesi yang meliputi aspek moral, etika, dan hukum. Dengan demikian, sumber daya
manusia Indonesia akan memiliki karakter khas manusia yang beradaptasi dengan teknologi
dengan keunggulan dan integritas Pancasila. Semua ini adalah paket revolusioner 4.0 yang
akan menantang Pancasila seagai ideologi. Pada masa revolusi 4.0 Pancasila dengan segala
11
nilai yang melekat padanya harus menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan kerangka berpikir masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa generasi ideologis Pancasila berada dalam bahaya besar jika Revolusi
Industri 4.0 tidak didekati oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia yang arif dan
berwawasan Pancasila. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tantangan dan
pemantapan ideologi Pancasila yang menjadi pokok utama dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0 adalah memperkuat sumber daya manusia Indonesia yang unggul sesuai dengan
tema kemerdekaan dan Ideologi Pancasila. Jika perkemangan ideologi jauh lebih lambat
daripada proses perubahan sosial, beberapa hal lain juga akan menjadi tantangan. Misalnya,
peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri modern. Suasana seperti itu
seringkali menimbulkan ketegangan dalam hubungan interaktif karena adanya kesenjangan
yang semakin besar antara ideologi yang lambat memperbaharui relevansinya dengan realitas
kehidupan yang baru. Orang-orang dengan realitas barunya mengembangkan diri dengan
meninggalkan ideologinya karena orang merasa bahwa ideologi tidak lagi relevan bagi
mereka meskipun secara formal mereka tetap memegang, mengakui, dan menerimanya. Pada
dasarnya, mereka tidak lagi menjiwai realitas baru kehidupan mereka dan hakiatnya nilai-
nilai inti yang terkandung dalam ideologi kehilangan makna seagai dasar atau pedoman
dalam proses pembangunan masyarakat. Bahaya tersebut dapat dihindari jika krisis interaksi
antara ideologi dan kehidupan nyata dapat merangsang kreativitas masyarakat terutama kaum
intelektual dan ilmuwan untuk mengembangkan ide, konsep dan gagasan baru yang tidak
hanya sesuai dengan ideologinya tetapi juga komunikatif dengan perkemangan zaman. Dari
sudut pandang tertentu, konsep dan teori sains dapat dikembangkan dengan dua cara.
Pertama, jalur ideal-normatif, jalur ini mengembangkan konsep dan teori yang diturunkan
dari nilai-nilai inti yang dianggap benar. Kedua, jalur actual- empiris, jalur ini
mengembangkan konsep dan teori melalui penelitian ilmiah ke dalam praktik pembangunan
di masyarakat dari waktu ke waktu. Menurut jalur pertama, para ilmuwan dan cendekiawan
kita dapat mengembangkan teori dan konsep sosial demokrasi yang diturunkan dari Pancasila
dan UUD 1945. Pada jalur kedua, konsep dan teori lahir dan dikembangkan dari hasil
penelitian empiris yang akan membantu kita untuk secara kritis mengidentifikasi kondisi atau
kenyataan yang berkembang di masyarakat kita, rakyat kita, dan negara kita. Sebaliknya, jika
kesenjangan antara ideologi normatif yang ideal dengan realitas empiris semakin mengecil,
hal ini menunjukkan bahwa ideologi tersebut telah berhasil menciptakan motivasi penopang
dan pengarah tindakan kekuatan pembangunan masyarakat suatu negara dalam beragai
bidang kehidupan.
12
Melalui uraian di atas, kita semakin melihat dengan jelas betapa pentingnya peran
ilmu pengetahuan dalam mengembangkan konsep, teori dan cita-cita normatif yang
diturunkan dari nilai-nilai inti suatu ideologi dari waktu ke waktu. Di sisi lain, sains juga
berperan penting dalam pengembangan teori dan konsep empiris yang diambil dari
perkembangan aktual masyarakat pada setiap periode yang dapat digunakan oleh masyarakat
untuk memahami dengan lebih baik kondisi aktualnya. Kebijakan atau peraturan ini
dimaksudkan untuk memandu proyek Revolusi Industri 4.0 agar tidak bertentangan dengan
nilai-nilai ideologi Pancasila. Selain itu, perlu adanya penguatan pendidikan Pancasila bagi
generasi milenial saat ini melalui lembaga pendidikan di Indonesia dengan menjadikan
Pancasila sebagai ilmu sekaligus ideologi. Sebab, Pancasila membawa nilai-nilai profetik
yang sesuai bagi generasi milenial untuk dipelajari dan diteliti dalam rangka menghadapi
perkembangan Revolusi Industri 4.0 di masa depan. Dengan konsep seperti ini, Pancasila
sebagai ideologi tetap bertahan dan diakui meskipun bangsa Indonesia harus menghadapi dan
memanfaatkan kemajuan yang dibawa oleh revolusi dan model visi ideologi Indonesia agar
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat dipraktikkan secara maksimal di era
Revolusi Industri 4.0.
Dapat dikatakan bahwa tantangan Pancasila dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0
adalah peran penyelenggara negara dan warga negara dalam menjaga keberadaan Pancasila
sebagai ideologi negara yang digunakan oleh Indonesia sehingga diperlukan pembelajaran
yang mendalam untuk mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Metode
pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan Pancasila juga harus mengikuti
perkembangan zaman agar sesuai dengan realitas masyarakat pada zaman sekarang. Pancasila
diharapkan dapat dipahami dan diterima oleh generasi milenial sekarang yang pada
hakekatnya merupakan generasi yang jauh dan tentunya tidak terlibat langsung dalam proses
pembentukan Pancasila. Pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
dengan mengembalikan gaya belajar pendidikan Pancasila di sekolah dan di perguruan tinggi.
Cara belajar yang dimaksud adalah mengubah cara belajar dari konvensional menjadi
student-centered atau cara belajar yang terpusat pada siswa dan/atau mahasiswa. Model
pembelajaran atau pendekata pendidikan Pancasila harus bergeser dari orientasi guru ke
orientasi siswa. Guru dan dosen yang terlalu dominan di kelas mengetahui segalanya
sedangkan siswa dan/atau mahasiswa dianggap sebagai kertas kosong yang di atasnya bisa
dituliskan semua ilmu dan mata pelajaran yang sudah tidak lagi sesuai dengan era Revolusi
Industri 4.0 saat ini. Dengan pembelajaran konvensional, siswa seolah-olah mendengarkan
13
guru atau dosen tetapi pikirannya bias saja tidak terfokus pada materi yang disampaikan guru
dan dosen. Oleh karena itu, metode pembelajaran pendidikan Pancasila juga harus mampu
mendekatkan diri dengan peserta didik sesuai dengan era saat ini, dimana dunia teknologi
informasi penuh dengan big data. Siswa dan/atau mahasiswa bahkan lebih baik dalam
mengakses informasi dan menemukan pengetahuan tentang suatu subjek daripada guru atau
dosen mereka.
Metode pembelajaran pendidikan Pancasila juga dapat diterapkan secara lebih kreatif
dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa dan/atau mahasiswa. Menurut Handoyo
menggunakan gaadget adalah suatu keharusan karena gadget adalah sahabat setia Generasi Z
dibawa kemanapun dan kapanpun. Materi Pancasila harus dikemas sedemikian rupa sehingga
menarik bagi siswa dan/atau mahasiswa yang dapat dibuat sebagai cerita pendek dengan
visual yang menarik atau sebagai permainan yang membuat siswa berpikir kritis dan cerdas
menggunakan imajinasi mereka sendiri untuk memecahkan suatu permasalahan yang
diberikan oleh pendidik dan pendidik memfasilitasi pembelajaran di kelas. Selain itu, cara
pendidikan yang diajarkan dalam Pancasila adalah dengan membuat film animasi yang
bertema dan mencerminkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini
membantu siswa tidak merasa monoton dan bosan ketika belajar karena mereka terlibat
langsung dan didukung oleh perkembangan teknologi di era Revolusi Industri 4.0.
14
BAB IV
PENUTUP
Tantangan yang dihadapi dalam proses penanaman nilai - nilai Pancasila pada
era Revolusi Industri 4.0 saat ini yaitu salah satunya terletak pada peserta didik yang
sudah tidak dapat terlepas dari gadget. Mereka dengan mudah mendapatkan informasi
- informasi dari luar melalui internet yang terkadang informasi tersebut tidak sesuai
dengan nilai - nilai Pancasila. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan cara
memanfaatkan perkembangan informasi serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sebagai media dalam penanaman dan penguatan Pancasila. Pada era
Revolusi Industri 4.0, Guru dan dosen dituntut untuk dapat lebih kreatif dalam
mengembangkan metode pembelajaran pendidikan Pancasila melalui media
pembelajaran seperti membuat game serta film animasi yang mangajarkan nilai - nilai
Pancasila dan sekaligus dapat pula membentuk karakter peserta didik yang sesuai
dengan kepribadian bangsa yaitu Pancasila.
15
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko (2019). Pancasila Pengokoh Integrasi Nasional Di Era Disrupsi Sebuah
Strategi untuk Mengawal Mental Generasi Z. Prosiding Seminar Nasional Jurusan
Politik dan Kewarganegaraan. FIS UNNES.
Sastrapratedja. (2001). Pancasila sebagai visi dan referensi kritik sosial. Yogyakarta:
Universitas Sanata Darma
Yahya, M. (2018). Era 4.0: Tantangan Dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Indonesia.
Disampaikan pada sidang terbuka luar biasa senat universitas negeri Makassar.
Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Professor tetap.
iii