Anda di halaman 1dari 12

Dampak Alih Fungsi Lahan Irigasi Menjadi Permukiman Terhadap...

(Joyce Martha Widjaya)

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI MENJADI PERMUKIMAN


TERHADAP KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
(STUDI KASUS KAWASAN GAYUNGSARI SURABAYA)

THE IMPACT OF IRRIGATED LAND CONVERSION TO SETTLEMENT ON


URBAN DRAINAGE SYSTEM PERFORMANCE
(CASE STUDY GAYUNGSARI AREA SURABAYA)

Joyce Martha Widjaya


Peneliti Bidang Teknologi Konstruksi, Puslitbang Sosekling
Jl. Gayung Kebon Sari 50 Surabaya
Email: joyce.widjaya@gmail.com

Diterima: 5 Maret 2013; Disetujui: 6 Mei 2013

ABSTRAK
Kawasan Gayungsari, daerah banjir di Surabaya Selatan, adalah salah satu kawasan permukiman hasil alih
fungsi lahan bekas daerah irigasi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemanfaatan saluran irigasi sebagai
saluran drainase, elevasi lahan lebih rendah dari elevasi muka air di saluran, bahkan masih ada sawah di
kawasan itu. Untuk menanggulangi masalah banjir ini, dilakukan evaluasi dan perencanaan ulang sistem
drainase. Solusi yang diusulkan adalah menggunakan sistem polder, dengan menerapkan prinsip kebijakan
”keseimbangan aliran masuk dan keluar, sehingga delta Q nol”. Model analitis rasional, membuktikan bahwa
tanpa mengisolir atau meminimalisir kawasan permukiman terhadap kiriman air dari luar, luapan banjir
tidak dapat dieliminasi, karena tidak mampu menampung debit kiriman air dari luar yang sifatnya tidak
terkontrol. Hasil studi menyatakan bahwa saluran irigasi tidak dapat dikonversikan langsung menjadi
saluran drainase kota, karena pola distribusi dimensi dan beda tinggi dasar saluran serta beda tinggi muka
air, menjadikan disfungsinya saluran drainase. Untuk mengeliminasi dampak banjir, diusulkan agar
dilakukan penataan daerah layanan pada skala makro kota untuk menghasilkan kompartemen polder yang
terisolasi. Sistem ini membutuhkan upaya penyesuaian dimensi dan elevasi saluran drainase yang
dinormalisasi, pemompaan, penataan ulang lansekap dan kolam retensi.
Kata kunci: Alih fungsi lahan, model analitis rasional, kompartemen polder, isolasi aliran, normalisasi
saluran drainase, kolam retensi

ABSTRACT
Gayungsari Area, a flooded area in Southern Surabaya, is a residential area partially converted from the
irrigation area. Because of that, the land elevation was found lower than the channel’s elevation and many
irrigation channels were converted to drainages. To overcome the flooding problem, re-evaluation and
replanning of drainage system is needed. The solution would involve the polder system, following principle of
"balancing the inflow and outflow, or delta Q zero". The rational analytical model of the drainage proposed
emphasised the importance of isolating or minimising inflow to reduce the flooding. On the other hand, the
channel normalization effort would only increase outflow rate significantly, but not eliminate the flooding
because of uncontrolled flow from upstream. The results showed that the irrigation channels could not be
converted directly for the drainage purposes, since different dimensions and invert elevation of the channel.
To reduce the flooding impact, macro catchment rearrangement is needed to create isolated polder
compartments. The system would be equipped with normalized drainage channels, pumping station,
landscape and storage rearrangements.

Keywords: Land use convertion, rational analytical model, polder compartement, normalized drainage
channels, retention basin

67
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 9 No. 1, Mei 2013: 67-78

PENDAHULUAN 3) Sebagai usulan cara merevitalisasi sistem


drainase kawasan yang perlu diterapkan pada
Kawasan Gayungsari, daerah banjir di daerah datar bekas alih fungsi daerah irigasi.
Surabaya Selatan, dalam penelitian ini merupakan Sistem drainase Kawasan Gayungsari seluas
contoh situasi dampak alih fungsi dari daerah 36 hektar, berada pada Kelurahan Gayungan,
irigasi menjadi wilayah permukiman, yang Kecamatan Gayungan. Rayon Drainase Jambangan.
menunjukkan adanya pemanfaatan saluran irigasi Surabaya Selatan.
menjadi saluran drainase, dan elevasi lahan lebih
rendah dari elevasi muka air di saluran, bahkan
masih adanya sawah itu sendiri. KAJIAN PUSTAKA
Sistem drainase kawasan Gayungsari ini, Kajian Kasus Kesadaran akan Fungsi Drainase
belum pernah dievaluasi dan ditata secara
Kasus klasik serupa juga terjadi di kota-kota
sistemik, baik pada skala meso ataupun mikro.
besar di Indonesia, seperti diungkap oleh Sartono
Beberapa fakta ditemui adanya gangguan
dalam website www.tembi.net dengan judul
kenyamanan, keindahan dan kesehatan lingkungan
“SADAR/TIDAK SADAR PADA FUNGSI DRAINASE’.
akibat genangan karena hujan lokal, maupun hujan
Dalam tulisan tentang perkembangan sistem
kiriman dari hulunya di luar kawasan.
drainase, sanitasi, dan irigasi di wilayah-wilayah
Akar permasalahan drainase yang terjadi di
sekitar Kota Yogyakarta, beliau berharap
kawasan Gayungsari yaitu laju pertumbuhan
semestinya air yang berasal dari atas (hulu) bisa
jumlah penduduk kota Surabaya yang memicu
dikelola dengan baik sejak dari hulu hingga hilir,
pengembangan wilayah sawah menjadi kawasan
termasuk sistem drainase, sanitasi, dan irigasi.
permukiman, tanpa diiringi dengan revitalisasi
Idealnya ketiga sistem yang berhubungan dengan
infrastruktur tata air. Untuk itu diperlukan suatu
urusan air bisa dipilahkan, drainase tidak
kajian tentang dampak alih fungsi lahan irigasi
disamakan dengan sistem sanitasi atau irigasi.
terhadap kinerja sistem drainase di kawasan
Kalau memang tidak mungkin dipilahkan, ketiga
permukiman Gayungsari, serta bagaimana upaya
sistem itu mampu memberikan jaminan pada
revitalisasi bekas saluran irigasi untuk dijadikan
kelayakan atau pemenuhan kebutuhan akan
drainase kota.
kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Penelitian ini ditujukan untuk melakukan
Dalam banyak kasus, ketiga sistem tersebut
simulasi pemodelan analitis sistem drainase dan
menyatu dalam satu fungsi tanpa pernah
menganalisis efektivitas penanggulangan masalah
mengalami jaminan akan pemenuhan syarat-syarat
sistem drainase kawasan Gayungsari.
kesehatan, kebersihan, dan kelestarian lingkungan.
Pemodelan sistem drainase dilakukan
Salah satu hal yang dapat diamati adalah
dengan batasan:
terdapatnya sistem drainase baik di kota maupun
1) Lingkup pemodelan dilakukan pada daerah
kabupaten yang multifungsi. Kecuali menampung
layanan Saluran Gayungan sebagai saluran
luapan air hujan, sistem drainase itu juga dijadikan
utama, yang merupakan sebagian dari luasan
tempat sampah atau tempat buangan limbah yang
administrasi kelurahan Gayungan, dengan
memanjang sekaligus juga berfungsi sebagai
kondisi batas aliran, berupa debit masukan dan
irigasi. Akibatnya sistem yang dibuat untuk
keluaran di titik inlet dan outlet batas
mengamankan permukaan tanah dari genangan air
pemodelan;
ini penuh dengan aneka macam limbah baik padat
2) Kapasitas saluran inlet dan outlet
maupun cair yang menyebar hingga ke seluruh
diperhitungkan untuk mengestimasi besaran
sudut atau pelosok yang dilaluinya.
debit rencana komponen sub sistem drainase.
Selain kasus yang demikian, drainase juga
Manfaat penelitian ini adalah:
sering berpadu dengan sistem irigasi. Dalam
1) Mengevaluasi Sub Sistem Drainase Kawasan
beberapa kasus yang ditemui Tembi, saluran
Gayungsari sebagai bagian dari Sistem Drainase
drainase dan saluran irigasi ini sering menjadi satu
Kebon Agung di Surabaya Selatan, dengan
dan sering (hampir selalu) digunakan untuk
sistem terbuka, menggunakan komponen bekas
membuang sampah. Akibatnya sawah atau ladang
saluran irigasi, tanpa pompa atau bangunan air
banyak dimasuki sampah padat, utamanya jenis
lainnya.
plastik.
2) Memberi pencerahan kepada para pemilik
Untuk meningkatkan kesadaran dari
kepentingan tentang akar permasalahan dan
masing-masing pemilik kepentingan tentang
penanggulangan masalah banjir pada kawasan
disfungsi saluran drainase atau sanitasi dan irigasi
permukiman bekas daerah irigasi yang bersifat
maka penelitian ini dilakukan.
sistemik;

68
Dampak Alih Fungsi Lahan Irigasi Menjadi Permukiman Terhadap...(Joyce Martha Widjaya)

METODOLOGI I [mm/jam] , Intensitas hujan yang sesuai


waktu konsentrasi (tc)
Tahapan Penelitian
Atotal [km ] , Luas daerah layanan total
2
1) Studi pustaka
2) Pengumpulan data sekunder di Bappeko
Surabaya berupa Laporan SDMP berikut data a) Penentuan Waktu Konsentrasi (tc):
dan peta digital
3) Pengumpulan data primer dengan melakukan Keterangan:
pengamatan dan pengukuran komponen sistem to , waktu yang dibutuhkan aliran permukaan
drainase dari titik terjauh sampai titik tinjau yang
4) Penyusunan skematisasi model sistem drainase didekati dengan rumus-rumus fungsi dari :
5) Analisis dan pengolahan data serta pemodelan Panjang jalur air permukaan = D [m],
sistem Kemiringan permukaan = S [%], Koefisien
6) Evaluasi hasil pemodelan limpasan = C; dihitung dengan Rumus
empiris FAA untuk mengestimasikan to
( ) ⁄
Hipotesis Penelitian (menit)

Tanpa meningkatkan kinerja inlet dan
td , waktu pengaliran di saluran
outlet sistem drainasenya, normalisasi saluran
internal kawasan tidak akan menyelesaikan , waktu pengaliran di saluran
permasalahan banjir di daerah datar bekas irigasi. L , panjang saluran (meter)
Asumsi Dasar V , kecepatan aliran di saluran (m/s),dihitung
dengan persamaan Manning =
Adapun asumsi yang dipergunakan dalam ⁄ ⁄
penelitian ini adalah:
1) Kemiringan saluran daerah studi dianggap R , Radius hidraulik (m)
mendekati datar ( 00) S , Kemiringan saluran
2) Lahan daerah pematusan dianggap mempunyai n , Koef. kekasaran Manning di saluran (Liong
kemiringan cukup untuk mengalirkan limpasan SY, 1991).
permukaan ke inlet kerb b) IDV Curve
Perhitungan Debit Rencana dengan Rumus Intensitas Hujan Rencana diperhitungkan
berdasarkan Rumus Kurva Intensitas Durasi
Rasional
(IDF) diturunkan sesuai Persamaan Talbot
Metode Rasional merupakan rumus empiris (Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Surabaya
yang menghubungkan curah hujan dan limpasan Drainage Master Plan /SDMP 2018) berikut :
menggunakan parameter analitis. Pada Metode
Rasional ini, hidrograf dihitung dengan Rumus Talbot:
memperkirakan adanya hubungan antara debit dan
( )
waktu konsentrasi terhadap karakteristik daerah
Keterangan:
pengaliran berdasarkan konsep yang menghubung-
It , Intensitas curah hujan dengan durasi tc.
kan aliran debit puncak dan volume limpasan pada
(mm/jam).
Gambar 1, dengan penjelasan berikut:
t , lamanya / durasi hujan [menit]
1) Rumus Rasional yang dipergunakan untuk a,b dan c , konstanta daerah setempat yang
kasus perencanaan sistem drainase, umumnya tergantung pada lamanya curah
menggunakan asumsi kasus waktu pengaliran = hujan.
durasi hujan (Liong, S.Y.,1991): Untuk daerah Surabaya konstanta a, b dan c
menggunakan nilai konstanta sesuai pada Tabel 1
berikut:
Keterangan:
Tabel 1 Konstanta Talbot
Q (m3/s) , Debit limpasan permukaan
Ck , Koefisien limpasan komposit Periode Ulang(Tr) Konstanta Talbot
[Tahun] a b c
, ∑ ( ⁄ )
1,2 7550 37 1.10
(AI/Atotal) , Bobot luasan tata guna lahan, jenis
2 8062 36 1.06
tanah dan kemiringan permukaan
5 4943 25 0.93
lahan.
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya,
Ci , Nilai koefisien limpasan per unit 2008.
jenis luasan, (Singh,V.P, 1988).

69
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 9 No. 1, Mei 2013: 67-78

 .C i .A i 2) Pengumpulan data primer didapat melalui


C komposit  C k  diskusi, konsultasi maupun survei orientasi dan
Atotal ≈ b x w A total survei pengukuran di lapangan, tentang outlet
dan inlet, arah aliran air di dalam dan di sekitar
lokasi studi serta permasalahan yang terjadi di
I ≈ Irata-rata lapangan, kondisi jaringan sistem drainase
eksisting fisik, dimensi saluran, ketinggian air
dan sedimen di saluran.
3) Pengumpulan data yang dilakukan bersama-
sama Saudara Aditomo Surya S.Y (mahasiswa
S1 UK Petra) ini, dilakukan untuk penentuan
konsep desain sistem drainase, dengan langkah-
langkah sesuai Gambar 2 proses perhitungan
Debit Limpasan debit rencana dengan metode rasional sebagai
Debit Puncak Limpasan berikut:
QP = Ck . I . Atotal a) Menentukan sistem arah aliran berdasarkan
pengamatan pada saat hujan dan
wawancara penduduk setempat.
Gambar 1 Sketsa Hubungan Curah Hujan, dimensi b) Menentukan jalur saluran drainase dari
Daerah Layanan dan Debit Limpasan kuarter, tersier, sekunder, dan primer untuk
c) Penelusuran aliran (routing) dalam tampungan ditentukan titik inlet dan outlet, termasuk
memanjang debit masukan dan keluaran yang
membatasi kondisi sistem jaringan.
Perencanaan tampungan memanjang dilakukan
c) Membangun skema model sistem drainase
berdasarkan prinsip kontinuitas sesuai
terdiri atas saluran tepi jalan dengan
penjelasan Prinsip Zero Delta Q dalam http://
memperhitungkan pengaruh debit limpasan
bebasbanjir 2025. wordpress.com/; sebagai
permukaan yang masuk ke saluran tepi
berikut :
jalan, disetarakan dengan saluran kuarter,
Prinsip Kontinuitas: yang kemudian bergabung menjadi saluran
V = Volume banjir =  I dt =  O dt tersier, dan berlanjut ke sekunder.
Jumlah air yang masuk =  I dt d) Memperkirakan pembagian daerah layanan
Jumlah air yang keluar =  O dt dari sistem drainase, sesuai pertimbangan
Selisih air yang disimpan = Sx =  (I - O) dt atau arah aliran air, yang ditentukan atas dasar
ds/dt = I - O peta situasi serta pengamatan sistem arah
Perhitungan Kapasitas Saluran aliran di lokasi ketika hujan turun.
e) Menentukan variabel bebas dan parameter
Kapasitas saluran dapat diketahui dengan yang dibutuhkan untuk menghitung debit
menghitung debit saluran, rumus umum yang limpasan rencana pada lokasi, seperti
dipergunakan adalah : i) Ukuran daerah layanan (panjang
daerah layanan/L0, panjang jalur air
⁄ ⁄ permukaan / Lebar daerah layanan/
D0, kemiringan lahan /S0, koefisien
Keterangan: limpasan / C).
V , Kecepatan Aliran (m/s) ii) Dimensi saluran (panjang saluran/Ld,
A , Luas penampang saluran (m2) tinggi saluran/h, lebar saluran/b,
R , Radius Hidraulik (m) kemiringan saluran/Sd).
S , Kemiringan saluran (%) f) Mengevaluasi dan menganalisis kondisi
n , Koefisien kekasaran Manning di saluran, batas sistem pemodelan.
(Liong, S.Y. ,1991). Pengamatan dan analisis kondisi batas
dilakukan terhadap elevasi muka air dan
Pengumpulan dan Analisis Data debit saluran, untuk menentukan jenis dan
1) Pengumpulan data sekunder yang digunakan variabel di simpul kondisi batas.
adalah Sistem Jaringan Drainase dan Kurva Karena dalam kasus ini diberlakukan kondisi
Intensitas Durasi Hujan Rencana Kota Surabaya batas debit untuk simpul batas masukan dan
yang didapat dari Laporan Evaluasi keluaran model, beberapa simulasi debit
pelaksanaan pembangunan Surabaya Drainage diperhitungkan termasuk kemampuan
Master Plan (SDMP) 2018 Kota Surabaya. saluran inlet dan outlet dilakukan dalam
mengestimasi besaran debit rencananya.

70
Dampak Alih Fungsi Lahan Irigasi Menjadi Permukiman Terhadap...(Joyce Martha Widjaya)

i) Debit kiriman dari daerah hulunya, Saluran Drainase Kawasan Gayungsari


disimulasikan antara 0,1 m3/s sampai merupakan salah satu bekas saluran irigasi
0,5 m3/s sebagai kapasitas saluran sekunder yang menginduk pada Kali Kebon Agung
inletnya. sebagai saluran primernya. Bergabung di hilirnya
ii) Debit keluaran di titik outlet dengan Saluran Gayung Kebonsari dan menerus
disimulasikan mengalir bebas sesuai menjadi saluran-saluran Jemur Andayani, Kutisari
kapasitas saluran outletnya (1,67 XII, Kutisari IV, Kutisari Utara I, Gunung Anyar,
m3/s), dibatasi 1,0 dan 0,5 m3/s untuk Gunung Anyar Jaya, Wiguna timur, Medayu Selatan,
memperhitungkan risiko kurang Saluran Gunung Anyar Mas dan berakhir di muara
berfungsinya kodisi hilir pemodelan. Selat Madura.
4) Membangun rumus model analitis pengaliran Sistem drainase kawasan Gayungsari
sistem drainase, yang mengakomodasikan menerima limpahan sebagian air kiriman dari
rumus-rumus di atas, menggunakan program saluran primer Kebonagung, tetapi tidak memiliki
Excel outlet yang memadai, karena keterbatasan dimensi
5) Menghitung variabel antara yang dibutuhkan saluran dan penutupan bekas pintu air irigasi di
untuk menghitung debit limpasan rencana pada hilirnya karena konflik kepentingan. Sehingga
lokasi. dapat dinyatakan bahwa Kawasan Gayungsari
a) Kecepatan (V), kapasitas tampung (Q) merupakan daerah kantung air.
segmen-segmen saluran. Berdasarkan survei lapangan, berhasil
b) Waktu pengaliran yang dibutuhkan aliran diidentifikasi dua jenis akar permasalahan:
permukaan di lahan dari titik terjauh sampai 1) Permasalahan Eksternal ditemukan beberapa
titik tinjau (to). hal krusial yang menyebabkan sulitnya
c) Waktu konsentrasi (tc). penanggulangan banjir di lokasi adalah:
d) Intensitas hujan rencana (Itr) untuk evaluasi a) Saluran Gayungan tersebut tidak hanya
dan perencanaan saluran drainase mengalirkan limpasan hujan lokal, tetapi
perkotaan dengan periode ulang 1,25, 2 dan menerima buangan air dari daerah Kebon
5 tahunan. Agung di hulunya.
e) Debit rencana (Qd) untuk menghitung b) Saluran Gayungsari mengalirkan limpasan
dimensi rencana saluran tersier ke saluran tepi jalan Gayung Kebon Sari,
menggunakan hujan rencana 2 tahunan, yang kemudian bergabung dengan Saluran
sedangkan untuk saluran sekunder Kebon Agung di hilirnya. Saluran outlet ini
menggunakan hujan rencana 5 tahunan. memiliki keterbatasan, karena disamping
(Badan Perencanaan Pembangunan Kota dimensinya yang lebih kecil dibanding
Surabaya, 2008). saluran outlet Gayungsari, aliran di Saluran
6) Melaksanakan simulasi Kebon Agung tidak lancar, akibat adanya
a) Dengan berbagai skenario hujan rencana, pintu air bekas irigasi yang difungsikan
serangkaian perhitungan pada Model untuk melindungi daerah hilirnya, beban
analitis yang dibangun, dilakukan untuk outlet-outlet kawasan lain di sepanjang
mengevaluasi kapasitas tampung komponen aliran sampai menuju laut di hilir Gunung
sistem drainase kondisi saat ini. Anyar Mas.
b) Menentukan usulan dimensi tiap segmen 2) Beberapa masalah internal kawasan Gayungsari
saluran bila diperlukan, yang dalam kasus yang ditemui di lokasi adalah:
wilayah bekas daerah irigasi ini, a) Sebagian besar lanskap kawasan
mengusulkan pelebaran saluran. Gayungsari, tidak beraturan, sehingga
7) Pengujian efektitivitas fungsi komponen menyebabkan terjadinya genangan
drainase yang diusulkan termasuk tampungan setempat. Model analitis tidak dapat
memanjang. menyimulasikan kondisi ini.
b) Adanya dimensi saluran yang lebih kecil
dibanding dimensi saluran sebelumnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
(bottle neck).
Kondisi Sistem Drainase c) Adanya sedimentasi yang cukup besar
Daerah kawasan Gayungsari merupakan pada saluran yang dapat mencapai 50%
daerah rawan banjir sampai dengan tahun 2010, dari tinggi efektif saluran.
saat penelitian ini berlangsung. Gambar 3 d) Kurangnya luas badan air dibanding luas
menunjukkan sebagian besar pemutusan daerah lahan terbangun.
studi dilayani oleh 1 (satu) saluran utama yang
disebut Saluran Gayungan, Saluran Gayungan
Peternakan dan Saluran Gayungan PTT).

71
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 9 No. 1, Mei 2013: 67-78

Peta Topografi DAS


PENENTUAN SISTEM JARINGAN DRAINASE
Peta Situasi Sub Das
Survai Lapangan Sistem Makro/Mikro

Topografi Per segmen


Per daerah saliran
layanan terkait

Tata guna lahan Dimensi Saluran / Kolam


Penampang Memanjang :
Dimensi daerah layanan Ld = Panjang saluran
D = Panjang perjalanan aliran Sd = Kemiringan memanjang saluran
Jenis Tanah permukaan terpanjang Penampang Melintang :
S = Kemiringan rata-rata bb = Lebar bawah saluran
daerah layanan ba = Lebar atas saluran
A = Luas daerah layanan
C= Ckomposit α = Kemiringan vertikal dinding
saluran
h = Tinggi muka air maks di saluran
Asal = Luas penampang basah saluran
∑Ckomposit x A Kondisi Saluran :
n = Koefisien kekasaran / Manning

Ada Waktu limpas air


Tidak permukaan [menit]
limpasan
Pengukuran kecepatan aliran di
dari luar
Saluran : V= ∆L/∆t
daerah
layanan ?
Waktu limpas pada saluran
Q in = 0 t c= t 0 + t d
ya td = L/V

∑tc
Q in = I Q kapasitas saluran =V x Asal

I IDF

Qdesain per segmen saluran Qdesain ≤ Qkapasitas segmen


=I ( ∑Ckomposit x A) + Q in sal atau Effisiensi Saluran <100%
Tidak

ya

Qdesain per segmen saluran

Sumber: Widjaya, dkk, 1997

Gambar 2 Proses Perhitungan Debit Rencana dengan Metode Rasional

72
Dampak Alih Fungsi Lahan Irigasi Menjadi Permukiman Terhadap...(Joyce Martha Widjaya)

Skematisasi Sistem Drainase Simulasi Skenario b: Skenario a dan


Gambar 3 berikut ini menunjukkan Peta memfungsikan saluran paling hilir sebagai
Pembagian Daerah Layanan, yang digunakan tampungan air memanjang (Long Storage),
sebagai dasar perhitungan beban layanan aliran dengan pertimbangan ketersediaan lahan.
untuk masing-masing segmen saluran yang
diskematisasikan pada Gambar 4. Simulasi Kondisi Saat Ini
Subsistem drainase kawasan Gayungsari Beberapa interpretasi hasil analisis dan
dimodelkan menjadi sepuluh segmen saluran evaluasi saluran pada kondisi saat ini, dengan
tersier saluran F-H, G-H, I-J, K-L, M-N, A-C, B-C, D-E, hujan rencana periode ulang 1,25; 2 dan 5 tahun,
P-Q, U-V) dan 11 segmen saluran sekunder dapat diungkap sebagai berikut :
(saluran H-J, J-L, L-N, N-O, C-E, E-O, O-Q, Q-T, S-T, T- 1) Terkait dengan masalah eksternal:
V, V-W). a) Hasil simulasi debit Inflow dari luar kawasan
dimodelkan bervariasi dari 0,05 sampai 0,1
Hasil Simulasi m3/s, dengan hujan rencana tahunan (Tr =
Beberapa simulasi dilakukan untuk 1,25 tahun) menunjukkan bahwa debit
mendapatkan gambaran tentang masalah dan inflow lebih dari 0,09 m3/s, mengakibatkan
efektivitas solusi penanggulangan, yang masing- melimpasnya saluran V-W di bagian hilir,
masing skenario memperhitungkan beberapa dan ternyata hal ini diakibatkan dari sifat
kemungkinan debit masukan dan keluaran: penyebaran dimensi saluran irigasi, yaitu
adanya penyempitan di hilir.
1) Simulasi kondisi saat ini, menggunakan Hujan
b) Semakin besar debit inflow eksternal,
Rencana dengan periode ulang 1,25 ; 2 dan 5
semakin besar limpasan banjir di Kawasan
tahun, untuk memperkirakan kapasitas
Gayungsari semakin parah sehingga untuk
tampung subsistem drainase.
mengatasi masalah tersebut perlu
2) Simulasi solusi penanggulangan dengan
memperbesar kapasitas buangan akhir
normalisasi saluran (membersihkan saluran
(outlet), di samping kinerja subsistem
dari sampah, sedimen dan memperlebar
internalnya. ( Jaraknya Beda )
saluran), yang selanjutnya disebut Skenario a :

Kebonagung

EVALUASI PELAKSA
PEMBANGUNAN SDM

Gambar 4.4

GAYUNGAN
SUMBER :

PEMERINTAH KOTA S
BADAN PERENCANAAN PEM

Batas Sub-Catchmen
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Dam
Pintu Air
Rumah Pompa
Waduk/Boezem
Renc. Waduk/Boezem

Skala

Gambar 3 Pembagian Daerah Layanan

73
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 9 No. 1, Mei 2013: 67-78
Sal.Primer
Kebonagung

X Sal. Gayung W
Kebonsari
I5

U I4 V

Sal. Gayungsari 14

I3

T I2 S
Sal. Gayungan
Peternakan 2
Sal. Gayungan
I1
R
Q P
Sal.
Gayungan 8
Sal. Gayungan Peternakan 1
Sal. Gayungsari Barat 8 Sal. Gayungsari Barat 8A

F K M
Sal. Gayungan II

Sal. YKP

Inflow dari H
luar Kawasan
L N O
J
Sal. Gayungsari Barat 7

Sal. Gayungan

G I E D
Sal.
Menanggal 5

A C B
Sal. Gayungsari Sal.
Barat Menanggal 4

Gambar 4 Skematisasi Sub Sistem Drainase Kawasan Gayungsari

c) Untuk memperbaiki kinerja sistem drainase 2) Terkait dengan masalah internal kawasan
eksternalnya, diperlukan pembenahan/ Gayungsari, terungkap bahwa:
pengaturan distribusi aliran, melalui a) Kapasitas saluran paling hilir (V-W): 1,66
pengaturan dimensi saluran, operasi pintu m3/s hanya mampu melayani hujan tahunan
air dan pompa-pompa di hilir serta hulu (Tr=1,25), dengan mengijinkan adanya debit
subsistem drainase Gayungsari. Standar inflow dari external sebesar 0,09 m3/s.
Prosedur Operasi tersebut, hendaknya dapat b) Kapasitas tampung tersebut perlu
menjamin daya tampung badan air cukup ditingkatkan karena tidak mampu
menampung air hujan yang datang. menampung Hujan Rencana 2 tahunan

74
Dampak Alih Fungsi Lahan Irigasi Menjadi Permukiman Terhadap...(Joyce Martha Widjaya)

seperti disyaratkan pada kriteria desain Simulasi Tampungan Memanjang


saluran drainase tersier Risiko kurang berfungsinya kondisi batas
c) Kurangnya kegiatan pemeliharaan saluran, titik outlet sebagai titik pembuangan, dalam
mengakibatkan tebalnya sedimentasi yang perencanaan patut diperhitungkan. Hal ini sangat
mengurangi penampang basah sehingga dimungkinkan terjadi, manakala muka air di titik
mengurangi kapasitas saluran internal. outlet lebih tinggi dari saluran paling hilir (V-W),
d) Alih fungsi lahan, yang tidak diiringi dengan akibat penyempitan dimensi saluran, penutupan
penyesuaian kebutuhan prasarana secara pintu air atau tidak difungsikannya pompa di
sistemik, berdampak pada disfungsi saluran. bagian hilirnya sehingga dibutuhkan tampungan
Hal ini nampak pada: air memanjang (long storage) sebagai tempat
a) Adanya penyempitan saluran dari lebar 4,9 penyimpanan air sementara.
meter di hulu menjadi 4,5 meter di hilir, Keterbatasan kapasitas outlet yang dalam
sementara pada segmen saluran daerah kasus ini disimulasikan pada segmen saluran V-W,
terbangun di tengah sistem drainase telah menggunakan rumus penelusuran aliran (Routing),
dilebarkan menjadi 6,3 meter sebagai skenario b.
b) Kedalaman saluran pun tidak beraturan, di Mengikuti hasil perhitungan kapasitas
hulu berukuran 1,4 meter, sampai di hilir tampungan memanjang pada Tabel 3 dan Gambar
mencapai 0,6 meter. 5 Grafik hubungan Inflow, Outflow – Storage
3) Segmen saluran yang meluap diresumekan berikut ini, dimensi tampungan memanjang
pada Tabel 2 berikut: ditentukan berdasarkan selisih maksimum
a) Limpasnya saluran tersier, diakibatkan komulatif volume Inflow dan Outflow yang perlu
karena banyaknya sedimen dan sampah ditampung, akibat hujan 5 tahunan, dengan waktu
yang mengurangi kapasitas pengaliran, konsentrasi selama 2 jam, yaitu sebesar 4.370 m3
sehingga dibutuhkan normalisasi dengan dimensi sesuai ketersediaan lahan di
(pengerukan dan pembersihan) saluran, lapangan.
inlet dan perbaikan landsekap kawasan
Gayungsari, yang mengakibatkan adanya
genangan lokal. Tabel 2 Daftar Segmen Saluran Perlu Direvitalisasi
b) Limpasnya segmen saluran sekunder T-V
dan V-W, terjadi karena pemanfaatan Nama Nama Saluran Tipe Saluran
saluran irigasi menjadi saluran drainase Simpul
yang menyempit (bottle neck). I- J Gayungsari Barat 7 Tersier
K-L Gayungsari II Tersier
Simulasi Setelah Normalisasi M-N YKP Tersier
Untuk menanggulangi masalah banjir, U-V Gayungsari 14 Tersier
diusulkan pelebaran segmen saluran, mengingat T-V Gayungsari Sekunder
kedalaman saluran tidak dapat diperdalam, karena Peternakan
kendala elevasi muka air di titik outlet dan elevasi V-W Gayungan PTT Sekunder
muka air tanah yang tinggi.
X-W Gayungan PTT Sekunder
Hasil simulasi distribusi debit rencana 2 dan
5 tahunan setelah saluran dinormalisasi
menunjukkan:
Perbandingan Hasil Simulasi
1) Dengan memperlebar saluran T-V dan VW dari
4,5 masing-masing menjadi 6,5 dan 7 meter , Perbandingan hasil ke- 3 simulasi pada
limpasan banjir dapat dieliminasi, bahkan dapat Tabel 4 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
mengizinkan adanya debit inflow dari luar 1) Kapasitas saluran drainase saat ini sebesar
kawasan 0,5 m3/s, namun membawa 10,411 m3
konsekuensi meningkatnya debit outflow dari 2) Peningkatan kapasitas saluran drainase sebesar
1,67 menjadi 2,66 m3/s . 10 % yang dilakukan dengan normalisasi
2) Pelebaran saluran ini membawa konsekuensi (pembersihan dan pengerukan sedimentasi dan
pada peningkatan debit di titik outlet yang pelebaran saluran) dapat mengeliminer banjir
dibatasi oleh kapasitas saluran di titik outlet akibat hujan lokal, namun membawa
sebesar 2,56 m3/s. Namun dengan pelebaran konsekuensi bahwa debit outflow menjadi besar
dimensi inipun debit kiriman masih harus 2,56 m3/s.
dibatasi maksimal 0,5 m3/s. 3) Untuk mengkondisikan outlet agar mampu
3) Keterbatasan debit outflow sebesar 0,5 dan 0,0 mengalirkan debit air sebesar 2,56 m 3/s
m3/s, menunjukkan diperlukannya dimensi membutuhkan upaya peningkatan kinerja
tampungan memanjang (long storage) V-W . sistem drainase di hilir ataupun di hulu

75
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 9 No. 1, Mei 2013: 67-78

(eksternal) kawasan, seperti normalisasi drainase kota/eksternal lebih dominan,


saluran dan/atau memfungsikan pompa. dibanding masalah drainase internal. Hal ini
4) Bila pengkondisian outlet tidak memungkinkan, terlihat saat titik outlet tidak berfungsi,
maka perlu memfungsikan saluran V-W sebagai dibutuhkan tambahan volume tampungan
saluran memanjang untuk menambah volume. memanjang V-W sebesar 80% dari kapasitas
5) Perbandingan penambahan volume saluran saluran saat ini, menjadi 8,297 m3. Nilai ini
memanjang pada Tabel 4, menggambarkan dapat dianalogikan sebagai besaran banjir yang
bahwa dampak tidak berfungsinya sistem terjadi, apabila titik outlet tidak berfungsi.

Tabel 3 Perhitungan Kapasitas Tampungan Memanjang (Periode Ulang 5 tahunan)

Waktu I - total I - total Waktu Volume ∑ Volume I Outflow average Volume ∑ Volume O Selisih Volume
Δt In average Δt I O Outflow O (∑ I - ∑ O)
3 3 3 3 3 3 3 3
[menit] [m /s] [m /s] [s] [m ] [m ] [m /s] [m /s] [m ] [m ] [m3 ]
0 - - - - - - - - - -
10 0.78 0.39 600 232.71 232.7 0.50 0.25 150.00 150.00 82.71
20 0.95 0.86 600 517.71 750.4 0.50 0.50 300.00 450.00 300.42
30 1.04 0.99 600 595.74 1,346.2 0.50 0.50 300.00 750.00 596.16
40 1.05 1.04 600 626.82 1,973.0 0.50 0.50 300.00 1,050.00 922.98
50 1.18 1.12 600 670.23 2,643.2 0.50 0.50 300.00 1,350.00 1,293.21
60 1.42 1.30 600 779.13 3,422.3 0.50 0.50 300.00 1,650.00 1,772.34
70 1.65 1.53 600 920.79 4,343.1 0.50 0.50 300.00 1,950.00 2,393.13
71.646 1.69 1.67 99 165.14 4,508.3 0.50 0.50 49.38 1,999.38 2,508.89
80 1.50 1.60 501 800.25 5,308.5 0.50 0.50 250.62 2,250.00 3,058.53
90 1.27 1.39 600 832.65 6,141.2 0.50 0.50 300.00 2,550.00 3,591.18
100 1.05 1.16 600 696.15 6,837.3 0.50 0.50 300.00 2,850.00 3,987.33
110 0.82 0.93 600 559.65 7,397.0 0.50 0.50 300.00 3,150.00 4,246.98
120 0.59 0.71 600 423.15 7,820.1 0.50 0.50 300.00 3,450.00 4,370.13
130 0.36 0.48 600 286.65 8,106.8 0.50 0.50 300.00 3,750.00 4,356.78
140 0.14 0.25 600 150.15 8,256.9 0.50 0.50 300.00 4,050.00 4,206.93
150 - 0.07 600 40.95 8,297.9 0.50 0.50 300.00 4,350.00 3,947.88
160 - - 600 - 8,297.9 0.50 0.50 300.00 4,650.00 3,647.88
170 - - 600 - 8,297.9 0.50 0.50 300.00 4,950.00 3,347.88
180 - - 600 - 8,297.9 0.50 0.50 300.00 5,250.00 3,047.88
Selisih Volume Maksimum yang dibutuhkan : 4,370.13
Keterangan istilah yang digunakan pada Tabel 3 :
I-total atau In: Hidrograf Inflow Outflow atau O : Debit Outlfow ∑ Volume I : Komulatif Volume Inflow
Waktu : Δt : Interval waktu perhitungan ∑ Volume O : Komulatif Volume Outflow

76
Gambar 5 Grafik Hubungan Inflow-Outlow-Storage Tampungan
Memanjang V-W

Tabel 4 Perbandingan Hasil Simulasi Usulan Penanggulangan (Q5)

Alternatif Solusi Penanggulangan


Parameter Kondisi Saat ini
Skenario a : Skenario b: Normalisasi dan
Normali- sasi Tampungan memanjang
Outflow Eksternal
> 2,56 2,56 0,5 0
[m3/ s]
Inflow Eksternal
0,5 0,5 0,5
[m3/ s]
Volume
Tampungan 0,0 0,0 4.370,0 8.297,0
Memanjang [m3]
Kapasitas Saluran 10,411 11.179,2 11.179,2
11,306
[m3]
Efisiensi Saluran 50 - 95
67 - 157 50 - 95
(Rata-rata –
Maksimum) [%]
Jumlah Saluran
10 - -
Limpas

KESIMPULAN saluran serta beda tinggi muka air, menjadikan


disfungsinya saluran drainase.
Konversi langsung sistem irigasi menjadi Dampak alih fungsi lahan irigasi terhadap
sistem drainase kota menjadi akar permasalahan kinerja sistem drainase yang ditemukan di
banjir yang paling mendasar pada kawasan kawasan permukiman Gayungsari yaitu
Gayungsari. Survei lapangan maupun simulasi 1) Sebagian besar landsekap asli kawasan
model matematik analitis membuktikan bahwa Gayungsari lebih rendah dari bibir saluran,
pola distribusi, dimensi dan beda tinggi dasar sehingga menyulitkan aliran permukaan masuk ke
saluran yang mengakibat terjadinya genangan

77
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 9 No. 1, Mei 2013: 67-78

local; 2) Adanya dimensi saluran di hilir lebih kecil Untuk Kawasan Gayungsari disarankan agar
daripada dimensi saluran di hulunya dan dilakukan pelebaran saluran paling hilir, yaitu
penutupan pintu air akibat konflik kepentingan segmen T-V dan V-W.dari 4,5 m masing-masing
berbagai pihak, mengakibatkan terjadinya menjadi 6,5 dan 7 m; 3) untuk memperkecil resiko
kemacetan (bottle neck), karenanya saluran buruknya kondisi batas, saluran memanjang (long
drainase bekas saluran irigasi mengalami disfungsi storage), perlu dibuat dengan volume 4.370, m3,
terhadap fungsi seharusnya; 3) Keberadaan 4) menata landsekap kawasan, mengarahkan dan
saluran drainase sekunder yang masuk dan keluar memperlancar aliran di lahan, untuk
melalui kawasan permukiman mengakibatkan mengeliminasi adanya genangan lokal.
adanya kiriman aliran dari luar kawasan yang Solusi yang diusulkan di atas mengikuti
jumlahnya melebihi kapasitas saluran drainase prinsip keseimbangan aliran masuk dan keluar,
intern kawasan, dan pembuangan/outlet drainase atau prinsip delta Q zero menurut Cahyadi, R
kawasan yang melewati kawasan lain di hilirnya, (2008) dalam konsep sistem polder. Solusi ini di
menjadi sumber konflik; 4) Posisi elevasi muka air atas kertas terbukti dapat mengeliminasi luapan
di saluran sekunder yang selalu tinggi, banjir di Kawasan Permukiman Gayungsari,
mengakibatkan kondisi batas di titik outlet menjadi termasuk juga beberapa tempat di Jakarta, tetapi
penghambat pembuangan air, dan tidak adanya mempunyai konsekuensi harus dilakukan penataan
ruang untuk menampung air hujan. ulang pembagian daerah layanan pada skala makro
Kondisi ini membuat aliran drainase dan meso kota untuk menghasilkan kompartemen
internal kawasan berputar-putar, sehingga aliran sistem polder tertata secara proporsional.
air meluap ke jalan dan rumah-rumah di Sedangkan alternatif penerapan sumur resapan di
sekitarnya. daerah kawasan Gayungsari ini, tidak diusulkan
Permasalahan ini merupakan masalah karena muka air tanah di kawasan bekas sawah,
tipikal untuk drainase kota tepi pantai, sehingga sangat dangkal.
untuk mengantisipasi meluasnya banjir di
beberapa daerah di Surabaya ataupun di kota-kota DAFTAR PUSTAKA
lainnya, perlu dilakukan evaluasi/revitalisasi
sistem drainase pada skala meso maupun mikro, Cahyadi,R. 2008. Banjir dan cara pandang kita tentang
disejajarkan dengan tahapan pembangunan drainase, http://robbicahyadi.
wilayahnya. wordpress.com/2008/12/04/banjir-dan-
Beberapa cara merevitalisasi sistem cara-pandang-kita-tentang-drainase/
drainase kawasan bekas irigasi adalah pada skala dunduh November 29, 2010.
kota (Meso) yaitu 1) meminimalisasi debit kiriman Liong, S.Y. 1991. Intruduction to urban hydrology,
air dari hulu terutama bila melebihi kapasitas Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik
saluran drainase internal kawasan, dengan menata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ulang pembagian daerah layanan drainase kota Sartono, A. 2009. Sadar /tidak sadar pada fungsi
pada skala meso, dalam hal ini bagaimana drainase, http://www.tembi.net/ diunduh
mendistribusikan debit kiriman dari kawasan hulu April 10, 2011
Saluran Kebon Agung; 2) memperbesar kapasitas
buangan akhir saluran tepi jalan Gayung Kebon Singh,V.P. 1988. Hydrologic Systems, Volume 1
Sari, yang dalam pemodelan dinyatakan sebagai Rainfall-Runoff Modeling, Printice Hall
titik outlet, dengan cara menormalisasi saluran- Eagle Wood Cliffs, New Jersey : 126
saluran dan meningkatkan fungsi pompa-pompa Widjaya, M.W., Yanti,H., Deni, dan Sosro. 1997.
agar muka air di titik outlet tidak menjadi Pengelolaan berkelanjutan Drainase
penghalang dan memperlancar aliran Saluran Perkotaan, Puslitbang Sumber Daya Air,
Kebon Agung sampai mencapai muara Selat Bandung.
Madura di hilir saluran Gunung Anyar Mas. Hal ini
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.
seharusnya dilakukan pada saat sebelum hujan
2008. Evaluasi pelaksanaan pembangunan
turun, untuk menyiapkan tampungan air hujan. Ide
Surabaya drainage master plan (SDMP)
tersebut di atas, perlu dirancang dan direncanakan
menjadi suatu Standar Prosedur Operasi Sistem 2018 Kota Surabaya.
Drainase Kota secara terintegrasi. Sedangkan pada
skala kawasan (mikro) yaitu 1) membersihkan UCAPAN TERIMA KASIH
sampah dan sedimen pada saluran–saluran
Penghargaan dan ucapan terima kasih,
sehingga fungsi saluran dapat berjalan dengan
penulis sampaikan kepada Saudara Aditomo Surya
baik; 2) memperlebar saluran, khususnya di
S.Y dan Lysa Dora Ayu yang telah membantu
saluran yang terjadi bottle neck, sekaligus
pelaksanaan penelitian ini.
difungsikan sebagai tampungan air (long storage).

78

Anda mungkin juga menyukai