02
RUMAH SAKIT TK. IV Dr. BRATANATA
Jln. Raden Mattaher No. 33 Telp. 0741 23164 Jambi
e-mail : rs_dr_bratanata@yahoo.co.id
tentang
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Menimbang a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dr.
Bratanata Jambi maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu
tinggi dari setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada;
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan salah
satu gugus tugas/ unit pelayanan di Rumkit TK. IV dr.Bratanata Jambi yang
harus mendukung pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang bermutu tinggi.
c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan
pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumkit TK. IV dr.Bratanata
Jambi sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan c,
perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumkit TK. IV
dr.Bratanata Jambi
Mengingat 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
: 2. Keputusan Pengurus ......... Nomor ......tentang Penetapan Struktur Rumkit
TK. IV dr.Bratanata Jambi
3. SK Kepala Rumah Sakit TK. IV dr.Bratanata Jambi Tentang Kebijakan
Pelayanan Rumkit TK. IV dr.Bratanata Jambi
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. IV DR.BRATANATA
JAMBI Tentang PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI.RUMKIT TK. IV DR.BRATANATA JAMBI
Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumkit TK.
IV dr.Bratanata Jambi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Kepala
Rumkit TK. IV dr.Bratanata Jambi
Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
1. Komite PPI
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan ppi
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit
c. Membuat SPO PPI
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI
e. Bekerjasama dengan tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau
KLB Healthcare Associated Infection (Hais)
f. Memberi usul untuk mengembangkan meningkatkan cara pencegahan dan
pengendalian infeksi
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman bagi yang menggunakan
i. Mengidentifikasi temuan lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit dalam
PPI
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan
k. Berkoordinasi dengan unti terkait lain dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi rumah sakit, antara lain:
a. Tim pengendalian resistensi anti mikroba (PPRA) dalam penggunaan
anti biotik yang bijak dirumah sakit berdasarkan pola kuman dan
resistensinya terhadap antibiotik dan menyebarluaskan data resistensi
antibiotik
b. Tim kesehatan dan keselaman kerja (K3) untuk menyusun kebijakan
c. Tim keselamayan pasien dalam menyusun kebijakan clinical goverment
and patien safety
l. Mengembangkan mengimplementasikan secara periodik mengkaji kembali
rencana menajemen
m. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
pengadaan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemprosesan alat,
penyimpanan alat, dan linen sesuai dengan prinsip PPI
n. Menentukan sikap penutupan ruangan raat apabila diperlukan karna
potensial menyebarkan infeksi
o. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang
daru standar prosedur monitoring survailens proses
p. Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan penanggualangan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.(standar 1 ep 1)
2. Ketua komite PPI
a. Berkontribusi dalam pencegahan diagnosis dan terapi infeksi yang tepat
b. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotik dan survailens
c. Mengidentifikasi dan melaporkan pola kuman dan pola resistensi antibiotika
d. Bekerjasama dengan perawat/IPCN melakukan memonitoring kegiatan
survailens infeksi dan mengindentifikasi KLB, bersama komite Ppi
memperbaiki keselahan yang terjadi, membuat laporan tertulis hasil
investigasi melaporkan kepada pimpinan RS
e. Membimbing dan mengadakan pelatihan bekerjasama dengan bagian
pendidikan dan pelatihan RS
f. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami
pencegahandan pengendalian infeksi. (standar 1 ep 1)
3. Infection prevention and control nurse (IPCN)
a. Sebagai coordinator antar unit / instalasi untuk mendeteksi dan
mengendalikan infeksi di RS TK IV Bratanata.
b. Mengunjungi ruangan untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi diruang
perawatan.
c. Memberi penyuluhan kepada petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga
pasien tentang PPI RS Dr. Bratanata.
d. Melakukan surveilans infeksi, pada kuman, kejadian luka tusuk jarum.
e. Bersama tim PPI Rs Dr. Bratanata melakukan pelatihan petugas kesehatan
tentang PPI di RS TK IV di Bratanata.
f. Mendesain, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi surveilans infeksi
yang terjadi di Rs Dr. Bratanata.
g. Memonitor petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi dari
petugas kesehatan kepasien atau sebaliknya.
h. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan ROP, kewaspadaan isolasi dan
memberi konsultasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan
pada kasus yang terjadi di Rs.
i. Bersama Tim PPI Rs Dr. Bratanata menganjurkan prosedur isolasi dan
memberi konsultasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang di perlukan
pada kasus yang terjadi di Rs.
j. Memonitor kesehatan lingkungan
k. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotik yang rasional.
l. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ketua PPI
m. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PPI kepada Tim PPI
n. Memberikan saran desain ruangan Rs agar sesuai dengan prinsip PPI
(standar 2 ep 2)
4. Infection prevention and control link nurse (IPCLN)
a. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat
inap masing-masing kemudian menyerahkan kepada IPCN ketika pasien
pulang
b. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit rawatnya masing-
masing.
c. Koordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi atau potensial KLB penyuluhan
bagi pengunjung diruang rawat masing-masing.Konsultasi prosedur yang
harus dilaksanakan.
d. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan
standar isolasi.
e. Bekerjasama dengan tim PPI di unit / instalasi.(standar 3 ep 3)
5. Tim PPIRS menyusun rencana anggaran biaya dan persyaratan teknis
pengadaan kebutuhan barang ( cairan cuci tangan, APD, tempat sampah,
cairan antiseptik dekontaminasi alat, dan fasilitas penunjang lainnya ) untuk
operasional kegiatan diseluruh unit pelayanan.(standar 4 ep 4)
6. Program PPI yang dijalankan di Rs dr Bratanata Jambi antara lain:
a. Kebersihan tangan
b. Surveilans risiko infeksi
c. Investigasi wabah ( outbreak) penyakit infeksi
d. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan antimikroba
secara aman
e. Assesmen berkala terhadap resiko
f. Menetapkan sasaran penurunan resiko
g. Mengukur dan mereview resiko infeksi (standar 5 ep 5)
7. Surveilans
a. Rumah Sakit / Tim PPI merumuskan kejadian yang akan diamati (Kriteria
dan jenis infeksi di jabarkan dengan jelasyaitu:
Phlebitis
ISK
8. Asuhan infasif
a. Semua petugas wajib mengetahui prosedur dalam mengidentifikasi jenis
resiko infeksi pada seluruh kegiatan Rumah Sakit
b. Setiap tindakan invasif, pencampuran obat suntik, pemberian suntikan,
terapi cairan, punksi lumbal dan sebagainya yang dilakukan harus dicatat
didalam rekam medis pasien ( lembar asuhan terintegrasi )
c. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien
( lembar asuhan terintegrasi )
d. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati
hak pasien
e. pelayanan unit dilakukan 24 jam
f. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan. (standar 7 ep
7)
9. ICRA pelayanan
a. ICRA merupakan bagian yang penting pada pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi mulai dari jenis resiko dan tingkat resiko berbeda di
setiap unit pelayanan kesehatan.
b. Manajemen resiko(ICRA) adalah pendekatan pro aktif untuk
mengidentrifikasi,menilai,dan menyusun prioritas,dengan tujuan untuk
menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
c. ICRA terdiri dari resiko eskternal dan internal misalnya ( resiko terkait
petugas kesehatan,resiko terkait peralatan,resiko terkait pasien,resiko
terkait pelayanan dan resiko terkait lingkungan.
d. Pencatatan semua resiko yang sudah diidentifikasi,untuk kemudian
dilakukan pemeringkatan(grading)untuk menentukan matriks resiko untuk
tindakan yang memerlukan keterlibatan dan membutuhkan penanganan
segera.
e. Pengkajian resiko pencegahan dan pengendalian infeksi di penunjang
pelayanan seperti proses dan prosedur sterilisasi,pengelolaan linen
londri,pengelolaan sampah,kamar jenazah dan lain lain untuk dapat
dilakukan strategi ,evaluasi dan mereview ulang tentang tindakan
pencegahan potensial resiko pada masing masing unit.(standar 7 ep 7.1)
10. Central sterilisisasi supply departement
a. Semua petugas wajib mengetahui prosedur dalam pelayanan sterilisasi
Rumah Sakit.
b. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
c. Seluruh instrumen di Rs dr Bratanata Jambi baik diruangan rawat jalan
maupun di ruang rawat inap untuk kegiatan sterilisasi, terpusat di sentral
sterilisasi di Rs dr Bratanata Jambi
d. Alat yang akan disterilkan di CSSD, sebelum di transport ke ruang steril,
harus di rendam terlebih dahulu menggunakan cairan enzimatik/detergent
selama 10-15 menit.
a. Petugas ruangan tidak boleh melakukan pengambilan alat steril dan
pengiriman alat kotor secara bersamaan (waktu disesuaikan dengan
jadwal alur bersih jam 06.00-09.30 wib dan alur kotor 10.00-12.00
wib)
b. Petugas ruangan melakukan pengambilan alat steril dengan
menggunakan box alat steril dan tertutup rapat
c. Petugas ruangan melakukan pingiriman alat kotor dengan
menggunakan box khusus alat kotor dan tertutup rapat
d. Petugas cssd mencuci box alat kotor setelah pengiriman alat kotor
dengan menggunakan detergent dan bilas dengan air hangat
23. Pasien masuk perawatan dilakukan skrining gizi untuk mengidentifikasi ada
tidaknya resiko nutrisi yang dilakukan oleh perawat menangani pasien.
24. Pasien yang tidak memerlukan diet khusus langsung ditulis di daftar permintaan
makan dan dipesan ke instalasi gizi oleh perawat ruangan.
25.Pasien yang memerlukan diet makanan khusus, direncanakan dietnya oleh
DPJP dan Ahli Gizi dan dipesankan makanan khusus oleh perawat ruangan
ke Instalasi Gizi.
26. Pasien yang beriko nutrisi akan diassesmen lebih lanjut dan dibuat
perencanaan terapi gizi.
27. Tingkat kemajuan pasien dimonitoring dan dievaluasi serta didokumentasikan
dalam rekam medik, dengan format ADIME(Asesmen, diagnosa, intervensi,
monitoring dan evaluasi ).
28. Setiap pasien dan keluarga yang berkebutuhan diet khusus mendapatkan
edukasi gizi tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan sesuai
dengan diet dan penyakitnya, sedangkan pasien yang tidak berkebutuhan diet
khusus pemberian edukasi dapat dilakukan oleh DPJP dan perawat.
29. Unit Gizi bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah ditetapkan, baik
untuk kepentingan eksternal maupun internal.
30. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi diupayakan untuk meningkatkan
mutu pelayanan.
31. Seluruh Pelayanan Gizi wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan.
32. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.(standar 7 ep 7.6)
33. Pengendalian mekanis dan teknis fasilitas yang meliputi sistem ventilasi
bertekanan positif , biological safety cabinet, laminary air flowhood, termostat
dilemari pendingin dan pemanas air untuk sterilisasi piring dan alat dapur.
34. Pengendalian mekanis dan teknik fasilitas sesuai dengan SPO pada masing –
masing fasilitas yang adadi rumah sakit dilakukan sesuai dengan SPO pada
masing masing fasilitas.(standar 7 ep 7.7)
35. Mengidentifikasi faktor faktor resiko tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya
penyebaran infeksi akibat renovasi, konstruksi dan kegiatan pemeliharaan
bangunan.
36. Konstruksi menimbulkan peningkatan risiko,cukup untuk meminta /
menyarankan pasien dipindahkan ke area fasilitas yang tidak terpengaruh oleh
konstruksi.
37. Mengkoordinasikan system pencegahan infeksi pada pembangunan renovasi,
konstruksi dan pemeliharaan bangunan bersama sama dengan penanggung
jawab dan pengawas proyek.
38. Memastikan dokumen kontrak yang ditanda tangani penanggung jawab dan
pengawas proyek untuk melaksanakan semua persyaratan ICRA selama
konstruksi.
39. Setiap desain dan perencanaan untuk setiap proyek konstruksi harus diawali
dengan membuat ICRA.
40. Secara rutin memantau konstruksi dan system pencegahan infeksi dengan
ICRA.
41. Memeriksa kembali daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan
menyetujui pembukaan / pembukaan kembali daerah tersebut.
42. Memastikan setiap personil konstruksi menerima orientasi dan pelatihan dalam
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi tentang risiko yang
terkait dengan paparan potensi kontaminasi mikroba, partikulat anorganik, dan
bahan kimia organik yang mudah menguap yang dihasilkan dari kegiatan
konstruksi yang dapat diidentifikasi pada ICRA sebelum memulai pekerjaan.
43. Melakukan pengawasan rutin untuk mengidentifikasi penyakit HAIs, memulai
penyelidikan lingkungan dan epidemiologi (termasuk ulasan retrospektif) untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan sumber infeksi jika lebih dari satu kasus
yang ditemukan, menginformasikan kepada dokter yang merawat pasien
berisiko tinggi, dan membangun sistem untuk surveilans prospektif untuk kasus
tambahan.(standar 7 ep 7.7.1)
44. PENEMPATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR/SUSPEK
1) Untuk kasus melalui transmisi kontak seperti pasien dengan hepatitis B
atau hepatitis C yaitu :
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan
pasien di tempat paling pinggir atau pojok atau diberi jarak >
1 meter antar TT.
Untuk pasien dengan tranmisi kontak di rumah sakit dr.bratanata
dilakukan kohorting