Anda di halaman 1dari 5

518

ASPEK-ASPEK HUKUM PERDATA INTERNASIONAL


YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMBENTUKAN
UNDANG-UNDANG PERIKATAN NASIONAL *)

_ _ _ _ _ _ _ _ _ Oleh: S. Gautama _ _ _ _ _ _ _ __

1. "Internationality" ga didalam sistim hukum sedunia ti-


dak dirasakan sebagai canggung (Stet
Menurut hemat kami pada bidang uw regels van contracten recht zodanig
ini perlu diperhatikan segi. Internatio- op, dat zij in een wereldrecht niet mis-
nality daripada rangkaian kaedah-"kae-
dah Hukum Perdata ini. Walaupun
plaatst zouden zijn) e).Prinsip-prin-
sip nasional yang berakar dalam hu-
pembaharuan daripada Hukum Perda- kum ad at memang 'perlu kita perhati-
ta kita pada umumnya dan hukum kan dan dijadikan pegangan.
perikatan (Perjanjian, kontrak) pada Tetapi untuk hukum kontrak ini, dari
khususnya didasarkan pada Hukum mana terutama soal jual beli merupa-
Adat e), kiranya agar supaya tidak kan bagian yang terpenting, harus di-
canggung dalam hu bungan Perdata dan perhatikan pula perkembangan luar ne-
Dagang dengan dunia luar, ketentuan- geri didalam dunia sekitar kita!
ketentuan yang secara Internasional Telah kami kemukakan bahwa perkem-
berlaku dan diterima, perlu pula diper- bangan dalam dunia Internasional seki-
hatikan dan dijadikan pegangan dalam tar Hukum Kontrak dan Perikatan pada
sistim Hukum Perikatan Indonesia yang umumnya, terutama berkenaan dengan
sedang disusun ini. masalah jual beli internasional, penting
sekali untuk diperhatikan dalam rangka
2. Hams dapat diterima dalam pembinaan Hukum Kontrak Nasional
pergaulan "family of nations" kita.e)
Dengan lain perkataan, Konvensi yang
Internationality daripada kaedah-
kaedah hukum kontrak yang berlaku hendak menguniformkan hukum ten-
untuk Indonesia, menurut hemat kami, tang jual beli internasional yang telah
adalah suatu keharusan (is a must). De- diprakarsai oleh UNIDROIT di Roma
ngan mengikuti kata-kata Meijers un- dan kemudian pada tahun 1964 telah
tuk bidang kaedah-kaedah Hukum Per- diterima sebagai Konvensi-Konvensi
data Internasional (HPI), kamipun hen- "Uniform Law on the International
dak mengemukakan agaL:supaya dibi- Sales of Goods", dan "Uniform Law
dang kontrak ini haruslah disusun ka- 2. "Stel uw regels van intemationaal
edah-kaedahnya sedemikian rupa hing- privaatrecht zodanig op, ddt zi; in een
Wereldrecht niet misplaatst zouden zi;n ";
.) telah disampaikan sebagai pem bahasan 3.Hukum Perdata Intemasional Indonesia,
Undang-undang Perikatan Nasional dari buku ke-8, Jakarta (1969) No. 752 dan
BPHN di Jakarta bulan November 1983 Hukum Perdata dan Dagang Intemasio-
1.Azas-azas -Pokok Pembaharuan Hukum nal (Penerbit Alumni Bandung 1980)
• Oleh BPHN. pada hal. 233);
Hukum Perdata Intemasi01Ul1 519

on the formation of Contracts for In- Civil Swiss ini da1am Kitab Undang-un-
ternational Sales of Goods" perlu di- dang Hukum Perdatanya yang baru.
perhatikan. Seperti diketahui Konven-
si-Konvensi 1964 di Den Haag ini te- 4. Pacta Sunt Servanda
1ah diperbaiki dan kemudian disajikart
dalam Konvensi yang diprakarsai oleh Dalam hal Hukum Perikatan yang
PBB dari tahun 1980 di Wina, sebagai hendak disusun oleh Indonesia ini, kita
usaha dari UNCITRAL (United Nations tidak bo1eh menutup mata untuk per-
Commission on International Trade kembangan didunia 1uar. Sedapat
Law), dengan judu1 "United Nations mungkin perlu disesuaikan prinsip-prin-
Convention on Contracts for the In- sip umum yang berlaku dibidang per-
ternational
.. Sales of Goods ", berikut ikatan ini. Sebaiknya diperhatikan
"Protocol Amending the Convention pula prinsip-prinsip umum yang sifat-
on the Limitation period in th e Inter- nya "Internasional" mengenai bidang
national Sales of Goods" dan "Con - perikatan ini.(6) Antara lain dapat di-
vention Relating to Uniform Law on sebut disini beberapa prinsip , seperti
the Formation of Contracts for th e prinsip mengikatnya Perjanjian yang
International Sales of Goods" dari telah dibuat untuk para fihak.
tanggal 11 April 1980. (4) Uniform
Law ini, yang dimaksudkan sebagai Tidak dapat diadakan perubahan sefi-
Hukum Kesatuan untuk Kontrak-kon- hak . Prinsip ini didalam BW lama diru-
trak JUal Bell Internasional, per1u ki- muskan seba~ai "Perjanjian mengikat
ranya diperhatikan pula dalam penyu- para fihak seperti Undang-undang" .e)
sunan konsep RUU Hukum Perikatan Prinsip Pacta Sunt Servanda yang di-
Indonesia . kenaI didalam Hukum Internasional
(baik Publik maupun Perdata) kiranya
3. Contoh dari Kitab-kitab Un- perlu dipertahankan dan diberikan tem-
dang-undang Modern pat pula dalam konsep R UU Perikatan
Indonesia ini. Prinsip Pacta Sunt Ser-
Almarhum Prof. Supomo waktu yanda ini dianggap salah satu prinsip
menje1askan pendirian bellau mengenai yang harus dijunjung tinggi, baik da-
kedudukan Hukum Adat dikemudian lam hubungan antara negara-negara,
hari (5) menegaskan , bahwa untuk Hu- mengenai petjanjian-perjanjian antara
kum Kontrak dapat saja kita mengam- Negara-negara, maupun perjanjianan: -.
bil oper prinsip-prinsip baru daripada tara Private Parties atau antara "Pri-
Hukum Swiss sebagai model. Da1am vate Party dan Negara" . Prinsip ini-
hal ini memang dapat dilakukan Uni- pun harus dituangkan didalam Htikum
fikasi hukum dan diam bil oper keten- Perikatim yang baru sebagai salah satu
tuan-ketentuan Code Civil Suisse, se- azas umum karena dengan adanya
perti sudah dilakukan oleh negara-ne- prinsip demikian ini maka Internatio-
gara berkembang 1ainnya, antara lain nality daripada Azas-azas yang diguna-
oleh Mesir yang secara tidak ragu-ragu
mengoper se1uruh bagian daripada Code 6. "Intemasional" dalam arti kata kosmo-
, polities, bukan "Antamegara ", seperti
4. Untuk teks daripada Konvensi-konvensi dalam istilah "Hukum Intemasional
terse but lihat buku kami Hukum Perda. Publik ". Lihat tentang ini S. Gau tam a,
ta dan Dagang Intemasional, hal 52 dst. Hukum Perdata Inte masional Indonesia,
5.Pidato Dies di Jogyakarta tahun 1947, Jilid I, Cet. I, Jakarta (J 961) no. 8,
"Kedudukan Hukum Adat dikemudian _ Cet. III, Bandung (alumni) 1 979.
h an·" . 7.Pasal 1338 B W ayat 1 ..

Nopember 1983
520 Hukum dan Pembangunan

kan dalam Hukum Perikatan kita ini jadi landasan untuk perikatan-perikat-
cukup terjamin. an yang dibuat oleh para fihak.
Seringkali azas ini dikutip sebagai Yang dim aksud disini ialah jurispru-
salah satu azas dasar yang daIam stel- densi Mahkamah Agung yang tetap se-
sel modern dianggap selayaknya diberi jak perkara "Tancho" dibidang merek
temp at dalam sistim hukum perikatan. dimana oleh badan peradilan tertinggi
Terhadap perjanjian-perjanjian yang kit a dinyatakan bahwa bukan pemakai
telah dibuat tidak diberikan

peluang pertama saja yang menjadi pemilik
bagi salah satu fihak untuk mengubah- dari suatu merek di Indonesia, seperti
nya tanpa persetujuan fihak yang lain dikemukakan didalam Undang-undang
tidak diperkenankan membatalkan se- Merek tahun 196 I. Tetapi prinsip ikti-
cara sefihak. kad baik ini oleh Mahkamah Agung
telah ditam bahkan se bagai syarat. Se-
5. Principle of Good Faith jak keputusan Tancho maka hanya di-
Sejalan dengan ini, Prinsip selanjut- akui hak daripada seorang pemakai ,
nya yang kita saksikan perlu diberi pertama di Indonesia dari sesuatu me-
tempat dalam tiap sistim hukum Per- rek yang beriktikad baik. Jika pema-
ikatan NasionaI setiap negara adalah kaiannya bukan •
berdasarkan iktikad
prinsip bahwa perjanjian itu harns di- baik, melainkan sebaIiknya dengan ik-
laksanakan dengan iktikad baik. Prin- tikad buruh, (Kwade trouw) maka hak-
ciple of Good Faith atau Goede trouw haknya tidak dilindungi. Jika ia •sengaja
ini juga diketemukan dalam BW Indo- membajak merek-merek terkenaI dari
nesia yang sekarang berlaku dimana luar negeri, maka waIaupun telah men-
pasaI 1338 menegaskan bahwa perjan- daftarkan mereknya di Indonesia, hak-
jian-perjanjian harus dilaksanakan de- haknya sebagai pemakai pertama tidak
ngan iktikad baik. dilindungi . Menurut hukum ini tidak
Boleh dikatakan bahwa prinsip bahwa diakui sebagai pemilik yang sah dari
perjanjian harus dilaksanakan dengan merek tersebut karena tidak bertindak
iktikad baik ini berlaku secara Univer- "dengan iktikad baik" (9).
sal. Prinsip ini dianggap sebagai salah Adalah menggem birakan bah wa
satu basis daripada prinsip-prinsip hu- prinsip-prinsip "pacta Sunt Servanda"
kum perjanjian dan perikatan dari ne- dan "i tikad baik" (good faith, goede
gara-negara yang beradab (Civilized na- trouw) ini , ternyata telah diperhatikan
tions) ( 8). pula dalam pasal 97 konsep R UU Hu-
kum Perikatan ini, yang berbunyi :
6. Jurisprudensi Mahkamah (1) "Semua perjanjian yang diper-
Agung buat secara sah, berlaku sebagai
Undang-undang bagi mereka yang
Oleh Mahkamah Agung kita prinsip membuatnya.
iktikad baik ini dipandangsebagai amat
penting dan dijadikan dasar untuk di- (2) Perjanjian tidak dapat ditarik
perolehnya hak-hak tertentu yang men- kem baIi , selain dengan sepakat
mereka yang mengikatkan diri
8. Bdgk. pula Sila "Kemanusiaan yang
atau karena aIasan yang diper-
beradab" dari A zas Negara Pancasila
juga perumusan sumber·surnber hukum bolehkan Undang-undang.
menurut pasal 38 Status Mahkamah 9.Lihat keputusan M.A. tgl. 13 Desember
Agung Intemasional yang menyebut 1972. Dikutip pula dalam buku kami,
a.l. ''general principles of law recogni· Hukum Merek di Indonesia, Alumni
zed by Cililized Nations". Bandung (1977) hal 236 dst.
Hukurn Perdata Intemasional 5'21

(3) Perjanjian harus dilaksanakan de- Dalam jurisprudensi intern Indone-


ngan iktikad baik. sia sudah kita saksikan secara jelas
bahwa "maksud para fihak" ini adalah
Teks perumusan yang menyerupai pasal
yang hams dicari oleh sang hakim, ka-
1338 BW sekarang patut diterima.
rena ini adalah titik taut yang menen-
tukan hukum yang harus dipergunakan.
7. Otonomi para fihak
Hukum yang dikehendaki oleh para fi-
Prinsip lain yang juga dapat dikata- hak adalah yang menentukan hukum
kan diterima secara umum didalam yang hams dipakai ini. Didalam per-
konsepsi-konsepsi internasional menge- Undang-undangan tertulis telah kita
nai hukum perjanjian adalah bahwa saksikan diakuinya pula maksud para
"maksud para fihak" yang sebenarnya fihak sebagai fakta yang menentukan
adalah yang berlaku. Pilihan hukum hukum yang hams berlaku ini. Seperti
oleh para fihak berdasarkan prinsip yang dapat dilihat misalnya dalam pa-
otonomi dari para fihak (Outonomie sal 2 Staatsblad 1838/98 yaitu Aanvul-
van partijen) adalah yang perlu dijun- , lende Plantersregling mengenai hu-
jung tinggi, juga dalam sistim hukum bungan kerja diperkebunan, dan pasal
perikatan nasional kita. 1603 Ex BW yang merupakan ''Kae-
Para fihak ini adalah yang menentukan dah-kaedah Pencerminan" (Spiegel re-
mengenai hukum yang harus dipakai, gels) , yaitu peraturan-peraturan tertu-
dimana hukum diperkaitkan dengan lis yang mencerminkan azas-azas Hu-
stelsel hukum yang beraneka ragam . kum Antar Golongan mengenai hukum
Para fihak secara bebas dapat menen- yang harus dipakai. (lihat pula Land-
tukan sendiri hukum yang hendak di- raad Makassar 10 Oktober 1925, T .131
perlakukan untuk perikatan mereka halaman 194, juga terdapat dari van
itu. Mereka dapat men.entukan hal ini V ollen hoven dalam adatrecht jilid III
didalam perjanjian mereka. Kehendak halaman 195 yang mengusulkan bahwa
dari para fihak ini dihormati! Hukum diutamakan "maksud para fihak" (be -
yang telah mereka pilih adalah yang d oeling van partijen) untuk menentu-
akan dipergunakan . Hal ini adalah se- kan hukum yang hams dipakai. Demi-
suai dengan prinsip yang diterima, baik kian pula keputusasn Landraad Padang
dalam menentukan hukum yang harus 31 Mei 1930 T .132 halaman 431, RvJ
berlaku untuk perjanjian-perjanjian Padang 31 Maret 1932. T .13 7 halaman
yang bersifat internasional (dimana 197 dalam Himpunan Keputusan An-
ada unsur-unsur luar negerinya) mau- tar Golongan , H .K . No.3 , Landraad Pe-
pun dim ana terjadi perjanjian did a- nyabungan 3 Oktober 1933 , RvJ Ja-
lam bidang Hukum Antar Tata Hukum karta 12 Mei 1939, T .139 R .285 , H.K .
Intern (Hukum Antar Golongan). Ini No .7, . Landraad Klaten 22 Oktober
adalah jurisprudensi yang tetap . Mak- 1938 , RvJ Jakarta 12 Mei 1939, T.151
sud para fihak (bedoelillR Jlan partijen) halaman 595 . H.K. No .7, Landraad
adalah yang menentukan hukum yang Mageiang 5 Oktober 1939 , T.151 ha-
harus dipakai. (10) laman 615 , H.K . No .5, P.N. Jakarta
1 Desember 1951 , P.T. Jakarta 27 Ja-
8. J urisprudensi mengenai "mak- nuari 1954 , H.K. 19 September 1956 ,
sud para flhak" dalam Majalah "Hukum" (H . 1957 ,
No.3-4 h.73) .
10. Lihat Hukurn An tar Golongan suatu
pengantar cet. ke·6, Jakarta (1983) 9 . R .U.U. - H.P.I . Indonesia
hal 50 dst.

Nopember 1983

522 Hukum dan Pembangunan

Juga dalam bidang Hukum Perdata Disamping azas-azas urn urn tadi yang
Intemasional, konsep RUU HPI yang bersifat universal dan intemasional ini,
telah kami siapkan atas pellnintaan kiranya juga prinsip mengenai tidak
BPHN, pertama-tama telah dipakai dapat memperkaya diri secara tidak
prinsip "maksud para fihak" atau pi- dibenarkan (ongrechtvaardigde yerrijk-
lihan yang dilakukan oleh para fihak

-
ing), unjust enrechment) perlu diteri-
sebagai yang menentukan hukum yang rna dalam hukum perikatan nasional
harus dipakai (Dalam pasal 14 dari kita.
RUU HPI Kita karena pertama-tama Prinsip-prinsip azas ini mendekati apa
telah dikemukakan "Hukum yang ber- yang berlaku didalam dunia Intema-
laku untuk Perjanjian-perjanjian yang sional. Mengenai prinsip ongerechtvaar-
bersifat Intemasional adalah hukum digde verrijking ini yang juga dapat di-
yang telah dipilih oleh para fihak".e 1) lihat dalam BW sekarang secara tidak
Jika tidak ada pilihan hukum oleh para langsung. e 2)
fihak sendiri barulah dicari titik taut Demikian beberapa catatan sekitar
yang Jain. Dalam hal demikian barulah aspek-aspek intemasional daripada hu-
tampil kemuka prinsip mengenai the kum perikatan yang kiranya perlu di-
most Characteristic Connection atau
perhatikan dalam penyusunan konsep
prinsip adanya hukum dari fihak yang
RUU baru tentang Hukum Perikatan
melakukan prestasi yang paling karak-
untuk Indonesia.
teristik.
Sebagai pengganti daripada teori-teori 12.Bdgk. misalnya pasal 1532 B W mengenai
hak beli kembali dengan keharusan
kuno, Lex Loci Contractus (Hukum
untuk menggantikan beaya-beaya yang
dari tempat dimana dibuatnya kon- dikeluarkan hingga terdapat penambahan
trak), hukum dari tempat pelaksanaan nilai. Lihat pula Ass e r - Rut ten,
kontrak (Lex Loci ·Solutionis) atau Verbintenissenreeht, Cet.ke-5, Zwolle
Proper Law Theory (leer der aanknop- (1979) hal. 31 yang menunjuk pada
Kitab-kitab U. U. Hukum Perdata nega.ra-
ings punten), ajaran tentang titik-titik negara lain, sepcr.ti dari Jerman (par
taut yang terberat (Centre of gravity). 812 B.G.B.), Swiss (ps. 62 dst. Sehwei-
zerisehes Obligationenreeht), ltalia (ps
II.Lihat pasal 14 versi semula dari konsep 2041) juga ps 6.4.3.1. Ontwerp - BW
RUU-HPI; baru Negeri Belanda .


- Pimpinan adalah suatu perbuatan, bukan kedudukan.


(Donald H. Me. Gannon).

Anda mungkin juga menyukai