_ _ _ _ _ _ _ _ _ Oleh: S. Gautama _ _ _ _ _ _ _ __
on the formation of Contracts for In- Civil Swiss ini da1am Kitab Undang-un-
ternational Sales of Goods" perlu di- dang Hukum Perdatanya yang baru.
perhatikan. Seperti diketahui Konven-
si-Konvensi 1964 di Den Haag ini te- 4. Pacta Sunt Servanda
1ah diperbaiki dan kemudian disajikart
dalam Konvensi yang diprakarsai oleh Dalam hal Hukum Perikatan yang
PBB dari tahun 1980 di Wina, sebagai hendak disusun oleh Indonesia ini, kita
usaha dari UNCITRAL (United Nations tidak bo1eh menutup mata untuk per-
Commission on International Trade kembangan didunia 1uar. Sedapat
Law), dengan judu1 "United Nations mungkin perlu disesuaikan prinsip-prin-
Convention on Contracts for the In- sip umum yang berlaku dibidang per-
ternational
.. Sales of Goods ", berikut ikatan ini. Sebaiknya diperhatikan
"Protocol Amending the Convention pula prinsip-prinsip umum yang sifat-
on the Limitation period in th e Inter- nya "Internasional" mengenai bidang
national Sales of Goods" dan "Con - perikatan ini.(6) Antara lain dapat di-
vention Relating to Uniform Law on sebut disini beberapa prinsip , seperti
the Formation of Contracts for th e prinsip mengikatnya Perjanjian yang
International Sales of Goods" dari telah dibuat untuk para fihak.
tanggal 11 April 1980. (4) Uniform
Law ini, yang dimaksudkan sebagai Tidak dapat diadakan perubahan sefi-
Hukum Kesatuan untuk Kontrak-kon- hak . Prinsip ini didalam BW lama diru-
trak JUal Bell Internasional, per1u ki- muskan seba~ai "Perjanjian mengikat
ranya diperhatikan pula dalam penyu- para fihak seperti Undang-undang" .e)
sunan konsep RUU Hukum Perikatan Prinsip Pacta Sunt Servanda yang di-
Indonesia . kenaI didalam Hukum Internasional
(baik Publik maupun Perdata) kiranya
3. Contoh dari Kitab-kitab Un- perlu dipertahankan dan diberikan tem-
dang-undang Modern pat pula dalam konsep R UU Perikatan
Indonesia ini. Prinsip Pacta Sunt Ser-
Almarhum Prof. Supomo waktu yanda ini dianggap salah satu prinsip
menje1askan pendirian bellau mengenai yang harus dijunjung tinggi, baik da-
kedudukan Hukum Adat dikemudian lam hubungan antara negara-negara,
hari (5) menegaskan , bahwa untuk Hu- mengenai petjanjian-perjanjian antara
kum Kontrak dapat saja kita mengam- Negara-negara, maupun perjanjianan: -.
bil oper prinsip-prinsip baru daripada tara Private Parties atau antara "Pri-
Hukum Swiss sebagai model. Da1am vate Party dan Negara" . Prinsip ini-
hal ini memang dapat dilakukan Uni- pun harus dituangkan didalam Htikum
fikasi hukum dan diam bil oper keten- Perikatim yang baru sebagai salah satu
tuan-ketentuan Code Civil Suisse, se- azas umum karena dengan adanya
perti sudah dilakukan oleh negara-ne- prinsip demikian ini maka Internatio-
gara berkembang 1ainnya, antara lain nality daripada Azas-azas yang diguna-
oleh Mesir yang secara tidak ragu-ragu
mengoper se1uruh bagian daripada Code 6. "Intemasional" dalam arti kata kosmo-
, polities, bukan "Antamegara ", seperti
4. Untuk teks daripada Konvensi-konvensi dalam istilah "Hukum Intemasional
terse but lihat buku kami Hukum Perda. Publik ". Lihat tentang ini S. Gau tam a,
ta dan Dagang Intemasional, hal 52 dst. Hukum Perdata Inte masional Indonesia,
5.Pidato Dies di Jogyakarta tahun 1947, Jilid I, Cet. I, Jakarta (J 961) no. 8,
"Kedudukan Hukum Adat dikemudian _ Cet. III, Bandung (alumni) 1 979.
h an·" . 7.Pasal 1338 B W ayat 1 ..
Nopember 1983
520 Hukum dan Pembangunan
kan dalam Hukum Perikatan kita ini jadi landasan untuk perikatan-perikat-
cukup terjamin. an yang dibuat oleh para fihak.
Seringkali azas ini dikutip sebagai Yang dim aksud disini ialah jurispru-
salah satu azas dasar yang daIam stel- densi Mahkamah Agung yang tetap se-
sel modern dianggap selayaknya diberi jak perkara "Tancho" dibidang merek
temp at dalam sistim hukum perikatan. dimana oleh badan peradilan tertinggi
Terhadap perjanjian-perjanjian yang kit a dinyatakan bahwa bukan pemakai
telah dibuat tidak diberikan
•
peluang pertama saja yang menjadi pemilik
bagi salah satu fihak untuk mengubah- dari suatu merek di Indonesia, seperti
nya tanpa persetujuan fihak yang lain dikemukakan didalam Undang-undang
tidak diperkenankan membatalkan se- Merek tahun 196 I. Tetapi prinsip ikti-
cara sefihak. kad baik ini oleh Mahkamah Agung
telah ditam bahkan se bagai syarat. Se-
5. Principle of Good Faith jak keputusan Tancho maka hanya di-
Sejalan dengan ini, Prinsip selanjut- akui hak daripada seorang pemakai ,
nya yang kita saksikan perlu diberi pertama di Indonesia dari sesuatu me-
tempat dalam tiap sistim hukum Per- rek yang beriktikad baik. Jika pema-
ikatan NasionaI setiap negara adalah kaiannya bukan •
berdasarkan iktikad
prinsip bahwa perjanjian itu harns di- baik, melainkan sebaIiknya dengan ik-
laksanakan dengan iktikad baik. Prin- tikad buruh, (Kwade trouw) maka hak-
ciple of Good Faith atau Goede trouw haknya tidak dilindungi. Jika ia •sengaja
ini juga diketemukan dalam BW Indo- membajak merek-merek terkenaI dari
nesia yang sekarang berlaku dimana luar negeri, maka waIaupun telah men-
pasaI 1338 menegaskan bahwa perjan- daftarkan mereknya di Indonesia, hak-
jian-perjanjian harus dilaksanakan de- haknya sebagai pemakai pertama tidak
ngan iktikad baik. dilindungi . Menurut hukum ini tidak
Boleh dikatakan bahwa prinsip bahwa diakui sebagai pemilik yang sah dari
perjanjian harus dilaksanakan dengan merek tersebut karena tidak bertindak
iktikad baik ini berlaku secara Univer- "dengan iktikad baik" (9).
sal. Prinsip ini dianggap sebagai salah Adalah menggem birakan bah wa
satu basis daripada prinsip-prinsip hu- prinsip-prinsip "pacta Sunt Servanda"
kum perjanjian dan perikatan dari ne- dan "i tikad baik" (good faith, goede
gara-negara yang beradab (Civilized na- trouw) ini , ternyata telah diperhatikan
tions) ( 8). pula dalam pasal 97 konsep R UU Hu-
kum Perikatan ini, yang berbunyi :
6. Jurisprudensi Mahkamah (1) "Semua perjanjian yang diper-
Agung buat secara sah, berlaku sebagai
Undang-undang bagi mereka yang
Oleh Mahkamah Agung kita prinsip membuatnya.
iktikad baik ini dipandangsebagai amat
penting dan dijadikan dasar untuk di- (2) Perjanjian tidak dapat ditarik
perolehnya hak-hak tertentu yang men- kem baIi , selain dengan sepakat
mereka yang mengikatkan diri
8. Bdgk. pula Sila "Kemanusiaan yang
atau karena aIasan yang diper-
beradab" dari A zas Negara Pancasila
juga perumusan sumber·surnber hukum bolehkan Undang-undang.
menurut pasal 38 Status Mahkamah 9.Lihat keputusan M.A. tgl. 13 Desember
Agung Intemasional yang menyebut 1972. Dikutip pula dalam buku kami,
a.l. ''general principles of law recogni· Hukum Merek di Indonesia, Alumni
zed by Cililized Nations". Bandung (1977) hal 236 dst.
Hukurn Perdata Intemasional 5'21
Nopember 1983
•
Juga dalam bidang Hukum Perdata Disamping azas-azas urn urn tadi yang
Intemasional, konsep RUU HPI yang bersifat universal dan intemasional ini,
telah kami siapkan atas pellnintaan kiranya juga prinsip mengenai tidak
BPHN, pertama-tama telah dipakai dapat memperkaya diri secara tidak
prinsip "maksud para fihak" atau pi- dibenarkan (ongrechtvaardigde yerrijk-
lihan yang dilakukan oleh para fihak
•
-
ing), unjust enrechment) perlu diteri-
sebagai yang menentukan hukum yang rna dalam hukum perikatan nasional
harus dipakai (Dalam pasal 14 dari kita.
RUU HPI Kita karena pertama-tama Prinsip-prinsip azas ini mendekati apa
telah dikemukakan "Hukum yang ber- yang berlaku didalam dunia Intema-
laku untuk Perjanjian-perjanjian yang sional. Mengenai prinsip ongerechtvaar-
bersifat Intemasional adalah hukum digde verrijking ini yang juga dapat di-
yang telah dipilih oleh para fihak".e 1) lihat dalam BW sekarang secara tidak
Jika tidak ada pilihan hukum oleh para langsung. e 2)
fihak sendiri barulah dicari titik taut Demikian beberapa catatan sekitar
yang Jain. Dalam hal demikian barulah aspek-aspek intemasional daripada hu-
tampil kemuka prinsip mengenai the kum perikatan yang kiranya perlu di-
most Characteristic Connection atau
perhatikan dalam penyusunan konsep
prinsip adanya hukum dari fihak yang
RUU baru tentang Hukum Perikatan
melakukan prestasi yang paling karak-
untuk Indonesia.
teristik.
Sebagai pengganti daripada teori-teori 12.Bdgk. misalnya pasal 1532 B W mengenai
hak beli kembali dengan keharusan
kuno, Lex Loci Contractus (Hukum
untuk menggantikan beaya-beaya yang
dari tempat dimana dibuatnya kon- dikeluarkan hingga terdapat penambahan
trak), hukum dari tempat pelaksanaan nilai. Lihat pula Ass e r - Rut ten,
kontrak (Lex Loci ·Solutionis) atau Verbintenissenreeht, Cet.ke-5, Zwolle
Proper Law Theory (leer der aanknop- (1979) hal. 31 yang menunjuk pada
Kitab-kitab U. U. Hukum Perdata nega.ra-
ings punten), ajaran tentang titik-titik negara lain, sepcr.ti dari Jerman (par
taut yang terberat (Centre of gravity). 812 B.G.B.), Swiss (ps. 62 dst. Sehwei-
zerisehes Obligationenreeht), ltalia (ps
II.Lihat pasal 14 versi semula dari konsep 2041) juga ps 6.4.3.1. Ontwerp - BW
RUU-HPI; baru Negeri Belanda .
•
•