Anda di halaman 1dari 3

TUGAS FARMAKOLOGI

Oleh
Kadek Cistina Cahya Wardani
(09)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI


2021
Pertimbangan pemberian terapi antara resiko dan benefit pada pasien hamil
yang terkonfirmasi COVID-19?
Pemberian terapi pada ibu hamil dengan terkonfrmasi COVID-19 tergantung dari kondisi
dan gejala. Ibu hamil tanpa gejala (asimptomatis) atau dengan gejala ringan bisa melakukan
isolasi mandiri dan pemantauan, dengan melakukan pemantauan gejala, suhu, dan saturasi
(dengan pulse oxymetri) harus dilakukan setiap hari secara berkala. obat-obatan isolasi mandiri
pada umumnya aman diberikan pada kehamilan. Seperti misalnya, obat demam, obat batuk
(sesuai petunjuk dokter), vitamin C dan D dapat dikonsumsi. . Namun untuk obat-obatan
antivirus, harus diberikan sesuai indikasi dan dengan resep dokter. "Karena pemilihan obat
antivirus pada kehamilan harus disesuaikan.

Infeksi Covid-19 dalam kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan


prematur, preeklampsia (hipertensi dalam kehamilan), dan berat badan bayi lahir rendah. Hal ini
terutama ditemukan paling tinggi risikonya pada Covid dengan gejala berat. Sementara untuk
penularan virus korona dari ibu ke bayi di dalam kandungan, sampai saat ini belum dapat
dibuktikan, dan belum ditemukan hubungannya dengan kejadian kelainan bawaan bayi.

Pemberian terapi obstetric pada ibu hamil yaitu kortikosteroid dengan tujuan untuk
pematangan paru dapat diberikan pada usia kehamilan <34 minggu yang diberikan dekametasone
untuk maturasi paru. Terapi tokolitik sepeti nifedipin dapat diberikan sesuai indikasi obstetrrik
sesuai dengan penilaian kasus, antibiotika pofilaksis untuk kasus ketuban pecah dini dapat
dibeikan. Pemberian MgS04 untuk pencegahan kejang dapat diberikan sesuai dengan klinis
pasien. Pencegahan tromboemboli, diberikan antikoagulan pada kasus berat atau kasus ringan
sedang dengan tingkat koagulasi d-dimer >0,5 mcg/ml, dapat diberikan heparin subcutan pada
kasus konservatif/ pasca persalinan.

Ibu hamil dengan terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala berat dan memiliki komorbid,
memiliki resiko lebih tinggi, dibandingkan dengan ibu hamil tanpa komorbid, sehinggan ibu
dengan komorbid dilakukan pemantauan secara khusus, pemantauan ibu dan janin.

Kesimpulan yang dapat saya tarik dari pertimbangan pemberian terapi antara resiko dan
benefit pada ibu hamil dengan COVID-19 adalah tergantung dari gejala dan faktor komorbid,
apabila ibu dengan gejala ringan terapi yang diberikan masih tergolong aman, sedangkan untuk
ibu dengan gejala berat dan memiliki komorbid, untuk terapi obstetric sepeti pemberian
dexametasone,dan terapi lainnya manfaatnya lebih tinggi dibandingakan dengan resiko. Benefit
pemberian terapi pada ibu dengan terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala sedang hingga berat
jauh lebih tinggi manfaat dibandingkan dengan resiko terapi yang diberikan, selain itu dari
penelitian dikatakan, tidak ada data apakah infeksi COVID-19 dapat melewati rute transplantasi
plasenta menuju bayi. Sehingga pemberian terapi untuk kesembuhan dari gejala berat COVID-19
lebih bemanfaat diberikan terapi dibandingan ibu hamil yang tidak diberikan terapi akan
berdampak perburukan kondisi Ibu Hamil, dan perburukan kondisi bayi jika tidak mendaptkan
penanganan dan terapi yang lebih lanjut. Jadi lebih besar manfaat pemberian terapi COVID-19
pada ibu hamil dibandingkan dengan resiko yang ditimbulkan jika tidak mendapatkan terapi.

Anda mungkin juga menyukai