Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 10

Made Sarmila/190513616
Sebastian Peter/ 19051408
Avenna Hiu Sunjung / 19051579
Adinda lestari – 190513575
Esau Dawi Kaize/ 18053221

Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah milik orang lain

Latar Belakang

Ruang lingkup bumi menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah


permukaan bumi,tubuh bumi dibawahnya dan yang berada dibawah air
termasuk tanah didasar laut dan yang akan dipermasalahkan adalah tanah
dalam pengertian hak penguasaan atas tanah. Secara positif manusia dapat
dikatakan sejahtera apabila ia merasa aman tenteram,selamat apabila ia dapat
hidup sesuai dengan cita-cita dan nilainya sendiri,apabila ia merasa bebas
untuk mewujudkan kehidupan individual dan sosialnya sesuai dengan aspirasi-
aspirasi serta dengan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
Secara negative manusia disebut sejahtera kalau dia bebas dari
kemiskinan,dari kecemasan hari esok, bebas dari penindasan dan bebas dari
perlakuan tidak adil. Penguasaan dan pemanfaatan tanah milik orang lain

Rumusan masalah
1. Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap Masyarakat yang Hak Milik
atas Tanahnya Diambil Alih oleh Negara

Pembahasan
Menurut pasal 18 Undang-undang Pokok Agraria maka untuk
kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara
serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut
cara yang diatur dengan Undang-undang.
Pada azasnya maka jika diperlukan tanah dan/atau benda lainnya
kepunyaan orang lain untuk sesuatu keperluan haruslah lebih
dahulu diusahakan agar tanah itu dapat diperoleh dengan
persetujuan yang empunya, misalnya atas dasar jual-beli, tukar-
menukar atau lain sebagainya. Tetapi cara demikian itu tidak
selalu dapat membawa hasil yang diharapkan, karena ada
kemungkinan yang empunya meminta harga yang terlampau tinggi
ataupun tidak bersedia sama sekali untuk melepaskan tanahnya
yang diperlukan itu. Oleh karena kepentingan umum harus
didahulukan dari pada kepentingan orang-seorang, maka
jika tindakan yang dimaksudkan itu memang benar-benar untuk
kepentingan umum, dalam keadaan yang memaksa, yaitu jika jalan
musyawarah tidak dapat membawa hasil yang diharapkan,
haruslah ada wewenang pada Pemerintah untuk bisa mengambil
dan menguasai tanah yang bersangkutan. Pengambilan itu
dilakukan dengan jalan mengadakan pencabutan hak sebagai yang
dimaksud dalam pasal 18 Undang-undang Pokok Agraria tersebut
di atas. Pencabutan hak adalah jalan yang terakhir untuk
memperoleh tanah dan/atau benda lainya yang diperlukan untuk
kepentingan umum. Dalam pada itu di dalam menjalankan
pencabutan hak tersebut kepentingan daripada yang empunya,
tidak boleh diabaikan begitu saja. Oleh karena itu maka selain
wewenang untuk melakukan pencabutan hak, di dalam pasal 18
tersebut dimuat pula jaminan-jaminan bagi yang empunya. Yaitu
bahwa pencabutan hak harus disertai pemberian ganti kerugian
yang layak dan harus pula dilakukan menurut cara yang diatur
dalam Undang-undang. prinsip-prinsip dasar keadilan yang berbunyi “no
private property shall be taken for public use without just and fair
compensation” juga merupakan suatu bentuk perlindungan hukum bagi
masyarakat yang hak atas tanahnya di ambil oleh pemerintah

Kesimpulan :
Terhadap masyarakat yang hak milik atas tanahnya diambil alih oleh negara
adalah telah mendapatkan suatu perlindungan yang terdapat pada ketentuan
Pasal 18 UUPA dan prinsip-prinsip dasar keadilan yang berbunyi “no private
property shall be taken for public use without just and fair compensation”.
Berdasarkan ketentuan dari Pasal 18 UUPA dan prinsip-prinsip dasar keadilan,
masyarakat sebagai pemilik hak atas tanah telah mendapatkan perlindungan
hukum yaitu berupa ganti kerugian atau kompensasi atas tanah hak miliknya
yang telah diambil alih oleh negara. Sehingga dalam melaksanakan proses dari
pengambilalihan tanah, negara atau pemerintah nantinya tidak merugikan
pemilik dari hak atas tanah sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai