DI SUSUN OLEH:
EKA WIDIA (E1E019098)
6C
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
kelas sering sekali diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal, otak
anak selalu dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi tersebut untuk dapat dihubungkan dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Nyatanya? Akibatnya? Ketika peserta didik lulus
dari sekolah, mereka pintar secara teoritik tetapi miskin akan aplikasinya.
Kegiatan proses pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan diri menjadi kemampuan
yang semakin lama semakin meningkat dalam segala aspek, baik dalam sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk
bermasyarakat. Karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang
diharapkan. (Hidayah Nurul, 2015:34).
Sanjaya (2008:106) mengatakan bahwa proses pembelajaran harus diarahkan
supaya siswa mampu mengatasi masalah dan tantangan dalam kehidupan yang
cepat berubah. Maka dari itu diperlukan pembelajaran yang ideal dengan
kurikulum 2013. Sundayana (2014:41) memaparkan bahwa pendekatan dan
landasan kurikulum 2013 yang digunakan sebagai pijakan pengembangan
kurikulum tersebut secara eksplisit menganut pendekatan terintegrasi melalui
pendekatan tematik terpadu. Pembelajaran terpadu ideal untuk diimplementasikan
disekolah dasar karena dengan mengaplikasikan 10 tipe yang mengacu kurikulum
2013.
Trianto (2011: 6) menjelaskan bahwa model pembelajaran terpadu merupakan
salah satu model implementasi kuriulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan
pada semua jenjang pendidikan terutama pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar
(SD).
Pembelajaran terpadu sangat sederhana jika diterapkan dalam Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dalam materi yang dikembangkan atau mata
pelajaran yang dikembangkan memerlukan pendekatan yang terpadu sebagai
acuan dasar untuk membentuk sebuah tema pada SD/MI memungkinkannya
dalam pendekatan tematik tersebut. Bahkan, kompetensi inti kelas I
menyeimbangkan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan (Murfiah
Uum, 2017:59). Salah satu model pembelajaran terpadu yang menghubungkan
sikap, keterampilan dan pengetahuan adalah model pembelajaran terpadu tipe
connected. Didalam makalah ini dibahas mengenai pembelajaran terpadu model
connected yang merupakan pemelajaran yang menghubungkan satu konsep
dengan konsep lain , satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan
keterampilan lain , tugas dilakukan pada satu hari dengan tugas yang
dilakukanpada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada semester
berikutnya dalam satu bidang studi.
Terkait dengan hal ini, kami akan mengembangkan pembelajaran terpadu
model connected (terkait). Pembelajaran terpadu model ocnnected adalah model
pembelajaran yang menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik
dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain , tugas dilakukan
pada satu hari dengan tugas yang dilakukanpada hari berikutnya. Model
connected ini lahir dari adanya gagasan bahwa sebenarnya dalam setiap mata
pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik, konsep dengan
konsep dapat dikaitkan secara ekspilisit. Satu mata pekajaran dapat memfokuskan
sub-sub yang saling berkaitan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan connected model?
2. Bagaimana mengembangkan langkah-langkah connected model?
3. Apa kelebihan dan kekurangan conected model?
4. Bagaimana contoh penerapan connected model?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi connected model.
2. Mengetahui karakteristik connected model
3. Menjelaskan langkah-langkah mengembangkan connected model.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan connected model.
5. Menjelaskan contoh penerapan connected model.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI CONNECTED MODEL
Model pembelajaran terpadu tipe connected merupakan pembelajaran
yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok
bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, atau
mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan lain. Model pembelajaran
terpadu tipe connected mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar
mengajar (Putra,Syahruddin, & Widiana, 2014).
Kunci dari pendekatan connected ini adalah upaya penuh
pertimbangan untuk menghubungkan materi pembelajaran dalam satu mata
pelajaran yang sama, dengan asumsi bahwa siswa tidak akan memahami
adanya hubungan secara otomatis dari materi yang dipelajari dengan materi
lainnya (Ridyah & Siti, 2016).
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Hermawan & Novi (2014)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran
dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir- butir
pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya,
dapatdipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penguasaan butir- butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam
membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan
pemahaman, keterampilan,dan pengalaman secara utuh tersebut tidak
berlangsung secara otomatis. Karenaitu, guru harus menata butir-butir
pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.
Dijelaskan lebih mendalam oleh Rahmat (2017: 445) Dalam model
Pembelajaran connected, makna “terhubung” tidak diartikan menghubungkan
beberapa disiplin ilmu yang memiliki karakteristik yang mirip. Tiap-tiap
disiplinilmu tetap berada pada posisinya masing-masing. Makna “terhubung”
dimaksudkan untuk menghubungkan materi-materi dalam satu disiplin ilmu.
Dengan menggunakan model connected, dimungkinkan materi- materi yang
memiliki keterkaitan dapat dipadukan menjadi satu aktivitas pembelajaran
sehingga materi dapat mudah dikuasai siswa dan tidak terpecah- pecah.
Dengan model connected, dimungkinkan siswa akan mampu menuangkan ide-
ide,gagasan, dan keterampilannya sehingga sangat dimungkinkan antar tema,
materi, bab, maupun keterampilan dapat saling terpadu menjadi satu kesatuan
pemahaman yang utuh.
Sedangkan menurut Murfiah (2017) model terhubung (connected
merupakan alternatif jika dalam mengimplementasi-kan model jaring laba-
laba,guru mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan beberapa mata
pelajaran padatema yang telah ditentukan. Model ini mengkoneksikan
beberapa konsep, beberapa keterampilan, beberapa sikap, atau bahkan
gabungan seperti keterampilan dengan sikap atau keterampilan dengan konsep
yang terdapat pada mata pelajaran tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
terpadu model Connected adalah model pembelajaran yang menghubungkan
satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu
keterampilan dengan keterampilan lain, tugas dilakukan pada satu hari dengan
tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari
pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya
dalam satu bidang studi.
B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN CONNECTED MODEL
Model connected pada dasarnya menghubungkan topik-topik dalam
satu disiplin ilmu. Konsep-konsep yang saling terhubung tersebut mengarah
pada pengulangan (review), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan
dalam suatu disiplin ilmu. Dalam model connected, hubungan antar disiplin
ilmu tidak berkaitan, konten tetap fokus pada satu disiplin ilmu.
Dalam proses belajar mengajar, model connected digunakan untuk
menghubungkan bebrapa materi atau kompetensi tertentu yang memiliki
karakteristik yang saling terkait dengan tetap berpedoman pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun cara menghubungkan materi-
materi yang saling terkait tersebut ialah dengan membuat “jembatan
pengetahuan”. Jembatan pengetahuan dapat berupa wacana, berita, diskusi,
alat peraga dan lain-lain yang dianggap mampu mengantarkan pemahamann
siswa dari materi satu ke materi berikutnya. Materi-materi yang tidak
memiliki keterkaitan tidak bisa dipaksakan untuk dihubungkan. Jika
dipaksakan, dimungkinkan siswa akan semakin bingung dalam
merekonstruksi pengetahuan.
Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected
(terkait/terhubung) menurut Prabowo (2000) sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Menentukan tujuan pembelajaran umum.
b. Menentukan tujuan pembelajaran khusus.
2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru:
a. Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa (materi
prasyarat).
b. Menyampaikan konsep-konspe yang hendak dikuasai oleh siswa.
c. Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan.
d. Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan/dibutuhkan.
e. Menyampaikan pertanyaan kunci.
3. Tahap pelaksanaan, meliputi:
a. Evaluasi proses, berupa:
1) Ketepatan hasil pengamatan
2) Ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
3) Ketepatan siswa saat menganalisis data
b. Evaluasi produk:
Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep/ materi sesuai dengan
tujuan pelajaran khusus yang telah ditetapkan.
c. Evaluasi psikomotor:
Kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.
Guru sengaja menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu
topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, atau
tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari
berikutnya dalam satu bidang studi, serta menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Gambaran model keterhubungan ini dapat dilihat pada gambar atau
diagram dibawa ini dimana koneksi dilakukan hanya dalam satu mata pelajaran saja
yaitu pada mata pelajaran matematika.
Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan ini guru mencermati standar kompetensi suatu mata
pelajaran untuk menentukan keterkaitan antara kompetensi dasar suatu mata pelajaran
dalam satu tingkat kelas kemudian guru menjabarkan standar kompetensi ke dalam
indicator.
Contoh :
Pada Permendiknas nomor 22 tentang standar isi pada mata pelajaran IPS kelas 3
semester 2 terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut :
belanja
Mengenal jenis-jenis
pekerjaan
Kegiatan 2
Dalam kegiatan ini guru mengenalkan kegiatan jual beli untuk kegiatan
sehari-hari.Siswa-siswi diajak mwngidentifikasi kegiatan jual beli di lingkungan
rumah dan sekolah serta mengenai jual beli kebutuhan sehari-hari.
Kegiatan 3
Contih : 1 lembar lima ribuan ditukar menjadi 5 lembar ribuan, 1 lembar ribuan
ditukar menjadi 2 lembar atau 2 keping lima ratusan dan seterusnya.
(5 lembar uang ribuan)
Atau
Tahap Pelaksanaan
Untuk contoh tahap pelaksaan pada penulis ini hanya akan dibahas mengenai
kegiatan 4 saja, yaitu kegiatan yang merupakan gabungan dari pengetahuan dan
keterampilan pada kegiatan 1 sampai dengan 3 pada tahap perencaan yang dibahas
diatas.
Metode/strategi
Kegiatan pembelajaran pada tahap ini adalah bermain peran untuk melakukan
kegiatan jual-beli kegiatan sehari-hari.Oleh kaena itu, metode yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah metode demonstrasi.
Setiap siswa-siswi yang bertugas sebagai pembeli diberi jumlah uang yang
telah ditentukan misalnya Rp5.000 .00 untuk dibelikan sejumlah barang yang
mereka inginkan dan diharapkan uang yang dipunyai tidak dihabiskan atau
masih ada uang kembali penjual juga diberi modal berupa barang-barang yang
dijual dan mata uang yang bernilai kecil sebagai uang kembalianan.
Bila transaksi periode 1 telah selesai maka dapat dilanjutkan ke periode kedua
dengan cara mengganti peran petugas penjual menjadi pembeli sedangkan
and1 pembeli berganti peran menjadi penjual kegiatan ini diteruskan sehingga
masing-masing siswa-siswi pernah bertugas sebagai pembeli maupun penjual
Media
Penilaian
2. Kekompakan kelompok
3. Produktivitas kelompok