Disusun oleh :
Kelompok I
Kelas 30 E
RISMAWATI (200407561065)
FATMAWATI (200407561074)
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala
peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah). Sayangnya, ketika
memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai
ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami
kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam
sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang
memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan
mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar.
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian matapelajaran-matapelajaran
tersebut hanya akan membuahkan kesulitan setiap anak karena hanya akan memberikan
pengalaman belajar yang bersifat artifical atau pengalaman belajar yang dibuat – buat. Oleh
karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas –
kelas awal, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar
tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat
karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar
yang menunjukan kaitan unsure – unsure konseptual baik di dalam maupun antar matapelajaran,
akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaning
learning).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan
membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun
konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memehami masalah kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang
utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk
1
mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi yang ada di sekitarnya
secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru
kepada siswa melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam
berbagai situasi baru yang semakin beragam.
1. 2 Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi
(thinking skill), dan peta konsep (organizing skill). Yang merupakan pemaduan berbagai
bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.
a. guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan
mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
b. Kurikulum model ini memisahkan setiap mata pelajaran yang lain sehingga siswa tidak
mampu mengintegrasikan sebagian konsep, sikap, keahlian yang ada antar disiplin ilmu
4
c. Tidak adanya pengintegrasian antar disiplin ilmu akan menyebabkan pelimpahan dan
penimbunanmateri pada siswa
1. Menjaga agar suatu mata pelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya, tidak
tercampuri oleh mata pelajaran yang lainnya.
2. Menyiapkan seorang guru yang betul-betul ahli dalam di bidang mata pelajaran yang ia
ajarkan dan mampu mengajarkan, menggali, dan memahami materi secara luas dan
mendalam.
3. Memberikan kenyamanan bagi seluruh peserta didik. Artinya guru akan ditempatkan
sebagai seorang sumber belajar, sebagai siswa sebagai pencari ilmu yang berbeda.
4. Dengan bantuan guru siswa akan banyak mendapatkan manfaat dari model Fragmented
ini.
Adapun aplikasi yang diterapkan seorang guru pada model pembelajaran fragmented
antara lain, sebagai berikut:
a. Seorang guru Bahasa akan menugaskan muridnya untuk menonoton berita sebagai
pekerjaan rumah. Lalu murid akan lebih mengenal alur dari berita tersebut dan
berkonsentrasi dengan baik pada saat mendengarkan berita tersebut.
c. Guru IPS akan mendaftarkan topik-topik terkini yang terjadi pada masyarakat yang
akan membantu siswa dalam penelitiannya.
5
d. Seorang guru IPA akan menugaskan siswa untuk membaca sistem periodik unsur pada
satu minggu agar siswa dapat menggali lebih dalam pada bab ini.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA