Anda di halaman 1dari 21

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

OLEH :
KELOMPOK 4
MUHAMMAD NORHAKIKI
ELSA FAJRINA SHALEHAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


DARUL ULUM KANDANGAN
2020 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang mana telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita. Serta Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan baginda
Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membimbing ummatnya ke jalan lurus yang penuh
keberkahan dan yang telah menghantarkan kita dari dunia kegelapan menuju dunia yang
terang benderang. Begitu juga kepada para sahabat, tabi’in, tabi’it-tabi’in dan ummat yang
selalu mengikuti jejaknya sampai akhir zaman.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pembelajaran
Tematik MI/SD, Saya membahas materi tersebut dengan segala kemampuan yang terbatas
dan Alhamdulillah dimudahkan, sehingga berhasil menyelesaikannya. Saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah mengajari saya membuat makalah ini dari
awal sampai akhir. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini.

Kandangan, 18 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................................................1

BAB II..................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN...................................................................................................................................2

A. Model-Model Pembelajaran Tematik........................................................................................2

B. Model Yang Sering Digunakan..................................................................................................6

BAB III...............................................................................................................................................17

PENUTUP..........................................................................................................................................17

Simpulan............................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi
pokok pembicaraan. Atau dalam penjelasan lain pembelajaran tematik merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengembangkan strategi aktif dan efisien dengan
melibatkan siswa secara langsung belajar mengalami (kontekstual) dalam suasana
kelas yang menyenangkan, dinamis, logis, dan demokratis.
Jadi sangat penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui model-model
pembelajaran tematik serta memahami model yang lumrah digunakan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja model-model pembelajaran tematik ?
2. Model apa saja yang sering digunakan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui model-model pembelajaran tematik.
2. Mengetahui model apa saja yang sering digunakan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model-Model Pembelajaran Tematik


Menurut Fogarty dalam bukunya Howto Integrate the Curricula, ada 10
macam model pembelajaran tematik, seperti: fragmented (penggalan), connected
(keterhubungan), nested (sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed
(jarring laba-laba), threaded (bergalur), integrated (terpadu), immersed (terbenam),
dan networked (jaringan kerja).1 Model-model tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Fragmented (penggalan)
Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang terpisah
secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan
kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.
Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang
yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada
usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah
dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsepkonsep
yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang
lainnya. Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai
dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup
bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
2. Connected (keterhubungan)
Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja
diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu
topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yag lain,
tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari
berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam
satu bidang studi. Keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa
1
Rusman, Model‐Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), h.48.

2
diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki dan
mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kelemahan model ini adalah guru bidang
studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait
karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus
pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
3. Nested (sarang)
Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya
adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan
keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi.
Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu mata
pelajaran saja. Tetapi materi pelajaran masih ditempatkan pada prioritas utama
yang kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat
digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi
tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan.
Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu
pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep
dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur. Keunggulan model ini adalah
kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga
aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran
mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa
mendatang. Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan
secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan
aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan
utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser pada
keterampilan.
4. Sequenced (pengurutan)
Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang
disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan
yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga
materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan
mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling
mengutamakan karena tiap subyek saling mendukung. Keunggulan model ini
adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk

3
menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah
tercantum dalam kurikulum. Kelemahan model ini adalah perlu adanya kerjasama
antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada
kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
5. Shared (irisan)
Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan
atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam
perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu fokus pada konsep,
keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan
dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam
satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua
mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang
utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu
pelajaran saja. Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer konsep secara
lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat
bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam
waktu yang bersamaan. Kelemahan model ini adalah untuk menyusun rencana
model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang
berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6. Webbed (jarring laba-laba)
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi
sub tema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. Setelah
itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung. Keunggulan
model ini adalah faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang
didasarkan pada minat siswa. Kelemahan model ini adalah kecenderungan untuk
mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa. Selain
itu seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan. Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi
pelajaran.
7. Threaded (bergalur)
Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada
metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti subyek

4
materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari
beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang merupakan bagian dari
problem solving. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula
dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih. Keunggulan
model ini adalah konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada
perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana
seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan
era globalisasi. Kelemahan model ini adalah hubungan isi antar materi pelajaran
tidak terlalu ditunjukkan secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami
keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu
memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat
mengembangkan dirinya.
8. Integrated (terpadu)
Konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema
untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran
bertema. Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan adanya
keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu, memperluas
wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat
dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah “integrated day”.
Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang
satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang
terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk
didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
9. Immersed (terbenam)
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam
ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari
fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula
diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir
semester. Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan
mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan
belajar dari siswa lainnya. Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak senang
membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa
menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua

5
kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersusun secara baik dan
terencana sebelumnya.
10. Networked (jaringan kerja)
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa
dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan
dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa
secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa
buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru
yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri
artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam
dirinya. Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan
pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal
ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas
sedang berlangsung. Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa
akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak
sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.2
B. Model Yang Sering Digunakan
1. Model Keterhubungan (connected model)
Pembelajaran terpadu model connected adalah model yang mengintegrasikan
antara materi atau konsep yang lain tetapi dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran
terpadu model connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan
satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep
dengan konsep yang lain, mengaitkan satu pokok keterampilan dengan keterampilan
lainnya, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari
berikutnya dalam suatu bidang studi. Adapun pengertian lain model keterhubungan
merupakan model integrasi studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau
mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang tumbuh
kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam bidang
studi.3

2
Ibid h. 48-54
3
Nur Kotim Khumairoh, Penerapan Pembelajaran Terpadu Model Connected, Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, 2018. h. 12.

6
Model keterhubungan menyajikan relasi yang eksplisit dalam suatu mata
pelajaran, yaitu satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan ke keterampilan
yang lain, satu model ke model yang lain dalam satu bidang studi. Dalam model
pembelajaran keterhubungan, kata kunci adalah adanya upaya untuk menghubungkan
bidang kajian dalam satu disiplin ilmu tertentu, sehingga pembelajaran lebih
bermakna. Dengan kata lain bahwa pembelajaran integrative model connected adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu topik dengan topik berikutnya,
mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, mengaitkan satu tugas dengan tugas
lainnya dalam satu bidang studi. Jadi pembelajaran terpadu model connected adalah
model yang menghubungkan unsur-unsur yang terkait dalam satu bidang studi, unsur-
unsur tersebut dapat berupa konsep, topik, prinsip atau keterampilan yang mampu
memenuhi kebutuhan siswa.
Dalam model keterhubungan dapat digunakan di kelas rendah maupun di kelas
tinggi. Pengembangan dimulai dengan memilih pokok bahasan atau keterampilan
dalam satu mata pelajaran yang akan dipakai. Sehingga contoh pada pelajaran bahasa
Indonesia, yang akan dihubungkan adalah menyimak, membaca, menulis dan
mengarang. Setelah itu dibuat RPP yang mencakup keterhubungan tersebut yang
kemudian direalisasikan kepada siswa. Setelah pelaksanaan maka diadakan evaluasi
secara terpadu sesuai dengan keterampilan yang ditentukan.
Kelebihan model connected ini adalah yang pertama, dengan penghubungan
interbidang studi, peserta didik diharapkan memiliki wawasan yang luas sebagaimana
bidang studi yang fokus pada suatu bidang kajian tertentu. Yang kedua, peserta didik
dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara berkelanjutan sehingga
internalisasi pengetahuan pada diri peserta didik akan semakin kuat. Yang ketiga,
menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan peserta didik
mampu mengkaji, mengkonseptualisasikan, memperbaiki, dan mengasimilasi ide-ide
kreatif dalam memecahkan suatu masalah.
Sedangkan kelemahan model connected adalah yaitu yang pertama, masih
kelihatan terpisahnya inter bidang studi. Yang kedua, kurang mendorong guru untuk
membentuk team teaching , sehingga isi materi bahan ajar tetap terfokus tanpa
merentangkan konsep-konsep antar bidang studi. Yang ketiga, dalam memadukan ide-
ide pada suatu bidang studi, maka upaya untuk menghubungkan antar bidang studi
menjadi terabaikan.

7
Contoh pembelajaran model keterhubungan atau terkait (Coneccted Model)
 Tahap perencanaan
Tahap perencanaan ini guru mencermati standar kompetensi suatu mata pelajaran
dalam satu tingkat kelas. Kemudian guru menjabarkan standar kompetensi ke
dalam indikator.
Contoh.
Pada Permendiknas no.22 standar isi, pada mata pelajaran IPS kelas III semester
2 terdapat standar kompetensi dasar sebagai berikut.
Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
a. Mengenal jenis-jenis pekerjaan
b. Memahami pentingnya semangat kerja
c. Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
d. Mengenal sejarah uang
e. Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan

Kompetensi dasar tersebut kemudian dijabarkan dalam indikator sebagai berikut.


1. Menegnal jenis-jenis pekerjaan
a. Mengenal pekerjaan bidang perdagangan
b. Mengenal bidang pekerjaan guru
c. Mengenal bidang pekerjaan polisi
2. Memahami pentingnya semangat kerja
a. Menjelaskan pengertian eros kerja
b. Mengidentifikasi ciri-ciri semangat kerja
c. Menjelaskan pengaruh semangat kerja terhadap kesuksesan bekerja
3. Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
a. Mengidentifikasi kegiatan jual beli dilingkungan rumah dan sekolah
b. Mengenal jual beli kebutuhan sehari-hari
4. Mengenal sejarah uang
a. Mengenal sistem barter
b. Mengenal alat tukar emas dan perak
c. Mengenal alat tukar logam
5. Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
a. Mengenal berbagai nilai mata uang
b. Mengenal manfaat mata uang

8
c. Memecahkan masalah yang menggunakan uang

Aktifitas yang akan dilaksanakan dapat direncanakan menjadi beberapa kali


pertemuan yang meliputi 4 kegiatan. Dalam satu kegiatan dapat dilaksanakan
beberapa kali pertemuan tergantung kepadatan dan ketuntasan dari materi yang ingin
dicapai. Baik setiap kegiatan guru dapat melaksanakan penilaian baik proses maupun
akhir kegiatan. Sebagai contoh dapat direncanakan sebagai berikut.

Kegiatan 1
Dalam kegiatan ini guru merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk
memperkenalkan pekerjaan bidang perdagangan.
Kegiatan 2
Dalam kegiatan ini guru memperkenalkan kegiatan jual beli untuk kegiatan sehari-
hari. Siswa-siswa diajak mengidentifikasi kegiatan jual beli dilingkungan rumah dan
sekolah serta mengenal jual beli kebutuhan sehari-hari.
Kegiatan 3
Dalam kegiatan ini guru melaksanakan pembelajaran untuk mengenalkan nilai mata
uang. Missal, lima ribuan, ribuan, lima ratusan dan ratusan serta manfaat dari uang
antara lain uang jual beli. Media yang harus disiapkan ialah uang-uangan atau model
peraga mata uang yang nilainya lima ribuan, ribuan, lima ratus, dan ratusan.
Pada tahap ini diperkenalkan pula nilai tukar mata uang. Contoh: 1 lembar lima ribuan
ditukar menjadi 5 lembar ribuan, 1 lembar ribuan ditukar menjadi 2 lembar atau 2
keping lima ratusan dan seterusnya.
 Tahap pelaksanaan
Untuk contoh tahap pelaksaan pada penulisan ini hanya akan dibahas
mengenai kegiatan 4 saja, yaitu kegiatan yang merupakan gabungan dari pengetahuan
dan keterampilan pada kegiatan 1 sampai dengan 3 pada tahap perencanaan yang
dibahas diatas.
 Metode atau strategi
Kegiatan pembelajaran pada tahap ini adalah bermain peran untuk melakukan
kegiatan jual-beli kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah metode demonstrasi.

9
Kegiatan belajar mengajar dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Siswa siswi dibagi menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing kelompok
berimbang antara laki-laki dan perempuan. Pebagian tugas setiap kelompok diatur
sebagai berikut. Tiga orang sebagai pembeli, 1 orang sebagai penjual, dan 1 orang
sebagai pengamat. Tugas pengamat adalah mengamati proses terjadinya jual beli
barang-barang, perhitungan barang yang dibeli, perhitungan harga, pembayaran
dan pengembalian. Menngingat tugas pengamat yang begitu penting, maka siswa
siswi yang ditunjuk sebbagai pengamat ini harus mempunyai kelebihan
pengetahuan dan keterampilan dibanding teman yang lain.

Fase- fase pembelajaran model connected


a. Fase 1 (Pendahuluan)
Kegiatan guru
1) Mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran sebelumnya.
2) Memotivasi siswa
3) Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep
prasyarat yang sudah dikuasai siswa
4) Menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Fase 2 (Presentasi Materi)
1) Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi
2) Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan
3) Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan
4) Pemodelan menggunakan media
c. Fase 3 (Membimbing Pelatihan)
1) Menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
2) Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok
3) Membagi LKS
4) Memberikan bimbingan
5) Mengunpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan
d. Fase 4 (Menelaah Pemahaman dengan Memberikan Kesempatan untuk Pelatihan
Lanjutan dan Penerapan)
1) Meminta salah satu anggota kelompok mepresentasikan hasil kegiatan sesuai
dengan LKS yang dikerjakan
2) Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi

10
3) Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi
e. Fase 5 (Mengembangkan Pemahaman dengan Memberikan Kesempatan Untuk
Pelatihan Lanjutan dan Penerapan)
1) Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap ttugas yang telah diberikan
2) Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru
saja di pelajari
3) Memberikan tugas rumah
f. Fase 6 (Menganalisis dan Mengevaluasi)
1) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja
mereka.4
2. Model Jaring Laba-Laba (Webbed)

Merupakan model pembelajaran terpadu menggunakan pendekatan tematik.


Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema. Tema bisa
ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara
diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan
memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini
dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa. Model pembelajaran yang
diterapkan dalam sekolah dasar diantaranya model pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang
kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajan tematik adalah pembelajaran terpadu
yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran
sekaligus satu tatap muka. Pendekatan ini dimulai dari penentuan tema. Tema dapat
ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara
diskusi bersama guru. Setelah disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan
memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini
dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang bertitik tolak pada tema, jadi
dalam menentukan materi ajar dimulai dengan menentukan tema kemudian memilih
materi pelajaran yang sesuai dengan tema. Jika terdapat materi yang tidak sesuai
dengan tema, maka disusun silabus tersendiri. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran tematik adalah bersifat integrasi dalam lingkungan, bentuk
Farchurrohman, Pembelajaran Tematik Integratif (Konsep Dasar dan Aplikasi), Salatiga : PIP
4

STAIN Salatiga, 2014. h. 18.

11
belajar harus diranccang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk
menemukan tema pembelajaran yang nyata sekaligus mengaplikasikannya dan
pembelajaran tematik harus efesien waktu dengan materi yang disampaikan.
Keuntungan pelaksaan tematik bahwa pembelajaran tematik sebagai bagian
dari pembelajaran terpadu memiliki keuntungan yang dapat dicapai sebagai berikut.
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman materi pelajaran lebih mendalam dari berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
e. Lebih dapat merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas.
f. Siswa lebih bergairan belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari mata pelajaran lain.
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang akan disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, dan pengayaan materi.

Alasan yang mendasari untuk menggunakan model pembelajaran tematik


bahwa dunia anak adalah nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam
suatu peristiwa atau objek lebih terorganisasi, pembelajaran lebih bermakna, memberi
peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan
yang diperoleh data efesiensi waktu.
Berdasarkan kajjian diatas dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik
dilakukan dengan maksud upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum serta lebih
menekankan partisipasi atau keterlibatan siswa dalam belajar.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mempunyai karakteristik


tertentu. Karakteristik pada pembelajaran tematik adalah sebagai berikut.

12
a. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek
belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas
belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam ppembelajaran tematik pemisah antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (bersifat fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada.
f. Menggunakan prinsip belajar sambal bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip pembelajaran PAKEM yaitu
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Aktif bahwa
pembelajaran peserta didik secara fisik maupun mental dalam hal mengemukakan
penalaran atau alasan, mengemukakan kaitan yang satu dengan yang lainnya,
mengomunikasikan ide, mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan
menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah.
Kreatif berarti dalam pembelajaran peserta didik melakukan serangkaian
proses pembelajaran secara runtut dan berkesinambungan yang meliputi

13
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana
peemecahan masalah, memeriksa ulang pelaksanaan masalah. Efektif artinya
berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Menyenangkan berarti
sifat terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya sehingga
mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sambal bermain.
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran tematik
Kelebihan pembelajaran tematik yaitu menyelesaikan tema sesuai dengan
minat akan motivasi siswa, memudahkan perencanaan, lebih mudah dilakukan
guru yang belum pengalaman, dan pendekatan tematik dapat memotivasi siswa
dan memberikan kemudahan bagi anak didik. Kelemahan tematik adalah sulit
dapat menyeleksi tema, cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal dan
dalam pembelajaran, guru lebih memutuskan perhatian pada kegiatan dari pada
pengembangan konsep. Dari kelemahan dan kelebihan diharapkan guru dapat
menyesuaikan materi, media serta metode dengan karakteristik siswa. Penekanan
pembelajaran tematik dikelas awal lebih kearah penguasaan kemampuan
membaca, menulis dan berhitung, serta penanaman nilai moral dengan
menyesuaikan lingkungan sekitar yang dikemas dalam kegiatan yang
menyenangkan dan memotivasi siswa.
Langkah-langkah penyusunan pembelajaran tematik:
1) Tahap perencanaan
a. Pemetaan kompetensi dasar
b. Pembuatan jaringan tema
c. Penyusunan silabus
d. Penyusunan rencana pembelajaran
2) Tahap pelaksanaan
a. Pengaturan jadwal pelajaran
b. Pengelola kelas
c. Tahapan kegiatan pembelajaran
3) Tahap evaluasi
a. Pengertian
b. Fungsi
c. Tujuan
d. Prinsip penilaian
e. Alat penilaian

14
f. Aspek penilaian
3. Model Keterpaduan (Integrated Model)
Model keterpaduan merupakan model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan anatar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara
menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan proritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep, sikap yang saling tumpang tindih didalam bidang
studi. Berbeda dengan model jarring laba-laba yang menuntu pemilihan tema dan
pengembangan sebagai Langkah awal, dalam model keterpaduan yang berkaitan dan
bertumbang tindih yang merupakan hal yang terakhir yang dicari dan dipilih guru
dalam tahap perencanaan program.
Model integrated ini menggunakan pendekatan antara mata pelajaran, dimana
model ini lakukan dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan
menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, sikap dan konsep
yang tumbah tindih dalam beberapa mata pelajaran. Langkah awal yang dilakukan
jika mengikuti model ini adalah mula-mulaa guru menyeleksi keterampilan, sikap dan
konsep-konsep yang tumpah tindih antar beberapa mata pelajaran yang diajarkan
dalam satu semester, misalnya IPA, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika, dan dll.
Selanjutnya dipilih beberapa keterampilan, sikap dan konsep yang tumpang
tindih tersebut yang memiliki keterhubungan erat kemudian dicarikan tema yang
dapat mewadahi beberapa konsep yang tumpah tindih tersebut untuk dijadikan
sebagai tema pembelajaran. Kelebihan dari model integrated ini adalah:
a. Memungkinkan terjadinya pemahaman antar bidang studi, karena dengan
memfokuskan pada isi pembelajaran, strategi berfikir, keterampilan sosial dan
ide-ide penemuan lain satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi
pembelajaran akan semakin kaya dan berkembang.
b. Memotivasi peserta didik dalam belajar
c. Memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu waktu,
tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain, guru tidak
perlu mengulang kembali materi yang dianggap tumpang tindih sehingga
pembelajaran tercapai secara efektif dan efesien.

Sedangkan kelemahan dari model ini adalah:

a) Guru dipaksa harus menguasai konsep, sikap, keterampilan yang


diprioritaskan menjadi tema pembelajaran pada saat itu.

15
b) Terkadang sulit menerapkan model integrasi secara penuh.
c) Diperlukan tim antar bidang studi, mulai dari perencanaan hingga pelaksaan.
d) Menuntut adanya keragaman sumber belajar.5

BAB III

PENUTUP

Simpulan
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

5
Rendy Nugraha Frasandy, Pembelajaran Tematik Integratif (Model Integrasi Mata Pelajaran Umum
SD/MI dengan Nilai Agama), Yogyakarta: Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Vol. 5/ No.2 Juli-
Desember, 2017. h. 27.

16
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Menurut Fogarty dalam bukunya Howto Integrate the Curricula, ada 10 macam model
pembelajaran tematik, seperti: fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested
(sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jarring laba-laba), threaded
(bergalur), integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked (jaringan kerja).
Namun dalam Model Tematik Terpadu, hanya ada tiga model yang  dikembangkan
atau dikenalkan di sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) di
Indonesia. Ketiga model tersebut adalah (1) model keterhubungan (connected), (2) model
jaring laba-laba (webbed) dan (3) model kerpaduan (integrated).

DAFTAR PUSTAKA

Rusman, Model‐Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2011).

Nur Kotim Khumairoh, Penerapan Pembelajaran Terpadu Model Connected, (Surabaya:


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018).

17
Farchurrohman, Pembelajaran Tematik Integratif (Konsep Dasar dan Aplikasi), (Salatiga :
PIP STAIN Salatiga, 2014).

Rendy Nugraha Frasandy, Pembelajaran Tematik Integratif (Model Integrasi Mata Pelajaran
Umum SD/MI dengan Nilai Agama), (Yogyakarta: Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Vol.
5/ No.2 Juli-Desember, 2017).

18

Anda mungkin juga menyukai