OLEH :
KELOMPOK I
1. MUTYA FIKA SAFITRI (855848932)
2. NATALIA NAINGGOLAN (855841109)
3. NENNY TRIYANTI SIREGAR (855839696)
4. NOVIA AMBAR KESUMA (855847622)
5. NURSANI SIANTURI
6. RINNA RIZQIARTY NURLISTA (855847962)
7. WINA ELVINA SEMBIRING (855848047)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada Penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Adapun tujuan Penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Terpadu dan makalah ini juga dapat
digunakan sebagai bahan diskusi, serta dapat diaplikasikan sebagai bahan
pembelajaran mengenai Kegiatan Belajar 1 tentang Konsep Dasar Pembelajaran
Terpadu dan Kegiatan Belajar 2 tentang Model-Model Pembelajaran Terpadu.
Makalah ini Penulis susun dari modul dan berbagai referensi yang
berhubungan dengan materi yang sebelumnya telah diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Pembelajaran Terpadu yakni, Ibu Elvi Mailani, S.Si., M.Pd., yaitu
mengenai Konsep Dasar dan Model-Model Pembelajaran Terpadu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pembelajaran Terpadu yang telah mempercayakan tugas ini kepada Penulis, sehingga
mempermudah Penulis dalam memahami materi pada perkuliahan ini. Penulis
menyampaikan banyak terima kasih karena beliau telah memberikan instruktur dan
memandu Penulis, sehingga hal tersebut turut membantu Penulis dalam penyelesaian
makalah ini, serta kepada semua pihak yang turut andil dalam membantu Penulis
dalam penyelesaian makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Segala
kritik konstruktif dan saran yang membangun selalu Penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari. Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
KELOMPOK I
PGSD A POKJAR DELI SERDANG
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
ii
7.2.2.9 Model Celupan (Immersed) ...................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah yang dapat diperoleh
dari makalah Konsep Dasar dan Model-Model Pembelajaran Terpadu adalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?
2. Bagaimanakah karakteristik pembelajaran terpadu?
3. Apakah landasan-landasan pembelajaran terpadu?
4. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran terpadu?
5. Apakah manfaat pembelajaran terpadu?
6. Apa sajakah model-model dalam pembelajaran terpadu?
7. Bagaimana penerapan model pembelajaran terpadu di sekolah dasar?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran
terpadu terletak pada segi perencanaan dan pelaksanaannya. Pembelajaran terpadu
seharusnya bertolak dari kurikulum terpadu, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa
banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran satu dengan lainnya (separated
subject curriculum) menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu (integrated
learning) (Hernawan dkk., 2019).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Fokus perhatian
pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha
memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian
pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
1. suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata
pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak;
2. suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
serempak (simultan);
3. merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata
pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik
dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses
latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur
intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt,
(termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah
bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi
pada kebutuhan perkembangan anak (Hernawan dkk., 2019).
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik
atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak.
4
Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran,
akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan
wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Pendekatan
pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing).
5
7. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
8. Hasil Pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya
Berdasarkan karakteristik pembelajaran terpadu di atas jika dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional, berikut merupakan beberapa kelebihan
pembelajaran terpadu, antara lain:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan siswa.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar
akan dapat bertahan lama.
4. Pembelajaran Terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan berpikir
siswa.
5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan
yang sering ditemui siswa dalam lingkungan sehari-hari
6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial siswa: kerjasama, toleransi,
komunikasi dan respek dengan gagasan orang lain.
Selain itu, beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, yaitu :
1. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam kurikulum 2004
masih terpisah-pisah kedalam mata pelajaran yang lain, hal ini menyulitkan
guru dalam mengembangkan program pembelajaran.
2. Dalam Pembelajaran Terpadu dibutukan sarana dan prasarana elajar yang
memadai untuk mencapai kompetensi dasar, jika tidak maka pembelajaran
terpadu tidak akan berjalan dengan baik.
3. Belum semua para guru disekolah dasar memahami konsep Pembelajaran
Terpadu secara utuh, Karena pada umumnya guru masih merasa senang
dengan proses pembelajaran yang sudah biasa dilakukan yaitu pembelajaran
yang masih konvensional.
6
7.1.3 Landasan Pembelajaran Terpadu
Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam
pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar meliputi landasan filosofis,
landasan psikologis, dan landasan praktis. Landasan filosofis dimaksudkan
pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, bahkan landasan
filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya. Landasan
psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan
psikologi/teori belajar. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi/materi pembelajaran terpadu tersebut disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya, dengan kata lain berkenaan dengan
penentuan cara/metode pembelajaran. Sedangkan landasan praktis berkaitan dengan
kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat
ini, sehingga harus mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
(Hernawan dkk., 2019).
Secara filosofis, kemunculan pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat berikut: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme. Mari kita bahas ketiga aliran tersebut secara lebih ringkas (Hernawan
dkk., 2019).
1. Aliran progresivisme beranggapan bahwa proses pembelajaran pada
umumnya perlu sekali ditekankan pada: (a) pembentukan kreativitas, (b)
pemberian sejumlah kegiatan, (c) suasana yang alamiah (natural), dan (d)
memperhatikan pengalaman siswa.. Dalam memecahkan masalah (problem
solving) tersebut, siswa perlu memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan
pengalaman belajar yang telah dimilikinya. Dalam hal demikian maka terjadi
proses berpikir yang terkait dengan “metakognisi”, yaitu proses
menghubungkan pengetahuan dan pengalaman belajar dengan pengetahuan
lain untuk menghasilkan sesuatu.
2. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran konstruktivisme ini
menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan
manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Bagi konstruktivisme,
7
pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada
siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Siswa
harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi: (a) keunikan/kekhasannya, (b)
potensinya, dan (c) motivasi yang dimilikinya. Implikasi dari hal tersebut
dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) layanan pembelajaran selain bersifat
klasikal, juga bersifat individual, (b) pengakuan adanya siswa yang lambat
dan siswa yang cepat, (c) penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang
menyangkut faktor personal/individual maupun yang menyangkut faktor
lingkungan sosial/kemasyarakatan.
Secara fitrah siswa memiliki bekal atau potensi yang sama dalam upaya
memahami sesuatu. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
(a) guru bukan merupakan satu-satunya sumber informasi, (b) siswa disikapi sebagai
subjek belajar yang secara kreatif mampu menemukan pemahamannya sendiri, (c)
dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman
pendamping, pemberi motivasi, penyedia bahan pembelajaran, dan aktor yang juga
bertindak sebagai siswa (pembelajar).
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan
belajarnya, baik lingkungan yang bersifat fisik, maupun lingkungan sosial. Melalui
pembelajaran diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik
fisik, mental/intelektual, moral, maupun sosial. Melalui pembelajaran terpadu
diharapkan dapat terbentuk tingkah laku baru berupa kompetensi-kompetensi aktual
dan potensial dari para siswa serta kompetensi-kompetensi baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama.
Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya guru harus melaksanakan
pembelajaran terpadu secara aplikatif di dalam kelas. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka dalam pelaksanaannya pembelajaran terpadu juga dilandasi oleh
landasan praktis yaitu sebagai berikut.
1. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak
informasi yang harus dimuat dalam kurikulum.
2. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain,
padahal seharusnya saling terkait.
8
3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih
bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner) sehingga diperlukan usaha
kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.
4. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat dipersempit dengan
pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga siswa akan mampu
berpikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.
Selain ketiga landasan di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
sebenarnya perlu juga dipertimbangkan landasan lainnya yaitu landasan sosial-
budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Landasan
IPTEK diperlukan dalam pengembangan pembelajaran terpadu sebagai upaya
menyelaraskan materi pembelajaran terpadu dengan perkembangan dan kemajuan
yang terjadi dalam dunia IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung.
9
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut.
1. Guru hendaknya jangan bersikap menjadi single actor yang mendominasi
aktivitas dalam proses pembelajaran.
2. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
3. Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali
tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran.
Dalam proses penilaian pembelajaran terpadu, perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut.
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self-
evaluation) di samping bentuk penilaian lainnya.
2. Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi
yang telah disepakati.
10
6. dengan pemaduan pembelajaran antarmata pelajaran diharapkan penguasaan
materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat;
7. pengalaman belajar antarmata pelajaran sangat positif untuk membentuk
pendekatan menyeluruh pembelajaran terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan;
8. motivasi belajar dapat diperbaiki dan ditingkatkan dalam pembelajaran
antarmata pelajaran. Para siswa akan terlibat dalam “konfrontasi yang
melibatkan banyak pemikiran” dengan pokok bahasan yang dihadapi;
9. pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif atau
pengetahuan awal siswa yang dapat menjembatani pemahaman yang terkait,
pemahaman yang terorganisasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep-konsep yang sedang dipelajari, dan akan terjadi transfer pemahaman
dari satu konteks ke konteks yang lain;
10. melalui pembelajaran terpadu terjadi kerja sama yang lebih meningkat antara
para guru, para siswa, guru-siswa dan siswa-orang/nara sumber lain.
11
jam yang berbeda-beda (Hernawan dkk., 2019).
Pada model IPA terpadu tipe fragmented ini materi IPA (kimia, fisika,
biologi dan IPBA) disusun secara terpisah satu sama lain. Model tipe fragmented
ini belum pernah digunakan dalam pengembangan bahan ajar IPA terpadu karena
model ini belum memberikan keterkaitan antar kajian ilmu IPA (kimia, fisika,
biologi dan IPBA) dalam bahan ajar tersebut (Priscylio dan Anwar, 2019).
12
Gambar 7.2.2.2. Model IPA Terpadu tipe Conneced (Priscylio dan
Anwar, 2019)
13
keterampilan sosial, dll. Secara bersamaan. Sedangkan kelemahan dari model Nested
ini yaitu ketika menyarangkan dua, tiga, dan lebih sasaran pembelajaran dapat
membuat siswa bingung (Priscylio dan Anwar, 2019).
Gambar 7.2.2.3. Model IPA Terpadu tipe Nested (Priscylio dan Anwar, 2019)
14
Gambar 7.2.2.4. Model IPA Terpadu tipe Sequenced (Priscylio dan
Anwar, 2019)
Keunggulan dari model sequenced ini yaitu : (1) materi pelajaran dalam
bidang-bidang dalam sains terurut secara logis; (2) konsep prasyarat mendahului
konsep utama; (3) konsep dasar mendahului aplikasi konsep; dan (4) konsep umum
mendahului konsep spesifik. Sedangkan keterbatasan dari model sequenced ini yaitu
memerlukan fleksibiltas guru dan kemitraan dan kolaborasi yang erat antarguru dari
disiplin berbeda dalam sains (Priscylio dan Anwar, 2019).
15
Gambar 7.2.2.5. Model IPA Terpadu tipe Shared (Priscylio dan Anwar,
2019)
16
Gambar 7.2.2.6. Model IPA Terpadu tipe Webbed (Priscylio dan
Anwar, 2019)
17
pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan
Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam
mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks
membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat
dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika,
Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi
bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai
butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari
penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD (Hernawan dkk., 2019).
18
Gambar 7.2.2.9. Model IPA Terpadu tipe Immersed (Priscylio dan
Anwar, 2019)
7.2.2.10 Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model networked merupakan model
pemaduan pembelajaran yang mengandaikan
kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru
setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi,
kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar
disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-
menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan
yang dihadapi siswa.
Gambar 7.2.2.10. Model IPA Terpadu tipe Sequenced (Priscylio dan Anwar,
2019)
19
Keunggulan dari model networked diantaranya yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran terpadu yang memberi kesempatan bagi perserta
didik untuk proaktif, melakukan insiasi-diri (selfinitiation) untuk
mengembangkan pengetahuannya.
2. Peserta didik distimulasi dengan informasi, keterampilan, atau konsep-konsep
yang relevan ia mengalami pembelajaran.
3. Inisiasi belajar muncul dari dalam.
Sedangkan kelemahan dari model networked diantaranya yaitu:
1. Model ini memadai bagi peserta didik yang bermotivasi.
2. Melimpahnya informasi dari pakar dapat
3. Mengurangi minat awal dan membuyarkan fokus kajian.
20
7.2.3 Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar
Menurut hasil pengkajian Tim Pengembang PGSD (1997), terdapat tiga
model pembelajaran terpadu yang tepat diterapkan di sekolah dasar, yaitu: model
jaring laba-laba (webbed), model keterhubungan (connected), dan model
keterpaduan (integrated). Berikut diuraikan ketiga model pembelajaran tersebut
beserta kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya (Hernawan dkk., 2019).
21
yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan di hari
berikutnya, bahkan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam
satu mata pelajaran (Hernawan dkk., 2019).
Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan (connected) adalah
sebagai berikut:
a. Siswa mendapat gambaran suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu
aspek.
b. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus-menerus sehingga
terjadi internalisasi.
c. Siswa dapat mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan
mengasimilasi ide-ide secara berangsur-angsur dan memudahkan pemindahan
ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
Sedangkan kelemahan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah
sebagai berikut:
a. Berbagai mata pelajaran tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun
hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).
b. Guru tidak didorong untuk bekerja bersama-sama.
c. Usaha-usaha yang terkosentrasi untuk mengintregasikan ide-ide dalam suatu
mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan
hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.
22
b. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan
penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
c. Mampu membangun motivasi
Sedangkan kelemahan pembelajaran terpadu model keterpaduan adalah
sebagai berikut:
a. Sangat sulit diterapkan secara penuh.
b. Menghendaki guru yang terampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap
dan keterampilan yang sangat diprioritaskan.
c. Perencanaan maupun pelaksanaan tim antar mata pelajaran terkadang sulit
dilakukan.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan materi dalam makalah di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
2. Beberapa karakteristik pada pembelajaran terpadu yaitu, pembelajaran
terpadu berpusat pada siswa (student centered), pembelajaran terpadu dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences),
menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran, bersifat Luwes (fleksibel), dan hasil pembelajaran dapat
dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
3. Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam
pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar meliputi landasan
filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis.
4. Kesepuluh cara atau model pembelajaran terpadu adalah: (1) fragmented, (2)
connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded,
(8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.
5. Model-model pembelajaran terpadu di sekolah dasar antara lain: (1) model
jaring laba-laba (webbed); (2) model keterhubungan (connected); dan (3)
model keterpaduan (integrated).
3.2 Saran
1. Penjejalan isi kurikulum dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan
anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan tugas yang
melebihi kapasitas. Sebagai soerang guru harus bijaksana dalam menyikapi
persoalan pembelajaran siswa, guru harus meningkatkan pengetahuannya dan
menciptakan model pembelajaran.
24
2. Masalah dalam dunia pendidikan dan proses pembelajaran yang dihadapi para
peserta didik saat ini semakin kompleks. Untuk itu para guru di SD
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
menciptakan dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar
dapatterciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermanfaat dan
menyenangkan bagi peserta didik.
3. Guru harus lebih terampil, percaya diri dan menguasai konsep pembelajaran
agar siswa menjadi lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam
mengintegrasikan ide-ide yang mereka miliki.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan, A.H., Resmini N., dan Andayani. 2020. Pembelajaran Terpadu di SD.
Tanggerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
Priscylio, G., dan Anwar, S. 2019. Integrasi Bahan Ajar IPA Menggunakan Model
Robin Fogarty Untuk Proses Pembelajaran IPA Di SMP. Jurnal Pijar MIPA,
14(1) : 1 – 12.
26