Anda di halaman 1dari 32

Mata Kuliah : Askeb Nifas dan Menyusui

Dosen pembimbing : Waode Sri Kamba Wuna, SST.,M.Keb

MAKALAH
MANAJEMEN KEBIDANAN DALAM MASA NIFAS DAN

MENYUSUI NORMAL

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5 KELAS A

ROSMAYA Pbd21.065
SAFRINA Pbd21.066
SARNI EKASYAH PITRI Pbd21.067
SARTIKA Pbd21.068
SELVYANA YULITA SARI Pbd21.071
SUKMAYANTI Pbd21.072

SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHATAN PELITA IBU KENDARI


JURUSAN S1 KEBIDANAN
T.A 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
1. Pengkajian Ibu Nifas ……………………………………………..
2. Pemeriksaan Fisik Ibu nifas
3. Diagnosa Masa Nifas
4. Perencanaan dan Pelaksanaan
5. Dokumentasi Dalam Bentuk SOAP
6. Konseling Ibu Nifas

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

TUGAS MAKALAH
“ PENGKAJIAN IBU NIFAS “

DIAJUKAN SEBAGAI

TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

OLEH :

NAMA :ROSMAYA
NIM : Pbd 21. 065
KELAS :A

DOSEN PEMBIMBING :

WAODE SRI KAMBA WUNA, SST.,M.Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN
TAHUN 2022
1. PENGKAJIAN IBU NIFAS

1. Pengkajian Data Fisik


a. Melakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah dan
anggota.
b. Mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal.
c. Dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah timbul, seperti Anemia,
hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
d. Kaji proses persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan ketuban, respon bayi
terhadap persalinan, obat-obat yang digunakan, respon keluarga pada persalinan dan kelahiran.
e. Dilakukan segera pada masa immediate postpartum, seperti : observasi tanda vital, keseimbangan
cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal, eliminasi urin, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri, perdarahan, produksi ASI, ambulasi dini dan istirahat.

2. Pengkajian Data Psikososial


Respon ibu dan suami terhadap kelahiran bayi, pola hubungan ibu, suami dan keluarga kehidupan
spiritual dan ekonomi keluarga kepercayaan dan adat istiadat.
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu pasif atau
cerewet, atau sangat kalem. Pola koping (petahanan diri), hubungan dengan suami, hubungan dengan
bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi
keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan
merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Post partum blues : perasaan sedih, kelelahan, kecemasan,
bingung dan mudah menangis.
Depresi : konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi
yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya, sering
cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia,
kehilangan kontrol, persaan bersalah, merenungkan tentang kematian kesedihan yang berlebihan,
kehilangan nafsu makan, insomnia, sulit berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada perawatan
post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan
keyakinan, harapan dan cita-cita.

3. Riwayat Kesehatan Ibu

Setelah mengkaji data fisik dan psikososial, maka sebelum melakukan pemeriksaan fisik, kaji
riwayat kesehatan ibu yang meliputi :
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Mengkaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap berpengaruh saat ini.
Misalnya penyakit – penyait degeneraif (jantung, DM, dll), infeksi saluran kencing.
b. Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
Mengkaji apakah didalam silsilah keluarga ibu mempunyai penyakit keturunan. Misalnya penyakit
Ashma, Diabetes Melitus dan penyakit keturunan lainnya.
c. Riwayat penyakit menular dalam keluarga
Mengkaji apakah keluarga ibu mempunyai riwayat penyakit menularr. Seperti TBC, hepatitis dan
HIV/AIDS.

4. Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga

Mengkaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa
mendatang.

5. Kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikomsumsi, jumlah, jenis makanan ( kalori, protein, vitamin,
tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack, nafsu makan, pola minum, jumlah dan frekuensi.
b. Pola istirahat dan tidur : lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang – remang atau gelap, apakah mudah terganggu
dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : apakah terjadi dieresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensis blass atau tidak, atau
retensi urine karena rasa takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genetalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
e. Aktifitas : kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan
melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan
relaks.
DAFTAR PUSTAKA

2013. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yokyakarta: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI.
TUGAS MAKALAH

“ PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS “

DIAJUKAN SEBAGAI

TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

OLEH :

NAMA :SAFRINA
NIM : Pbd 21. 066
KELAS :A

DOSEN PEMBIMBING :

WAODE SRI KAMBA WUNA, SST.,M.Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN
TAHUN 2022
2. PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS
A. Pengertian

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami
oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.

B. Tujuan
Tujuan pemeriksaan fisik ibu nifas adalah
1. Untuk mengumpulkan data
2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Menilai perubahan status pasien
4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah di berikan

C. Prinsip umum

Prinsip-prinsip umum pemeriksaan ibu nifas:


1. Pemeriksaan fisik ibu nifas disesuaikan dengan tujuan kunjungan program dan kebijaksanaan (6
jam, 2-6 hari, 2 minggu, 6 minggu setelah persalinan)
2. Menjelaskan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada klien
3. Pada saat pemeriksaan fisik, biasakan pemeriksa berdiri di sebelah kanan klien.
4. Gunakan pendekatan fisik mulai dari arah luar tubuh ke arah dalam tubuh, posisi pasien tergantung
jenis pemeriksaan dan kondisi sewaktu di periksa.
5. Gunakan pemeriksaan fisik dengan menggunakan tekhnik pemeriksaan dari daerah yang
mengalami kelainan (abnormal) ke daerah yang tidak mengalami kelainan (normal).
6. Perhatikan pencahayaan yang tepat, suhu, suasana ruangan yang nyaman serta privasi pasien.

D. Tekhnik Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas

Tekhnik yang dipergunakan dalam pemeriksaan fisik ibu nifas ada empat yaitu: inspeksi,
palpasi,perkusi dan auskultasi.

E. Persiapan pemeriksaan fisik ibu nifas

Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas:
1. Persiapan ruangan.
Ruangan disiapkan sebaik mungkin misal dengan memasang penyekat, mengatur pencahayaan.
2. Persiapan alat
Baki 1 buah, tensi meter dan stetoskop, termometer,senter, kapas + air DTT (Desinfensi Tingkat
Tinggi), sarung tangan 1 pasang, pinset, nierbekken, tempat sampah, larutan clorin 0,5 %.
3. Persiapan pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan, atur posisi untuk
mempermudah pemeriksaan, atur pasien seefisien mungkin.

F. Pemeriksaan fisik ibu nifas

Pemeriksaan fisik pada ibu nifas meliputi pemeriksaan dari head to toe, semua dilakukan sehingga akan
didapatkan data yang valid dan obyektif.
Tindakan pada ibu nifas oleh seorang bidan tergantung dari keadaan ibu. Jika ibu tidak memiliki
penyulit atau komplikasi, maka asuhan dapat dilakukan secara mandiri, akan tetapi jika sebaliknya,
maka bidan harus berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, petugas lab, apoteker dll.
Pemeriksaan fisik pada ibu nifas diantaranya sebagai berikut :

1. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah
sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa
hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascapartum, komplikasi yang relatif
jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.

b. Suhu
Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil
dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat pada
hari kedua sampai hari kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.

c. Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal selama beberapa jam
pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut
abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.

d. Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum.
Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti
kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.

2. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.

3. Kepala,wajah dan leher


Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya
pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan bendungan vena jugolaris.

4. Dada dan payudara


Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai ondikasi keluhan ibu, atau perubahan nyata pada
penampilan atau tanda-tanda vital. Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan, Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan integritasi puting,
posisi bayi pada payudara, stimulation nepple erexi adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu,
Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda
– tanda mastitis potensial. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.

5. Abdomen dan uterus


Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus
rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis recti dan kandung kemih, distensi, striae.
Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), perabaan distensi
kandung kemih, posisi dan tinggi fundus uteri. : Tinggi fundus uterus, lokasi, kontraksi uterus, dan
nyeri.

6. Genitalia
Pengkajian perineum terhadap memar, oedema, hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi.
Pemeriksaan type, kuantitas dan bau lokea. Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid.
7. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas pada betis adanya tanda
homan, refleks. Tanda Homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan
lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kaki tersebut jika terdapat
nyeri pada betis maka tanda homan positif.

8. Perubahan psikologis
Setelah proses persalinan, terjadi perubahan yang dramatis bagi seorang ibu dimana ia kini
mempunyai bayi yang harus dilindungi dan dipenuhi kebutuhannya. Dalam perubahan psikologis
terdapat beberapa periode yaitu periode Taking In, Periode Taking Hold dan Periode Letting Go.

9. Data pengetahuan/perilaku ibu


Kaji pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas, asi ekslusif cara
menyusui, KB, hubungan seks serta halhal lain yang penting diketahui ibu dalam masa nifas dan
menyusui. Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orang tua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass
dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces
bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.

Keterampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payudara) dan
kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan
mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi
dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan,
mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan
infeksi dan jadwal imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2013. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyususui. Modul Praktikum 1, Petunjuk Praktikum
Nifas. Jakarta. Badan PPSDM Kesehatan. Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2013. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyususui. Modul 3, Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Jakarta. Badan PPSDM Kesehatan. Kemenkes RI
Mata Kuliah : Askeb Nifas dan Menyusui
Dosen Pengampuh : Wa Ode Sri Kamba Wuna, SST.,M.Keb

TUGAS

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : SARTIKA DEWI

NIM : Pbd21.068

KELAS :A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

TAHUN 2022
4. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

A. Merencanakan Asuhan yang menyeluruh/Rencana tindakan


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, kultur atau masalah psikologis. Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa
yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuatkan harus bersdasarkan pertimbangan yang tepat
meliputi pengetahuan, teori up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based care)
(Jannah, 2012:208-209).

B. Melaksanakan perencanaan/Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
sebelumnya dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
sebelumnya dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan
oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan (Jannah, Nurul, 2012:209).
DAFTAR PUSTAKA

Khaerunnisa, Nurul, Saleha, hj.Sitti, dan Sari, Jelita Inayah. 2021.”Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas dengan Bendungan ASI” dalam Journal Midwifery Vol 3, Nomor 1 (halaman 16-24 ).
Makassar: Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.

Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Jakarta : EGC.


TUGAS MAKALAH

“ DOKEMENTASI DALAM BENTUK SOAP “

DIAJUKAN SEBAGAI

TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

OLEH :

NAMA : SELVYANA YULITA SARI


NIM : Pbd 21.071
KELAS :A

DOSEN PEMBIMBING :

WAODE SRI KAMBA WUNA, SST.,M.Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN
TAHUN 2022
5. Dokumentasi Dalam Bentuk SOAP

A. Pengertian Dokumentasi Asuhan Kebidanan SOAP


Dokumentasi asuhan kebidanan adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
pasien, keluarga pasien, dan klinik kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan,
prosedur pengobatan pada pasien dan pendidikan kepada pasien dan respon pasien terhadap
semua kegiatan yang telah di lakukan. Metode pendokumentasian dalam asuhan kebidanan
adalah SOAP, yang merupakan salah satu metode pendokumentasian yang ada, SOAP
merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
Menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, Laboratorium, tes diagnostic
dan dirumuskan dalam data focus umtuk mendukung assessment.
A : Asessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari rencana dan evaluasi assessment

B. Alasan Pemakaian Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP)


a. Metode dokumentasi SOAP merupakan perkembangan informasi yang sistematis
mengorganisir penemuan dan kesimpulan seorang bidan yang menjadi suatu rencana
asuhan.
b. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan
mengadakan pendokumentasian asuhan.
c. SOAP merupakan urutan – urutan yang dapat membantu bidan dalam mengorganisasikan
pikiran dalam memberikan asuhan yang komprehensif (Simatupang, 2006)

C. Tujuan Pembuatan SOAP


Dalam penerapannya perlu dipahami bagaimana cara mencatat informasi tentang pasien yang
berhubungan dengan masalah pasien yang terdapat pada catatan kebidanan. Dan bersifat sederhana,
jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalkasanaan manajemen kebidanan. Adapun tujuan pembuatan SOAP sebagai berikut :
1. SOAP merupakan pencatatan yang membuat kemajuan informasi yang sistematis, mengosrganisasikan
penemuan kesimpulan sehingga tebentuk suatu rencana asuahan.
2. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan pendokumentasian.
3. SOAP merupakan urutan – urutan yang dapat membantu bidan mengorganisasikan pikiran dalam
pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
DOKUMENTASI ASUHAN- SOAP DALAM BENTUK
LAPORAN
ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS

FORMAT SOAP PADA IBU NIFAS

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas

Istri Suami
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Agama Agama
: Suku/Bangsa : : Suku/Bangsa
Pendidikan : : Pendidikan
Pekerjaan : :
Alamat : Pekerjaan :
Alamat :

2. Keluhan Utama : (PQRST)


Contoh :

Ibu mengatakan telah melahirkan 2 hari yang lalu, mengeluh nyeri perut
khususnya pada daerah bagian bawah ®, apalagi saat menyusui (P,T),
sifat nyeri sama seperti nyeri saat proses persalinan (Q), dan semakin
terasa sejak 1 hari yang lalu (S).

3. Riwayat Perkawinan
Kawin…..kali, kawin pertama kali umur…. Tahun, dengan suami
sekarang sudah …… tahun.
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur :
b. Siklus :
c. Teratur/tidak :
d. Lamanya :
e. Banyaknya :
f. Dismenorhoe :

5. Riwayat Obstetri
Penyuli
Kehamilan Persalinan Bayi Ket.
t

Nifas
No Tahun
Penyulit UK Cara Tempa penyulit BB PB seks Keadaa
t/ n lahir
penolo
ng

6. Riwayat Persalinan Sekarang


- Umur kehamilan saat melahirkan :
- Tanggal/jam melahirkan :
- Tempat/penolong :
- Lama proses persalinan :
Mulai merasakan nyeri sampai dengan mulai mengedan :
Lama mengedan sampai dengan bayi lahir :
Lama masa pengeluaran plasenta :
- Jenis persalinan :
- Penyulit saat bersalin :
- Tindakan saat persalinan
Pelebaran jalan lahir :
Penjahitan luka jalan lahir :
- Keadaan bayi yang dilahirkan : Hidup/Meninggal, segera
menangis/tidak, BB/PB, Jenis Kelamin.
7. Riwayat Keluarga Berencana
a. Jenis :
b. Lama :
c. Masalah :
8. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan ibu : Penyakit yang pernah diderita ibu, dan


riwayat alergi (jika ada)
b. Riwayat kesehatan keluarga :

9. Pola kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi
- Jenis yang dikonsumsi :
- Frekuensi :
- Porsi makan :
- Pantangan :
b. Eliminasi
- BAB
 Frekuensi :
 Konsistensi :
 Warna :
- BAK
 Frekuensi :
 Warna :
 Bau :
c. Personal Hygiene
- Frekuensi mandi :
- Frekuensi gosok gigi :
- Frekuensi ganti pakian/jenis :
d. Aktivitas :
e. Tidur dan istirahat :
- Siang hari : jam
- Malam hari : jam
- Masalah :

f. Pola seksual
- Kapan ibu dan suami berencana memulai hubungan seksual : (jika
sudah dilakukan)
- Bagaimana kenyamanan fisik dan psikologis ibu saat
berhubungan :
g. Pemberian ASI :
- Kapan mulai memberikan ASI :
- Frekuensi menyusui :
- Masalah :

10. Data Psikososial dan Spiritual


- Tanggapan Ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya
- Tanggapan Ibu terhadap perubahan fisiknya
- Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan yang telah dialaminya
- Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
- Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua, keluarga
- Pengambil keputusan dalam keluarga
- Orang yang membantu ibu merawat bayi
- Adat/kebiasaan/kepercayaan ibu yang berkaitan dengan kelahiran dan
perawatan bayi
- Kegiatan spiritual yang dilakukan ibu pada masa nifas

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :
b. Kesadaran :
c. Tanda Vital : TD mmHg
Nadi……x/menit
Suhu… °C
Respirasi….x/menit
2. Pemeriksaan khusus
- Kepala :
- Muka :
- Mata :
- Telinga :
- Hidung :
- Mulut :
- Leher :
- Dada :
- Mamae :
- Perut :
- Genetalia :
- Anus :
- Tungkai :
3. Pemeriksaan Penunjang
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan :
P…., A…., Post Partum Normal/SC, Hari/Jam ke…..,dengan…….
(kondisi yang menyertai masa nifas ibu, dan yang tercakup dalam standar
nomenklatur kebidanan, Misalnya : Anemia, Metritis, Infeksi mamae,
pembengkakan mamae, pembengkakan mamae, peritonitis, hipertensi,
sistitis, HPP, tertinggal sisa plasenta, infeksi luka)
2. Masalah :
Jika ada masalah yang menyertai masa nifas dan tidak tercakup dalam
diagnose kebidanan, misalnya post partum blues.
3. Kebutuhan

D. PENATALAKSANAAN
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan
2. Memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu pada
masa nifas tersebut
3. Kebutuhan
FORMAT SOAP
A. Data Subjektif
Pengkajian data yang diperoleh dari ibu atau keluarga, dilihat dari keluhan utama ibu
dan diagnose/kasus yang ada pada ibu nifas, (contoh: ibu mengatakan payudaranya
bengkak dan terasa nyeri).
B. Data Objektif
Pengkajian data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dilihat dari keluhan utama ibu
dan diagnose/kasus yang ada pada ibu nifas: (contoh: pemeriksaan pada payudara,
abdomen dan genetalia baik pemeriksaan inspeksi maupun auskultasi pada nifas hari
ke 3 dengan bendungan ASI)
C. Assessment
1. Diagnosa kebidanan:
P…..A…, Post partum normal/SC, Hari/Jam ke….., dengan…..
2. Masalah
Jika ada masalah yang mnyertai masa nifas dan tidak tercakup dalam diagnose/kasus
kebidanan, misalnya post partum blues.
D. Planning/Penatalaksanaan
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan
2. Memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu pada masa nifas
tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Jakarta : EGC.

Saminen.2009. Dokumentasi Asuhan Kebidanan : Konsep dan Praktik: Jakarta:Buku Kedokteran EGC
TUGAS MAKALAH

“ KONSELING IBU NIFAS “

DIAJUKAN SEBAGAI

TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

OLEH :

NAMA : SUKMAYANTI
NIM : Pbd21.072
KELAS :A

DOSEN PEMBIMBING :

WAODE SRI KAMBA WUNA, SST.,M.Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN
TAHUN 2022
KONSELING IBU NIFAS

A. Pendahuluan
Istilah konseling sudah sering digunakan dalam pelayanan kebidanan, walaupun sebagian
besar bidan belum terlatih menjadi konselor. Untuk itu, bidan harus mempelajari ketrampilan
konseling dasar agar mampu memberikan konseling pada kliennya secara optimal, baik dalam hal
mendengarkan, meningkatkan interaksi dengan klien, memungkinkan mendapatkan gambaran
akurat dan lengkap tentang apa yang disampaikan oleh klien dan memastikan asuhan yang
diberikan dapat berjalan secara efektif (Henderson and Jones, 1997).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Mack (2000) dalam Maye’s Midwivery (2004), bidan
dianjurkan mempelajari dasar-dasar konseling agar dapat menerapkan pendekatan  bagi para
kliennya, yang difokuskan pada tujuan memfasilitasi kebutuhan ibu pada masa hamil, bersalin,
nifas dan menyusui serta pasa masa antara. Pemberian konseling terapeutik dimaksudkan agar
bidan tidak menjadi sangat emosional namun tetap mempunyai hubungan yang dekat sebagai
parner ibu dalam memberikan asuhan kebidanan yang berkesinambungan (Tiran, 2004).

Bidan adalah professional utama yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas
dan menyusui pada garda terdepan, sehingga potensinya sebagai konselor keluarga harus dimaknai
dengan benar dan juga dihargai. Konseling dapat membantu seseorang untuk menghargai diri
sendiri, memperoleh kepuasan dari dalam diri sendiri, dan percaya diri untuk menerima tanggung
jawab pribadi. Hal ini dapat menjadi suatu proses pengembangan diri, selama proses klien menjadi
mandiri mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap
keputusan tersebut.(Henderson and Jones, 1997).

B. Sejarah Konseling

Sejarah konseling muncul dari kepedulian terhadap pelayanan di bidang bimbingan kerja,
pengembangan karakter siswa, serta penanganan kesehatan mental yang  merupakan tonggak awal
terjadinya kesepakatan terbentuknya American Counseling Association(ACA)untuk menindak
lanjuti kegiatan konseling ini menjadi lebih formal dan penting (Budisetyani et al., 2016).
Selanjutnya hasil dari pembentukan organisasi ACA tersebut adalah munculnya consensus dari
kegiatan konseling antara lain:
 Sertifikasi yang wajib dimiliki oleh konselor
 Alat ukur dalam bimbingan karir dan pendidikan untuk membantu identifikasi masalah
 Teori dan pendekatan konseling yang makin beragam
 Meluasnya cakupan masalah yang menjadi perhatian konseling

C. Pengertian Konseling

Konseling secara etimologi berasal dari Bahasa Latin “consilium”yang artinya “dengan atau
Bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau memahami”. Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon
istilah konseling berasal dari “Sellan”yang artinya menyerahkan atau “menyampaikan”. Terdapat
beberapa pengertian konseling menurut beberapa ahli antara lain (Purwoastuti and Walyani, 2015).
Konseling adalah suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan untuk memberikan
bantuan kepadanya, agar dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif baik dengan dirinya sendiri
maupun lingkungannya (McDaniel, 1956).

D. Tujuan Konseling

Tujuan konseling yang dirumuskan beberapa ahli antara lain:


 Melakukan eksplorasi dan penemuan diri klien yang lambat terjadi
 Membantu klien menjalani penemuan klien yang terkadang menyakitkan, karena ada hal-hal dalam
diri seseorang yang tidak dapat diubah
 Menciptakan pemberdayaan pada diri klien
 Otonomi, mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan bantuan dan pendapat professional
 Meningkatkan kepercayaan diri klien
 Memutuskan solusi terhadap masalah dan upaya yang perlu dilakukan terhadap masalah tersebut
 Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.

E. Aplikasi Konseling Ibu Nifas

Dalam sesi konseling, ibu nifas diperbolehkan untuk merasa bahwa ia diijinkan untuk
menyampaikan isu-isu sesuai dengan waktu yang dimilikinya, dan menemukan responsnya sendiri.
Konselor harus menghargai hak ibu dalam menyampaikan opininya, tetapi tidak berkewajiban untuk
setuju dengan apa yang disampaikan, sehingga ibu dapat merasa dihargai perasaannya dan sikapnya.
Konselor tidak berhak untuk bersikap menghakimi, walaupun tidak perlu netral, agar konseling dapat
menjadi efektif. Jika ibu merasa dihakimi, ia tidak akan bersedia mengungkapkan secara tuntas apa
yang dirasakannya dan tidak akan bersedia menerima saran maupun tidndakan yang seharusnya
dijalaninya (Henderson and Jones, 1997).

F. Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Proses Konseling

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi proses konseling dapat dijelaskan berikut ini
(Budisetyani et al 2016):

1. Keseriusan Masalah
 Ibu nifas yang memiliki gangguan yang lebih serius akan menjalani sesi untuk mencapai
kemajuan yang lebih signifikan
 Ibu nifas dengan schizophrenia dan kepribadian anti sosial sulit untuk mendapatkan kemajuan
proses konseling 50% klien dengan kecemasan dan depresi mengalami kemajuan setelah
menjalani 8-13 sesi (1x/minggu selama 1 tahun).
2. Struktur Konseling
a) Merupakan panduan praktis yang meliputi:
 Batas waktu
 Kegiatan
 Peran
 Prosedural
 Prosedur pembayaran, hal-hal yang harus diperhatikanklien
b) Struktur penting ini diberikan di awal konseling
c) Sebagai kerangka bagi konselor untuk bergerak.

3. Inisiatif
a) Merupakan motivasi klien untuk berubah
b) Klien yang datang dengan keinginan sendiri akan lebih mudah untuk berubah
c) Yang menjadi masalah adalah jika klien adalah anak di bawah umur dan klien rujukan (yang
memiliki motivasi eksternal)
d) Cara mengatasi:
 Antisipasi kemarahan, frustasi dan menutup diri yang dilakukan oleh klien
 Tunjukan penerimaan, kesabaran dan pengertian serta tidak menghakimi
 Menggunakan metode persuasive
 Pakai bahawa metafora
 Pakai teknis pragmatis
 “Mattering” klien harus merasa dia berharga

4. Latar Belakang / Situasi Fisik saat Konseling


Ruangan sesi konseling dilakukan perlu diperhatikan :
 Aksesoris
 Pewarnaan
 Pencahayaan
 Aroma
 Suara
 Tekstur
 Suhu Udara

5. Karakteristik Klien
a) YAVIS: Young – Attractive – Verbal – Intelligent – Successful
b) HOUNDs : Homely – Old – Unintelligent – Nonverbal – Disadvantages

6. Kualitas Konselor
a) Kualitas pribadi dan professional seorang konselor sangat penting
b) Sulit untuk memisahkan karakter pribadi dari gaya bekerja
c) Karakteristik yang dimiliki:
 Mawas diri
 Jujur
 Selaras
 Mampu berkomunikasi
 Berpengetahuan luas
 Keahliah – Ketertarikan – dapat dipercaya
d) Perilaku konselor yang dihindari:
 Memberi saran
 Menceramahi / menghakimi / menasehati
 Melontarkan pertanyaan bertubi-tubi
 Mendongeng / bercerita yang dilakukan oleh konselor
DAFTAR PUSTAKA

HENDERSON, C. & JONES, K. 1997. Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakrta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

DENNIS, C. L. 2014. The process of developing anf implementing a telephone-based peer support
program for postpartum depression: evidence from two randomnized controlled trials. Trials,15.

NGAI, F. W., WONG, P. C., LEUNG, K. Y., CHAU, P. H. & CHUNG, K. F. 2015. The effect of
telephone-Based cognitive-behavioral therapy on postpartum depression : A Randomised Controlled
Trial. Psichology and Pasychosomatics,84,294-303.

TIRAN, D. 2004. Psychological Context. In:HENDERSON, C. & MCDONALD, S. (eds.) Mayes


Midwifery, A Textbok for Midwifes. 13 ed. London: Bailliere Tindal.

Anda mungkin juga menyukai