Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Mata kuliah                        : Pendidikan Dalam Keperawatan


Topik atau materi                  : Prone Posisi pada pasien terkonfirmasi covid-19 dengan
Gejalan sedang-berat
Sasaran                                    : Semua pasien yang di rawat RSUD Jati Padang
Waktu                                     : 15 Menit
Tempat                                  : RSUD Jati Padang
Penyaji : Gilang Febri Pratama, A.Md.Kep

1 Standart : Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat


kompentensi mengetahui/(mempraktekkan) tentang efektifitas posisi
prone posisi pada pasien terkonfirmasi covid-19 dengan
gejala sedang-berat
2 Kompentensi dasar : Pasien mampu (mendemontrasikan) menjelaskan tentang
gerakan prone posisi
3 Pokok bahasan : Prone posisi (pada pasien terkonfirmasi covid-19 gejalan
sedang-berar)
4 Sub pokok bahasan : Pengertian, fungsi, prosedur prone posisi dll.
5 Bahan /alat : Leptop, lieflet, LCD Proyektor, sound dll..(spuit, bengkok,
abat injeksi, dll)
6 Metode : Ceramah dan Tanya jawab (Demonstrasi)
7 Persiapan : Menyeiapkan materi, konsumsi, menghubungi pasien
untuk koordinasi jadwal dll..
8 Kegiatan
Proses Tindakan Tindakan Waktu
Kegiatan Kegiatan peserta
pembelajaran
Pendahuluan Mngucapkan salam Menjawab salam 3

Penyajian 8

Penutup 4

9. Materi (terlampir)
10. Evaluasi : Menanyakan tentang pengertian, tanda dan gejala penyakit hipertensi
(Mendemonstrasikkan kembali Injeksi Intra vena)
11. Referensi
Lampiran

Posisi Prone Pronasi pada pasien terkonfirmasi Covid-19

A. Latar Belakang
Posisi pronasi pada pasien COVID-19 saat ini sedang banyak diteliti, mengingat perannya
dalam mencegah pasien jatuh ke kondisi gagal napas yang memerlukan ventilator. Upaya
ini menjadi alternatif agar pasien dengan gejala ringan-sedang tidak memburuk, sehingga
penambahan pasien COVID-19 tidak diikuti dengan penambahan kebutuhan sarana dan
prasarana kesehatan. Artikel ini akan membahas peran posisi pronasi dalam
penatalaksanaan pasien COVID-19, dan implikasi klinis yang dapat membantu dalam
penanganan COVID-19 di Indonesia

B. Fisiologi Posisi Pronasi


Fisiologi posisi pronasi sehingga dapat meningkatkan luaran klinis pada pasien ARDS
tidak lepas dari terdistribusinya tekanan pada paru yang lebih merata. Selain itu, posisi
pronasi juga menyebabkan tekanan intrapleura, tekanan transpulmonal, dan inflasi paru lebih
homogen, terutama di bagian dorsal toraks. Posisi pronasi dapat menurunkan desakan paru
oleh organ intraabdomen sehingga akan memperbaiki oksigenasi dan bersihan karbon
dioksida.
Posisi pronasi telah banyak diteliti pada pasien dengan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS). Penelitian oleh Fan et al (rasio P/F ≤200 mmHg)
merekomendasikan perawatan pasien ARDS berat dengan posisi pronasi minimal 12 jam
sehari. Posisi pronasi disebutkan bermanfaat untuk meningkatkan ventilasi paru melalui
mekanisme peningkatan perfusi paru dan volume akhir ekspirasi paru, serta pemerataan
distribusi tidal volume pada semua bagian paru.
Posisi pronasi juga telah dilaporkan memiliki dampak baik pada penelitian dengan
skala besar. Penelitian APRONET, melibatkan 6723 pasien yang dirawat di ruang perawatan
intensif di 20 negara, melaporkan bahwa posisi pronasi dapat meningkatkan rasio PaO2/FiO2
dari 101 menjadi 171 (p=0.0001), serta menurunkan driving pressure dari 14 menuju 13
(p=0.0001).

C. Posisi Pronasi pada Pasien COVID-19


Posisi pronasi pada pasien COVID-19 ternyata memiliki dampak positif pada
perbaikan klinis pasien, termasuk pasien yang tidak terintubasi. Penelitian di Perancis,
dilakukan pada 88 pasien COVID-19 dengan klinis ringan-sedang, melaporkan bahwa posisi
pronasi meningkatkan oksigenasi pada 40% pasien yang dapat mentoleransi posisi pronasi ≥3
jam. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan PaO2 dari rerata 73,6 mmHg menjadi 94,9
mmHg.[5]
Penelitian lain dari Milan Italia, melibatkan 15 pasien COVID-19 simtomatik, melaporkan
bahwa posisi pronasi meningkatkan luaran klinis dengan perbaikan saturasi. Sebanyak 80,0%
sampel mengalami perbaikan klinis, 13,3% tidak ada perbaikan klinis, dan 6,7% mengalami
perburukan klinis. Posisi pronasi ternyata juga meningkatkan kenyamanan pasien saat sedang
pronasi pada 73,3% sampel, dan 26,7% tidak mengalami peningkatan kenyamanan. Setelah
dilakukan posisi pronasi, peningkatan kenyamanan pasien meningkat pada 86,7% kasus.

Bagaimana posisi pronasi meningkatkan luaran klinis pada pasien COVID-19 masih
memerlukan studi lebih lanjut, mengingat kedua penelitian tersebut menggunakan jumlah
sampel yang sedikit. Diperlukan lebih banyak sampel pada pasien COVID-19 dengan gejala
ringan-sedang maupun pasien suspek COVID-19 untuk menarik kesimpulan tersebut. Dugaan
saat ini, perbaikan klinis dapat terjadi akibat peningkatan paru dorsal dalam pertukaran udara,
drainase sekresi paru, dan pertukaran gas, serta penurunan kompresi paru oleh organ
abdomen.

D. Cara Melakukan Posisi Pronasi pada Pasien COVID-19


Hingga saat ini, telah dilaporkan berbagai cara melakukan posisi pronasi pada pasien
COVID-19. Paul et al. dan Elharrar et al telah menjabarkan indikasi dan prosedur posisi
pronasi yang tepat untuk pasien COVID-19.
Indikasi Posisi Pronasi

Elharrar et al. melaporkan bahwa indikasi dilakukan posisi pronasi pada pasien


COVID-19 adalah pada pasien yang memerlukan suplementasi oksigen, dan memiliki hasil
CT-scan yang mendukung diagnosis COVID-19 dengan lesi posterior. Dalam laporan kasus
oleh Paul et al. Menyebutkan indikasi posisi pronasi adalah pada pasien COVID-19 yang
memerlukan suplementasi oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >90%.[2,5,6]

Lebih lanjut, Caputo et al.  melaporkan bahwa posisi pronasi dapat diberikan pada
pasien dengan suplementasi oksigen menggunakan nasal kanul, high flow nasal
cannula (HFNC), maupun non-invasive ventilation (NIV), selama pasien tersebut
komunikatif dan nyaman dengan posisi tersebut. Indikasi dan kontraindikasi posisi pronasi
lebih lengkap dijabarkan pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Indikasi dan Kontraindikasi Posisi Pronasi.
Indikasi Kontraindikasi

Trauma pada area kepala/leher

Pasien dengan hipoksia akut Instabilitas pada area tulang belakang

Suplementasi oksigen >2 liter per menit Riwayat sternotomi


untuk mempertahankan saturasi ≥92%
Hemoptisis
Tidak ada distress napas berat
Instabilitas hemodinamik atau berisiko
Kesadaran pasien baik tinggi jatuh ke dalam instabilitas
hemodinamik
Pasien dapat melakukan posisi pronasi
secara mandiri Kehamilan

Prosedur Posisi Pronasi

Posisi pronasi menurut Elharrar et al. dilakukan sekali setiap hari, sesuai dengan ketahanan
pasien. Posisi diharapkan dapat dipertahankan minimal selama 3 jam. Sedangkan  Paul et
al. melakukan posisi pronasi selama 3 jam sebanyak 3 kali sehari, dan dijelaskan bahwa
posisi pronasi dapat dilakukan sesuai dengan kenyamanan pasien. Pemberian alprazolam dan
hidroksizin dapat menjadi pilihan pada pasien yang kurang nyaman.[7]
Evaluasi Posisi Pronasi

Suatu tindakan selalu ada efek samping, hal ini juga berlaku pada posisi pronasi. Walaupun
minimal, berbagai efek samping yang harus dievaluasi adalah jejas terkait tekanan,
obstruksi suplementasi oksigen atau alat bantu napas, dan tantangan untuk menentukan teknik
merubah posisi yang baik yang masih belum seragam pada tiap fasilitas kesehatan. Pada
pasien, risiko yang dapat terjadi adalah kecemasan pada pasien.[7]
Sedangkan evaluasi parameter klinis untuk menilai efektifitas posisi pronasi pada pasien
COVID-19 dilakukan sebelum posisi pronasi dilakukan, saat posisi pronasi dilakukan, dan
setelah minimal 6 jam posisi kembali supinasi.[5]

Kesimpulan
Posisi pronasi pada pasien dengan ARDS memiliki manfaat yang baik terhadap perbaikan
luaran klinis. Pada pasien COVID-19 bergejala ringan-sedang, diduga posisi pronasi juga
dapat menjadi alternatif penatalaksanaannya. Hal ini ditujukan agar pasien tidak jatuh ke
gejala klinis berat yang memerlukan ventilator. Posisi pronasi telah diteliti dapat
meningkatkan luaran klinis melalui berbagai mekanisme, yaitu peningkatan paru dorsal
dalam pertukaran udara, drainase sekresi paru, pertukaran gas, juga penurunan  paru oleh
organ abdomen. Dalam melakukan posisi pronasi, pasien seyogyanya dapat komunikatif dan
memiliki kesadaran yang baik sehingga dapat melakukan posisi pronasi secara mandiri.
Berbagai metode posisi pronasi telah dilaporkan, direkomendasikan untuk dilakukan selama
3 jam, 3 kali dalam sehari. Efek samping posisi pronasi yang dapat terjadi adalah kecemasan
pasien, obstruksi alat bantu napas, dan cedera oleh karena tekanan, tetapi risiko tersebut
minimal.

Anda mungkin juga menyukai