Anda di halaman 1dari 7

BIDANG STUDI MATEMATIKA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah


isu kontemporer penelitian di SD pada semester genap tahun ajaran 2021/2022
dengan dosen pengampu Dr. Maulana, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Zidane Ardiansyah NIM 1905588


Ari Rosita Putri NIM 1905891
Nurrul Khasanah NIM 1908534

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2022
IMPLEMENTASI K13 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Struktur Kurikulum
Dalam struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi dalam bentuk mata
pelajaran, posisi konten atau mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten atau
mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban
belajar per minggu. Struktur kurikulum juga merupakan aplikasi konsep
pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam
sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan
untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian
beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai
posisi seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran, apakah mereka harus
menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum
terdiri atas sejumlah mata pelajaran dan beban belajar.
Struktur Kurikulum

Kelas dan Alokasi


No Komponen
I II III IV V VI
A. Kelompok A
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5
3 Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
B. Kelompok B
1 Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4
2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4
3 Bahasa Madura 2 2 2 2 2 2
4 BTQ 2 2 2 2 2 2
5 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 36 38 40 42 42 42
Jumlah Total Alokasi Waktu Per Minggu 240 JP
EKSTRAKURIKULER
C. Pengembangan Diri I II III IV V VI
1 Pramuka (Wajib) 2 2 2 2 2 2
2 Kegiatan Olahraga
a. Atletik 2 2 2 2
b. Lompat Jauh 2 2 2 2
c. Voly Mini 2 2 2 2
3 Drumband 2 2 2 2
4 Samroh/Hadrah 2 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 2 2 12 12 12 12
Jumlah Total Alokasi Waktu Per Minggu 52 am

B. Mata Pelajaran
Sejumlah mata pelajaran akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban
belajar melalui metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata pelajaran
ditentukan oleh keleluasaan dan kedalaman pada masing-masing tingkat satuan
pendidikan. Metode dan pendekatan yang digunakan pada mata pelajaran tergantung
pada ciri khas dan karekteristik masing-masing mata pelajaran dengan menyesuaikan
pada kondisi yang tersedia di sekolah. Sejumlah mata pelajaran tersebut terdiri dari mata
pelajaran wajib dan pilihan pada setiap satuan pendidikan. Matematika sendiri berada
pada mata pelajaran wajib. Berikut ini merupakan tujuan dari mata pelajaran matematika:
a. Matematika
Tujuan:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan maslah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Adapun untuk Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Matematika
dapat dilihat pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 37
Tahun 2018. Ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan
SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Bilangan
Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan memahami konsep
bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
2. Geometri dan pengukuran
Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi
pengelolaan data dan bangun ruang serta menentukan keliling, luas, volume,
dalam pemecahan masalah.
3. Pengolahan data
Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan dan
membaca data.
C. Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Matematika
Implementasi Kurikulum 2013 sangat penting dilaksanakan, sebagai dasar
pelaksanaan nyata adalah pada proses pembelajaran, yaitu pembelajaran saintifik dan
pada penilaiannya, yaitu penilaian autentik.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran saintifik adalah pendekatan pembelajaran
yang berbasis keilmuan dengan proses-proses terdiri dari mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi dan mengomunikasikan.
Karakter keilmuan dari setiap materi pelajaran tidak sama demikian pula untuk mata
pelajaran matematika langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah ada perbedaan. Untuk
mata pelajaran matematika langkah-langkahnya yaitu: mengamati (mengamati fakta
matematika), menanya (berfikir divergen), mengumpulkan informasi (mencoba,
mengaitkan teorema), mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan),
mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep baru).
Penjelasan tentang mengamati, menanya, mengumpilkan informasi, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan diuraikan sebagai berikut.
1. Mengamati.
Pengamatan fakta matematika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan, 2) pengamatan obyek
matematika.(Kemendikbud, 2014).
Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan dalam mata pelajaran
matematika sering digunakan dalam membahas materi tingkat dasar,
pengamatan seperti ini cocok untuk pemahaman konsep yang akan diturunkan
dari suatu proses induktif. Pengenalan konsep dengan proses induktif adalah
dari hal-hal yang khusus atau dari contoh-contoh ke hal yang umum. Misalnya
dalam membahas materi volume, untuk menemukan volume bola dapat
dilakukan pengukuran dengan menghubungkan volume kerucut dengan volume
setengah bola. Siswa melakukan percobaan dan pengamatan secara langsung
terhadap obyek bendanya. Tetapi untuk sekolah menengah pada kelas tinggi
tidak cukup pembuktian secara induktif perlu dibuktikan dengan pemahaman
melalui proses deduktif.
2. Menanya.
Kelemahan dari proses menghafal jika tidak disertai dengan pemahaman yang
mendalam, banyak siswa yang gagal menyelesaikan suatu masalah matematika jika
soal matematika diubah sedikit saja. Para guru seharusnya sadar kenyataan ini
bahwa kegagalan siswa bisa disebabkan karena siswa terbiasa menghafal algoritma
atau prosedur tertentu tanpa ditekankan paham prosesnya. Untuk itu perlunya
dibangkitkan pemikiran yang divergen, pemikiran divergen dapat ditimbulkan
adanya pertanyaan. Perlunya pertanyaan pancingan. Apabila dengan suatu
pertanyaan siswa belum bisa menjawab maka guru tidak diperkenankan
memberitahu jawaban. Misalkan dalam membahas materi fungsi naik dan fungsi
turun berikut ini. Tentukan interval-interval fungsi f (x) = 2 + x2 – ଵ ଷ x 3 bilamana
naik dan bilamana turun!. Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang perlu dibangkitkan
supaya timbul pemikiran yang divergen?
3. Mengumpulkan Informasi
Pengertian mengumpulkan informasi dalam pelajaran matematika tidak harus benda
konkret yang dikumpulkan. Informasi dapat berupa konsep-konsep, teorema atau
sifat-sifat yang mendukung. Jadi informasi tidak harus hasil percoban atau hasil
pengamatan.Misalnya untuk membuktikan rumus-rumus untuk tg (a +b) atau tg (a -
b) diperlukan konsep tangen, sinus, cosinus dsb.
4. Mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan)
Pengertian asosiasi dapat bermakna penalaran atau akibat (reasoning)
(Kemendikbud:2014).Bisa penalaran induktif (dari hal yang khusus ke hal yang
umum) atau penalaran deduktif (dari hal yang umum ke hal yang khusus).
5. Mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep lain)
Secara sempit pengertian mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menunjukkan
atau membuktikan yang dituangkan dalam bahasa tulis (presentasi).Secara luas
menyimpulkan dapat diartikan pengaitan dengan materi lain. Pengaitan bisa vertikal
(matematika vertikal), 9 bisa horizontal (matematika horizontal). Matematika
vertikal misalnya mengaitkan konsep dalam matematika itu sendiri, sedangkan
matematika horizontal misalnya mengaitkan konsep yang diperoleh dengan dunia
nyata.(Kemendikbud:2014).
Pendekatan pembelajaran ini sangatlah sesuai dengan karakter pelajaran matematika
yang bersifat abstrak dengan banyaknya pemodelan dari kenyataan pada kehidupan
sehari-hari ke bentuk simbol dan sekian banyaknya rumus-rumus di dalamnya. Sehingga
diharapkan pada mata pelajaran matematika khususnya unsur keilmuan dan praktik akan
sangat lebih terserap oleh pada peserta didik.
Khusus pada pendidikan matematika, Kurikulum 2013 ini sangat sejalan dengan
skarakter dan jenisnya yang bersifat abstrak. Belajar matematika bukan hanya sekedar
tahu, tetapi proses sangatlah penting. Mengingat hal tersebut pembelajaran dengan
pendekatan saintifik bersamaan dengan penilaian autentik sangatlah mendukung
keberhasilan pendidikan matematika.
Matematika adalah jenis mata pelajaran yang abstrak. Apakah artinya 1+1=2?
Pertanyaan tersebut mempunyai makna yang sangat luas. Apabila tidak ada kata
“artinya”, maka 1+1=2 adalah jenis pengetahuan yang sangat sederhana dengan makna
pengetahuan yang rendah, karena orang dapat menghafal saja, menghitung jari, atau
tindakan lain yang mengartikan hal tersebut. Lain halnya apabila artinya 1+1=2
diperoleh pada saat seorang guru Sekolah Dasar kelas 1 menanyakan berapa jumlah
mobil yang parkir di halaman sekolah. Maka jawaban seorang siswa adalah 2 buah mobil
merupakan pengertian yang sangat bermakna. Karena pada saat guru mengatakan “
Bukankah hanya ada satu buah mobil saja “, maka siswa tersebut dapat menjawab “ Tadi
satu buah, pak. Tetapi selepas istirahat Bapak Kepala Sekolah datang membawa mobil,
jadi jumlahnya ada 2”. Kalau siswa dapat mengartikan hal ini, 1+1=2, maka pada
kesempatan pertanyaan lain tanpa diberi pengertian oleh guru, anak tersebut akan dapat
menjawab dengan tingkat ketrampilan dan pengetahuan yang lebih tinggi.
Contoh di atas menggambarkan bagaimana perilaku guru yang menggambarkan
penerapan pembelajaran saintifik. Begitu pentingnya proses mengamati, sehingga timbul
pertanyaan, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan hal-hal yang
diterima peserta didik akan lebih bermakna dibanding pendekatan lain, apalagi
pembelajaran konvensional. Sehingga karakter pembelajaran matematik memang
sangatlah sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik.

REFERENSI

SriTresnaningsih. Pembelajaran Matematika Dalam Implementasi Kurikulum 2013.

amirothulmaulidyana.blogspot.com. (2019). Pengembangan Kurikulum Matematika MI/SD.


Diakses dari https://amirothulmaulidyana.blogspot.com/2019/10/pengembangan-
kurikulum-matematika-misd.html?m=1

Suwartono SPD. (2015). Implementasi Kurikulum 2013 Sebagai Pendukung Keberhasilan


Pendidikan Matematika. Diakses dari https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/suwartono/implementasi-
kurikulum-2013-sebagai-pendukung-keberhasilan-pendidikan-matematika_

Anda mungkin juga menyukai