Paper Bimbingan DRG Erliera
Paper Bimbingan DRG Erliera
Disadur dari :
Zotti F, Zotti R, Albanese M, Nocini PF, dan Paganelli C. Implementing post-
orthodontic compliance among adolescents wearing removable retainers through
Whatsapp: a pilot study. Dovepress Patient Preference and Adherence
2019;13:609-615.
Penyaji:
Aldyta Emirsyal Rianto Chaniago
NIM :210631147
Dosen Pembimbing :
Erliera, drg., Sp. Ort (K)
NIP : 198001132008122003
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari :
Zotti F, Zotti R, Albanese M, Nocini PF, dan Paganelli C. Implementing post-
orthodontic compliance among adolescents wearing removable retainers through
Whatsapp: a pilot study. Dovepress Patient Preference and Adherence
2019;13:609-615.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari :
Zotti F, Zotti R, Albanese M, Nocini PF, dan Paganelli C. Implementing post-
orthodontic compliance among adolescents wearing removable retainers through
Whatsapp: a pilot study. Dovepress Patient Preference and Adherence
2019;13:609-615.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
Abstrak
Tujuan: Untuk menentukan apakah penggunaan media sosial berguna dalam
meningkatkan kepatuhan dan kehadiran tindak lanjut di antara pasien yang
memakai retainer setelah perawatan ortodontik.
Pasien dan metode: Enam puluh pasien pasca-ortodontik (usia 16-19 tahun),
diacak dalam dua kelompok: tindak lanjut didukung oleh partisipasi dalam grup
obrolan WhatsApp (SG), dan Grup Kontrol (CG). Semua pasien dijadwalkan untuk
pemeriksaan triwulanan untuk pemantauan stabilitas ortodontik dengan
pengukuran lebar interkaninus pada awal penelitian (t0) dan setiap 4 bulan t1, t2,
t3) selama 1 tahun pengamatan. Pasien SG juga berpartisipasi dalam grup obrolan
WhatsApp, di mana mereka akan mengirim, setiap minggu, foto yang menunjukkan
oklusinya. Setiap bulan, ortodontis yang bertindak sebagai moderator memberikan
lima foto terbaik dengan menerbitkan peringkat dalam obrolan.
Hasil: Peserta SG menampilkan perubahan yang lebih kecil dari lebar interkaninus
pada awal (saat debonding) dibandingkan dengan pasien CG setiap saat selama 1
tahun masa tindak lanjut. Tindak lanjut kehadiran teratur di kedua kelompok dalam
8 bulan pertama masa tindak lanjut. Setelah itu, kepatuhan pasien CG menurun,
dengan delapan pasien melewatkan janji pemeriksaan.
Kesimpulan: Melibatkan pasien remaja secara langsung melalui aktivitas
WhatsApp tampaknya meningkatkan keteraturan dalam memakai retainer yang
dapat dilepas, menghadiri jadwal tindak lanjut, dan memberikan hasil jangka
panjang yang lebih baik dalam hal stabilitas dan kepatuhan ortodontik.
Kata kunci: aplikasi, teknologi, relaps ortodontik, kepatuhan ortodontik,
kepatuhan pasien, pasien muda.
Pendahuluan
Keberhasilan perawatan ortodontik yang melibatkan retainer lepasan sangat
bergantung pada: kepatuhan pasien, dan menyajikan peningkatan risiko kambuh
dalam jangka panjang. Selain dari beberapa minggu sebelum dan sesudah
kunjungan di mana kepatuhannya tertinggi, keterlibatan pasien cenderung
memudar dari waktu ke waktu.1 Salah satu masalah utama dengan pengobatan
jangka panjang pada remaja adalah kurangnya penghargaan langsung dan kesulitan
dalam membayangkan hasil akhir. Efek sehari-hari memakai pengikut - atau tidak
memakainya - tidak segera terlihat oleh karena itu, menyebabkan pasien
meremehkan konsekuensi dari kepatuhan yang langka untuk indikasi pengobatan
jangka panjang. Meskipun ini juga berlaku untuk orang dewasa yang secara aktif
mencari perawatan ortodontik (tetapi tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk
strategi pengobatan), aspek ini lebih ditingkatkan oleh kurangnya motivasi di antara
pasien remaja, yang seringkali bukan merupakan bagian aktif dari keputusan awal
memakai peralatan braket.2-4
Beberapa studi dalam literatur telah membahas masalah kepatuhan pasien
dan strategi untuk mendapatkan keterlibatan terbaik dari pasien.2,3,5-9 Dalam dekade
terakhir, telah ada pengetahuan besar kelompok, wawancara motivasi, dan
pendidikan pasien, yang saat ini sedang diimplementasikan lebih lanjut melalui
penggunaannya melalui media sosial, aplikasi telepon, dan berbagi konten (visual,
grafik, SMS real-time).3,5,8,10
Pada tahun 2016 kami menguji penggunaan ruang obrolan Whatsapp untuk
memantau kebersihan mulut di antara pasien yang memakai peralatan multi-braket
tetap, meningkatkan kepatuhan mereka melalui berbagi foto narsis dan informasi
tentang kesehatan gigi di antara para peserta. Eksperimen tersebut memberikan
hasil yang menggembirakan dalam hal pengurangan white spot, indeks plak, indeks
gingiva, dan karies.6 Oleh karena itu, kami tertarik untuk mengevaluasi apakah
aplikasi serupa pada pasien pasca-ortodontik (beralih dari retainer cekat ke lepasan)
juga bisa membantu mengurangi relaps dan meningkatkan kepatuhan di antara mata
pelajaran ini.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk (i) menilai perbedaan tingkat
relaps (didefinisikan sebagai perubahan dalam stabilitas ortodontik) antara pasien
yang didukung melalui pendekatan motivasi dan terlibat dalam interaksi chat-room
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan (ii) menilai kepatuhan pasien (baik
untuk pemakaian retainer maupun kunjungan kunjungan), partisipasi, dan
kelayakan proposal.
Material dan Metode
Penelitian ini melibatkan 60 pasien remaja berusia 16-19 tahun (rata-rata
17,5 tahun) pada akhir perawatan multibraket ortodontik non-ekstraksi yang
dilakukan untuk maloklusi kelas I dengan crowding minimal atau sedang menurut
Little's Index, dan direkrut antara 2012 dan 2014.11 Inklusi kriteria adalah pemilik
smartphone, dapat mengakses internet setiap hari, dirawat dengan alat ortodontik
cekat Victory braces (resep MBT, slot 0,022 inci, 3M Unitek, Milan, Italia) untuk
kelas I maloklusi dengan crowding minimal atau sedang, dan bule; sedangkan
kriteria eksklusi adalah adanya riwayat medis yang signifikan, diet ketat (yang telah
ditunjukkan dalam literatur untuk mempengaruhi kepatuhan jangka panjang),
kebiasaan yang merusak (misalnya, menggigit kuku, menggigit benda, menggigit
pipi/bibir), kesulitan dalam membaca atau berbicara bahasa nasional.12
Intervensi
Pada akhir perawatan ortodontik aktif semua pasien diinstruksikan untuk
memakai retainer atas dan bawah (Hawley retainer) selama total 8 jam/hari atau
lebih. Mereka juga mendapat arahan tentang pengelolaan retainer (pembersihan,
penyimpanan, dll), dan diundang untuk mengikuti kunjungan tindak lanjut setiap 4
bulan selama periode pengamatan, mulai dari hari pengiriman (t0) retainer.
Untuk mendorong partisipasi dan memberikan penguatan positif, pasien
dalam kelompok studi (SG) selanjutnya terlibat dalam grup obrolan WhatsApp
yang dimoderatori oleh salah satu penulis penelitian ini yang tidak terlibat dalam
pengukuran. Peserta diminta untuk membuat nama panggilan fiktif dan mengikuti
kompetisi, “Relapse Game”, dengan membagikan selfie gigi mereka setiap minggu
yang menunjukkan keadaan stabilitas ortodontik. Gambar harus menunjukkan
mulut terbuka dengan rahang atas dan bawah, seperti yang ditunjukkan oleh dokter
gigi di t0. Teks dan emotikon juga dapat digunakan untuk berinteraksi dengan
anggota obrolan lainnya, sementara mengidentifikasi elemen seperti nama dan foto
dengan ciri yang dapat dikenali tidak diperbolehkan untuk menjaga privasi.
Dijelaskan kepada pasien bahwa skor diberikan berdasarkan ketepatan waktu dan
kualitas close-up selama periode 1 bulan. Sabtu pertama setiap bulan moderator
mengevaluasi selfie pasien dan menerbitkan peringkat lima peserta terbaik bulan
ini. Tidak ada teks atau komentar aksesori yang ditambahkan. Gambar-gambar itu
dinilai secara kualitatif, untuk mengevaluasi partisipasi, dan tidak digunakan untuk
pengukuran kuantitatif apa pun untuk ketidakstabilan.
Pasien dalam kelompok kontrol dijadwalkan untuk kunjungan check-up dari
kunjungan ke kunjungan, dengan frekuensi yang sama (setiap 4 bulan), tanpa
pengingat atau jenis interaksi lainnya.
Pertimbangan etis
Protokol penelitian sebelumnya telah disetujui oleh dewan peninjau dari
Dental School of Brescia. Semua pasien/orang tua memberikan persetujuan tertulis
untuk partisipasi.
Analisis statistik
Sebuah daftar pengacakan bertingkat diproduksi oleh kantor eksternal
dengan mempertimbangkan nilai indeks ketidakteraturan awal, untuk menjamin
homogenitas antar-kelompok (Gambar 1). Ukuran sampel dihitung seperti yang
dijelaskan di tempat lain.6
Distribusi normal dari data yang dikumpulkan telah diuji dengan uji
Shapiro-Wilk. Homogenitas varians diuji dengan uji Levene. Perbedaan intra-grup
dan antar-grup pada titik waktu yang berbeda (Delta 0-1, Delta 1-2, Delta 2-3)
dinilai dengan uji Friedman (P-value≤0,05) dan Mann-Whitney test.6 Analisis
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16 (SPSS Inc., Chicago, IL,
USA).
Hasil
Total populasi penelitian (n=60) terdiri dari 24 laki-laki dan 36 perempuan,
dan dibagi menjadi dua kelompok homogen (Tabel 1). Sepuluh pasien tidak ikut
karena penolakan orang tua, dan dua tidak menggunakan smartphone. Sementara
semua pasien SG mengambil bagian di ruang obrolan mingguan, berbagi foto
mereka secara teratur, dan menghadiri pemeriksaan terjadwal untuk seluruh periode
pengamatan, delapan dari 30 pasien kelompok kontrol (CG) menghentikan
kunjungan setelah 8 bulan sejak awal tindak lanjut.
Tabel 1. Variabel Demografi
Variabel SG (n=30) CG (n=30)
Perempuan, n 20 16
Umur, mean tahun (SD) 17,2 (1,03) 17,8 (1,06)
Caucasian (%) 100 100
Lebar interkaninus (mm) (SD) 25,34 (0,33) 25,84 (1,76)
Singkatan: CG, kelompok kontrol; N, jumlah keseluruhan pasien per kelompok; SG, kelompok
studi.
Pada pasien SG, lebar interkaninus menurun 0,017 mm dari t0 ke t1, 0,133
mm dari t1 ke t2, dan 0,177 mm dari t2 ke t3. Pada pasien CG lebar interkaninus
menurun 0,097 mm dari t0ke t1, 0,795 mm dari t1 ke t2, dan 0,412 mm dari t2 ke
t3. Penurunan kumulatif yang diamati dari lebar ini dari t0 ke t4 adalah 0,327 mm
pada SG , sedangkan pada CG adalah 1,304 mm.
Perbedaan lebar interkaninus pada setiap kelompok pada titik waktu yang
berbeda ditemukan signifikan secara statistik (P≤0,05) (Tabel 2), serta perbedaan
lebar interkaninus antara dua kelompok (P≤0,05) (Tabel 3). Analisis statistik
deskriptif menunjukkan sejauh mana perbedaan ini (Tabel 4).
Partisipasi obrolan pasien adalah 100% dan konstan selama periode
pengamatan. Selain selfie, anggota juga menggunakan pesan teks dan emotikon.
Tidak ada pasien yang memblokir grup obrolan.
Tabel 2. Perbedaan Intra Grup Pada Lebar Interkaninus (Friedman Test)
CG
Delta 0-1 Delta 1-2 Delta 2-3
*** *** ***
SG
Delta 0-1 Delta 1-2 Delta 2-3
*** *** ***
Catatan: t0=pada baseline; t1=setelah 4 bulan; t2=setelah 8 bulan; t3=setelah 12 bulan. Delta 0–
1=selisih antara t0 dan t1, Delta 1-2=selisih antara t1 dan t2, Delta 2-3=selisih antara t2 dan t3,
***P<0,001. Singkatan: CG, kelompok kontrol; SG, kelompok studi.
Tabel 3. Perbedaan Intra Grup Pada Lebar Interkaninus (Mann-Whitney
Test)
SG vs CG
Delta 0-1 ***
Delta 1-2 ***
Delta 2-3 ***
Catatan: t0=pada baseline; t1=setelah 4 bulan; t2=setelah 8 bulan; t3=setelah 12 bulan. Delta 0–
1=selisih antara t0 dan t1, Delta 1-2=selisih antara t1 dan t2, Delta 2-3=selisih antara t2 dan t3,
***P<0,001. Singkatan: CG, kelompok kontrol; SG, kelompok studi.
Kesimpulan
Pengalaman percontohan ini mendokumentasikan kepatuhan yang lebih
tinggi dalam memakai retainer pasca-ortodontik di antara pasien remaja yang
terlibat dalam aktivitas media sosial, dan pada akhirnya tingkat relaps yang lebih
rendah dan tingkat perubahan lebar interkaninus. Kami percaya temuan tersebut
dapat mewakili kontribusi kecil untuk studi masa depan menggunakan pendekatan
pemetaan intervensi, lebih lama tindak lanjut dan aplikasi skala besar.
Daftar Pustaka
1. Al-Moghrabi D, Salazar FC, Pandis N, Fleming PS. Kesesuaian dengan peralatan
ortodontik lepasan dan tambahannya: Tinjauan sistematis dan meta-analisis. Am
J Orthod Dentofacial Orthop. 2017;152:17–32. doi:10.1016/j.ajodo.2017.03.019
2. Wong P, Freer TJ. Sikap pasien terhadap kepatuhan terhadap pemakaian retainer.
Aust Orthod J. 2005;21:45–53.
3. Ackerman MB, Thornton B. Kepatuhan pasca perawatan dengan retensi rahang
atas yang dapat dilepas pada populasi remaja: uji klinis acak jangka pendek.
Ortodontik (Chic). 2011;12:22–27.
4. Mirzakouchaki B, Shirazi S, Sharghi R, Shirazi S. Penilaian faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pasien remaja dengan Hawley dan Vacuum
membentuk retainer. J Clin Diagnostik Res. 2016;10:ZC24–7.
5. Eppright M, Shroff B, AM Terbaik, Barcoma E, Lindauer SJ. Pengaruh
pengingat aktif pada kepatuhan kebersihan mulut pada pasien ortodontik. Ortod
Sudut. 2014;84:208–213. doi:10.2319/062813-481.1
6. Zotti F, Dalessandri D, Salgarello S, dkk. Kegunaan aplikasi dalam
meningkatkan kepatuhan kebersihan mulut pada pasien ortodontik remaja. Ortod
Sudut. 2016;86:101–107. doi:10.2319/010915-19.1
7. Bowen TB, Rinchuse DJ, Zullo T, DeMaria ME. Pengaruh pesan teks pada
efektivitas kebersihan mulut. Ortod Sudut. 2015;85:543– 548.
doi:10.2319/071514-495.1
8. Mas FG, Plass J, Kane WM, Papenfuss RL. Pendidikan kesehatan dan
pembelajaran multimedia: menghubungkan teori dan praktik (Bagian 2). Praktek
Promosi Kesehatan. 2003;4:464–469. doi:10.1177/1524839903255411
9. Cozzani M, Ragazzini G, Delucchi A, dkk. Kepatuhan kebersihan mulut pada
pasien ortodontik: studi terkontrol secara acak tentang efek komunikasi pasca
perawatan. Prog Ortod. 2016;17:41. doi:10.1186/s40510-016-0154-9
10. Scheerman JFM, van Meijel B, van Empelen P, dkk. Protokol studi uji coba
terkontrol secara acak untuk menguji pengaruh aplikasi smartphone pada
perilaku kesehatan mulut dan kebersihan mulut pada remaja dengan peralatan
ortodontik cekat. Kesehatan Mulut BMC. 2018;18:19. doi:10.1186/s12903-018-
0507-5
11. RM kecil. Indeks ketidakteraturan: skor kuantitatif dari keselarasan anterior
mandibula. Apakah J Ortod. 1975;68:554–563.
12. Laffranchi L, Zotti F, Bonetti S, Dalessandri D, Fontana P. Implikasi oral dari
pola makan vegan: studi observasional. Stomatol Minerva. 2010;59:583–59
detik.
13. Zaitun RJ, Basford KE. Sebuah studi indeks longitudinal stabilitas ortodontik
dan kambuh. Aust Orthod J. 2003;19:47–55.
14. Josell SD. Stabilisasi gigi untuk retensi ortodontik. Dent Clin North Am.
1999;43:151–165s.
15. Steinnes J, Johnsen G, Kerosuo H. Stabilitas hasil perawatan ortodontik dalam
kaitannya dengan status retensi: tindak lanjut 8 tahun. Am J Orthod Dentofac
Orthop. 2017;151:1027–1033. doi:10.1016/j. ajodo.2016.10.032
16. Ward DE, Pekerja J, Brown R, Richmond S. Perubahan lebar lengkung. Sebuah
studi longitudinal 20 tahun perawatan ortodontik. Ortod Sudut. 2006;76:6–1s.
doi:10.1043/0003-3219(2006)076[0006:CIAW]2.0.CO;2
17. Motamedi AK, Dadgar S, Teimouri F, Aslani F. Stabilitas perubahan jarak
intermolar dan intercuspid mandibula setelah perawatan ortodontik. Dent Res J
(Isfahan). 2015;12:71s–75s.
18. Erdinc AE, Nanda RS, Işıksal E. Kekambuhan crowding anterior pada pasien
yang diobati dengan ekstraksi dan nonekstraksi gigi premolar. Am J Orthod
Dentofac Orthop. 2006;129(6):775–784. doi:10.1016/j. ajodo.2006.02.022
19. Kahl-Nieke B, Fischbach H, Schwarze CW. Crowding pasca retensi dan
ketidakteraturan gigi insisivus: evaluasi lanjutan jangka panjang terhadap
stabilitas dan kekambuhan. Br J Orthod. 1995;22:249–257.
20. Fleming PS, Dibiase AT, Lee RT. Perubahan bentuk dan dimensi lengkung
dalam ortodontik. Prog Ortod. 2008;9:66–73.
21. Littlewood SJ, Kandasamy S, Huang G. Retensi dan kambuh dalam praktek
klinis. Aust Dent J. 2017;62(Suppl 1):51–57. doi: 10.1111/ adj.12475
22. Schott TC, Schlipf C, Glasl B, Schwarzer CL, Weber J, Ludwig B. Kuantifikasi
kepatuhan pasien dengan retainer Hawley dan peralatan fungsional yang dapat
dilepas selama fase retensi. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2013;144:533–
540. doi:10.1016/j. ajodo.2013.04.020
23. Mas FGS, Plass J, Kane WM, Papenfuss RL. Pendidikan Kesehatan dan.
pembelajaran multimedia: psikologi pendidikan dan teori perilaku kesehatan
(Bagian 1). Praktek Promosi Kesehatan. 2003;4:288–292 detik.
doi:10.1177/1524839903004003013
24. Baheti MJ, aplikasi Toshniwal N. Ortodontik di ujung jari. Prog Ortod.
2014;15:36s. doi:10.1186/s40510-014-0036-y
25. Almog DM, Devries JA, Borrelli JA, Kopycka-Kedzierawski DT. Pengurangan
tingkat janji temu yang rusak melalui sistem konfirmasi janji temu otomatis. J
Dent Pendidikan. 2003;67:1016– 1022.
26. Car J, Gurol-Urganci I, de Jongh T, Vodopivec-Jamsek V, Atun R. Pengingat
pesan ponsel untuk kehadiran di janji perawatan kesehatan. Dalam: Mobil J,
editor. Database Cochrane Tinjauan Sistematis. Chichester, Inggris: John Wiley
& Sons Ltd; 2012: CD007458.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari:
Razdan P, Sakthivel VS, Naqvi ZA, Goyal V, Tripathi S, Singh S. Alteration in Taste
Perception among Young Children during the use of Removable Orthodontic Appliance
Therapy. J Contemp Dent Pract 2017;18(7):607-613.
Penyaji:
Namiera Dahlia Thahir
NIM: 210631151
Dosen Pembimbing:
Erliera, drg., Sp.Ort (K)
NIP: 198001132008122003
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari:
Razdan P, Sakthivel VS, Naqvi ZA, Goyal V, Tripathi S, Singh S. Alteration in Taste
Perception among Young Children during the use of Removable Orthodontic Appliance
Therapy. J Contemp Dent Pract 2017;18(7):607-613.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari:
Razdan P, Sakthivel VS, Naqvi ZA, Goyal V, Tripathi S, Singh S. Alteration in Taste
Perception among Young Children during the use of Removable Orthodontic Appliance
Therapy. J Contemp Dent Pract 2017;18(7):607-613.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
ABSTRAK
Latar Belakang: Indera penciuman sangat berpengaruh terhadap cita rasa
makanan. Jika aromanya menyenangkan kita, kita mengantisipasi rasa makanan itu
dengan nikmat. Jika indera penciuman kita terganggu, maka begitu juga indera
pengecapan rasa kita. Pembahasan pengaruh piranti pada persepsi rasa selalu menjadi
topik yang kontroversial. Bahan dan metode: Penelitian ini dirancang untuk
menganalisis perubahan persepsi rasa pada anak-anak yang menggunakan piranti
ortodontik lepasan. Semua subjek penelitian yang dipilih diberi rangsangan rasa yang
berbeda dan diminta untuk menilai sesuai persepsi mereka. Tanggapan verbal diminta
berdasarkan rangsangan rasa yang benar dan salah setelah diberikan kepada mereka.
Skala analog visual digunakan untuk menilai intensitas dan estimasi hedonis
(palatabilitas) para subjek penelitian. Hasil: Para subjek dari kedua kelompok studi dan
kontrol mendapat nilai yang berbeda untuk tiap rangsangan rasa. Mayoritas rangsangan
diperkirakan dengan benar oleh kedua kelompok. Tidak ada perbedaan yang signifikan
secara statistik antara kelompok studi dan kontrol. Kesimpulan: Dalam sesi pengujian
yang berbeda, penilaian para subjek penelitian hampir konstan, menunjukkan bahwa
piranti tidak memiliki peran utama dalam perubahan rangsangan rasa.
Signifikansi klinis: Piranti dapat menyebabkan perubahan persepsi rasa,
sehingga kita harus mendidik pasien sebelum memberikan piranti tentang perubahan
dalam persepsi rasa dan menganjurkan pemakaian piranti secara penuh, termasuk saat
makan, tanpa perlu rasa takut mempengaruhi sensasi rasa.
Kata kunci: Perubahan, Piranti ortodontik, Rasa, Anak-anak.
PENDAHULUAN
Pengecapan rasa mengacu pada sensasi yang dialami selama terdapat rangsangan
kemoreseptor oral dan akan mencakup stimulasi sel reseptor khusus di kuncup pengecap
dan ujung saraf bebas di rongga mulut.1 Pada manusia, perkembangan persepsi rasa
mengikuti pola yang dapat didefinisikan dnegan baik: terdapat pola respons penolakan
terhadap rasa pahit dan preferensi makanan manis yang tampaknya merupakan respons
bawaan dan bukan respons yang dipelajari.1 Telah diketahui bahwa bayi yang baru lahir
menunjukkan preferensi terhadap gula, serta keengganan terhadap rangsangan asam dan
pahit dan juga relatif acuh tak acuh terhadap larutan garam.1 Hal ini menunjukkan bahwa
indera perasa sampai tingkat tertentu berfungsi saat lahir. Saat ini, bagaimanapun juga
terdapat beberapa kesimpulan umum yang dapat dibuat tentang perkembangan sensorik
dan penerimaan makanan. Preferensi manis pertama muncul sejak lahir, lalu
keengganan terhadap rasa pahit muncul sejak usia sangat dini, selanjutnya rasa asin
mungkin tidak disukai atau netral untuk bayi, dengan pola preferensi garam orang
dewasa tidak muncul sampai sekitar usia dua tahun.2
Penelitian menunjukkan bahwa kepekaan rasa pada anak usia 8 sampai 9 tahun,
meskipun berkembang dengan baik, belum sepenuhnya matang.2 Pola distribusi indera
pengecap lebih luas pada bayi dan anak-anak. Perkembangan sensorik pada anak-anak
tidak begitu matang jika dibandingkan dengan orang dewasa.2 Oleh karena itu, segala
sesuatu yang menyebabkan perubahan rasa akan menjijikkan bagi anak-anak.
Anak-anak dalam masa berkembang mengembangkan berbagai jenis maloklusi
dan oleh karena itu menjalani terapi ortodontik untuk koreksinya. Namun, terdapat
berbagai penyebab kegagalan terapi piranti lepasan pada anak, seperti gangguan pada
fonasi, vokalisasi, dan keluhan terkait pengecapan makanan dan minuman secara oral
serta perubahan persepsi rasa dan bau.3
Pengaruh piranti pada persepsi rasa selalu menjadi topik yang kontroversial.4
Beberapa peneliti telah mengindikasikan hilangnya sensasi rasa yang terkait dengan
penutupan palatal.4 Peneliti lainnya telah menemukan bahwa piranti tidak memberikan
efek pada persepsi rasa atau benar-benar meningkatkan persepsi ini.4 Pengalaman klinis
menunjukkan bahwa alat prostetik yang dapat dilepas atau dilepas dapat mempengaruhi
rasa dan bau dengan mengganggu aliran udara alami antara rongga mulut dan hidung. 3
Pada anak-anak, tidak banyak penelitian yang dilakukan mengenai perubahan persepsi
rasa dan bau meskipun ada keluhan dan pertanyaan dari pasien dan orang tuanya
mengenai fungsi ini.3 Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk menganalisis
perubahan persepsi rasa pada anak-anak yang menggunakan piranti ortodontik lepasan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi rasa pada anak-anak yang
menjalani terapi piranti ortodontik lepasan atas.
TUJUAN
• Untuk memeriksa keakuratan pengecapan pada anak-anak yang menjalani terapi
piranti ortodontik lepasan atas.
• Untuk mengukur estimasi hedonik (palatabilitas) dari rangsangan rasa pada
anak-anak yang menjalani terapi piranti ortodontik lepasan atas.
• Untuk memperkirakan intensitas rangsangan rasa pada anak-anak yang
menjalani terapi piranti ortodontik lepasan atas.
METODOLOGI PENELITIAN
Sebanyak 100 subjek penelitian yang dipilih untuk penelitian ini dibagi menjadi
dua kelompok (kelompok I dan II) masing-masing terdiri dari 50 anak sebagai kelompok
studi dan kontrol antara usia 8 dan 13 tahun dari Departemen Pedodonsia dan
Kedokteran Gigi Anak Pencegahan dan Departemen Ortodonsia. Kelompok studi (I)
diberikan piranti ortodontik lepasan atas sesuai kebutuhan perawatan individu.
Kelompok kontrol (II) terdiri dari anak-anak yang tidak memerlukan piranti ortodontik
lepasan. Semua subjek penelitian yang dipilih diberi rangsangan rasa yang berbeda dan
diminta untuk menilai sesuai persepsi mereka. Tanggapan verbal diminta berdasarkan
rangsangan rasa yang benar dan salah setelah diberikan kepada mereka. Skala analog
visual (VAS) digunakan untuk menilai intensitas dan estimasi hedonis (palatabilitas)
para subjek penelitian. Subjek diinstruksikan untuk membuat sebuah penanda yang
jelas, pada masing-masing skala menurut penilaian subjektif terbaik mereka. Hasil yang
diperoleh menjadi data analisis statistik.
Kriteria Ekslusi
Subjek dengan riwayat penyakit sistemik, infeksi saluran pernapasan atas akut,
atau terapi obat dimasukkan ke dalam studi.
Mereka yang memiliki riwayat perawatan ortodontik sebelumnya tidak
dipertimbangkan.
Variasi Rangsangan yang Digunakan
Berbagai rangsangan rasa yang dipilih untuk dinilai Persepsi rasa para subjek
dibagi menjadi 10 kelompok yang berbeda, yaitu:
Kelompok Rangsangan Rasa
I Konsentrat Sukrosa
II Larutan Sukrosa
III Konsentrat asam sitrat
IV Larutan asam sitrat
V Konsentrat Saline
VI Larutan Salin
VII Air Suling
VIII Air Suling
IX Mint
X Stroberi
Analisis Data
• Penamaan verbal dievaluasi secara dikotomis sebagai "benar" atau "salah".
Persentase identifikasi "benar" untuk setiap rangsangan rasa dihitung.
• Untuk perkiraan, jarak antara sisi kiri VAS dan tanda subjek diukur dalam
milimeter (dengan akurasi 0,5 mm). Pengukuran ganda individu digariskan. Dari
estimasi semikuantitatif individu yang diperoleh, mean dan standar deviasi
dihitung.
• Keandalan subyek ditetapkan berdasarkan identifikasi dua sampel air suling.
Mereka dianggap konsisten berdasarkan kriteria berikut: (1) penamaan verbal
dari dua sampel air suling (VII dan VIII) digambarkan sebagai “tidak berasa”,
(2) perbedaan antara dua nilai yang diberikan untuk masing-masing perkiraan
yang diminta pada VAS tidak melebihi 7 mm. Hasil yang diperoleh dilakukan
uji Chi-square, uji t-test tidak berpasangan, dan uji analisis varians.
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini hasil estimasi intensitas dan hedonis di antara pasien dengan
piranti lepasan atas adalah dilakukan dengan estimasi verbal.
PEMBAHASAN
Reaksi terhadap rangsangan rasa dapat ditentukan secara objektif, menggunakan
indikator fisiologis, seperti detak jantung, tekanan darah, sekresi air liur, atau "refleks
gustofacial."7,8 Pendekatan yang berbeda adalah evaluasi psikofisik subjektif
berdasarkan deskripsi verbal, peringkat semikuantitatif hedonis dan intensitas
rangsangan. Karena persyaratan utama dalam desain penelitian ini adalah sesi durasi
pendek dan kesederhanaan instruksi yang sesuai dengan situasi pasien anak, pendekatan
yang terakhir diterapkan. Alat yang sebenarnya digunakan dalam penelitian ini adalah
VAS, yang telah digunakan sebelumnya dalam situasi yang sama.7-10 Hasil penelitian
menunjukkan bahwa reaksi yang ditimbulkan oleh rangsangan yang sama sesuai untuk
sebagian besar subjek di kedua kelompok.
Metode kesalahan ditetapkan berdasarkan penelitian Raben et al11 yang
menemukan kesalahan 8 mm dalam penilaian berbagai variabel (di antaranya adalah
palatabilitas juga) mengenai sampel makanan. Dalam penelitian ini, anak-anak yang
menilai intensitas dan palatabilitas rangsangan yang serupa harus memiliki perbedaan
kurang dari 7 mm agar dianggap konsisten dan dimasukkan dalam penelitian.
Disadur dari:
Dosen Pembimbing:
NIP. 198000132008122003
Penyaji:
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
Disadur dari:
Disadur dari:
ABSTRAK
HASIL
Dari 200 pasien, 89 (44,5%) adalah laki-laki dan 111 (55,5%) adalah
perempuan. Usia pasien dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan gambar.
Sebanyak 104 (52%) pasien merasakan nyeri setelah pemasangan piranti
ortodonti lepasan. Jumlah pasien wanita yang relatif meningkat percaya bahwa
alat ini efektif dan nyaman untuk dipakai. Kebersihan mulut yang buruk adalah
masalah yang paling sering (64%) dihadapi oleh pasien dalam populasi yang
diteliti. Jumlah pasien yang mengalami kesulitan berbicara relatif lebih sedikit
14%. Ulkus terjadi pada 22% pasien.
DISKUSI
Piranti yang dapat dilepas dipelopori oleh George Crozat8 di AS. Dalam
beberapa dekade terakhir dengan inovasi peranti cekat, peranti lepasan untuk
pergerakan gigi secara bertahap kurang digunakan. Namun, ada banyak kondisi di
mana hal ini menjadi alat pilihan untuk pergerakan gigi, terutama jika intervensi
dini diperlukan. Dalam beberapa dekade terakhir, piranti ortodontik lepasan intra
oral kurang dibahas dalam literatur ortodontik dan lebih sedikit peneliti yang
cenderung menyelidiki indikasi dan keuntungannya. Menurut Profit et al9, alat
lepasan memiliki kelebihan karena terjangkau bagi pasien, mudah disesuaikan
untuk ortodontis dan pada beberapa pilihan, namun perawatan dengan piranti
cekat dapat dipersingkat dengan perawatan sebelumnya dengan piranti lepasan.
Sementara penggunaan piranti yang dapat dilepas memberikan keuntungan yang
jelas bagi orang-orang yang aktif secara sosial tetapi keberhasilan pengobatan
dapat bergantung pada pasien10.
Dalam penelitian ini, jumlah pasien wanita yang relatif meningkat percaya
bahwa piranti tersebut efektif (89) dan nyaman (80) untuk dipakai; ini mungkin
karena laki-laki tidak sesadar pasien perempuan dalam memakai piranti lepasan di
lingkungan sosial. Ketidak nyamanan yang disebabkan oleh piranti ortodontik
dapat secara signifikan mempengaruhi kooperatif pasien terhadap perawatan dan
gangguan estetika adalah alasan utama untuk kerjasama yang buruk11 dan
terkadang penghentian perawatan atau penghentian dini12 temuan ini tidak
konsisten dengan hasil kami karena 70% pasien percaya bahwa piranti yang
diresepkan adalah sesuatu yang nyaman untuk dipakai. Dokter dapat
meningkatkan penerimaan dengan memilih desain piranti, yang akan
memungkinkan pemakaian yang nyaman dan memfasilitasi adaptasi pada piranti.
Meskipun semakin banyak orang dewasa yang mencari kepuasan
perawatan ortodontik terlepas dari piranti yang digunakan, komunikasi yang baik
memainkan peran utama. Diketahui bahwa piranti yang dapat dilepas dapat
menyebabkan ketidaknyamanan termasuk sensasi taktil yang tidak
menyenangkan, tekanan pada mukosa, peregangan jaringan lunak, perpindahan
lidah, nyeri pada gigi dan nyeri11.
Pasien memakai piranti lepasan mengalami lebih sedikit rasa sakit
dibandingkan dengan mereka yang memakai piranti ortodontik cekat di mana rasa
sakitnya agak lebih lama. Dalam penelitian kami, 58 pasien wanita merasakan
nyeri setelah pemasangan piranti, ada hubungan non-linier antara usia, jenis
kelamin, keadaan psikologis dan latar belakang budaya dalam persepsi nyeri
setelah penempatan piranti ortodontik13. Jelas dari literatur yang diterbitkan14
bahwa perempuan mengekspresikan lebih banyak rasa sakit daripada laki-laki,
dan remaja melaporkan tingkat rasa sakit yang lebih tinggi daripada pra-remaja
dan orang dewasa tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi masih belum
sepenuhnya dipahami.
Kelompok usia yang lebih muda melaporkan lebih banyak rasa sakit
mungkin karena fakta bahwa pada usia ini ada kecenderungan untuk menilai
masalah mereka secara berlebihan dan juga pada usia ini mereka mewakili periode
hubungan sosial dan afektif yang intens di mana senyum memiliki potensi kuat
untuk mempengaruhi individu daya tarik fisik ganda. Secara tradisional, diyakini
bahwa perempuan rapuh dan sensitif terhadap rasa sakit, sedangkan laki-laki dapat
mentolerir rasa sakit15. Telah dilaporkan bahwa laki-laki lebih bersedia untuk
mentolerir rasa sakit daripada perempuan, tetapi untuk yang lain16 tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam melaporkan perasaan sakit dan
ketidaknyamanan terkait hubungan dengan ambang batas.
Dalam penelitian kami, usia diidentifikasi sebagai faktor penting yang
mempengaruhi kooperatif secara negatif dengan meningkat dari masa kanak-
kanak tengah ke masa dewasa awal. Dalam penelitian kami, prevalensi pasien
yang melaporkan perawatan ortodontik dengan piranti lepasan tinggi pada
kelompok usia di bawah 20 tahun mungkin pada usia ini mereka lebih peduli
tentang estetika, hasil yang sama terlihat dalam studi lain17 sebagai, prevalensi
anak-anak dari sekolah menengah menggunakan piranti ortodontik lepasan adalah
5,4%. Hasil ini lebih rendah dari yang lain studi17,18. Krey dan Hirsch19
menemukan bahwa 16% dari anak-anak berusia 11-14 tahun menggunakan
piranti ortodontik lepasan di Jerman. Di Inggris, Chestnutt et al18 mengamati
bahwa 28% dari anak-anak berusia 12 tahun dan 18% dari anak-anak berusia 15
tahun menggunakan piranti ortodontik lepasan17. Kekuatan penting dari penelitian
ini adalah bahwa pertanyaan tionnaire sebelumnya telah terbukti memiliki
reliabilitas dan validitas yang baik20.
Dalam penelitian kami, 64% pasien yang merasakan kesulitan dalam
menjaga kebersihan mulut, hasil yang serupa telah ditunjukkan oleh Hagg et al
dalam penelitian mereka21 adanya perlekatan ortodontik pada permukaan labial
atau lingual gigi kemungkinan menjadi alasan pengamatan ini karena
mengganggu pembersihan. Adanya permukaan kasar piranti ortodontik yang
berkontribusi bertindak sebagai perangkap plak dan iritasi gingiva. Persyaratan
penting dari setiap perawatan ortodontik adalah pemeliharaan kebersihan mulut
untuk mengontrol pertumbuhan plak bakteri di atas permukaan gigi, karena pasien
ortodontik berisiko mengalami lesi gigi terutama ketika kooperatif mereka
terhadap instruksi kebersihan mulut buruk.
Dalam penelitian ini 14% dari total pasien merasa kesulitan dalam
berbicara, mungkin piranti lepasan mengurangi dan mengubah ruang intra oral,
kesulitan lidah dalam bicara. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wiedael, Bondemark20. Masalah bicara pada kelompok piranti lepasan juga
dapat menjadi faktor penyebab efek negatif pada kehidupan sosial dan aktivitas
rekreasi, misalnya distorsi bicara dapat dipengaruhi oleh perangkat yang
mengganggu pergerakan atau penampilan jaringan lunak dan keras rongga mulut.
Halitosis adalah kondisi yang menyebar luas dan merupakan hambatan
besar bagi pasien dapat berhubungan dengan faktor intraoral antara lain
mikroorganisme anaerob gram negatif pada plak gigi, poket periodontal, saliva
dan dorsum lidah, pada penelitian ini 38% dari total populasi yang diteliti
menderita bau mulut (halitosis), pada penelitian lain22 yang dilakukan di AS
melaporkan 10-30% populasi menderita dari bau mulut hasil kami sedikit lebih
tinggi dari penelitian ini. Temuan penelitian kami menunjukkan bahwa piranti
ortodontik lepasan masih efektif dalam perawatan maloklusi tanpa komplikasi dan
mengambil bagian yang cukup besar dalam perawatan ortodontik kontemporer.
Lisensi aplikasi ini dapat mengatasi maloklusi ringan hingga berat, namun kunci
keberhasilan pengobatan adalah pasien kooperatif, meskipun piranti ini dapat
mengganggu pemeliharaan kebersihan mulut yang dapat dikelola dengan petunjuk
dan saran yang tepat.
REKOMEDASI
Kesesuaian dengan piranti ortodontik lepasan kurang optimal dan
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh piranti ini dapat secara signifikan
mempengaruhi persetujuan pasien. Terlepas dari ketersediaan alternatif pilihan
perawatan ortodontik bebas kooperatif termasuk perawatan ortodontik cekat,
piranti fungsional cekat, piranti pendukung implan dan retainer cekat, piranti
ortodontik lepasan tetap populer.
Masalah yang dirasakan pasien terkait dengan penggunaan piranti
ortodontik lepasan ini dapat diminimalkan dengan memperbaiki desain piranti,
mendidik pasien dan orang tua dan dengan melakukan tindak lanjut secara
berkala. Ada kebutuhan untuk penelitian prospektif lebih lanjut yang
mengevaluasi efektivitas intervensi untuk meningkatkan kooperatif dengan piranti
bantu ortodontik dan mengeksplorasi pengalaman pasien dengan piranti lepasan.
KESIMPULAN
Meskipun ada beberapa masalah yang terkait dengan pemakaian, piranti
ortodontik lepasan tetap menjadi pilihan perawatan yang efektif dan layak untuk
maloklusi tanpa komplikasi.
REFERENSI
1. Mitchell L. An introduction to orthodontics 4th ed. Oxford: University Press,
2013.
2. Tsomo G, Ludwig B, Grossen J, Pazera P, Gkantidis N. Objective assessment
of patient compliance with removable orthodontic appliances. A cross-sectional
cohort study. Angle Orthod 2014; 84(1): 56-61.
3. Pratt MC, Kluemper GT, Hartsfield JK, Fardo D, Nash DA. Evaluation of
retention protocols among members of the American Association of Orthodontists
in the United States. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2011; 140(4): 520-26.
4. Mortensen MG, Kiyak HA, Omnell L. Patient and parent understanding of
informed consent in orthodontics. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2003; 124(5):
541–50.
5. Arreghini A, Trigila S, Lambardo L, Siciliani G. Objective assessment of
compliance with intra- and extraoral removable appliances. Angle Orthod 2017;
87(1): 88-95.
6. Pratt MC, Kluemper GT, Lindstrom AF. Patient compliance with orthodontic
retainers in the postretention phase. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2011;
140(2): 196-201.
7. Bos A, Kleverlaan CJ, Hoogstraten J, Prahl-Andersen B, Kuitert R. Comparing
subjective measures of headgear compliance. Am J Orthod Dentofacial Orthop
2007; 132(6): 801-05.
8. Zafarmand AH, Zafarmand MM. Removable orthodontic appliances: new
perspective on capabilities and efficiency. Eur J Pediatr Dent 2013; 14(2): 160-65.
9. Profit WR, Fields HW, Larson BE, Sarver DM. Contemporary orthodontics 6th
ed. St Louis: Mosby Elsevier, 2018.
10. Bishara SE. Textbook of Orthodontics 1st ed. Philadelphia: Sunders Elsevier,
2001.
11. Idris G, Hajeer MY, Al-Jundi. Acceptance and discomfort in growing patients
during treatment with two functional appliances: A randomized controlled trail.
Eur J Pediatr Dent 2012; 13(3): 219-24.
12. Brattstrom V, Ingresson M, Aberg E. Treatment cooperation in orthodontic
patients. Br J Orthod 1991; 18(1): 37-42.
13. Krishnan V. Orthodontic pain: from causes to management- a review. Eur J
Orthod 2007; 29(2): 170-79.
14. Al-Moghrabi D, Salazoi FC. Compliance with removable ortho-dontic
appliances and adjuncts: A systematic review and meta-analysis. Am J Orthod
Dentofacial Orthop 2017; 152(1): 17-32.
Disadur dari :
Tsolakis AI, Kakali L, Prevezanos P, Bitsanis I, Polyzois G. Use of Different Cleaning
Methods for Removable Orthodontic Appliances: A Questionnaire Study. Oral Health Prev
Dent 17: 2019 Hal 299–302
Penyaji :
Nurul Ulfa Simanjuntak
NIM. 210631155
Dosen Pembimbing :
drg. Erliera, Sp. Ort (K)
NIP. 198001132008122003
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari :
Tsolakis AI, Kakali L, Prevezanos P, Bitsanis I, Polyzois G. Use of Different Cleaning
Methods for Removable Orthodontic Appliances: A Questionnaire Study. Oral Health Prev
Dent 17: 2019 Hal 299–302
Disadur dari :
Tsolakis AI, Kakali L, Prevezanos P, Bitsanis I, Polyzois G. Use of Different Cleaning
Methods for Removable Orthodontic Appliances: A Questionnaire Study. Oral Health Prev
Dent 17: 2019 Hal 299–302
Disadur dari :
Tsolakis AI, Kakali L, Prevezanos P, Bitsanis I, Polyzois G. Use of Different Cleaning
Methods for Removable Orthodontic Appliances: A Questionnaire Study. Oral Health Prev
Dent 17: 2019 Hal 299–302
ABSTRAK
Tujuan: Tujuan dari penelitian adalah untuk menilai cara dan metode yang
disarankan oleh ahli orthodonsi Yunani kepada pasien mereka dalam membersihkan
piranti lepasan mereka.
Bahan dan Metode: survei kuesioner terhadap 418 ortodontis dari seluruh ortodotis
yang terdaftar di Yunani. Para dokter ditanya tentang cara dan metode pembersihan
harian yang biasanya di sarankan kepada pasien mereka untuk piranti lepasan.
Pertanyaan di kuesioner berkaitan dengan kemungkinan komplikasi, data tentang
penggunaan piranti dan jenis piranti yang digunakan.
Hasil: Dari 418 ortodontis Yunani, sebanyak 279 berpartisipasi dalam penelitian ini
dan mengisi kuesioner. Hampir semua melaporkan bahwa mereka menggunakan
piranti lepasan dalam praktik untuk pasien pada hampir semua usia. Semua ortodontis
merekomendasikan menyikat manual secara rutin, tetapi sebagian besar dari mereka
juga menyarankan pada saat yang sama alat bantu kebersihan mulut lainnya seperti
pencelupan dalam pembersih gigi tiruan (70,06%), larutan desinfektan (12,73%) dan
dalam cuka (36,94%). Sekitar 15% dari semua praktisi menyarankan penggunaan
instrumen ultrasonik untuk membersihkan piranti lepasan ortodontik. Akhirnya,
dokter mendapatkan komplikasi dari penggunaan piranti lepasan di rongga mulut
dengan persentase yang signifikan secara statistik. Paling umum terjadi berupa
trauma mukosa, mikosis dan hiperplasia.
Kesimpulan: Ahli ortodontik Yunani menggunakan peralatan ortodontik lepasan
baik aktif maupun pasif dalam praktiknya. Metode yang lebih disukai untuk
membersihkan piranti lepasan ortodontik yaitu menyikat dengan sikat gigi dan
menggunakan produk pembersih untuk piranti lepasan ortodontik terlepas dari
program spesialisasi ortodontik yang telah mereka selesaikan.
Kata kunci: Desinfeksi, pembersih gigi tiruan, kebersihan mulut, piranti lepasan
ortodontik
LATAR BELAKANG
Removable orthodontic appliances (ROA) sering digunakan dalam praktik
ortodontik sehari-hari, baik sebagai satu-satunya cara perawatan yang diperlukan
atau sebagai intervensi pertama yang akan diikuti oleh peralatan cekat. Perubahan
mikrobiologis yang terjadi di rongga mulut selama penggunaan ROA membenarkan
perlunya instruksi kebersihan mulut yang tepat.
Telah dibuktikan bahwa ROA terkolonisasi oleh mikroorganisme selama waktu
tertentu di dalam mulut.4,8 Kepadatan mikroorganisme terbesar ditemukan pada alat
itu sendiri dan diikuti oleh area palatum yang tertutup. Mikroorganisme terbentuk
sebagai biofilm dan dapat menempel pada komponen ROA. Basis akrilik dapat
mengalami porositas dan memberikan kondisi yang menguntungkan untuk kolonisasi
bakteri.4,8,9 Sebuah studi observasional baru-baru ini membuktikan bahwa selama
tiga bulan pertama perawatan ortodontik dengan ROA dijumpai adanya peningkatan
bakteri aerob dan anaerob pada permukaan gigi.10 Menurut penelitian yang sama,
spesies yang mendominasi (Lactobacilli dan Streptococci) semuanya patogen yang
dapat menyebabkan karies dan penyakit periodontal4. Kandida juga ditemukan
selama perawatan ortodontik dengan peralatan lepasan. Kehadiran peralatan
meningkatkan kepadatan kandida, tidak hanya di sisi yang tertutup tetapi juga di sisi
lain dari mukosa.1
Oleh karena itu, hal yang paling penting bahwa ROA harus dibersihkan dengan
benar sehingga kebersihan mulut yang baik dapat dipertahankan. Pembersihan yang
tepat dari peralatan ortodontik lepasan dapat mengurangi risiko karies, stomatitis,
halitosis terkait Kandida dan menghambat infeksi ulang dari ROA, terutama pada
pasien defisiensi imun sehingga prosedur pembersihan untuk ROA bisa sangat sulit.
Menyikat dengan pasta gigi berfluoride dapat menjadi cara yang efektif untuk
mengontrol biofilm yang terbentuk pada permukaan ROA. Namun, cara yang tidak
tepat dan frekuensi menyikat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kontrol
plak secara mekanis. Kemudian clasps, skrup ekspansi, celah marginal dan lekukan
permukaan seringkali hampir tidak dapat diakses oleh sikat gigi.4 Mikroporositas
resin akrilik juga bertindak sebagai reservoir mikroba dan mencegah desinfeksi
lengkap.7 Selain itu, ada beberapa pasta gigi yang cukup abrasi. Sejak tahun 1989,
telah dilakukan banyak survei3 yang menguji kemanjuran dan peran agen antimikroba
dalam desinfeksi ROA.1,2,8
Diebrich menunjukkan bahwa pembersih gigi menghilangkan sebagian besar
plak, bahkan di tempat yang sulit dijangkau, terutama melalui pelepasan oksigen dan
proteolisis enzimatik.3 Menurut Lessa dkk., perendaman dalam larutan pembersih
gigi dapat menyebabkan perubahan struktur resin akrilik sedangkan semprotan
dengan larutan klorheksidin (Periogard, Colgate Oral Pharmaceu ticals, New York,
NY, USA; Cepacol, Parsippany, NJ, USA) memberikan inaktivasi mikroorganisme
patogen yang cepat tanpa menyebabkan efek samping pada kerangka alat.7
Berdasarkan semua pernyataan di atas, di simpulkan bahwa tidak ada protokol klinis
khusus untuk kontrol biofilm pada peralatan ortodontik hingga saat ini. Kurangnya
protokol khusus dan kepatuhan yang buruk dari pasien dengan ROA mendesak kami
untuk meneliti cara pembersihan yang disarankan oleh ahli ortodontis dalam
pembersihan ROA.
HASIL
Secara keseluruhan, 279 kuesioner dikembalikan. Dari 279 orthodontis, hanya
1 yang tidak menggunakan ROA. Sebagian besar ortodontis (271) yang mengisi
kuesioner menggunakan alat lepasan sebagai retainer setelah perawatan berakhir.
Dua ratus lima puluh empat (254) ortodontis menggunakan peranti lepasan sebagai
peranti fungsional, sedangkan 231 menggunakannya sebagai pelat aktif. Dari seluruh
jawaban di peroleh bahan untuk fabrikasi peranti lepasan yang bersangkutan, 146
dari 278 ortodontis menggunakan resin akrilik polimerisasi panas, 125 resin akrilik
autopolimerisasi dan hanya 7 di antaranya, resin akrilik light-cured. Waktu keausan
harian untuk sebagian besar peralatan melebihi 8 jam per hari. Kelompok usia yang
paling umum untuk penggunaan ROA adalah anak-anak antara usia 9 dan 13 tahun
(254 dari 278 ortodontis). Remaja usia 14 hingga 18 tahun dimasukkan ke dalam
kelompok lain untuk penggunaan ROA untuk 181 dari 278 dokter gigi. Iritasi pada
mukosa mulut selama penggunaan peralatan hanya diketahui oleh 187 ortodontis.
Reaksi mukosa mulut karena pengait alat ditemukan seperti kandidiasis, cedera
mukosa, hiperplasia mukosa, iritasi papila tajam dan cedera mukosa.
Gambar 1 Kuesioner: kebersihan peralatan ortodontik.
3. Manakah dari bahan berikut yang Anda gunakan untuk pembuatan alat ortodontik
lepasan?
4. Berapa lama pemakaian harian yang Anda sarankan untuk alat ortodontik lepasan?
(a) 1–8 jam/hari
(b) 8–16 jam/hari
(c) 16–24 jam/hari
5. Di kelompok usia berapa yang Anda temukan paling sering menggunakan peralatan ini?
(a) 4–8 tahun
(b) 9–13 tahun
(c) 14–18 tahun
(d) >18 tahun
6. Pernahkah Anda melihat iritasi atau reaksi lain pada mukosa mulut selama penggunaan
peralatan ini? (jika 'Ya', jelaskan gejala klinisnya, misalnya eritema pada mukosa
palatal pasien)
(a) Tidak
(b) Ya
7. Manakah metode pembersihan/disinfektan yang Anda sarankan untuk peralatan ini? (jika
(g) adalah jawaban Anda, jelaskan kombinasi metode yang disarankan)
(a) Menyikat gigi (misalnya dengan air, pasta gigi, sabun)
(b) Perendaman dalam pembersih gigi tiruan (misalnya tablet effervescent)
(c) Perendaman dalam larutan desinfektan (misalnya klorheksidin, Listerin, hipoklorit)
(d) Perendaman dalam cuka
(e) Penggunaan gelombang mikro
(f) Penggunaan instrumen ultrasonik
(g) Kombinasi metode di atas
(i) Lainnya
9. Dalam hal retensi dan stabilitas alat ortodontik lepasan berkurang, apakah Anda
merekomendasikan penggunaan bahan retentif untuk gigi tiruan? (krim, bubuk)
Metode pembersihan untuk semua kecuali dua ortodontis adalah menyikat gigi.
Sebagian besar responden (195) juga menyarankan perendaman dalam pembersih
gigi tiruan, sedangkan hanya 36 responden yang menyarankan perendaman dalam
larutan desinfektan. Perendaman dalam cuka digunakan oleh 103 dari 278 ortodontis.
Empat puluh dua (42) responden menyarankan penggunaan instrumen ultra sonik
untuk pembersihan ROA (Tabel 1). Hampir setengah dari praktisi menyarankan
hanya menyikat setiap hari dari alat lepasan, sementara 48 merekomendasikan
menyikat setiap hari dalam kombinasi dengan perendaman dalam larutan atau cuka
dua hingga tiga kali per minggu. Lima puluh enam (56) ahli ortodonti mendesak
pasien untuk menyikat setiap hari dengan perendaman dalam larutan atau cuka
seminggu sekali. Empat puluh dua (42) praktisi menggunakan secara paralel dengan
metode lain–instrumen ultrasonik untuk membersihkan ROA saat dibutuhkan. Empat
(4) dari 278 ortodontis tidak menjelaskan frekuensi pembersihan ROA (Tabel 2).
Di antara 278 responden yang menggunakan ROA, 130 telah lulus dari
universitas di Eropa Barat. Empat puluh delapan ortodontis (48) adalah lulusan
program khusus ortodontik Yunani . Lima puluh satu (51) responden telah lulus dari
universitas di Amerika Serikat atau Kanada, 26 dari universitas di Eropa Timur dan
23 dari universitas di negara lain. Meskipun ada banyak variasi di antara program
spesialis ortodontik, tidak ada korelasi antara program dan jawaban dokter gigi.
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan bahwa penggunaan peralatan ortodontik dapat
mempengaruhi distribusi mikroflora mulut secara kualitatif dan kuantitatif, karena
dapat menghambat pemeliharaan kebersihan mulut yang tepat. ROA dibuat dari resin
berbasis polymethacrylate self-curing yang mengalami perbedaan reaksi monomer-
polimer. Polimerisasi resin yang tidak memadai akan menghasilkan pembentukan
porositas pada permukaan pelat dasar akrilik, yang akan mencegah pembersihan
peralatan setiap hari dan bahkan menyimpan mikroorganisme berbahaya di pori-pori
resin.7 Aspek penting lainnya yang harus disebutkan adalah bahwa
polymethylmethacrylate menunjukkan penyerapan air jangka panjang karena difusi
molekul air, menyebarkan makromolekul keluar.6 Dengan demikian, dasar akrilik
berperan sebagai reservoir untuk mikroorganisme. Retensi Mutans Streptococci pada
permukaan baseplates akrilik telah dianjurkan dalam beberapa penelitian.10
Selanjutnya, penggunaan ROA telah dikaitkan dengan peningkatan kepadatan
kandida dimukosa.1 Oleh karena itu, ortodontis harus menetapkan standar kebersihan
mulut yang cukup untuk pencegahan reaksi inflamasi.
Dalam penelitian kami, penghilangan (menyikat) plak setiap hari secara
efisien telah terbukti menjadi cara yang lebih disukai untuk mengontrol plak menurut
sebagian besar ahli ortodonsi, dan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya.4,5
Meskipun menyikat gigi adalah yang paling metode umum untuk menghilangkan
biofilm yang disimpan pada permukaan ROA, mungkin tidak efektif dalam kasus
lekukan permukaan dan dengan demikian diperlukan tindakan tambahan. Metode
desinfeksi lain yang direkomendasikan oleh banyak ortodontis adalah perendaman
dalam pembersih gigi tiruan dua atau tiga kali seminggu. Namun, berbeda dengan
penelitian lain, yang mendukung bahwa perendaman ini menyebabkan kerusakan
struktural karena penyerapan molekul air.7 Obat kumur direkomendasikan oleh
sejumlah ortodontis yang signifikan secara statistik.
Klorheksidin telah dianggap sebagai standar emas untuk kontrol kimia biofilm
dibandingkan dengan antimikroba lainnya. Pembilasan dengan klorheksidin juga
disarankan bila terjadi iritasi mukosa dari alat pada pasien yang berisiko terkena
endokarditis infektif setiap hari.6 dimana klorheksidin juga dapat mengiritasi mukosa
dan alat setelah penggunaan jangka panjang.5 Berdasarkan literatur, ortodontis
menggunakan perangkat ultrasound dengan dampak yang lebih sedikit untuk
membersihkan ROA.3
Penyikatan 99.36
Perendaman Dalam Pembersih Gigi Tiruan 70.06
Perendaman Dalam Larutan Desinfektan 12.73
Perendaman Dalam Cuka 36.94
Penggunaan Instrumen Ultrasonik 15.28
KESIMPULAN
Peralatan ortodontik lepasan sering digunakan dalam praktik ortodontik
sehari-hari. Penggunaan efektifnya ditentukan oleh desain, pembersihan, dan
penanganan klinis yang tepat. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien untuk
menerima instruksi kebersihan mulut yang tepat dan mematuhi panduan dokter.
Dari hasil kami, dapat disimpulkan yaitu:
Setiap ortodontis secara rutin merekomendasikan penyikatan gigi secara
manual.
Mayoritas ortodontis juga merekomendasikan alat bantu kebersihan mulut
lainnya sebagai pelengkap menyikat gigi. Perendaman dalam pembersih gigi
tiruan (70,06%), larutan desinfektan (12,73%) dan dalam cuka (36,94%).
Sebanyak 15% praktisi menyarankan penggunaan instrumen ultrasonik untuk
membersihkan ROA.
Pendekatan klinis para ortodontis tidak bergantung pada program spesialisasi
ortodontik yang mereka miliki.
REFERENSI
1. Arendorf A, Addy M. Candidal carriage and plaque distribution before, during and
after removable orthodontic appliance therapy. J Clin Periodontol 1985; 12: 360–
368.
2. Da Silva F, Kimpara T, Kimpara ET, Mancini MN, Balducci I, Jorge AO, Koga-
Ito CY. Effectiveness of six different disinfectants on removing five microbial
species and effects on the topographic characteristics of acrylic resin. J
Prosthodont 2008; 17: 627–633.
3. Diebrich P. Keimbesiedlung und verschiedene Reinigungsverfahren
kieferorthopädischer Geräte Fortschr. Kieferorthopäd 1989; 50: 231–239.
4. Eichenauer J, Serbesis C, Ruf S. Cleaning removable orthodontic appliances.J
Orofac Orthop 2011; 72: 389–395.
5. Hobson RS, Clark JD. How UK orthodontists advise patients on oral hygiene. Br J
Orthod 1998; 25: 64–67.
6. Khurana M, Martin M. Orthodontics and infective endocarditis. Br J Orthod 1999;
26: 295–298.
7. Lessa F, Enoki C, Ito I, Faria G, Matsumoto MA, Nelson-Filho P. In-vivo
evaluation of the bacterial contamination and disinfection of acrylic baseplates of
removable orthodontic appliances. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2007; 131:
705.e11–17.
8. Peixoto I, Enoki C, Ito I, Matsumoto MA, Nelson-Filho P. Evaluation of home
disinfection protocols for acrylic baseplates of removable orthodontic appliances:
A randomized clinical investigation. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2011; 140:
51–57.
9. Pietrzak P, Smiech-Slomkowska G. Evaluation of oral hygiene using OHI in
patients treated with removable appliances. Czas Stomatol 2009; 62: 728–734.
10. Vizitiu TC, Ionescu E. Microbiological changes in orthodontically treated
patients. Therapeutics, Pharmacology and Clinical Toxicology, 2010; 14: 283–
286.
PENGGUNAAN MIKROSENSOR UNTUK MENILAI WAKTU
PENGGUNAAN HARIAN PIRANTI ORTODONTI LEPASAN:
PENELITIAN KOHORT PERSPEKTIF
Disadur dari :
Nahajowski M, Lis J, Sarul M. The Use of Microsensors to Assess the Daily Wear
Time of Removable Of Orthodontic Appliances: A Prospective Cohort Study.
Sensors 2022; 22: 1-10.
Penyaji :
Anisa Fitri
NIM : 210631148
Dosen Pembimbing :
Erliera, drg., Sp. Ort (K)
NIP : 198001132008122003
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari :
Nahajowski M, Lis J, Sarul M. The Use of Microsensors to Assess the Daily Wear
Time of Removable Of Orthodontic Appliances: A Prospective Cohort Study.
Sensors 2022; 22: 1-10.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
PENGGUNAAN MIKROSENSOR UNTUK MENILAI WAKTU
PENGGUNAAN HARIAN PIRANTI ORTODONTI LEPASAN:
PENELITIAN KOHORT PERSPEKTIF
Disadur dari :
Nahajowski M, Lis J, Sarul M. The Use of Microsensors to Assess the Daily Wear
Time of Removable Of Orthodontic Appliances: A Prospective Cohort Study.
Sensors 2022; 22: 1-10.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
PENGGUNAAN MIKROSENSOR UNTUK MENILAI WAKTU PENGGUNAAN
HARIAN PIRANTI ORTODONTI LEPASAN: PENELITIAN KOHORT
PERSPEKTIF
Disadur dari :
Nahajowski M, Lis J, Sarul M. The Use of Microsensors to Assess the Daily Wear Time of
Removable Of Orthodontic Appliances: A Prospective Cohort Study. Sensors 2022; 22: 1-
10.
Abstrak: Perawatan ortodontik dengan piranti lepasan adalah hal yang umum dan banyak
digunakan pada anak-anak dan remaja. Namun, efektivitas alat ini tergantung pada kepatuhan
pasien. Saat ini, dapat dilakukan pemeriksaan waktu pemakaian harian (DWT) dari piranti
lepasan dengan menggunakan mikrosensor khusus. Tujuan penelitian kohort prospektif ini
adalah untuk menilai tingkat kepatuhan pasien tergantung pada jenis piranti lepasan yang
digunakan. Secara total, 167 pasien (87 anak perempuan, 80 anak laki-laki) terdaftar dalam
penelitian ini dan dirawat dengan blok (Klammt, Twin-Block), pelat Schwarz, dan blok di
kombinasi dengan headgear. Semua pasien ditindaklanjuti selama 6 bulan dengan rata-rata
waktu pemakaian harian diperiksa pada saat kunjungan menggunakan sensor mikro
TheraMon® yang dipasang pada piranti lepasan. Hasil menunjukkan bahwa jenis alat
mempengaruhi kepatuhan pasien. DWT untuk piranti twin blok secara signifikan lebih lama
dibandingkan dengan DWT untuk peralatan lainnya. Pada anak perempuan telah terbukti
memakai piranti lepasan lebih baik daripada anak laki-laki. Telah terbukti bahwa sebagian
besar pasien tidak mengikuti rekomendasi ortodontis, memakai piranti lepasan lebih dari
setengah dari waktu yang direkomendasikan. Mikrosensor dapat digunakan untuk verifikasi
objektif kepatuhan pasien, yang memungkinkan untuk penilaian yang andal tentang efektivitas
perawatan dengan alat ortodontik lepasan.
Kata kunci: mikrosensor; kepatuhan; ortodonti
Pendahuluan
Piranti ortodonti lepasan telah banyak digunakan sejak Abad ke-20, ketika Andresen
dan Schwarz memperkenalkan alat monoblok dan plat aktif ke ortodontik. Sejak itu, banyak
peneliti telah meningkatkan peralatan ini, mengadaptasinya untuk perawatan maloklusi yang
berbeda. Sebagai peralatan ortodontik cekat sekarang yang umum digunakan, piranti lepasan
standar mungkin tampak seperti peninggalan masa lalu namun, piranti ini memiliki
keunggulan. Piranti ortodonti lepasan mudah dibuat dan digunakan, lebih tahan terhadap
kerusakan, dan mengurangi risiko perkembangan karies selama perawatan ortodontik. Tidak
hanya itu, alat ortodontik ini juga tidak mahal dan ideal untuk memecahkan berbagai masalah
ortodontik dalam perawatan dini dan interseptif, yaitu, secara umum pengobatan pada anak-
anak dan remaja. Kerugian terbesar terkait dengan penggunaan alat ortodontik lepasan adalah
kesulitan dalam memprediksi dan memantau kepatuhan pasien selama perawatan, sementara
jelas bahwa peralatan ini harus dipakai seperti yang direkomendasikan oleh ortodontis agar
hasilnya menjadi efektif.
Dalam beberapa abad belakangan ini dan bahkan pada awal abad ini, penilaian objektif
tentang kepatuhan pasien ortodonti yang dirawat dengan beragam jenis piranti lepasan masih
tidak mungkin dilakukan. Hal ini tidak hanya mempengaruhi prosedur klinis namun juga
keunggulan beragam penelitian terkait jenis terapi tersebut. Kepatuhan pasien merupakan
faktor yang apabila dihiraukan dapat berefek signifikan terhadap penelitian terkait efektivitas
piranti ortodonti lepasan, sehingga mempengaruhi rekomendasi strategi perawatan berdasarkan
penelitian ini.
Saat ini, masalah tersebut telah ditangani dengan sistem elektronik yang memonitor
waktu pemakaian harian (DWT) piranti ortodonti. TheraMon® (MC Technology GmbH,
Hargelsberg, Austria) merupakan sistem monitor yang sangat efektif secara klinis. TheraMon
terdiri dari (a) sensor dilapisi poliuretan berukuran 12,8 x 8,7 x 4,2mm yang membaca dan
mencatat temperature tiap 15 menit sampai akurasi 0,1oC; (b) docking station yang membaca
data yang tersimpan dalam sensor dan (c) Perangkat lunak yang tidak hanya memudahkan
analisis, visualisasi dan interpretasi data namun juga mengidentifikasi percobaan untuk
tindakan curang yang dilakukan oleh pasien. Terbukti, nilai DWT yang direkam oleh
mikrosensor TheraMon ditemukan hanya sebesar 4%. Oleh karena itu, sensor ini, selain mudah
digunakan, telah terbukti dapat diandalkan dan akurat dalam menilai DWT piranti ortodontik.
Mikrosensor yang dipasang pada piranti lepasan telah terbukti andal sebagai prediktor
koperatif pasien yang baik. Namun, masih ada kekurangan informasi mengenai jenis alat
ortodontik lepasan mana yang paling dapat diterima oleh pasien dan dengan demikian,
memungkinkan koperatif pasien yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi untuk melanjutkan
perawatan ortodontik dengan alat lepasan yang ditentukan oleh kualitas kepatuhan pasien
bergantung pada jenis alat ortodontik.
BAHAN DAN METODE
Persetujuan Panitia Bioetika No. KB-322/2014 (Panitia Bioetika Universitas
Kedokteran Wroclaw) diperoleh sebelum penelitian.
Gambar 2. Grafik contoh yang mengilustrasikan DWT rata-rata piranti ortodontik, yang dicatat
oleh sensor TheraMon® dan secara otomatis dihasilkan oleh perangkat lunak: tolerance:
deviasi dari waktu penggunaan rata-rata; target h/day: waktu penggunaan yang
direkomendasikan; Comparison: sebuah pilihan untuk membandingkan hasil pasien yang
berbeda, tidak digunakan disini; hours/day: grafik yang menunjukkan waktu penggunaan, dan
average: waktu penggunaan harian rata-rata.
Setiap sensor TheraMon® diaktifkan saat alat ortodontik diberikan kepada pasien.
Pasien dan orang tua mereka menandatangani persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian
setelah menerima informasi tentang: (a) penggunaan mikrosensor pada piranti nantinya, (b)
sensor tidak berbahaya sama sekali, dan (c) aturan untuk sukarela berpartisipasi dalam
penelitian dan kemungkinan untuk berhenti berpartisipasi kapan saja.
Semua peserta disarankan untuk memakai alat ortodontik mereka terus menerus untuk
minimal 12 jam per hari dan melakukan pemeriksaan rutin bulanan. Terapi diberikan oleh
ortodontis yang sebelumnya dilatih dalam penggunaan program komputer yang digunakan
untuk membaca data sensor. Data sensor dibaca pada setiap kunjungan kontrol. Perangkat
lunak TheraMon® secara otomatis menghitung DWT untuk setiap pasien.
HASIL PENELITIAN
Distribusi DWT empiris dalam subkelompok individu tidak berbeda secara signifikan
dari distribusi normal (p > 0,05). Syarat penerapan analisis varians BrownForsy terpenuhi
dalam kelompok yang diteliti.
Waktu kontrol rata-rata adalah 6 bulan. DWT bervariasi antara 0,34 jam/hari (pasien
wanita yang dirawat dengan TB + HG) dan 21,9 jam/hari (pasien laki-laki yang dirawat dengan
TB). Tujuh pasien dirawat dengan alat Klammt dan empat pasien dirawat dengan alat Schwarz
tidak menghadiri kunjungan kontrol, sehingga tidak mungkin untuk membaca sensor. Hanya
tujuh pasien (enam perempuan dan satu laki-laki) mematuhi rekomendasi medis (minimal 12
jam pemakaian terus menerus per hari). Rata-rata DWT di setiap kelompok berdasarkan jenis
kelamin ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Statistik deskriptif DWT aktual piranti ortodontik.
Ada korelasi yang signifikan secara statistik antara kepatuhan pasien dan jenis kelamin.
DWT aktual piranti ortodontik lebih lama pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-
laki dengan selisih rata-rata 1,3 jam (7,1 vs 5,8 jam; p = 0,014; Gambar 3).
Gambar 3. DWT actual piranti ortodontik pada anak perempuan dan laki-laki serta hasil dari
uji signifikansi. DWT: Waktu Penggunaan Harian
Ditemukan juga bahwa jenis alat ortodontik berpengaruh pada kepatuhan pasien. DWT
TB secara signifikan lebih lama dibandingkan dengan DWT tiga jenis piranti ortodontik
lainnya (p <0,05; Gambar 4). DWT K, S, dan TB dengan HG tidak berbeda signifikan (p >
0,05).
Gambar 4. Analisis univariat perbedaan DWT actual piranti ortodonti dalam kelompok pasien
yang berbeda jenis piranti ortodonti, dan hasil analisis varian univariat dan uji post hoc (least
significant difference test; uji LSD). K: Piranti Klammt, S: piranti Schwarz; TB: piranti twin
blok, TB+HG: piranti twin blok dengan headgear.
PEMBAHASAN
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan mikrosensor telah memungkinkan dokter
untuk secara objektif memantau DWT peralatan ortodontik lepasan selama perawatan.
Penelitian menggunakan Sistem TheraMon® menunjukkan bahwa kepatuhan pasien jauh lebih
rendah daripada yang direkomendasikan oleh ortodontis. Selain itu, dalam penelitian ini
didapat DWT rata-rata 7,1 jam per hari pada anak perempuan dan 5,8 jam pada anak laki-laki,
dengan minimal 12 jam DWT yang direkomendasikan. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
peneliti lain dimana kepatuhan pasien tidak pernah melebihi 7-9 jam yang mana
direkomendasikan untuk digunakan 8-15 jam perhari, mengindikasikan bahwa hanya dapat
percaya bahwa pasien menggunakan piranti ortodontiknya semalaman. Pada penelitian lain
terkait kepatuhan pasien selama perawatan dengan piranti ortodonti lepasan, terbukti bahwa
walaupun DWT rata-rata hanya sebesar 63-67% dari 14-15jam perhari yang
direkomendasikan, persentase ini sangat beragam pada tiap individual; 0,0-89,3%. Schaefer
dkk, menemukan bahwa kepatuhan pasien hampir mendekati nilai yang diperlukan (yaitu lebih
dari 12 jam perhari) pada 7% pasien, sementara Schott dan Ludwig menekankan bahwa 25%
pasien menggunakan piranti ortodontinya kurang dari 7 jam perhari, yang secara signifikan
mengurangi kemungkinan keberhasilan klinis, atau keberhasilan perawatan maloklusi.
Schott dkk. menemukan kepatuhan pasien yang relatif rendah pada pasien yang dirawat
dengan piranti fungsional dan pasien yang memakai retainer. Meskipun Sergl dan Zentner
menemukan bahwa tingkat kepatuhan pasien tergantung pada jenis alat ortodontik, DWT tidak
diverifikasi secara objektif dalam penelitian mereka. Pemantauan kepatuhan pasien berbasis
sensor meningkatkan keunggulan hasil penelitian ini. Tidak ada perbedaan secara statistik yang
signifikan dalam hal kepatuhan pasien yang dirawat dengan K, S, dan TB dengan HG. Namun,
DWT TB secara signifikan lebih lama (Gambar 4), yang mungkin menunjukkan bahwa pasien
menjadi mudah terbiasa dengan alat ini; sehingga, dapat disimpulkan bahwa TB berpotensi
menjadi alat ortodontik yang sangat efektif dalam hal hasil perawatan. Dapat juga diasumsikan
bahwa gigitan buatan tidak menghalangi penerimaan pasien terhadap alat ortodontik mereka;
sehingga tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien yang juga dibuktikan dengan DWT
yang relatif panjang.
Pasien yang paling tidak patuh adalah mereka yang dirawat menggunakan TB
kombinasi HG (kelompok TB + HG). Perbedaan yang signifikan dalam hal DWT dibandingkan
dengan kelompok TB mungkin menunjukkan keengganan pasien untuk memakai HG.
Penelitian sebelumnya mengenai kepatuhan pasien yang dirawat dengan HG
mengungkapkan bahwa DWT rata-rata adalah 5-7 jam per hari dibandingkan dengan DWT
yang direkomendasikan yaitu 12 jam. Nilai ini tidak berubah meskipun pasien sadar bahwa
mereka sedang dipantau. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini (5,8 ± 1,1 jam/hari untuk
anak perempuan dan 5,2 ± 0,9 jam/hari untuk anak laki-laki, yang sesuai dengan 43–48% dari
rekomendasi 12 jam per hari) sangat mirip dengan nilai yang dilaporkan dalam literatur dan
rata-rata DWT = 5,8 jam, yang diidentifikasi dalam tinjauan sistematis oleh Al-Moghrabi et al.
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata DWT piranti ortodontik melebihi 7
jam/hari pada kelompok K dan TB, sekitar 6,5 jam pada kelompok S, dan tidak melebihi 5,5
jam/hari pada kelompok TB + HG. Hanya tujuh pasien dari semua kelompok yang sepenuhnya
mematuhi rekomendasi dokter. Hasil ini mirip dengan yang diperoleh dalam penelitian serupa
oleh Al-Kurwi dkk. Ada beberapa penjelasan yang masuk akal untuk hasil ini. Penelitian
sebelumnya menemukan bahwa penurunan kualitas hidup karena maloklusi dan penampilan
gigi mempengaruhi kooperatif pasien remaja. Motivasi pasien, selain pengaruh rekan-rekan
mereka dan figur otoritas, ditemukan menjadi faktor yang menentukan kepatuhan terhadap
rekomendasi perawatan. Ditemukan bahwa pasien yang dirawat di fasilitas medis swasta
mengikuti rekomendasi DWT jauh lebih ketat daripada mereka yang dirawat di bawah asuransi
kesehatan wajib.
Ada pendapat yang bertentangan mengenai pengaruh jenis kelamin pada kepatuhan
pasien. Penelitian saat ini melaporkan kepatuhan yang lebih baik secara statistik pada anak
perempuan. Meskipun pasien tahu bahwa kepatuhan mereka dipantau dengan mikrosensor,
kebanyakan dari mereka tidak mencapai DWT yang direkomendasikan yaitu selama 12 jam.
Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa
kepatuhan pasien belum cukup baik, bahkan ketika pasien dan orang tua mengetahui bahwa
DWT direkam. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil yang diperoleh oleh peneliti lain.
Dalam penelitian lain, pasien biasanya tidak merubah perilaku mereka selama perawatan. Oleh
karena itu, karena motivasi pasien selama terapi tidak berhasil, penting di awal memilih pasien
yang hanya akan mematuhi rekomendasi dengan baik.
Disarankan bahwa DWT peralatan ortodontik lepasan adalah 12-14 jam. Sayangnya,
penelitian ini membuktikan bahwa DWT yang diverifikasi secara obyektif tersebut kurang dari
7 jam rata-rata. Selain itu, bahkan dalam kelompok yang paling patuh anak perempuan yang
dirawat dengan TB, DWT rata-rata yang didapat adalah 8,1 jam/hari (Tabel 1). Fakta bahwa
hampir 7% pasien dalam penelitian ini benar-benar tidak patuh juga membahayakan prognosis
keberhasilan perawatan dengan piranti ortodontik lepasan.
Hal ini membuktikan bahwa asumsi sebelumnya terkait efektivitas perawatan terlalu
tinggi, karena pengukuran dan pemantauan DWT memiliki risiko bias yang tinggi. Asumsi ini
bertentangan dengan hasil penelitian ini, yang dengan jelas membenarkan kebutuhan untuk
mengevaluasi kembali keefektifan piranti ortodontik lepasan untuk memperbarui rekomendasi
lama tentang DWT. Namun, evaluasi tersebut hanya membutuhkan pasien kooperatif yang
memenuhi syarat untuk penelitian. Pemilihan sederhana pasien difasilitasi oleh kesimpulan
yang ditarik dalam penelitian ini sebelumnya tentang pengaruh kebutuhan perawatan dan
persepsi individu pasien tentang daya tarik senyum terhadap kepatuhan mereka selama
pengobatan.
Analisis tingkat kepatuhan pasien selama perawatan merupakan masalah kompleks,
yang merupakan masalah berbatasan antara psikologi dan kedokteran; definisi kepatuhan juga
kontroversial. Tidak ada kesepakatan penuh tentang arti dari istilah itu sendiri. Namun, terlepas
dari definisi, kepatuhan pasien sangat penting untuk keberhasilan perawatan ortodontik,
terutama dengan piranti lepasan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan
pasien. Oleh karena itu, banyak peneliti berfokus pada penentuan faktor-faktor ini, yang
memungkinkan untuk memprediksi kepatuhan pasien sebelum piranti ortodontik dirancang dan
diproduksi. Penelitian kami sebelumnya dan juga penelitian oleh Amado et al. menemukan
bahwa tingkat kepatuhan pasien bergantung pada ciri-ciri kepribadian pasien dan, yang lebih
penting adalah orang tua pasien.
Di sisi lain, penelitian oleh Daniels et al. menekankan motivasi pasien dan orang tuanya
untuk berobat, karena ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kepatuhan pasien
berikutnya. Pada setidaknya dua tahapan terapi, Bos mengungkapkan bahwa keberhasilan fase
pertama terapi ortodontik memainkan peran penting dalam kecenderungan pasien untuk patuh
pada tahapan selanjutnya. Contoh spesifik dari perawatan ortodontik fase 1 adalah terapi
fungsional. Menurut data ilmiah yang tersedia perawatan maloklusi tertentu, misalnya, Kelas
II, paling efektif selama periode percepatan pertumbuhan, yaitu pubertas. Sayangnya, Albino
dkk. mengkonfirmasi dari pengamatan klinis pada banyak ortodontis bahwa jauh lebih sulit
untuk memotivasi pasien remaja daripada orang dewasa. Selain itu, Dinwiddie dan Müller
membuktikan bahwa kepatuhan anak melemah dengan munculnya pubertas . Menurut Tsomos
et al., penelitian skala besar diperlukan untuk membangun korelasi antara usia pasien dan
kepatuhan. Dalam perspektif tersebut, evaluasi objektif metode penilaian kepatuhan pasien
yang murni berasal dari motivasi pasien untuk menggunakan piranti ortodontik lepasan
tampaknya cukup relevan.
Kurangnya evaluasi objektif saat ini berarti bahwa derajat modifikasi pertumbuhan
tulang kraniofasial yang dilaporkan dalam penelitian yang melibatkan pasien yang dirawat
dengan terapi fungsional bisa jadi kontroversial. Muncul pertanyaan apakah hasilnya akan
berbeda? jika pemantauan kepatuhan pasien sepenuhnya dapat diandalkan. Penilaian subjektif
dan medis berbasis wawancara tentang tingkat kepatuhan pasien selama terapi fungsional
adalah keterbatasan utama tidak hanya dari penelitian orisinal sederhana atau penelitian
komparatif tetapi juga dari uji coba secara acak. Penelitian oleh Ghafari et al. dan O'Brien dkk.
Menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal pengukuran sefalometrik
pasien yang dirawat dan tidak dirawat maloklusi kelas II. Profit mempertanyakan relevansi dari
hasil penelitian tersebut terhadap efektivitas klinis terapi fungsional. Dia menekankan bahwa
dalam hal ketidakmungkinan evaluasi objektif kepatuhan pasien, semua penelitian yang ada
mengenai efektivitas terapi fungsional, yang menunjukkan potensi keseluruhan dari pilihan
terapi piranti fungsional, tidak sepenuhnya dapat diandalkan. Penelitian ini membuktikan
bahwa hasil sangat memuaskan dari perawatan fungsional dapat dicapai pada pasien yang
patuh.
Derajat kepatuhan pasien sedikit bergantung pada tingkat keparahan maloklusi yang
diukur dengan IOTN (Indeks Kebutuhan Perawatan Ortodontik). Dengan perencanaan
perawatan ortodontik dini menggunakan piranti lepasan, dapat diasumsikan bahwa pasien
dengan maloklusi ringan akan kurang patuh, yang seharusnya mempengaruhi keputusan
penyedia layanan kesehatan untuk membatasi dana publik yang dihabiskan untuk mengobati
gangguan tersebut. Sayangnya, kepatuhan pasien tidak dapat diprediksi pada mereka dengan
maloklusi parah, yang berarti bahwa perawatan harus dipantau secara hati-hati dan obyektif
dan dihentikan jika rekomendasi ortodontis tidak diikuti.
Artikel ini adalah ringkasan dari penelitian percontohan; Namun, dikarenakan
penelitian ini dilanjutkan dalam universitas kami, hal ini dapat memberikan bukti penting
apakah pasien dengan konfirmasi tingkat kepatuhan mereka kemungkinan akan mempengaruhi
hasil terapi yang dicapai. Penting juga bahwa semua peserta penelitian yang mendapat manfaat
dari perawatan ortodontik diganti dananya oleh Dana Kesehatan Nasional.
Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya, bahwa besarnya
variasi DWT individu menekankan kebutuhan pasien remaja untuk terlibat aktif dalam
pengobatan. Pencatatan DWT piranti ortodontik lepasan menggunakan mikrosensor adalah alat
yang berguna dalam deteksi dini pasien yang tidak patuh, yang memungkinkan intervensi cepat
untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
KETERBATASAN
Usia saat dimulai pengobatan dan keparahan maloklusi tidak diacak dalam berbagai
kelompok pasien yang dirawat dengan berbagai jenis peralatan ortodontik, yang mungkin
menyebabkan bias data yang diperoleh dan, dengan demikian, secara negatif mempengaruhi
hasil.
Karena periode pengamatan dilakukan selama musim panas, penurunan khas kepatuhan
pasien dapat diamati selama liburan (terutama pada bulan Juli dan Agustus). Tidak
mengherankan bahwa pasien secara signifikan kurang termotivasi untuk mematuhi
rekomendasi perawatan selama liburan. Beberapa dari mereka benar-benar menghentikan
pengobatan, terutama pasien yang dirawat dengan headgear (HG). Oleh karena itu, pemantauan
pasien dalam jangka waktu yang lebih lama dapat mengurangi masalah ini.
KESIMPULAN
(1) Anak-anak yang dirawat di bawah asuransi kesehatan wajib memakai pirantiortodontik
lepasan dengan jangka waktu yang jauh lebih pendek dari yang direkomendasikan; tingkat
kepatuhan pasien yang sangat rendah, hampir 54% dari 12 jam yang diperlukan per hari,yang
kemungkinan secara signifikan mengurangi efektivitas perawatan ortodontik.
(2) Karena pasien yang dirawat dengan piranti lepasan paling banyak bersedia menggunakan
twin blok (TB), alat ini paling sering dipilih untuk perawatan fungsional dalam orthodonsia.
(3) Penelitian lebih lanjut harus fokus pada cara terbaik untuk mendorong pasien untuk
mematuhi rekomendasi perawatan untuk meningkatkan efektivitas perawatan ortodontik
dengan piranti lepasan.
(4) Mikrosensor adalah alat berharga yang memungkinkan verifikasi penelitian yang dilakukan
sebelumnya dan kesimpulan yang dihasilkan darinya tetapi juga dapat digunakan untuk
melaksanakan penelitian yang dulunya tidak mungkin, yang merupakan kunci penting untuk
pengembangan ortodontik di masa depan.
REFERENSI
1. Proffit, W.R. Contemporary Orthodontics, 5th ed.; Elsevier/Mosby: St. Louis, MO, USA,
2013; ISBN 9780323083171.
2. Koretsi, V.; Zymperdikas, V.F.; Papageorgiou, S.N.; Papadopoulos, M.A. Treatment Effects
of Removable Functional Appliances in Patients with Class II Malocclusion: A Systematic
Review and Meta-Analysis. Eur. J. Orthod. 2015, 37, 418–434. [CrossRef] [PubMed]
3. Tausche, E.; Luck, O.; Harzer, W. Prevalence of Malocclusions in the Early Mixed Dentition
and Orthodontic Treatment Need. Eur. J. Orthod. 2004, 26, 237–244. [CrossRef] [PubMed]
4. Bernas, A.J.; Banting, D.W.; Short, L.L. Effectiveness of Phase I Orthodontic Treatment in
an Undergraduate Teaching Clinic. J. Dent. Educ. 2007, 71, 1179–1186. [CrossRef] [PubMed]
5. Franchi, L.; Pavoni, C.; Faltin, K.; McNamara, J.A.; Cozza, P. Long-Term Skeletal and
Dental Effects and Treatment Timing for Functional Appliances in Class II Malocclusion.
Angle Orthod. 2013, 83, 334–340. [CrossRef] [PubMed]
6. Schott, T.C.; Göz, G. Die Einstellung Junger Patienten Zu Tragezeit, Tragezeitverordnung
Und Elektronischer Tragezeitmessung von Herausnehmbaren Apparaturen—Ergebnisse Einer
Fragebogenstudie. J. Orofac. Orthop. 2010, 71, 108–116. [CrossRef] [PubMed]
7. Brierley, C.A.; Benson, P.E.; Sandler, J. How Accurate Are TheraMon® Microsensors at
Measuring Intraoral Wear-Time? Recorded vs. Actual Wear Times in Five Volunteers. J.
Orthod. 2017, 44, 241–248. [CrossRef]
8. Schott, T.C.; Ludwig, B. Microelectronic Wear-Time Documentation of Removable
Orthodontic Devices Detects Heterogeneous Wear Behavior and Individualizes Treatment
Planning. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2014, 146, 155–160. [CrossRef] [PubMed]
9. Schott, T.C.; Schlipf, C.; Glasl, B.; Schwarzer, C.L.; Weber, J.; Ludwig, B. Quantification
of Patient Compliance with Hawley Retainers and Removable Functional Appliances during
the Retention Phase. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2013, 144, 533–540. [CrossRef]
10. Schäfer, K.; Ludwig, B.; Meyer-Gutknecht, H.; Schott, T.C. Quantifying Patient Adherence
during Active Orthodontic Treatment with Removable Appliances Using Microelectronic
Wear-Time Documentation. Eur. J. Orthod. 2015, 37, 73–80. [CrossRef]
11. Tsomos, G.; Ludwig, B.; Grossen, J.; Pazera, P.; Gkantidis, N. Objective Assessment of
Patient Compliance with Removable Orthodontic Appliances: A Cross-Sectional Cohort
Study. Angle Orthod. 2014, 84, 56–61. [CrossRef]
12. Pauls, A.; Nienkemper, M.; Panayotidis, A.; Wilmes, B.; Drescher, D. Effects of Wear
Time Recording on the Patient’s Compliance. Angle Orthod. 2013, 83, 1002–1008. [CrossRef]
[PubMed]
13. Bartsch, A.; Witt, E.; Sahm, G.; Schneider, S. Correlates of Objective Patient Compliance
with Removable Appliance Wear. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 1993, 104, 378–386.
[CrossRef]
14. Sergl, H.G.; Zentner, A. A Comparative Assessment of Acceptance of Different Types of
Functional Appliances. Eur. J. Orthod. 1998, 20, 517–524. [CrossRef] [PubMed]
15. Brandão, M.; Pinho, H.S.; Urias, D. Clinical and Quantitative Assessment of Headgear
Compliance: A Pilot Study. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2006, 129, 239–244. [CrossRef]
16. Bos, A.; Kleverlaan, C.J.; Hoogstraten, J.; Prahl-Andersen, B.; Kuitert, R. Comparing
Subjective and Objective Measures of Headgear Compliance. Am. J. Orthod. Dentofac.
Orthop. 2007, 132, 801–805. [CrossRef]
17. Cureton, S.L.; Regennitter, F.J.; Yancey, J.M. Clinical versus Quantitative Assessment of
Headgear Compliance. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 1993, 104, 277–284. [CrossRef]
18. Al-Moghrabi, D.; Salazar, F.C.; Pandis, N.; Fleming, P.S. Compliance with Removable
Orthodontic Appliances and Adjuncts: A Systematic Review and Meta-Analysis. Am. J.
Orthod. Dentofac. Orthop. 2017, 152, 17–32. [CrossRef]
19. Al-Kurwi, A.S.A.; Bos, A.; Kuitert, R.B. Overjet Reduction in Relation to Wear Time with
the van Beek Activator Combined with a Microsensor. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2017,
151, 277–283. [CrossRef]
20. Miguel, J.A.M.; Sales, H.X.; Quintão, C.C.; Oliveira, B.H.; Feu, D. Factors Associated
with Orthodontic Treatment Seeking by 12–15-Year-Old Children at a State University-
Funded Clinic. J. Orthod. 2010, 37, 100–106. [CrossRef]
21. El-Huni, A.; Colonio Salazar, F.B.; Sharma, P.K.; Fleming, P.S. Understanding Factors
Influencing Compliance with Removable Functional Appliances: A Qualitative Study. Am. J.
Orthod. Dentofac. Orthop. 2019, 155, 173–181. [CrossRef]
22. Daniels, A.S.; Seacat, J.D.; Inglehart, M.R. Orthodontic Treatment Motivation and
Cooperation: A Cross-Sectional Analysis of Adolescent Patients’ and Parents’ Responses. Am.
J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2009, 136, 780–787. [CrossRef] Sensors 2022, 22, 2435 10 of 10
23. Agar, U.; Doruk, C.; Altu ˇ g Biçakçi, A.; Bükü¸so ˇ glu, N. The Role of Psycho-Social
Factors in Headgear Compliance. ˇ Eur. J. Orthod. 2005, 27, 263–267. [CrossRef]
24. Clemmer, E.J.; Hayes, E.W. Patient Cooperation in Wearing Orthodontic Headgear. Am.
J. Orthod. 1979, 75, 517–524. [CrossRef]
25. Hyun, P.; Preston, C.B.; Al-Jewair, T.S.; Park-Hyun, E.; Tabbaa, S. Patient Compliance
with Hawley Retainers Fitted with the SMARTH Sensor: A Prospective Clinical Pilot Study.
Angle Orthod. 2015, 85, 263–269. [CrossRef] [PubMed]
26. Chen, J.Y.; Will, L.A.; Niederman, R. Analysis of Efficacy of Functional Appliances on
Mandibular Growth. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2002, 122, 470–476. [CrossRef]
27. Sarul, M.; Kawala, B.; Kozanecka, A.; Łyczek, J.; Antoszewska-Smith, J. Objectively
Measured Compliance during Early Orthodontic Treatment: Do Treatment Needs Have an
Impact? Adv. Clin. Exp. Med. 2017, 26, 83–87. [CrossRef] [PubMed]
28. Sarul, M.; Antoszewska-Smith, J.; Park, H.S. Self-Perception of Smile Attractiveness as a
Reliable Predictor of Increased Patient Compliance with an Orthodontist. Adv. Clin. Exp. Med.
2019, 28, 1633–1638. [CrossRef] [PubMed]
29. Woolass, K.F.; Shaw, W.C.; Viader, P.H.; Lewis, A.S. The Prediction of Patient Co-
Operation in Orthodontic Treatment. Eur. J. Orthod. 1988, 10, 235–243. [CrossRef]
30. Albino, J.E.N.; Lawrence, S.D.; Lopes, C.E.; Nash, L.B.; Tedesco, L.A. Cooperation of
Adolescents in Orthodontic Treatment. J. Behav. Med. 1991, 14, 53–70. [CrossRef]
31. Amado, J.; Sierra, A.M.; Gallón, A.; Álvarez, C.; Baccetti, T. Relationship between
Personality Traits and Cooperation. Angle Orthod. 2008, 78, 688–691. [CrossRef]
32. Dinwiddie, R.; Müller, W.G. Adolescent Treatment Compliance in Asthma. J. R. Soc. Med.
2002, 95, 68–71. [CrossRef] [PubMed]
33. O’Brien, K.; Wright, J.; Conboy, F.; Sanjie, Y.W.; Mandall, N.; Chadwick, S.; Connolly,
I.; Cook, P.; Birnie, D.; Hammond, M.; et al. Effectiveness of Early Orthodontic Treatment
with the Twin-Block Appliance: A Multicenter, Randomized, Controlled Trial. Part 1: Dental
and Skeletal Effects. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2003, 124, 234–243. [CrossRef]
34. O’Brien, K.; Wright, J.; Conboy, F.; Chadwick, S.; Connolly, I.; Cook, P.; Birnie, D.;
Hammond, M.; Harradine, N.; Lewis, D.; et al. Effectiveness of Early Orthodontic Treatment
with the Twin-Block Appliance: A Multicenter, Randomized, Controlled Trial. Part 2:
Psychosocial Effects. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2003, 124, 488–494. [CrossRef]
35. O’Brien, K.; Wright, J.; Conboy, F.; Sanjie, Y.W.; Mandall, N.; Chadwick, S.; Connolly,
I.; Cook, P.; Birnie, D.; Hammond, M.; et al. Effectiveness of Treatment for Class II
Malocclusion with the Herbst or Twin-Block Appliances: A Randomized, Controlled Trial.
Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2003, 124, 128–137. [CrossRef]
36. Sarul, M.; Nahajowski, M.; Gawin, G.; Antoszewska-Smith, J. Does Daily Wear Time of
Twin Block Reliably Predict Its Efficiency of Class II Treatment? J. Orofac. Orthop. 2021, 1–
10. [CrossRef]
37. Schott, T.C.; Ludwig, B. Quantification of Wear-Time Adherence of Removable
Appliances in Young Orthodontic Patients in Relation to Their BMI: A Preliminary Study.
Patient Prefer. Adherence 2014, 8, 1587–1595. [CrossRef]
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari:
Dinu S, et al. Toxicological Assessment of an Acrylic Removable Orthodontic Appliance
Using 2D and 3D In Vitro Methods. Materials 2022; 15: 1-14.
Penyaji:
Nurhalijah
NIM: 210631135
Dosen Pembimbing:
Erliera, drg., Sp.Ort (K)
NIP: 198001132008122003
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari:
Dinu S, et al. Toxicological Assessment of an Acrylic Removable Orthodontic Appliance
Using 2D and 3D In Vitro Methods. Materials 2022; 15: 1-14.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disadur dari:
Dinu S, et al. Toxicological Assessment of an Acrylic Removable Orthodontic Appliance
Using 2D and 3D In Vitro Methods. Materials 2022; 15: 1-14.
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
PENILAIAN TOKSIKOLOGI DARI ALAT ORTODONTIK LEPASAN
AKRILIK MENGGUNAKAN METODE 2D DAN 3D IN VITRO
Kata kunci: alat lepasan akrilik; orthodonsi; in vitro; Epidermis manusia yang
direkonstruksi 3D; biokompatibilitas; sitotoksisitas
1. Pendahuluan
Alat ortodontik yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat lepasan
akrilik yang dibuat oleh Docs Lab dari Timisoara, Romania. Cetakan model
terbuat dari pencetakan 3D resin sensitif UV Anycubic dengan printer SLA
3D Printer Photon-S berbasis LCD (HONGKONG ANY-CUBIC
TECHNOLOGY CO., LIMITED, Shenzhen, China), berdasarkan kesan digital
(Gambar1) yang diambil dengan pemindai intraoral 3D terbaru dan
tercanggih, MEDIT i700 (Medit corp, Seoul, Korea) (Gambar2) di Klinik
Gigi Keluarga.
2. 5 kultur sel
3. Hasil
3. 1 Penilaian Sitotoksisitas
Gambar 7.Persentase viabilitas sisipan model kulit EpiDerm (EPI-200 SIT) pada
18 jam pasca perawatan dengan sampel uji (ARAa, ARAn, dan ARAb) pada
pengenceran 1:1. Analisis one way ANOVA dan post-test Dunett dilakukan
untuk menentukan perbedaan statistik antara sisipan yang diberi perlakuan
sampel dan sisipan yang diberi perlakuan kontrol negatif (**p<0,01;
****p<0,0001). Kontrol positif (PC) adalah 1% SDS, sedangkan kontrol
negatif (NC) adalah DPBS.
4. Diskusi
Polimer telah menarik perhatian ahli ortodonti karena sifat mekanik dan
estetiknya. Meskipun demikian, dalam beberapa tahun terakhir peringatan telah
diberikan mengenai pelepasan zat yang berpotensi beracun dari polimer
sintetik. Salah satu zat tersebut adalah bisphenol A, dengan implikasi untuk
beberapa patologi, termasuk perkembangan kanker ovarium [18]. Orthocryl
adalah akrilik cold-cured yang diproduksi oleh Dentaurum; ini terdiri dari
polimer dengan partikel besar yang mencegah menetesnya akrilik dan
monomer. Ini memiliki waktu kerja yang lebih lama dan siklus curing yang
lebih pendek di bawah 40◦C [43].
5. Kesimpulan
Referensi
1. Elyaskhil, M.; Shafai, N.A.A.; Mokhtar, N. Effect of malocclusion severity on
oral health related quality of life in Malay adolescents. Health Qual. Life
Outcomes 2021, 19, 71. [CrossRef] [PubMed]
2. Tefera, A.T.; Bekele, B.G.; Derese, K.; Andualem, G. Prevalence of Occlusal
Features and Their Relation to Sociodemographic Variables in Northwest
Ethiopia: A Cross-Sectional Study. Clin. Cosmet. Investig. Dent. 2021, 13, 459–
468. [CrossRef] [PubMed]
3. Mistry, P.; Moles, D.R.; O’Neill, J.; Noar, J. The occlusal effects of digit sucking
habits amongst school children in Northamptonshire (UK). J. Orthod. 2010, 37,
87–92. [CrossRef] [PubMed]
4. Yao, J.; Li, D.-D.; Yang, Y.-Q.; McGrath, C.P.J.; Mattheos, N. What are
patients’ expectations of orthodontic treatment: A systematic review. BMC
Oral Health 2016, 16, 19. [CrossRef]
5. Katepogu, P.; Balagangadhar; Patil, C.D.; Jakati, S.V. A Comparative
Evaluation of Frictional Resistance of Conventional, Teflon and Epoxy Coated
Stainless Steel Archwires in Metal, Ceramic Brackets—An In vitro Study. J.
Adv. Med. Med. Res. 2020, 32, 307–315. [CrossRef]
6. Alajmi, S.; Shaban, A.; Al-Azemi, R. Comparison of Short-Term Oral Impacts
Experienced by Patients Treated with Invisalign or Conventional Fixed
Orthodontic Appliances. Med. Princ. Pract. 2019, 29, 382–388. [CrossRef]
7. Huh, H.; Chaudhry, K.; Stevens, R.; Subramani, K. Practice of lingual
orthodontics and practitioners’ opinion and experience with lingual braces in the
United States. J. Clin. Exp. Dent. 2021, 13, 789–794. [CrossRef]
8. Tamer, I.; Oztas, E.; Marsan, G. Orthodontic Treatment with Clear Aligners
and The Scientific Reality Behind Their Marketing: A Literature Review. Turk.
J. Orthod. 2019, 32, 241–246. [CrossRef]
9. Elkholy, F.; Schmidt, S.; Amirkhani, M.; Schmidt, F.; Lapatki, B.G. Mechanical
Characterization of Thermoplastic Aligner Materials: Recommendations for Test
Parameter Standardization. J. Health Eng. 2019, 2019, 8074827. [CrossRef]
10. Weir, T. Clear aligners in orthodontic treatment. Aust. Dent. J. 2017, 62, 58–62.
[CrossRef]
11. Papadimitriou, A.; Mousoulea, S.; Gkantidis, N.; Kloukos, D. Clinical
effectiveness of Invisalign® orthodontic treatment: A systematic review.
Prog. Orthod. 2018, 19, 37. [CrossRef] [PubMed]
12. Hosny, M.A.A.; Alasmari, F.S.; Alsaidi, N.M.; Alsharif, H.M.; Alshareef,
S.A.; Aldwyyan, N.F.; Alahmadi, R.Y.; Almutairi, R.A.; Almutairi, B.M.;
Alhemaidi, G.S.; et al. Indications, advantages, disadvantages and
effectiveness of Invisalign aligners. Int. J. Community Med. Public Health
2021, 8, 5064. [CrossRef]
13. Baseer, M.A.; Almayah, N.A.; Alqahtani, K.M.; Alshaye, M.I.; Aldhahri,
M.M. Oral Impacts Experienced by Orthodontic Patients Undergoing Fixed or
Removable Appliances Therapy in Saudi Arabia: A Cross-Sectional Study.
Patient Prefer. Adherence 2021, 15, 2683–2691. [CrossRef] [PubMed]
14. Longoni, J.N.; Lopes, B.M.V.; Freires, I.A.; Dutra, K.L.; Franco, A.;
Paranhos, L.R. Self-ligating versus conventional metallic brackets on
Streptococcus mutans retention: A systematic review. Eur. J. Dent. 2017, 11,
537–547. [CrossRef] [PubMed]
15. Gorbunkova, A.; Pagni, G.; Brizhak, A.; Farronato, G.; Rasperini, G. Impact
of Orthodontic Treatment on Periodontal Tissues: A Narrative Review of
Multidisciplinary Literature. Int. J. Dent. 2016, 2016, 4723589. [CrossRef]
[PubMed]
16. E Kettle, J.; Hyde, A.C.; Frawley, T.; Granger, C.; Longstaff, S.J.; E Benson, P.
Managing orthodontic appliances in everyday life: A qualitative study of young
people’s experiences with removable functional appliances, fixed appliances and
retainers. J. Orthod. 2020, 47, 47–54. [CrossRef] [PubMed]
17. Faltermeier, A.; Rosentritt, M.; Müssig, D. Acrylic removable appliances:
Comparative evaluation of different postpolymerization methods. Am. J. Orthod.
Dentofac. Orthop. 2007, 131, 301.e16–301.e22. [CrossRef]
18. Hassan, R.; Aslam Khan, M.U.; Abdullah, A.M.; Abd Razak, S.I. A
Review on Current Trends of Polymers in Orthodontics: BPA-Free and
Smart Materials. Polymers 2021, 13, 1409. [CrossRef]
19. Ma, Y.; Liu, H.; Wu, J.; Yuan, L.; Wang, Y.; Du, X.; Wang, R.; Marwa, P.W.;
Petlulu, P.; Chen, X.; et al. The adverse health effects of bisphenol A and
related toxicity mechanisms. Environ. Res. 2019, 176, 108575. [CrossRef]
20. Siracusa, J.S.; Yin, L.; Measel, E.; Liang, S.; Yu, X. Effects of bisphenol A
and its analogs on reproductive health: A mini review.Reprod. Toxicol. 2018,
79, 96–123. [CrossRef]
21. Naderi, M.; Kwong, R.W. A comprehensive review of the neurobehavioral
effects of bisphenol S and the mechanisms of action: New insights from in
vitro and in vivo models. Environ. Int. 2020, 145, 106078. [CrossRef]
[PubMed]
22. Dumitrascu, M.C.; Mares, C.; Petca, R.-C.; Sandru, F.; Popescu, R.-I.;
Mehedintu, C.; Petca, A. Carcinogenic effects of bisphenol A in breast and
ovarian cancers (Review). Oncol. Lett. 2020, 20, 1. [CrossRef] [PubMed]
23. Sabour, A.; El Helou, M.; Roger-Leroi, V.; Bauer, C. Release and toxicity of
bisphenol-A (BPA) contained in orthodontic adhesives: A systematic review.
Int. Orthod. 2021, 19, 1–14. [CrossRef] [PubMed]
24. Zafar, M.S. Prosthodontic Applications of Polymethyl Methacrylate (PMMA):
An Update. Polymers 2020, 12, 2299. [CrossRef]
25. Chen, K.; Zhang, T.; Bao, S. Water Absorption Rate Prediction of PMMA and
Its Composites Using BP Neural Network. MATEC Web Conf. 2016, 67, 6017.
[CrossRef]
26. Hassan, M.; Asghar, M.; Din, S.U.; Zafar, M.S. Thermoset polymethacrylate-
based materials for dental applications. In Materials for Biomedical
Engineering; Elsevier: Amsterdam, The Netherlands, 2019; pp. 273–308.
27. Pituru, S.M.; Greabu, M.; Totan, A.; Imre, M.; Pantea, M.; Spinu, T.; Tancu,
A.M.C.; Popoviciu, N.O.; Stanescu, I.-I.; Ionescu, E. A Review on the
Biocompatibility of PMMA-Based Dental Materials for Interim Prosthetic
Restorations with a Glimpse into their Modern Manufacturing Techniques.
Materials 2020, 13, 2894. [CrossRef]
28. Saruta, J.; Ozawa, R.; Hamajima, K.; Saita, M.; Sato, N.; Ishijima, M.;
Kitajima, H.; Ogawa, T. Prolonged Post-Polymerization Biocompatibility of
Polymethylmethacrylate-Tri-n-Butylborane (PMMA-TBB) Bone Cement.
Materials 2021, 14, 1289. [CrossRef]
29. Vasiliu, M.P.; Sachelarie, L.; Romila, L.E.; Folescu, E.; Atanase, L.; Zaharia,
A. Surface State Studies and Biocompatibility of PMMA. J. Biomim.
Biomater. Biomed. 2016, 28, 57–65. [CrossRef]
30. Ozkir, S.E.; Yilmaz, B.; Unal, S.M.; Culhaoglu, A.; Kurkcuoglu, I. Effect of
heat polymerization conditions and microwave on the flexural strength of
polymethyl methacrylate. Eur. J. Dent. 2018, 12, 116–119. [CrossRef]
31. Sifakakis, I.; Eliades, T. Adverse Reactions to Orthodontic Materials. Aust.
Dent. J. 2017, 62, 20–28. [CrossRef]
32. Maia, L.H.E.G.; Filho, H.L.D.L.; Araújo, M.V.A.; Ruellas, A.C.D.O.; Araújo,
M.T.D.S. Incorporation of metal and color alteration of enamel in the presence
of orthodontic appliances. Angle Orthod. 2012, 82, 889–893. [CrossRef]
[PubMed]
33. Keinan, D.; Mass, E.; Zilberman, U. Absorption of Nickel, Chromium, and
Iron by the Root Surface of Primary Molars Covered with Stainless Steel
Crowns. Int. J. Dent. 2010, 2010, 326124. [CrossRef] [PubMed]
34. Pourhajibagher, M.; Salehi-Vaziri, A.; Noroozian, M.; Akbar, H.; Bazarjani,
F.; Ghaffari, H.; Bahador, A. An orthodontic acrylic resin containing seaweed
Ulva lactuca as a photoactive phytocompound in antimicrobial photodynamic
therapy: Assessment of anti-biofilm activities and mechanical properties.
Photodiagnosis Photodyn. Ther. 2021, 35, 102295. [CrossRef] [PubMed]
35. Dinu, S.; Buzatu, R.; Macasoi, I.; Popa, M.; Vlad, C.S.; Marcovici, I.;
Pinzaru, I.; Dehelean, C.A.; Moacă, E.-A.; Barbu-Tudoran, L.; et al.
Toxicological Profile of Biological Environment of Two Elastodontic Devices.
Processes 2021, 9, 2116. [CrossRef]
36. Hut, E.-F.; Radulescu, M.; Pilut, N.; Macasoi, I.; Berceanu, D.; Coricovac, D.;
Pinzaru, I.; Cretu, O.; Dehelean, C. Two Antibiotics, Ampicillin and
Tetracycline, Exert Different Effects in HT-29 Colorectal Adenocarcinoma
Cells in Terms of Cell Viability and Migration Capacity. Curr. Oncol. 2021,
28, 2466–2480. [CrossRef]
37. Skin Irritation for Medical Device Extracts (ISO 10993–23:2021). MatTek Life
Sciences. Available online: https://www.mattek. com/application/medical-device-
extracts-skin-irritation-iso-10993/ (accessed on 15 December 2021).
38. Pinzaru, I.; Tanase, A.; Enatescu, V.; Coricovac, D.; Bociort, F.; Marcovici, I.;
Watz, C.; Vlaia, L.; Soica, C.; Dehelean, C. Proniosomal Gel for Topical
Delivery of Rutin: Preparation, Physicochemical Characterization and In Vitro
Toxicological Profile Using 3D Reconstructed Human Epidermis Tissue and
2D Cells. Antioxidants 2021, 10, 85. [CrossRef]
39. Vaida, L.; Mutiu, G.; Tara, I.G.; Bodog, F. An Algorithm of Ethical Approach
to The Orthodontic Patient. Iran. J. Public Health 2015,44, 1296–1298.
40. Sulewska, M.E.; Baczewska, A.; Bugała-Musiatowicz, B.; Waszkiewicz-
Sewastianik, E.; Pietruski, J.K.; Pietruska, M. Long-Term Assessment of
Periodontal Tissues after Corticotomy-Assisted Orthodontic Arch Expansion.
J. Clin. Med. 2021, 10, 5588. [CrossRef]
41. Sharma, M.R.; Chaturvedi, T. An Overview of Biocompatibility of
Orthodontic Materials. J. Indian Orthod. Soc. 2008, 42, 27–32. [CrossRef]
42. Cardoso, R.M.; Godinho, J.; Jardim, L. Bond strength of orthodontic brackets
to polymethylmethacrylate: Effect of the surface treatment and adhesive
system. Rev. Port. Estomatol. Med. Dent. Cir. Maxilofac. 2021, 62, 2.
[CrossRef]
43. Dentaurum. Orthodontics Catalog, 22nd ed.; Dentaurum: Ispringen, Germany,
2020; pp. 377–385.
44. Nik, T.H.; Shahroudi, A.S.; Eraghihzadeh, Z.; Aghajani, F. Comparison of
residual monomer loss from cold-cure orthodontic acrylic resins processed by
different polymerization techniques. J. Orthod. 2014, 41, 30–37. [CrossRef]
[PubMed]
45. Chakravarthi, S.; Padmanabhan, S.; Chitharanjan, A.B. Allergy and
orthodontics. J. Orthod. Sci. 2012, 1, 83–87. [CrossRef][PubMed]
46. Viwattanatipa, N.; Pataijindachote, J.; Juntavee, N. Corrosion Analysis of
Orthodontic Wires: An Interaction Study of Wire Type, pH and Immersion
Time. Adv. Dent. Oral Health 2018, 10, 555780. [CrossRef]
47. Wendl, B.; Wiltsche, H.; Lankmayr, E.; Winsauer, H.; Walter, A.;
Muchitsch, A.; Jakse, N.; Wendl, M.; Wendl, T. Metal release profiles of
orthodontic bands, brackets, and wires: An in vitro study. J. Orofac. Orthop.
2017, 78, 494–503. [CrossRef]
48. Schiff, N.; Dalard, F.; Lissac, M.; Morgon, L.; Grosgogeat, B. Corrosion
resistance of three orthodontic brackets: A comparative study of three fluoride
mouthwashes. Eur. J. Orthod. 2005, 27, 541–549. [CrossRef]
49. Jacoby, L.S.; Junior, V.D.S.R.; Campos, M.; de Menezes, L.M. Cytotoxic
outcomes of orthodontic bands with and without silver solder in different cell
lineages. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 2017, 151, 957–963. [CrossRef]
50. Wataha, J.C.; Hanks, C.T.; Sun, Z. Effect of cell line on in vitro metal ion
cytotoxicity. Dent. Mater. 1994, 10, 156–161. [CrossRef]
51. Bonatto, L.D.R.; Goiato, M.C.; Silva, E.; Oliveira, S.H.P.; Haddad, M.F.;
Chaves-Neto, A.H.; Brito, V.G.B.; dos Santos, D.M. Biocompatibility of
primers and an adhesive used for implant-retained maxillofacial prostheses: An in
vitro analysis. J. Prosthet. Dent. 2017, 117, 799–805. [CrossRef]
52. Çakırbay Tanış , M.; Akay, C.; Sevim, H. Cytotoxicity of long-term denture
base materials. Int. J. Artif. Organs 2018, 41, 677–683.[CrossRef]
53. Lung, C.; Darvell, B. Minimization of the inevitable residual monomer in
denture base acrylic. Dent. Mater. 2005, 21, 1119–1128. [CrossRef]
54. Huang, H.-H. Corrosion resistance of stressed NiTi and stainless steel
orthodontic wires in acid artificial saliva. J. Biomed. Mater. Res. 2003, 66A,
829–839. [CrossRef] [PubMed]
55. Kao, C.-T.; Ding, S.-J.; He, H.; Chou, M.Y.; Huang, T.-H. Cytotoxicity of
Orthodontic Wire Corroded in Fluoride Solution In Vitro.Angle Orthod. 2007,
77, 349–354. [CrossRef]
56. Galeotti, A.; Uomo, R.; Spagnuolo, G.; Paduano, S.; Cimino, R.; Valletta, R.;
D’Antò, V. Effect of pH on in vitro biocompatibility of orthodontic miniscrew
implants. Prog. Orthod. 2013, 14, 15. [CrossRef] [PubMed]
57. Baruffaldi, D.; Palmara, G.; Pirri, C.; Frascella, F. 3D Cell Culture: Recent
Development in Materials with Tunable Stiffness. ACS Appl. Bio Mater. 2021,
4, 2233–2250. [CrossRef]
58. Vannet, B.V.; Mohebbian, N.; Wehrbein, H. Toxicity of used orthodontic
archwires assessed by three-dimensional cell culture. Eur. J. Orthod. 2006, 28,
426–432. [CrossRef]
59. Lu, Y.; Kim, S.; Park, K. In vitro–in vivo correlation: Perspectives on model
development. Int. J. Pharm. 2011, 418, 142–148. [CrossRef]
60. Bechir, F.; Pacurar, M.; Tohati, A.; Bataga, S.M. Comparative Study of
Salivary pH, Buffer Capacity, and Flow in Patients with and without
Gastroesophageal Reflux Disease. Int. J. Environ. Res. Public Health 2021,
19, 201. [CrossRef]
61. Fróis, A.; Evaristo, M.; Santos, A.C.; Louro, C.S. Salivary pH Effect on
Orthodontic Appliances: In Vitro Study of the SS/DLC System. Coatings
2021, 11, 1302. [CrossRef]
62. Lee, M.; Hwang, J.-H.; Lim, K.-M. Alternatives to In Vivo Draize Rabbit
Eye and Skin Irritation Tests with a Focus on 3D Reconstructed Human
Cornea-Like Epithelium and Epidermis Models. Toxicol. Res. 2017, 33, 191–
203. [CrossRef]
63. Hayden, P.J.; Bachelor, M.; Ayehunie, S.; Letasiova, S.; Kaluzhny, Y.;
Klausner, M.; Kandárová, H. Application of MatTek In Vitro Reconstructed
Human Skin Models for Safety, Efficacy Screening, and Basic Preclinical
Research. Appl. In Vitro Toxicol. 2015, 1, 226–233. [CrossRef]