PENDAHULUAN
Gejala klinis stroke yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasi. Kejadian stroke diawali dengan gejala berupa muka terasa tebal,
telapak kaki dan tangan kebas/mati rasa, secara mendadak merasa lemas di bagian lengan atau
kaki terutama di satu sisi tubuh saja, kesulitan berjalan, pusing, hilangnya
keseimbangan/koordinasi tubuh secara mendadak, kesulitan untuk berbicara, mengerti, atau
bingung secara tiba-tiba, kesulitan untuk melihat dengan satu atau dua mata secara mendadak,
dan nyeri kepala mendadak tanpa penyebab yang jelas.
Data dari Riskesdas tahun 2018 ditemukan prevalensi stroke di Indonesia sebesar
10,9 per 1.000 penduduk. Stroke lebih banyak menyerang pada penderita usia >75 tahun 50,2 per
1.000 penduduk, pada jenis kelamin laki-laki 11,0 per 1.000 penduduk, penduduk daerah
perkotaan 12,6 per 1.000 penduduk, tidak/belum pernah sekolah 21,2 per 1.000 penduduk dan
tidak bekerja 21,8 per 1.000 penduduk. Di Kalimantan Selatan sendiri tecatat sebagai salah satu
provinsi di Indonesia, menempati urutan ke- 5 prevalensi stroke tertinggi di Indonesia.
Prevalensi stroke di Kalimantan Selatan diperkirakan sebesar 9,2 per mil (Riskesdas, 2013).
Jumlah pasien rawat inap sendiri pada ruang Stroke RS.BOEJASIN Pelaihari yang mengalami
stroke Non Hemoragik dari bulan Juni sampai bulan September 2020 tercatat sebanyak 86 orang.
Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang kurang tentang faktor resiko dan
peringatan gejala stroke cenderung terlambat memberikan penanganan awal terhadap stroke
masalah demografi, serta ketiadaan sarana transportasi dan masalah ekonomi. Keluarga sangat
berperan dalam fase pemulihan ini, sehingga sejak awal. Perawatan keluarga diharapkan terlibat
dalam penanganan penderita (Mulyatsih,2008). Pengambilan keputusan untuk tindakan
kesehatan pada pasien stroke bergantung dari sikap dan pengetahuan keluarga pasien stroke
sendiri. . Sikap keluarga dalam memberikan perawatan pada pasien yang dilatarbelakangi oleh
minimnya pengetahuan yang mereka punya tentang penyakit stroke serta perawatannya inilah
yang nantinya memberikan kemungkinan terjadinya serangan stroke ulang.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan beban akibat stroke tersebut
adalah dengan memberikan tindakan atau penanganan segera pada saat serangan pertama pada
pasien stroke (Utaminingsih,2015), dengan ini diharapkan masyarakat cepat dan tanggap akan
adanya gejala stroke dan cepat membawa penderita ke pusat rujukan terdekat atau segera
menghubungi ambulans,. Ada beberapa tindakan yang dilakukan keluarga pada saat kejadian
stroke antara lain penderita langsung diantar kerumah sakit agar segera mendapatkan
penanganan, diantar terlebih dahulu ke petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan). Gejala-gejala
awal stroke tersebut perlu dikenali agar penanganan stroke secara dini dapat dilakukan dengan
baik dimulai dari penanganan prahospital yang cepat dan tepat. Keluarga diharapkan mempunyai
pengetahuan dalam mengenali tanda awal stroke sehingga dapat mengambil keputusan untuk
segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan atau memanggil tim emergency. Keberhasilan
penanganan stroke akut dimulai dari pengetahuan masyarakat dan petugas kesehatan, bahwa
stroke merupakan keadaan gawat darurat sehingga penanganan stroke dapat dilakukan secepat
mungkin. Penanganan stroke harus dilakukan secara dini oleh keluarga..
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan beban akibat penyakit stroke
tersebut adalah meningkatkan outcome dengan memberikan tindakan atau penanganan segera
setelah serangan stroke serta memberikan pelayanan yang komprehensif selama perawatan di
rumah sakit. Sekitar 80% penderita stroke datang ke rumah sakit lebih dari tiga jam setelah
serangan. Keterlambatan ini merupakan masalah utama yang dihadapi penderita stroke untuk
mendapatkan pertolongan segera.
Berdasarkan data yang didapat dari jumlah pasien rawat inap pada ruang Stroke
RS.BOEJASIN Pelaihari yang mengalami stroke Non Hemoragik dari bulan Juni sampai bulan
September 2020 sebanyak 86 orang. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap lima orang
keluarga yang menemani pasien menjalani pengobatan dirumah sakit, empat diantaranya
menyatakan bahwa mereka tidak mengatahui gejala awal stroke sehingga setelah mengalami
serangan stroke lebih dari tiga jam baru diantar ke fasilitas kesehatan. Mereka merasa gejala
yang dirasakan merupakan hal yang biasa sehingga mereka tetap melakukan aktivitas seperti
biasanya dan lebih sering hanya dengan pengobatan alternatif,seperti memijat dan meminum
ramuan tradisional..Ketiadaan penyuluhan terkait penyuluhan penyakit Stroke menjadi salah satu
faktor keterlambatan penanganan stroke juga.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana hubungan penanganan awal kejadian stroke dengan pengetahuan keluarga.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Know (Tahu)
Yaitu mengingat, menghafal suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Comprehension (Pemahaman)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menginterprestasikan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat diinterpretasi dengan benar.
3. Application (Penerapan)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip dan prosedur materi yang telah
dipelajari pada waktu, situasi atau kondisi sesungguhnya.
4. Analysis (Analisis)
Yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam bentuk komponen-
komponen. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat
menggambarkan/membuat bagan, membedakan atau memisahkan, mengelompokkan dan
lain sebagainya.
5. Synthesis (Sintesis)
Yaitu kemampuan untuk melakukan/menghubungkan bagian-bagian kedalam satu bentuk
keselarasan yang baru dengan kata lain. Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formulir baru dengan formasi yang ada.
6. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keselarasan yang baru dengan kata lain evaluasi adalah kemampuan
untuk menilai dan menyusun formulir dari formula-formula yang ada.
Berdasarkan hal tersebut diatas disebutkan bahwa pengetahuan adalah suatu proses
mulai dari mengingat, memahami, selanjutnya mampu melanjutkan ,menjabarkan dan
mampu untuk menilai dari suatu objek atau stimulus tertentu (Notoadmojo, 2003). Ada
beberapa factor yang dapat mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarok (2007):
1. Tingkat pendidikan.
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
7. Informasi
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah,
upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and
error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba.
Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
1. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
2. Gejala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada
kondisi tertentu.
b) Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia
dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1. Insiden
stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-rata
25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang lebih
muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Hal ini, hormon merupakan 15 yang berperan dapat melindungi
wanita sampai mereka melewati masaMasa melahirkan anak (Burhanuddin,
Wahidudin, Jumriani, 2012). Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan
memiliki peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk terserang stroke. Hal
ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan perempuan untuk terserang stroke
pada usia dewasa awal adalah sama. Pria memiliki risiko terkena stroke iskemik
atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun,
wanita memiliki resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga baik jenis
kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena
stroke pada usia dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani, 2013).
c) Genetik (herediter)
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh genetik pada risiko
stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti gen mana yang
berperan dalam terjadinya stroke.
d) Ras dan etnis
Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada berkulit
putih setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan diabetes mellitus. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi :
a) Hipertensi
Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga timbul
perdarahan otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir seluruh organ
tubuh, terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer.
Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung kepada seberapa 16 besar
tekanan darah itu, seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari
kondisi sebelumnya, dan kehadiran faktor risiko lain. Insiden stroke dapat
bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan
darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke
iskemik, perdarahan intrakranial, maupun perdarahan subaraknoid.
b) Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol sekitar
1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi
kolesterol jika mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol inilah
yang menempel pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin hari
semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding pembuluh
darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke
otot jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi
serangan jantung. Sementara bila yang 17 tersumbat adalah pembuluh darah
pada bagian otak maka sering disebut stroke (Burhanuddin et all, 2012).
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi
kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL
(lemak jahat) yang akan mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang
kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah (Junaidi, 2011).
c) Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada
pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar atau pembuluh darah
otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menghambat aliran
darah dikarenakan pada kadar gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah
sehingga menghamabat aliran darah ke otak. Hiperglikemia
dapatmenurunkan sintesis prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran
arteri, meningkatkanya pembentukan trombosis dan menyebabkan glikolisis
protein pada dinding arteri. Diabetes melitus juga dapat menimbulkan
perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung), diabetes
melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih
tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar. Pasien yang
memiliki riwayat diabetes melitus dan menderita stroke mungkin diakibatkan
karena riwayat 18 diabetes melitus diturunkan secara genetik dari keluarga
dan diperparah dengan pola hidup yang kurang sehat seperti banyak
mengkonsumsi makanan yang manis dan makanan siap saji yang tidak
diimbangi dengan berolahraga teratur atau cenderung malas bergerak
(Burhanuddin et all, 2012).
d) Penyakit Jantung
Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia pada otak. Ini
disebabkan karena denyut jantung yang tidak teratur dapat menurunkan total
curah jantung yang mengakibatkan aliran darah di otak berkurang (iskemia).
Selain itu terjadi pelepasan embolus yang kemudian dapat menyumbat
pembuluh darah otak. Ini disebut dengan stroke iskemik akibat trombosis.
Seseorang dengan penyakit atau kelainan jantung beresiko terkena atroke 3
kali lipat dari yang tidak memiliki penyaki atau kelainan jantung. (Hull,
1993)
e) Obesitas
Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler dan stroke
(Wahjoepramono, 2005). Jika seseorang memiliki berat badan yang
berlebihan, maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Patel, 1995).
Obesitas dapat juga mempercepat terjadinya proses aterosklerosis pada
remaja dan dewasa muda (Madiyono, 2003). Oleh karena itu, penurunan
berat badan dapat mengurangi risiko terserang stroke. Penurunan berat badan
menjadi berat badan yang normal merupakan cerminan dari aktivitas fisik
dan pola makan yang baik.
f) Merokok
Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak terjadi
pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko stroke akan menurun
setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah
berhenti merokok.Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi
fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang
timbulnya aterosklerosis (Pizon & Asanti, 2010). Arteriskle rosis dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah yang lambat
karena terjadi viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan tekanan
pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran
melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi lemak yang
berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan menurunkan jumlah HDL
(kolestrol baik) atau menurunkan kemampuan HDL dalam menyingkirkan
kolesterol LDL yang berlebihan (Burhanuddin et all, 2012)
2.1.8 Komplikasi
Pasien yang mengalami gejala berat rentan terhadap komplikasi diantaranya:
1. Pneumonia, aspirasi yang berkaitan dengan kehilangan refleks jalan napas, imobilitas
atau hipoventilasi.
2. Septikemia akibat ulkus dekubitus/ infeksi saluran kemih.
Keadaan ini diakibatkan karena berbaring terlalu lama dan malas berpindah posisi
yang menyebabkan luka lecet dan infeksi pada bagian tubuh yang sering menjadi
tumpuan berbaring seperti panggul, pantat dan kaki.
3. Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis),
Terhentinya gerakan otot tungkai sehingga aliran didalam pembuluh darah vena
tungkai terganggu yang meningkatkan resiko untuk terjadinya penggumpalan darah
pada tungkai yang mengalami kelumpuhan.
4. emboli paru, Infark miokard, aritmia jantung, dan gagal jantung
5. Ketidakseimbangan cairan
6. Hipertensi/ hipotensi
Peningkatan TIK pada stroke menyebabkan terjadinya penekanan pada batang
otak sehingga batang otak mengalami iskemik dan neuron penghambat simpatik
dibatang otak menjadi tidak aktif dan kerja saraf simpatik meningkat yang
mengakibatkan tekanan sistemik meningkat.
7. Kejang
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu populasi
neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak.
8. Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Ruangan intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah dan cairan
serebrospinalis.
9. Kontraktur, tonus otot abnormal.
10. Malnutrisi
11. Inkontinentia urine, bowel
Diakibatkan karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan,
dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi
dalam respons terhadap pengisian kandung kemih. Kontrol sfingter urinarius eksternal
hilang/berkurang.
Faktor-faktor yang mempunyai kontribusi pada disabilitas jangka panjang,
meliputi:
1. Ulkus decubitus
Keadaan ini diakibatkan karena berbaring terlalu lama dan malas berpindah
posisi yang menyebabkan luka lecet dan infeksi pada bagian tubuh yang sering
menjadi tumpuan berbaring seperti panggul, pantat dan kaki.
2. Epilepsi
Terjadi akibat jaringan otak normal di bawah kondisi patologik tertentu
seperti perubahan keseimbangan asam-basa atau elektrolit.
3. Jatuh berulang dan fraktur
4. Pastisitas dengan nyeri, kontraktur dan kekakuan sendi bahu (frozen shoulder)
Keadaan ini diakibatkan oleh imobilisasi sendi dalam jangka waktu yang
lama karena tidak adanya perbaikan fungsi motoris mengakibatkan terjadinya
pertumbuhan jaringan ikat pada capsul sendi yang menyebabkan sendi sulit untuk
digerakkan.
5. Depresi
Terjadi akibat penderita stroke merasa tidak mampu menjalani hidupnya serta
tidak mendapat dukungan dari keluarga.