Anda di halaman 1dari 73

MORTALITAS

(KEMATIAN)

Sesi ke-9
Ummi Kalsum
Dasar Kependudukan _IKM
Universitas Jambi
Pengantar:

• Kematian terkait dengan masalah sosial dan ekonomi


• Komitmen MDGs → pada tahun 2015:
- Angka Kematian Bayi menjadi 20 per 1000
kelahiran hidup
- Angka Kematian Ibu menjadi 124 per 100.000
kelahiran hidup
• Informasi kematian berguna untuk:
- proyeksi penduduk → untuk perencanaan
pembangunan
- evaluasi program yang terkait dengan kebijakan
kependudukan
Mortalitas
• Salah satu dari tiga komponen demografi selain
fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi
jumlah dan komposisi umur penduduk.
• Dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan
dimana saja.
• Berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat
istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
• Indikator kematian berguna untuk memonitor
kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3
Mortalitas
• Kematian dewasa: karena penyakit menular, penyakit
degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko
terhadap kematian.
• Kematian bayi dan balita: karena penyakit sistim
pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang
merupakan penyakit karena infeksi kuman (krn gizi
buruk).
• Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai
sasaran (MDG’s sekarang SDG’s) untuk menurunkan
AKB sebesar 2/3 dari angka 1990 atau menjadi 20/1000
kelahiran bayi pada tahun 2015 dan menurunkan
kematian ibu sebesar 3/4nya menjadi 124/100.000
kelahiran.
4
Konsep “Mortalitas”

3 konsep yg berkaitan dengan mortalitas:


1. Lahir hidup (live birth)
2. Mati (death)
3. Lahir mati (fetal death)
Definisi (UN dan WHO):

Mati (death):
keadaan menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap
saat setelah kelahiran hidup

• Mati hanya bisa terjadi setelah terjadi kelahiran hidup


• Keadaan mati selalu didahului dengan keadaan hidup
- Tidak ada mati kalau tidak pernah ada hidup
- “lahir mati” tidak dimasukkan dalam mati maupun
hidup
Definisi Mortalitas
• Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.
• Keadaan mati selalu didahului dengan keadaan
hidup.
• Kemajuan teknologi kedokteran → sulit
membedakan keadaan mati dan hidup secara
klinis.
• Harus dibedakan dengan Lahir hidup (live birth)
dan Lahir mati (fetal death).
7
Definisi Mortalitas
• Lahir hidup (live birth) yaitu peristiwa keluarnya
hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara
lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan
dan setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil
konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda
hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali
pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa
memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau
belum.
• Lahir Mati (fetal death) yaitu peristiwa
menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil
konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut
dikeluarkan dari rahim ibunya.
TBS-M 8
Definisi Mortalitas

• Lahir mati dibedakan menjadi:


➢Stillbirth (late fetal death) yaitu kematian yang
terjadi pada janin yang berusia 20-28 minggu.
➢Keguguran (miscarriages) yaitu kematian janin
dalam kandungan secara spontan atau karena
kecelakaan, yang terjadi pada awal kehamilan.
➢Aborsi yaitu kematian janin yang terjadi pada awal
kehamilan, secara sengaja.
• Jadi “lahir mati” tidak dimasukkan dalam mati
atau hidup.

9
Sumber Data Mortalitas
• Idealnya data kematian dapat diperoleh dari hasil
Registrasi Vital, karena mencatat data kematian
secara langsung. Tapi di Indonesia belum berjalan.
• Beberapa sumber data kematian yaitu Sensus
Penduduk, Survey, dan sumber-sumber lain seperti
Rumah Sakit, dinas pemakaman, kantor polisi dan
lain-lain.
• Di Indonesia perkiraan angka kematian didasarkan
hasil Sensus dan survei penduduk.
10
Sumber Data Mortalitas
• Data kematian dari Sensus atau Survei:
– Bentuk langsung (direct mortality data):
• Ditanyakan langsung ada/tidak kejadian kematian
• Untuk 1 tahun terakhir → Current Mortality data.
– Bentuk tidak langsung (indirect mortality data):
• Pertanyaan tentang kelangsungan hidup
(survivorship).
• Di Indonesia biasanya dipakai data survivorship
anak, misalnya: ‘jumlah anak yang lahir hidup’ dan
‘jumlah anak yang masih hidup’. 11
Pengukuran mortalitas membutuhkan ketepatan
dalam:
1. Kelompok orang yang akan diukur (yang dimaksudkan)
2. Tipe peristiwa yang akan diukur (kematian umum,
kematian bayi, kematian ibu, dll)
3. Penentuan interval waktu

Perbedaan pada setiap faktor dari ketiganya akan


menyebabkan banyak perbedaan ukuran
kependudukan terhadap kematian

Yang penting diperhatikan dalam pengukuran tingkat


mortalitas adalah‘PENYEBUT’ (denominator)
Ukuran demografi yang terkait dgn kematian

‘Rate’/’Angka’

• ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu kejadian


demografis (kelahiran, kematian, migrasi) selama
periode tertentu.
• merupakan hasil pembagian antara jumlah kejadian
yang terjadi selama periode tertentu dengan jumlah
penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian
tersebut pada periode yang sama.
• pembilang merupakan bagian dari penyebut
• penyebut disebut juga sebagai “person-years lived
exposed to risk”
KONSEP PYL

Konsep “jumlah tahun hidup orang” (person-years lived)


sering untuk menyatakan besarnya jumlah penduduk
yang mengalami risiko suatu peristiwa

Perlu diingat:
Jumlah penduduk baik pada awal tahun maupun pada
akhir tahun adalah suatu angka yang sangat berbeda
dengan “jumlah tahun hidup orang”
• Menghitung “jumlah tahun hidup orang” pada
jumlah penduduk yang besar → akan
dibutuhkan waktu lama

• Karena itu dilakukan perkiraan dengan asumsi :


jumlah kelahiran, kematian, masuk dan
keluarnya penduduk (migrasi) terjadi merata
selama periode yang ingin diketahui.

• Berdasarkan asumsi tersebut maka jumlah orang


yang hidup pada pertengahan tahun (30 Juni atau
1 Juli) adalah perkiraan yang baik terhadap
“jumlah tahun hidup orang”
Penduduk yang hidup pada pertengahan tahun disebut:
‘PENDUDUK PERTENGAHAN’ (penduduk sentral)

Perlu diperhatikan:
Untuk daerah yang jumlah penduduknya sedikit / kecil
atau menghitung ukuran mortalitas tertentu maka
“jumlah penduduk tengah tahun” bukan perkiraan yang
baik untuk menghitung PYL.
Contoh:
Angka Kematian Bayi (AKB):
- jumlah bayi di suatu daerah biasanya tidak
banyak
- bayi adalah orang yang baru menjalani
kehidupan < 1 tahun
- ancaman kematian pada bayi sangat besar
Pada populasi kecil, untuk menghitung penduduk pada
tengah tahun biasanya dengan cara:
Penduduk pada tanggal 1 Januari tahun x ditambah
dengan penduduk pada tanggal 1 Januari tahun x+1
kemudian dibagi dua.

Contoh:
Jumlah penduduk Kota Surabaya tanggal 1 Januari 2000
= 2.599.796 jiwa, sedangkan pada tanggal 1 Januari 2001 =
2.613.315 jiwa.
Maka jumlah penduduk tengah Kota Surabaya tahun 2000
= (2.599.796 + 2.613.314) / 2 = 2.606.555 jiwa
Konsep “Person-Years Lived”

• Jumlah orang yang mempunyai risiko mengalami


suatu kejadian demografi (kematian, melahirkan, dan
migrasi)
• Diterjemahkan sebagai “Tahun Orang Hidup”
• Karena sulit untuk mendapat data yang akurat,
“tahun orang hidup” diperkirakan dengan
menggunakan asumsi bahwa jumlah kelahiran/
kematian/pindah adalah sama sebelum dan sesudah
pertengahan dari suatu periode, atau sama dengan
jumlah penduduk tengah periode, yaitu rata-rata
dari penduduk awal tahun dan akhir tahun →
disebut juga “mid-year population”
‘Ratio’/’Rasio’

• ukuran yang merupakan hasil perbandingan antara


dua angka yang berbeda
• pembilang bukan bagian dari penyebut (tidak ada
kaitan)
• contoh:
rasio jenis kelamin = jumlah penduduk laki-laki dibagi
jumlah penduduk perempuan
• Dalam mendefinisikan angka dan rasio, harus jelas :
- Kapan (waktu berlakunya ukuran/kejadian)
- Siapa (ukuran mengenai populasi yang mana)
- Apa (ukuran atas kejadian apa)
Indikator Mortalitas
Indikator Mortalitas atau angka kematian yang umum
dipakai adalah:
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate
(CDR).
2. Angka Kematian Menurut Umur (Age-Specific Death
Rate – ASDR)
3. Angka Kematian Bayi (AKB)
4. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)
5. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)
6. Angka Kematian IBU (AKI)
7. Angka Harapan Hidup (AHH) atau Life Expectancy

TBS-M 21
1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate : CDR)

• Besarnya kematian yang terjadi pada suatu periode


(tahun) tertentu untuk setiap 1000 penduduk pada
tengah tahun yang sama

• Rumus : D x k
CDR = P

• dimana :
- D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
- P = Jumlah penduduk pd pertengahan tahun tertentu
- k = konstanta (1000)
Contoh:
Data Susenas tahun 2003 menunjukkan:
- jumlah kematian: 767.740 jiwa
- jumlah penduduk pertengahan tahun 2003: 214.374.096 jiwa

D
CDR = ---- x k
P
767.740
= --------------- x 1000 = 3.5 per 1000 pddk
214.374.096

Seperti fertilitas, ukuran ini juga sangat kasar karena


membandingkan jml kematian dgn jml penduduk tengah
tahun, padahal kematian menurut umur cukup bervariasi.
• berguna untuk memberikan gambaran mengenai
keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun
tertentu
• apabila dikurangkan dari Angka Kelahiran Kasar akan
menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk
alamiah
• umumnya CDR diagregasi menurut jenis kelamin dan
tempat tinggal (desa-kota)
• keterbatasan: data kematian ‘under-estimated’ krn:
- banyak yg tidak dilaporkan (spt. bayi baru lahir,
daerah terpencil, dll)
- dalam SP atau Survei, kematian yg dilaporkan
terjadi di waktu lampau → kemungkinan lupa
2. Angka Kematian Menurut Umur
(Age-Specific Death Rate : ASDR)

• Definisi:
banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu
per 1000 penduduk dalam kelompok umur yang sama
pada tengah tahun yang sama
• ASDR lebih rinci dibanding CDR karena melihat
kematian pada kelompok umur tertentu

• Risiko kematian berbeda antara satu klpk penduduk


dgn klpk penduduk lainnya → umumnya ASDR
diagregasikan menurut jenis kelamin, tempat tinggal
(desa-kota), dan karakteristik sosial - ekonomi
Rumus ASDR untuk kelompok umur i:

Di
ASDRi = ---- x k
Pi

dimana: Di = jml kematian kelompok umur i


Pi = jml penduduk kelompok umur i tengah tahun
k = konstanta (1000)
Contoh:
• Tahun 2000 jml penduduk umur 40-44 tahun: 6.424 jiwa
• Jml kematian penduduk umur 40-44 tahun pada
pertengahan tahun 2000: 92 jiwa

D40-44
ASDR40-44 = --------- x 1000
P40-44

92
= -------- x 1000
6.424

= 14,3 per 1000 pddk 40-44 tahun


• Risiko kematian berbeda antara satu klpk umur dgn
klpk umur lainnya, relatif lebih tinggi pd umur sangat
muda dan tua → grafik menyerupai huruf “U”
3. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate: IMR)

Definisi:
banyaknya kematian bayi (anak usia kurang satu tahun)
pada suatu tahun tertentu per 1000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama

D<1
Rumus: IMR = ------ x k
B

dimana: D<1 = jml kematian bayi selama satu tahun


B = jml lahir hidup selama tahun yg sama
k = konstanta (1000)
Contoh:

Pada tahun 2000 jml kematian bayi: 16.658 jiwa


Jml kelahiran hidup selama tahun 2000: 342.692 jiwa.

D<1
IMR = ------ x k
B

16.658
= ---------- x 1000
342.692

= 48,6 per 1000 kelahiran hidup


Agar tidak ‘over-estimated’, angka kematian bayi bukan
merupakan ‘rate/angka’ melainkan ‘ratio’, sehingga:

• menggunakan pendekatan ‘kejadiannya’ dan bukan


‘risiko/risk’
• penyebut menggunakan jumlah kelahiran (jumlah bayi
lahir hidup) dan bukan jumlah bayi pada pertengahan
tahun
• Angka kematian bayi mencerminkan:
- besarnya masalah kesehatan yang berkaitan
langsung dgn kematian bayi, spt diare, infeksi
saluran pernapasan, kurang gizi dll.
- tingkat kesehatan ibu → kebijakan KB & KIA
(ANC, PNC, dll.)
- tingkat sosial ekonomi masyarakat

• Angka kematian bayi juga dipakai sebagai angka


probabilitas untuk mengukur risiko kematian bayi
saat lahir sampai menjelang ulang tahun pertama.
Angka Kematian Bayi di Indonesia
1967 – 2002/3

160
Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran

140 142(a)

120
112(b)
100

80 70(d) 68(e)
75(c)
57(f)
60
46(g)
35(h)
40

20

0
1967 1978 1982 1987 1989 1993 1995 2002/3

Sumber : (a) Sensus 1971, (b) Sensus 1980, © SPI 1987,


(d) Sensus 1990, (e) SDKI 1991, (f) SDKI 1994,
(g) SDKI 1997, (h) SDKI 2002/03
Angka Kematian Neo-Natal

Definisi:
kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada
satu tahun tertentu
D0-<1 bulan
Rumus: IMR = ------------- x k
B

dimana D0-<1 bulan = jml kematian bayi umur 0 - kurang 1


bulan pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu
B = jml kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu
k = konstanta (1000)
Angka Kematian Post Neo-Natal

Definisi:
banyaknya kematian yang terjadi pada bayi yang berumur
antara 1 bulan sampai kurang 1 tahun per 1000 kelahiran
hidup pada satu tahun tertentu

Rumus: D1 bln -<1 thn


IMR = ---------------- x k
B

dimana D1 bln-<1thn = jml kematian bayi umur 1 bulan - kurang


1 tahun pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu
B = jml kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu
k = konstanta (1000)
Bagan Definisi Kematian Bayi

Post-neonatal
mortality

Infant Mortality
28 days
Neonatal mortality

One week
live birth
Stillbirths (late foetal Perinatal
deaths) deaths

28 weeks Foetal deaths


gestation
Miscarriage (early
foetal deaths)

conception Sumber: Rowland, 2003 hal. 202


4. Angka Kematian Balita

Definisi:
Banyaknya kematian anak berumur 0-5 tahun selama
satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama
pada pertengahan tahun tsb.
D0 – 5 thn
Rumus: AKBa (0- 5 th) = ------------ x k
P 0 - 5 thn

dimana D0-5 thn = jml kematian anak berusia 0-5 th (belum


tepat 5 thn) pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu
P = jml penduduk berusia 0-5 th pada pertengahan
tahun tertentu di daerah tertentu
k = konstanta (1000)
5. Angka Kematian Anak

Definisi:
Banyaknya kematian anak berumur 1-5 tahun selama
satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama
pada pertengahan tahun tsb.
D1 – 4 thn
Rumus: AKA (1- 4 th) = ------------ x k
P 1-4 thn

dimana D1- 5 thn = jml kematian anak berusia 1-4 th (belum


tepat 5 thn) pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu
P = jml penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan
tahun tertentu di daerah tertentu
k = konstanta (1000)
6. Angka Kematian Ibu (AKI)

Definisi “Kematian Ibu”:


kematian yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan oleh sebab apapun, tetapi bukan kecelakaan
atau kelalaian, dan terjadi selama kehamilan sampai
dengan 42 hari setelah persalinan (masa nifas) serta
tidak tergantung umur atau letak kehamilan (WHO)

Ada 2 ukuran:
• Maternal mortality rate
• Maternal mortality ratio
Maternal Mortality Rate

• Definisi:
banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab
lain, pada suatu periode (tahun) per 100.000
perempuan yang mempunyai risiko mengalami
kematian tersebut pada periode/tahun yang sama

• digunakan dalam laporan SDKI 2002-2003


• Rumus Maternal Mortality Rate:

Jumlah kematian ibu pada tahun tertentu x 100.000


Jumlah perempuan umur 15-49 tahun

• Angka ini menunjukkan frekuensi perempuan usia


produktif yang terekspos risiko kematian akibat
kehamilan/kelahiran (Rowland, 2003)

• Jumlah perempuan umur 15-49 tahun disebut juga


“person years lived exposed to risk” yaitu jumlah
orang yang mempunyai risiko mengalami kematian
karena kehamilan/persalinan (sesuai definisi
kematian ibu)
Maternal Mortality Ratio

• Definisi:
banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama & tempat kelahiran, yg disebabkan
krn kehamilannya atau pengelolaannya, bukan oleh
sebab-sebab lain pada suatu periode (tahun) per
100.000 kelahiran hidup pada periode/tahun yang
sama

• lebih umum digunakan, dan disebut juga sebagai


“Angka Kematian Ibu”
• digunakan dalam MDGs
• Rumus Maternal Mortality Ratio:

Jumlah kematian ibu pada tahun t x 100.000


Jumlah kelahiran hidup pada tahun t

Ukuran ini mengindikasikan:


• risiko kematian ibu di antara perempuan yg sedang
hamil
• status kesehatan seorang perempuan, akses kepd
pelayanan kesehatan dasar, dan kualitas pelayanan
kesehatan yg diterima perempuan tsb.
Contoh:

Pada tahun 2000 jumlah kematian ibu karena kehamilan dan


atau persalinan: 250 jiwa
Jumlah kelahiran hidup selama tahun 2000: 81.376 jiwa

Maternal mortality ratio:


250
= ----------- x 100.000
81.376

= 307 per 100.000 kelahiran hidup


Angka Kematian Ibu di Indonesia
1986 - 2002/3

500
400 450
334 336
300 390
200
100
0
1986 1994 1997 2003

Sumber:
- SKRT 1985/1986
- SDKI 1994, 1997, 2003/3
Persentase Kematian Maternal di Indonesia
Menurut Penyebab Kematian
SKRT Tahun 1995 dan 2001
PENYEBAB KEMATIAN 1995 2001
A. KOMPLIKASI KEHAMILAN, PERSALINAN & NIFAS
1. Perdarahan 45,1 34,3
2. Infeksi 9,6 10,5
3. Keracunan Kehamilan 14,5 23,7
4. Partus Lama/Macet 6,5 5,3
5. Obstetrik Trauma 3,2 5,3
6. Obstetrik Embolism 2,6
7. Komplikasi Puerperium 1,6 7,9
B. PENYAKIT YG MEMPERBURUK KES. IBU
1. Penyakit Infeksi 3,2 5,3
2. Anemia 1,6 2,6
3. Tidak Spesifik 9,7 2,6
C. KEMATIAN MATERNAL MNRT WAKTU KEJADIAN
1. Hamil 28,9
2. Bersalin 44,7
3. Nifas 26,3
Strategi untuk menurunkan
angka kematian maternal

Kematian ibu karena


kehamilan/persalinan

Kehamilan Komplikasi

Dicegah dengan:
1. Mencegah kehamilan
2. Mencegah terjadinya
komplikasi
3. Manajemen komplikasi yg
terjadi secara tepat guna
Hubungan Kematian Ibu dan KB

Program KB Kematian Ibu

1. Menunda kahamilan s/d usia


20 thn atau lebih
2. Memberi peluang utk
menghentikan kehamilan pd
usia 35 thn atau lebih
3. Memperkecil jumlah paritas,
dan jarak kehamilan menjadi
minimal 2 thn
4. Mengurangi risiko kehamilan
yg tidak diinginkan sehingga Sumber:
dapat mengurangi aborsi Fortney, 1987
7. Angka Harapan Hidup (AHH)

Definisi:
• Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah
rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur x,
pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas
yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
• Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata
tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru
lahir pada suatu tahun tertentu.
AHH
• Angka Harapan Hidup (Life Expectancy)
adalah perkiraan rata-rata tambahan umur
seseorang yang diharapkan dapat terus hidup.
• Biasanya AHH dibuat terpisah berdasarkan
jenis kelamin, suku/etnik, umur sekarang.
• Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-
rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi
yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.

50
• Kegunaan:
mencerminkan keberhasilan program kesehatan dan
program pembangunan sosial-ekonomi → kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk, khususnya dalam bidang kesehatan

• Cara menghitung:
Idealnya menggunakan ASDR yg datanya diperoleh
dari registrasi kematian untuk dibuat Tabel Kematian
(Life Table), tetapi krn sistem registrasi penduduk di
Indonesia belum berjalan baik → menggunakan cara
tidak langsung.
Angka Harapan Hidup di Indonesia

70
65.5
60 59.8
50
40 47.7 52.2
30
20
10
0
1971 1980 1990 2000

Sumber: Hasil Sensus Penduduk


STANDARISASI
Banyak variabel yang mempengaruhi angka kematian, antara
lain:
✓ Umur / komposisi umur
✓ Tempat tinggal (desa, kota)
✓ Pekerjaan
✓ Jenis kelamin
(hampir secara universal wanita lebih rendah tingkat
kematiannya dari pada pria, hampir pada semua kelompok
umur)
✓ Status perkawinan
(pada umur dewasa, mereka yang kawin lebih rendah tingkat
kematiannya dari pada bujangan, janda / duda, dan cerai )
STANDARISASI

➢ Standarisasi dilakukan untuk menyingkirkan /


mengendalikan pengaruh berbagai variabel pada
pengukuran angka kematian

Cara standarisasi ada dua yaitu:


1. Standarisasi langsung (Direct standarisation)
2. Standarisasi tak langsung (Indirect
standarisation)
Standardisasi
• Angka Kematian mungkin saja dipengaruhi oleh
karakteristik lain seperti komposisi umur, komposisi
pendapatan, status kawin, dll.
• Untuk mengontrol/meniadakan pengaruh variabel tsb,
digunakan cara Standardisasi.
• Standardisasi ukuran: agar dapat melakukan
perbandingan angka-angka dengan lebih akurat,
terutama angka ukuran kasar.
• Ada 2 macam standarisasi: Standardisasi Langsung
dan Standardisasi Tidak Langsung.
55
Standardisasi Langsung
• Standardisasi Langsung: standardisasi angka
kematian dgn menggunakan 1 penduduk
standar utk mengaplikasikan ASDR dari
penduduk yg akan dibandingkan.

ΣMb.Pa
m1 = ────── X 1000
P

56
Standardisasi Langsung
• Keterangan (Standardisasi Langsung):
m1 = angka kematian kasar (CDR) hasil
standardisasi
Mb = ASDR penduduk yg akan dibandingkan
Pa = jumlah penduduk standar menurut
kelompok umur
P = jumlah penduduk standar

57
STANDARISASI LANGSUNG
(Direct standarisation)
Standarisasi langsung dilakukan dengan syarat ada data:
a. Untuk populasi standar:
1. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
2. Jumlah penduduk seluruhnya
b. Untuk populasi yang distandarisasi
1. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
2. Jumlah kematian berdasarkan kelompok umur

Selain itu Populasi standar dan populasi yang akan


distandarisasi harus diketahui CDR nya
Contoh:

Populasi A Populasi B
Kelomp
umur (th) Penduduk Tingkat kematian Penduduk Tingkat kematian
tengah tahun (x1000) tengah tahun (x1000)

0 – 44 2000 35 4000 25
> 45 3000 50 1000 75

5000 CDR: 44 5000 CDR: 35


a. CDR populasi B yang distandarisasi (Populasi A sebagai
standar)
CDRB standarisasi =
 PiA DRiB
i

=
 PiA
i

2000 x 25 3000 x 75
= +
5000 5000
= 10 + 45
= 55 per 1000 penduduk ( 55 0/00 )
b. CDR populasi A yang distandarisasi (Populasi B sebagai
standar)

CDRA standarisasi =
 PiB DRiA
i

=
 PiB
i

4000 x 35 1000 x 50
= +
5000 5000
= 28 + 10
= 38 per 1000 penduduk ( 38 0/00 )
Interpretasi :

a. CDR populasi B yang distandarisasi dan populasi A


sebagai standar
Sebelum distandarisasi :
CDRA > CDRB
(440/00) (350/00)

Sesudah distandarisasi :
CDRA < CDRB
(440/00) (550/00)

CDRB < CDRB


(Sebelum stand.) (Sesudah stand.)
CDR populasi A yang distandarisasi dan populasi B sebagai
standar
Sebelum distandarisasi :
CDRA > CDRB
(440/00) (350/00)

Sesudah distandarisasi :
CDRA > CDRB
(380/00) (350/00)

CDRA > CDRA


(Sebelum stand.) (Sesudah stand.)
Standardisasi Tidak Langsung
• Standardisasi Tidak Langsung: standardisasi
angka kematian dgn menggunakan suatu
himpunan angka kematian umur tertentu
(ASDR) standar utk diaplikasikan pd masing2
penduduk yg akan dibandingkan.

d
m2 = ────── X M
ΣMa.Pb
64
Standardisasi Tidak Langsung
• Keterangan (Standardisasi Tidak Langsung):
m2 = angka kematian kasar (CDR) hasil standardisasi
d = jumlah kematian pd penduduk yg akan
dibandingkan
Ma = ASDR penduduk standar
Pb = penduduk yg akan dibandingkan menurut
kelompok umur
M = Angka Kematian Kasar penduduk standar

65
Standarisasi Tidak Langsung
(Indirect Standarisation)
Standarisasi tidak langsung dapat dilakukan apabila:
a. Populasi standar diketahui:
1. ASDR nya
2. CDR nya

b. Populasi yg akan distandarisasi diketahui:


1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur
2. Jumlah kematian seluruhnya (yang sesungguhnya)
3. CDR nya
Prosedur standarisasi tak langsung:
1. Susun populasi yang akan distandarisasi menurut
kelompok umur.
2. Tentukan populasi standar yang diketahui ASDR nya.
3. ASDR populasi standar diterapkan pada populasi yang
akan distandarisasi.
4. Hitung expected death pada setiap kelompok umur, dengan
persamaan: jumlah penduduk menurut kelompok umur x
ASDR populasi standar.
5. Jumlahkan seluruh expected death nya.
6. Hitung Standarized Mortality Ratio (SMR ) pada populasi
yang distandarisasi dengan persamaan:

Actual death
SMR =
Expected death

7. Hitung Indirect Standarized Death Rate dengan


persamaan:

ISDR = SMR x CDR populasi standar


Contoh :

ASDR populasi A (x Populasi B


Umur 1000) Jumlah Penduduk Expected Death

0–4 4,37 567.104 2.478


5 – 14 0,45 504.028 227
15 – 24 1,02 401.294 409
25 – 44 1,76 597.025 1.051
45 – 64 10,44 487.071 5.085
> 65 68,94 201.238 13.873

2.475.760 23.123
Diketahui :
CDR Populasi A = 8,860/00
CDR Populasi B = 9,080/00
Jumlah seluruh kematian populasi B yang sesungguhnya =
22.487 jiwa
Dihitung :
Actual death
SMR =
Expected death

22.487
SMR = = 0,972
23.123
Indirect Standarized = SMR x CDR pop stand
= 0,972 x 8,86
= 8,61 per 1000 penduduk
atau (8,610/00)
Interpretasi :
Sebelum standarisasi
CDRA < CDRB
(8,860/00) (9,080/00)

Sesudah standarisasi
CDRA > CDRB
(8,860/00) (8,610/00)

CDRB > CDRB


(9,080/00) (8,610/00)
(Sebelum stand.) (Sebelum stand.)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai