Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Apakah diagnosis sudah tepat?


Berdasarkan anamnesis pada status pasien, OS masuk RSUD Palembang
BARI melalui poli dengan keluhan luka operasi terbuka post SC. Post operasi SC
± 13 hari yang lalu di RS Bombaru. Luka operasi sejak 1 minggu post SC.
Berdasarkan anamnesis langsung kepada pasien, pada kasus Ny. R, berusia
39 tahun mengeluh luka operasi terbuka post SC dan mengeluarkan nanah sejak
28 april 2019. Os sebelumnya pernah menjalani operasi caesar (SC) pada tanggal
17 april 2019 di RS Bombaru, os melakukan kontrol di RS tersebut dan mengganti
perban pada tanggal 24 april 2019. Tetapi 4 hari kemudian dari bekas luka operasi
tersebut menjadi terbuka dan mengeluarkan nanah. Pada tanggal 30 april 2019 os
berobat ke RS Bombaru dan dirujuk ke RSUD Palembang BARI untuk diberi
perawatan lebih optimal. Os mendaftar di poli RSUD Palembang BARI untuk
memeriksakan kondisi lukanya dan disarankan untuk dirawat serta dilakukan
penutupan luka bekas operasi kembali (rehecting). Pasien menyangkal adanya
trauma pada abdomen, terjatuh dan demam. Tetapi os mengaku sering bergerak
terutama menggendong anaknya dan jongkok melakukan pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga.
Pasien memiliki riwayat perselianan SC sebelumnya. Pada status tidak
dituliskan riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. riwayat
menstruasi tidak ditulis. Pada riwayat perkawinan tidak ditulis. Riwayat
kontrasepsi dan riwayat ANC tidak dituliskan pada status. Pada status pun tidak
dituliskan faktor risiko terjadinya luka terbuka bekas operasi seperti apakah pasien
mengalami trauma, faktor pekerjaan ibu, infeksi, nutrisi ibu.
Berdasarkan anamnesis yang didapatkan beberapa sesuai dengan status
pasien, tetapi pada status kurang lengkap mengenai riwayat menstruas dan riwayat
kehamilan dan persalinan. perjalanan penyakit, dan masih banyak yang belum di
lengkapi pada status pasien mulai dari Riwayat penyakit, Riwayat perkawinan,
Riwayat kontrasepsi, Riwayat ANC.

30
31

Pada pemeriksaan fisik yang tertulis di status pasien, keadaan umum pasien
baik dan didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan
dan suhu tidak terlampir. Status ginekologi hanya terdapat keluhan utama dan
riwayat persalinan tanpa adanya keterangan pemeriksaan luar dan dalam.
Penegakan diagnosis awal pada kasus ini adalah wound dehiscence.
Penulisan diagnosis pada pasien ini kurang tepat sebaiknya ditambahkan pasca
operative sectio caesarea. Sehingga diagnosisnya adalah wound dehiscence pasca
operative sectio caesarea.

4.2 Apakah penatalaksanaan sudah tepat?

Penatalaksanaan Pre Operasi:


 Obs. KU + TTV
 Perawatan Luka
 Cek lab
 IVFD RL gtt 20x/menit
 Inj. Cefotaxime 2x1 gr (Alergi)
 Inj. Metronidazole 3x1
 Asam Mefenamat 3x1
 Neurodex

Penatalaksanaan Pasca Operasi:


 Obs os, perdarahan, luka operasi.
 IVFD RL gtt20x/m
 Inj. Metronidazole 3x1
 Asam Mefenamate 3x1
 Neurodex 2x1
 Cefixime 2x1
 Inj. Gentamicin 2x1
 Inj. Ketorolax 3x1

Pada tatalaksana pre operasi yang diberikan pada kasus ini diberikan cairan
RL dan antibiotik berupa injeksi cefotaxime 2x1 gram. Cefotaxime merupakan
antibiotik spektrum luas yang termasuk ke dalam golongan obat sefalosporin.
32

Tetapi pasien mengalami alergi dengan cefotaxime maka terapi tersebut tidak
dapat dilanjutkan sehingga harus diganti dengan gentamicine. Dilakukan rehecting
untuk menutup luka bekas operasi sebelumnya yang terbuka.
Pada penatalaksanaan post operasi diberikan tatalaksana yang diberikan post
operasi section caesarea yaitu IVFD RL dengan 2 oxytocin. Pemberian cairan RL
bertujuan untuk menggantikan kehilangan cairan yang terjadi akibat perdarahan
pada saat dilakukan operasi. Pemberian oxytocin bertujuan untuk meningkatkan
kontraksi dari uterus sehingga akan terjadi involusi uteri untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
Diberikan terapi injeksi ketorolax, dimana Ketorolac adalah obat dengan
fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat untuk sementara. Biasanya obat
ini digunakan sebelum atau sesudah prosedur medis, atau setelah operasi.
Ketorolac adalah golongan obat nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID)
yang bekerja dengan memblok produksi substansi alami tubuh yang menyebabkan
inflamasi. Efek ini membantu mengurangi bengkak, nyeri, atau demam.
Pemberian metronidazole 3 x 500mg pada pasien adalah dimana bertujuan
metronidazole merupakan antibiotik yang sensitif terhadap mikroorganisme
protozoa yang dapat hidup di lingkungan anaerob atau tanpa oksigen.
Ketorolac 3 x 1amp pada pasien bertujuan untuk meredakan nyeri memiliki
efek menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim
siklooksogenase (prostaglandin sintetase). Selain menghambat sintese
prostaglandin, juga menghambat tromboksan A2. ketorolac tromethamine
memberikan efek anti inflamasi dengan menghambat pelekatan granulosit pada
pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom dan menghambat
migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan.
Pada Follow Up Post Operasi di status pasien terdapat beberapa kekurangan
seperti Hasil pemeriksaan fisik umum tidak dituliskan secara lengkap, yang terdiri
dari Sensorium, Suhu tubuh, Nadi, dan Frekuensi Pernapasan. Tatalaksana pada
pasien juga tidak dituliskan secara lengkap dan terdapat beberapa kekurangan
dalam penulisan dosis, nama obat, dan cara pemberian obat.
33

Secara keseluruhan tatalaksana yang diberikan pada kasus ini kurang tepat,
belum lengkap mengenai penulisan nama obat, dosis obat, cara pemberian obat
dan pemberian obat tidak tepat.

Anda mungkin juga menyukai