Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Konsep ‘berhala’ telah lama menghiasi perjalanan hidup beragama yang ditelakkan sebagai
masalah sosial dalam kepercayaan di tengah-tengah masyarakat. Konsepsi ini disematkan dengan
kesan negatif dan buruk karena terindikasi ‘berbeda’ dengan kepercayaan utama dalam suatu
kelompok masyarakat sebagai indeks utama kehidupan mereka. Konteks kenabian sebenarnya
menjadi kunci utama dalam tulisan ini, dalam Zakaria 13:1-6 terkandung nubuatan sekaligus
kritik apokaliptis Zakaria terhadap pemberita-pemberita palsu dikalangan nabi dengan
penyembahan berhala sebagai pendekatan kritis yang paling utama.
Etimologi dan Terminologi ‘Berhala’ atau ‘keberhalaan’ adalah suatu aktivitas yang merujuk
pada penyembahan allah yang ‘salah’. Istilah ‘allah yang salah’ dalam bahasa inggris disebut
sebagai ‘idols’, biasanya dikaitkan pada dewa-dewi dalam konteks agama di Timur Dekat kuno.
Dalam bahasa ibrani, ‘idols’ disebut dengan ‫ )י ִללֱא‬ellil), jika dikaji secara etimologis, kata ellil
justru mengarah pada ejekan pada tuhan-tuhan yang disembah disamping YHWH
istilah nabi menjadi salah satu bagian yang penting dalam teks. Di dalam teks, kata ‘nabi’
disebutkan sebanyak lima kali dan merupakan sorotan dalam hal kenajisan. Istilah ini tidak
merujuk pada nabi perseorangan, namun pada sosok atau kelompok yang dianggap sebagai nabi
sesat / palsu, dan yang mungkin mendapat perlakuan kritis oleh teks ini.
Kajian Teoritis terhadap Penyembahan Berhala dalam Konstruksi Sosial
Penulis mencoba mengangkat suatu sudut pandang modern tentang penyembahan berhala yang
merujuk pada sikap ketidaktaatan dalam menjalankan aturan sebuah konstruksi sosial (yang akan
dihubungkan pada konstrusi keagaaman di Israel). Penyingkiran berhala dan nabi-nabi palsu
sementara dihubungkan pada destruksi (penghancuran) yang melambangkan ketegasan Allah
pada ketidaksetiaan bangsa Yehuda setelah kepulangan. Namun pada sudut pandang modern,
tidak ada tindakan keagamaan yang menjamin respon kekerasan. Dalam pembahasan lebih lanjut
akan dibuktikan bagaimana ‘ketidaksetiaan’ yang disebabkan pemberitaan palsu akan
melahirkan sebuah kehancuran dalam tatanan sosial yang telah disepakati dan memiliki otoritas,
terutama dalam hal ini berkaitan dengan otoritas Allah yang menaungi umat-Nya dan senantiasa
membaharui tatanan tersebut melalui dekonstruksi sebagai tanda kesetiaan dan penyertaan Allah
terhadap umat-Nya.
Tafsiran
3.1. Pemulihan Keselamatan bagi ‘Keluarga Daud’
Zakaria 13 adalah bagian nubuatan yang tidak ditulis langsung oleh Zakaria, sering disebut
sebagai Deutero Zakaria. Deutero-Zakharia sendiri adalah seorang nabi, tetapi orang yang
menyimpan banyak hal berdasarkan tradisi. Karenanya ia mungkin menganggap kemampuan
untuk mengucapkan sesuatu yang baru sebagai terbatas pada kelas terpelajar yang dapat
memastikan konsistensinya dengan tradisi
Pada periode rekonstruksi pascapembuangan, para nabi lebih banyak muncul sebagai guru yang
berperan untuk mendorong perubahan hati dan perilaku dalam masyarakat yang sekarang sedang
berjuang untuk memperbaiki kehidupan nasional dan sosialnya. Zakaria mengarahkan upaya
mereka untuk memperbaiki kondisi moral bangsa dengan keyakinan bahwa bencana nasional
tidak akan datang lagi, namun mereka terlibat langsung dengan pertanyaan-pertanyaan sosial
politik, sebagai guru moral resmi yang dihormati.
Dalam upaya pemberitaan akan pembersihan Yerusalem ini, 13:1 masih sangat berhubungan
dengan Pasal 12 dimana poin penting yang perlu ditekankan bahwa Tuhanlah yang kemudian
akan menghancurkan koalisi global melawan Yerusalem dan Yerusalem akan dikembalikan
sebagai pusat kultus paling utama.
3.2. Diskontiunitas Kinerja Kenabian atau Usaha Eskatologi Zakaria dalam Menghambat
Pengaruh Pengajaran Palsu dalam Pencampuran Budaya Setelah Pembuangan
Dalam kritik struktur terlihat bahwa dalam beberapa model, Zakaria 13:1 lebih berhubungan
dengan pasal sebelumnya daripada lanjutannya sampai pada ayat keenam. Alasan utamanya
adalah karena fokus pada ayat 2-6 adalah tentang kenabian, penyembahan berhala yang mungkin
berasal dari nabi-nabi palsu yang dikritik Zakaria (mungkin bukan Zakaria asli, namun
pendukung nubuatannya) secara tegas. Dengan Zakaria 13:2–6, penulis membahas topik baru
yaitu tentang nubuatan. Pada ayat 3 dalam terjemahan asli dikatakan ‘Jika seseorang mengaku
sebagai nabi, ayahnya dan ibu yang melahirkannya, akan berkata kepadanya, Kamu tidak akan
hidup.' Jika Zak 12:10–13:1 mencatat kelanjutan dengan orang Israel sebelumnya tradisi dengan
memungkinkan pandangan positif dari rumah keturunan Daud, maka Zak 13:2- 6 membuat
catatan diskontinuitas dengan melarang kemungkinan kinerja kenabian.
Pada ayat 4 disebutkan tentang pakaian nabi dari rambut. Jubah nabi yang khas kemungkinan
besar terbuat dari kulit binatang dan penampilannya berbulu, meskipun tidak semua jubah dibuat
demikian. Sangat sedikit yang dikatakan tentang pakaian kenabian di Timur Dekat kuno,
sehingga sulit untuk membandingkannya.
Pada ayat 6 dijelaskan tentang luka di tubuh nabi. Penusukan diri terbukti dalam 1 Rajaraja 18:28
sebagai bagian dari ritual berkabung yang dilakukan oleh para nabi Baal. Dalam literatur Ugarit,
para dewa digambarkan sedang mencabik-cabik diri mereka sendiri ketika mereka mendengar
kematian Baal.
IV. Hubungan Teks Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru (2 Petrus 2: 1-3;17-22)
Kitab Zakharia tidak mengabaikan disfungsi yang menantang iman dan kesetiaan sejati, yaitu
dosa-dosa yang begitu mudah menjerat komunitas dan individu orang percaya. Dengan cara ini
buku ini menyoroti pola-pola yang harus dihindari, pola-pola yang mengancam perintah pertama
(kasihilah Tuhan Allahmu) dan kedua (kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri) yang
mendasari hukum perjanjian Israel dan mengungkapkan visi moral Kristus.
Teks 2 Petrus berisi teguran terhadap pengajar-pengajar palsu yang dalam LAI disebut ‘guru-
guru palsu’. Penulis memang tidak melihat benang merah yang secara kanonis mengarah pada
kedua teks namun secara konseptual dapat diperatanggungjawabkan sebagai suatu kesamaan
berdasarkan konteks redaksional masing-masing teks. Dalam Zak 13 diterangkan bahwa mereka
yang menebar ajaran yang salah ditengahtengah konstruksi sosial dalam otoritas Allah maka
akan mendapat hukuman yang setimpal, tertutama adalah dipermalukan dan direndahkan
V. Implikasi dan Kesimpulan
Dari keseluruhan kitab Zakaria mengungkapkan sifat dan tindakan Allah (YHWH), yang
mengharapkan suatu komunitas yang hidup dikalangan orang-orang Yehuda setelah
keterpurukan yang dialami mereka di masa-masa pembuangan. Semua komunitas yang setia
pada visi kitab Zakharia didorong oleh buku ini untuk menyembah dan melayani Tuhan ini, yang
kasih karunia dan disiplinnya membawa mereka kepada pertobatan. Zakharia menyoroti
kekuatan dan kelemahan tokoh-tokoh kepemimpinan dalam masyarakat, memberikan pola
normatif kepemimpinan di semua umat beriman, bahkan mengungkapkan perlunya
kepemimpinan ideal yang akan menggantikan semua yang telah datang sebelumnya, yang akan
datang dari surga dan yang pengorbanannya akan mendahului pendirian kerajaan Allah atas
seluruh bumi.
Pertanyaan irsanto :
Bagaimana penyaji menyikapi Jika ditarik pada konteks masa kini dan diperhadapkan kepada
org2 yang memiliki krisis iman atau titik ambiguitas dalam iman agar mereka tidak terjerumus
kepada pengajaran yang sesat atau nabi2 palsu?
Pertama Berkenaan dengan teks ini kita berangkat dari pembedaan antara dua elemen kenabian
yaitu nubuat Nabi pascapembuangan termasuk zakaria di dalamnya yang mengkritisi kenabian
yang palsu sebagai elemen kedua dalam teks. Dari hal ini diketahui bahwa pentingnya
pengajaran akan kebenaran akan mendorong bentuk ketaatan sebagai antisipasi dari ambiguitas
yang penanya maksud. “Taat adalah kuncinya, dan rujukannya adalah perkataan nabi yang
dianggap bersumber dari Allah yang merupakan kebenaran kekal, dan hingga kini bentuk
pengajaran terbaharu sudah ada dan lebih relevan bagi kehidupan kita melalui ajaran-ajaran kita.
Para penyesat biasanya tidak menganggap keyakinan mereka sesat. Orang yang memiliki krisis
iman biasanya rentan akan ajaran sesat dan menelan mentah2 setiap ajaran yang didapat.
Tentunya agar tidak terjerumus kepada ajaran sesat maka setiap personal harus membekali diri
sehingga kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Membentengi diri sendiri
juga dapat dilakukan dengan pendalaman alkitab, memegang teguh pernyataan iman kristen,
persekutuan doa harus digiatkan terus menerus dan kemudian menegakkan ajaran yang benar.
Tetapi dengan iman yang teguh manusia dapat menempatkan diri dalam ajaran yang benar. Maka
dari itu kita harus senantiasa memperkuat iman kita supaya tidak terjatuh dalam aliran tersebut.

Pertanyaan hemat :
Apa kata penting yang menghubungkan teks PL dan PB dan apakah kolerasi kedua teks tersebut
termasuk pemenuhan /penggenapan, kontradiksi?
Kata penting yang menghubungkan teks PL dan Pb yaitu kata Nabi Palsu dan Guru-guru palsu
Dimana kedua kata ini saling terhubung dimana dalam PL nabi palsu dilenyapkan beserta dengan
nama nama berhala. Dan kemudian dalam PB berisi teguran teguran kepada guru-guru palsu.
Guru-guru palsu dalam PB memiliki perkenan yang sama dengan konteks kenabian palsu serta
kesamaan Pada kedua teks ini yaitu nabi2 palsu dan guru2 palsu sama sama membawa ajaran
palsu dan menyesatkan banyak orang. Disini keberadaan nabi di pertanyakan karena tidak
mepertahankan ajaran dari Allah.

Pertanyaan kevin :
Tertera dalam ayat 3 bahwa perikop ini sangat menekankan penolakan terhadap penyembahan
berhala sehingga orang tua daripada nabi palsu turut berperan penting memberikan
penghukuman. Apa yang melatar belakangi hal ini?
Hal yang melatarbelakangi belakangi hal ini yaitu dimana penulis zakaria menggambarkan
bangsa yehuda yang sedang dalam bayagan kelam pada masa-masa pembuangan sehingga teks
ditujukan untuk mengantisipasi pengajar palsu yang bisa saja mempengaruhi situasional
masyarakat. zakaria menolak penyuaraan ajaran ajaran palsu dikalangan yehuda dalam konteks
pembersihan dan pemurnian. Orangtua nabi palsu juga ikut merasa malu sehingga mereka ikut
memberikan penghukuman kepada nabi palsu, maka dengan itu dekat kaitannya dengan konsep
keesaan YHWH sebagai satu satunya Allah yang disembah. Sebenarnya ini adalah sebuah
analogi yang dimuat dalam nubuatan Zakaria. Hal ini dimaksudkan adanya kenajisan dalam
keturuan Israel dimana “Anak-anak” mereka dipengaruhi oleh ajaran palsu dan budaya tersebut
berkembang ketika nabi-nabi tersebut juga berasal dari kalangan Yehuda.

Anda mungkin juga menyukai