Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa

Berdasarkan kegiatan magang yang dilaksanakan di Puskesmas Imbi Distrik Jayapura


Utara Kota Jayapura maka data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut :

1) Register Anak Usia Dia Atas 5 Tahun


Tabel 4.1 Distribusi Register Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
No. Frequency Percent
Kelamin

1. Laki-laki 98 56%

2 Perempuan 77 44%

Total 175 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah laki-laki yaitu 56% lebih banyak
dari pada register perempuan.

Tabel 4.2 Distribusi Register Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas


Jenis
No. Frequency Percent
Kelamin

1. Luar
Wilayah 67 38%

2 Dalam
Wilayah 108 62%

Total 175 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah dalam wilayah lebih banyak yaitu
62% dari pada register luar wilayah.
2) Register Bayi Dan Balita Dalam Wilayah
Tabel 4.3 Distribusi Register Berdasarkan Status Gizi Pada Tanggal 1-23
Februari
No. Status Gizi Frequency Percent

1. Gizi Baik 270 90.5%


2. Gizi Buruk 2 0.7%
3. Gizi Kurang 24 8.1%
4. Sangat Kurus 2 0.7%
Total 298 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah status gizi baik lebih banyak yaitu
90,5% dari pada jumlah status gizi buruk dan sangat kurus yang masing-masing 0,7%.

Keterangan Tabel :

1. Berdasarkan BB/U
2. Berdasarkan BB/U
3. Berdasarkan BB/U
4. Berdasarkan BB/PB
Tabel 4.4 Distribusi Register Berdasarkan Kategori Umur
Kategori
No. Frequency Percent
Umur

1. 0-6 bulan 83 27.9%


2 > 6 bulan 215 72.1%
Total 298 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah balita umur > 6 bulan lebih banyak
yaitu 72,1% dari pada jumlah bayi umur 0-6 bulan yaitu 27.9%.

Tabel 4.5 Distribusi Bayi Umur 0-6 Bulan Berdasarkan Pemberian ASI
Ekslusif
Jenis
No. Frequency Percent
Kelamin

1. Diberi 29 35%
2 Tidak
54 65%
Diberi
Total 83 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah bayi yang tidak ASI ekslusif lebih
banyak yaitu 65% dari pada jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif yaitu 35%.
3) Register Pemberian Vitamin A
Tabel 4.6 Distribusi Register Berdasarkan Sasaran Vitamin A Yang
Diberikan
No. Vitamin A Frequency Percent

1. Biru 61 26.6%

2. Merah 162 70.8%

3. Vit. A
6 2.6%
Nifas

Total 229 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menujukkan bahwa jumlah vitamin A merah lebih banyak yaitu
70.8% dari pada jumlah vitamin A nifas yaitu 2.6%.
Tabel 4.7 Distribusi Register Pemberian Vitamin A Berdasarkan Wilayah
Kerja Puskesmas Imbi
Wilayah
No. Frequency Percent
Kerja

1. I 7 3.1%

2. II 7 3.1%

3. III 13 5.7%

4. IV 12 5.2%

5. IX 21 9.2%

6. V 14 6.1%

7. VI 3 1.3%

8. VII 18 7.9%

9. VIII 10 4.4%

10 LW 124 54.1%

Total 229 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menujukkan bahwa jumlah pemberian vitamin A di luar
wilayah lebih banyak yaitu 54.1%.
4) Register KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak)
Tabel 4.8 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Ibu Hamil
No. Usia Frequency Percent

1. > 30 Thn 19 26.4%

2. < 20 Thn 13 18.1%

3. 20-30 Thn 33 45.8%

4. Tidak Tahu 7 9.7%

Total 72 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menujukkan bahwa jumlah ibu usia 20-30 Tahun lebih banyak
yaitu 45.8% dari pada jumlah ibu tidak tahu usia yaitu 9.7%.

5) Register UKS
Tabel 4.9 Distribusi Murid PAUD Petrus Berdasarkan Status Gizi
Status
No. Frequency Percent
Gizi

1. Gizi Baik 19 95%

2. Gizi
1 5%
Kurang

Total 20 100%

(Sumber: Data Register Puskesmas Imbi 2016)


Berdasarkan tabel di atas menujukkan bahwa jumlah status gizi baik lebih banyak yaitu
95% dari pada jumlah status gizi kurang yaitu 5%.
B. Pembahasan
Pelayanan gizi di puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.

Upaya perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas merupakan salah satu upaya kesehatan
wajib yang harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas.

1. Tujuan Pelayanan Gizi di Puskesmas


Pelayanan gizi di Puskesmas mempunyai tujuan sebagai berikut :
a) Tujuan umum :
Terciptanya system pelayanan gizi yang komprehensif di Puskesmas yang menjasdi
dasarbagi pelaksanaan pelayanan gizi yang bermutu dalam rangka mengatasi masalah gizi
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
b) Tujuan khusus :
1) Terlaksananya pelayanan gizi di dalam gedung yang berkualitas di puskesmas dan
jejaringnya
2) Terlaksananya pelayanan gizi di luar gedung yang berkualitas di puskesmas dan
jejaringnya
3) Terlaksananya pencatatan, pelaporan,monitoring dan evaluasi yang baik di puskesmas
dan jejaringnya.

Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung, sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut :

A. Pelayanan Gizi Dalam Gedung


1. Kegiatan Pelayanan Gizi Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitative baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam
Puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 jenis pelayanan gizi
rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap. Berikut ini adalah uraian mengenai pelayanan
gizi di rawat jalan dan rawat inap.
A) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
1) Pengkajian Gizi
2) Penentuan Diagnosis Gizi
3) Intervensi Gizi
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga
kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien beresiko masalah gizi. Apabila tenaga
kesehatan mebemukan pasien beresiko masalah gizi maka pasien akan dirjuk untuk
memperoleh asuhan gizi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pengkajian Gizi
Tujuan : Mengidentifikasi masalah gizi dan factor penyebab melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi :
(a) Data Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran
Tinggi Badan, Panjang Badan, dan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar kepala,
Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dll.
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan
dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau
kellebihan gizi seperti rambut, oto,kulit, penumpukan lemak di bagiab tubuh, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu secara
pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif :
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara Kuantitatif di lakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat
gizi sehari, dengan cara recall 24 jam yang dapat diukur menggunakan bantuan food
model.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung mendiagnosis penyakit serta
menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan
juga untuk menetukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
2) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon
pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa
menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan
profesi lain di Puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalag mengidentifikasi adanya masalah gizi, factor penyebab,
serta tanda dan gejala yang ditimbulkan.
3) Pelaksaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status keeshatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi ;
(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien untuk menrima
makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (eneggi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air dan serat), factor aktivitas, factor stress serta kebiasaan
makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis, dan
data labiratorium.
(b) Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk menungkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait
perbaikan gizi dan kesehatan.
(c) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien meliputi konseling gizi terkait penyakit,
konseling ASI, konseling pemberian makan bayi dan anak, konseling aktifitas fisik, dan
konseling factor resiko penyakit tidak menular. Tujuan konseling adalah untuk mengubah
perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi
yang dihadapi.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan
pelaksaan intervensi gizi pada pasien dengan cara :
1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien terhadap intervensi gizi
2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet yang telah
ditetapkan
3) Mengidentifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
5) Menetapka kesimpulan yang berbasis fakta

Evaluasi hasil :

(a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau standar rujukan
untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya
(b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara
menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data hasil pemeriksaan laboratorium dan
status gizi

Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksaan asuhan gizi antara lain:

1. Perkembangan data antropometri


2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asuhan makan
5. Perkembangan diagnosis gizi
6. Perubahan perilaku dan sikap

B) Pelayan Gizi Rawat Inap


Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan pemberian
makan pasien, pemantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet
apabila diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi :
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan perubahan diet dan
konseling
4) Memonitor dan evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga
kesehatan puskesmas untuk menetapkan pasien beresiko masalah gizi atau tidak. Skring
gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru 1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap.
Pasien yang beresiko masalah gizi antara lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan
komplikasi medis, pasien dengan kondisi khusus seperti diabetes mellitus, hipertensi, dll.

Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap di puskesmas rawat inap
apabila di puskesma sudah ada tenaga atau tim asuhan gizi yang dilatih Tatalaksana Anak
Gizi Buruk (TAGB) serta mempunyai sarana dan prasarana perawatan memadai untuk
anak gizi buruk. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien beresiko masalah gizi
maka pasien akan memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan factor penyebab
melalui pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data
pengkajian gizi meliputi :
(a) Data Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran
Tinggi Badan (TB), Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB) Lingkar Lengan Atas
(LILA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll.
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan
dengan gangguan gizi kurang atau lebih seperti rambut, otot, kulit, baggy pants,
penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu,dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam cara pengkajian riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif :
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaab makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi
sehari, dengan cara recall 24 jam yang dibantu dengan menggunakan food mode.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia
darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkna
diagnosis gizi pasien/klien. Data hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk
menetukan intervensi gizi dan mengevaluasi terapi gizi.
2) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon
pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa
menegakkan diagnosis gizi secar mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi
lain di Puskesmas dalam memberikan pelayanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, factor penyebab,
tanda dan gejala yang ditimbulkan.
3) Pelaksaan Intevensi Gizi
Intervensi Gizi adalah suatu tindakan yang terncana yang ditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
4) Alur Pelayanan Gizi Dalam Gedung
1. Pasien/klien datang sendiri atau dirujuk dari structural puskesmas (Pustu, Polindes,
Poskeling) atau sarana kesehatan lain.
2. Pasien/klien mendaftar ke loket pendaftaran puekesmas
3. Pasien/klien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatannya di
poli umum/balai pengobatan Puskesmas atau Poli KIA atau Poli gigi oleh petugas medis
atau paramedic.
4. Di Poli Umum/Balai Pengobatan atau Poli KIA pasien sekaligus mendapatkan skrining
gizi oleh tenaga kesehatan serta ditentukan apakah pasien perlu dirawat inap atau rawat
jalan. Pasien/klien akan dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan.
5. Pasien/klien rawat jalan yang beressiko atau tidak beresiko mengalami masalah gizi bisa
mendapatkan pelayanan gizi sesuai kebutuhan berupa pelayanan makanan pasien rawat
inap.
6. Pasien/klien yang mendapatkan pelayanan gizi oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas. Jika
diperlukan dilakukan skrining gizi ulang oleh tenagagizi.
7. Hasil monitoring dan evaluasi ditindaklanjuti oleh Tim Asuha Gizi Puskesmas. Tindak
lanjut dapat berupa rujukan kr fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi apabila
masalah gizi dengan penyakit penyerta dan atau komplikasi yang dialami pasien/klien
tidak memungkinkan ditangani di Puskesmas atau dapat berupa pengkajian ulang baik
masalah medis dan masalah gizi lainnya.
B. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
1. Kegiatan Pelayan Gizi di Luar Gedung
Secara utuh kegiatan pelayan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di
luar gedung, melainkan tahap perncanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan
pelayanan gizi di luar gedung ditekankan kearah promotif dan preventif serta sasarannya
adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan giz di luar
gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas antara lain
:

1. Edukasi Gizi/Perbaikan Gizi


a) Tujuan gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan resiko/masalah gizi.
b) Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
c) Lokasi edukasi gizi antara lain : Posyandu, Pusling, Intitusi Pendidikan, Kelas Ibu, Kelas
Balita, dll.
d) Fungsi tenaga gizi puskesmas adlah edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi
esrta berkoordinasi dengan tim penyuluh di puskesmas misalnya tenaga promosi
kesehatan
2. Konseling ASI Eksklusif
a) Tujuan konseling ASI Eksklusif adalah :
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga sehingga bayi baru lahir segera
diberiakn inisiasi menyusi dini (IMD) dan meneruskan ASI Eksklusif sampai bayi usia 6
bilan
2) Sejak usia 6 bulan disamping meneruskan ASI mulai diperkenalkan makanan
pendamping (MP-ASI)
3) Mneruskan ASI dan MP-ASI sesuai usia kelompok umur sampai usia 24 bulan
b) Sasaran konseling adalah ibu hamil dan keluarga atau ibu yang mempunyai anak usia 0-
24 bulan
c) Lokasi konseling antar lain : Posyandu, kelompok pendukung ibu (KP-Ibu), terintegrasi
dengan program lain dalam kegiatan kelas balita, kelas ibu
d) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ini disesuaikan dengan kondisi situasi
3. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
a) Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi balita menggunakan KMS atau
buku KIA
b) Sasaran kegiatan ini kader posyandu
c) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini adalah di posyandu
d) Melakukan penimbangan
e) Membina kader
f) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja puskesmas
g) Memberikan konfirmasi terhadap hasi; pemantauan pertumbuhan
4. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
a) Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin
A melalui pembinaan mulai dari perencanaan pelaksaan, dan pemantauan sehingga
kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
b) Sasaran kegiatan ini antara lain bayi, balita dan ibu nifas
c) Lokasi pelaksaan kegiatan ini di posyandu
d) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian vitamin A antara
lain :
1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, anak usia 12-59 bulan, dan
ibu nifas setiap tahun
2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja puskesmas yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan lain
3) Menyusun laporan pelaksaan distribusi vitamin A di wilayah kerja puskesmas
5. Pengelolaan Pemberan Tablet Tambah Darah
a) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok
masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu ibu hamil melalui pembinaan
malai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
anemia gizi besi
b) Sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu nifas
c) Lokasi di tempat praktek bidan, posyandu
6. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri dan WUS
a) Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan program pencegahan
anemia basi pada kelompok sasran
b) Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri, WUS
2. Alur Pelayanan Gizi Di Luar Gedung
Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative). Pelaksanaan pelayanan gizi di luar gedung
bekerjasama dengan lintar sector program dan lintas sector terkait. Alur pelayanan gizi
luar gedung di sesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan keadaan wilayah setempat.
Pencatatn, pelaporan, monitoring dan evaluasi dilaksanakan di Puskesmas, data dan
informasi dari hasil pencatatan diolah dan dianalisa serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai