Anda di halaman 1dari 7

Jangan terlalu memaksa mereka untuk menyanyi sendiri di depan teman-

temannya, karena hal ini bisa merusak mud bernyanyi anak. Kenalkan kepada
mereka lagu-lagu yang mudah sesuai tingkat usia mereka dan biarkan mereka
menikmati aktivitas bermusik dengan caranya sendiri

BAB 7

Gambar Merangkai warna lewat garis dan warna

Jika anak-anak ditanya siapa nama penyanyi favoritnya? Tentu mereka akan dengan mudah
menyebutkan beberapa nama penyanyi tenar yang mereka gandrungi. Namun tidak demikian
halnya dengan dunia gambar (pelukis). Pertanyaan seperti siapa pelukis cilik favoritmu?
Tentulah menjadi pertanyaan yang aneh dan sulit dijawab. Bahkan anak-anak kini mungkin tak
banyak yang kenal dengan Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdulah, Amri Yahya dan sederet
nama besar pelukis negeri ini sepanjang sejarah. Hal ini karena kegiatan melukis atau
menggambar adalah aktivitas ekspresi personal dan bukan. ekspresi populis.

Meski anak-anak tak banyak mengetahui tentang dunia menggambar tapi hampir seluruh
anak di bumi ini menyukai aktivitas yang satu ini pada masa kanak-kanaknya kecuali bila ada
orang tua yang melarang). Bila seorang anak usia 2 tahun disodori sebatang pastel atau spidol
warna, apa kiranya yang akan dilakukannya? Dinding, lantal, pintu, almari, dan perabot apa saja
yang ada di dekatnya mungkin akan menjadi "korban" kepiawaian tangannya. Apa yang
sesungguhnya ia pikirkan saat itu? Apakah ia sengaja memancing amarah ayah-bundanya dengan
gambar-gambar tak mengenal tempat yang telah dibuatnya? Sungguh, seandainya Allah memberi
kita Sungguh, seandainya Allah memberi kita kelebihan khusus dalam pengamatan gambar
sebagaimana Nabi Sulaiman memahami bahasa binatang, tentu kita akan melihat dan
mendengar bahwa anak-anak berbahasa melalui GAMBAR-nya kelebihan khusus dalam
pengamatan gambar sebagaimana Nabi Sulaiman memahami bahasa binatang, tentu kita akan
melihat dan mendengar bahwa anak-anak berbahasa melalui gambarnya yang tampaknya belum
dan tiada bermakna.

Koordinasi motoriknya yang masih jauh dari sempurna membuat goresan yang ia hadirkan
terasa kaku dan sangat sederhana. Dimulai dengan garis-garis yang tak tentu arahnya dan
diulang-ulang, kemudian berubah menjadi bentuk benang ruwet. Walau gambarnya tampak sulit
dipahami, tapi coret-moret tersebut adalah ungkapan keinginan batin dan emosi, curahan
ekspresinya yang bebas. Bila kita ajak ia berdialog tentang "karya besarnya" itu, tentu ia akan
memiliki segudang cerita tentangnya. Bahkan sebuah titik yang ia buat dapat memiliki arti yang
berbeda-beda saat kita tanya di kesempatan yang lain.

"Ini ayam!" seru Nada putri pertama saya sambil tangannya lincah membuat sebuah goresan
yang menyerupai bentuk lingkaran. Tak lama kemudian ia ciptakan lagi sebuah lingkaran dengan
ukuran sedikit lebih besar, dan ia kembali berseru, "Ini komputel". Yang membuat saya
tersenyum dan semakin antusias adalah seruannya yang ketiga. "Yang ini, ayah!" sambil kembali
ia mengoreskan spidol hitamnya membuat serupa lingkaran besar. Itulah bahasa anak, ia tentu
tidak sedang berbohong atau mempermainkan ayahnya. Keterbatasannya tidak membuat ia
menghentikan aktivitasnya yang sangat kreatif. la sedang berusaha mengekspresikan
kejujurananya.

Walau gambarnya tampak sulit dipahami, tapi coret-moret tersebut adalah ungkapan keinginan
batin dan emosi, curahan ekspresinya yang bebas yang bebas. Bila kita ajak ia berdialog
tentang "karya besarnya" itu, tentu ia akan memiliki segudang cerita tentangnya.

dorongan emosinya, dan segala keinginan hatinya yang terus meledak-ledak. Sesekali ajaklah
putra-putri kecil anda berkarya bersama. Sambil berkarya ajaklah ia mengkomunikasikan karya-
karya yang telah dibuat, baik karya anda maupun karyanya. Lalu, perhatikan apa yang terjadi
(meminjam bahasa Pak Mario Teguh).

Gambar benar-benar menjadi bahasa komunikasi yang cerdas dan jujur. Di usianya yang baru
2 tahun, Nada lebih menganggap gambarnya sebagai ungkapan spiritual daripada sekedar apa
yang tampak mata. Jangan mendahului mengatakan "O, itu gambar kereta api ya," untuk sebuah
goresan yang mungkin ia ingin katakan sebatang pohon atau bahkan seekor harimau!
Kesalahan kita dalam merespon gambar anak-anak di masa-masa awal perkembangan akan
membuat core kreatif anak terbelenggu. Kebiasaan kita mengklaim atau menjustifikasi karya-
karya anak akan membunuh gairah. berkaryanya. Pertanyaan-pertanyaan akan lebih bermakna
bagi upaya menumbuhkembangkan potensinya. Pertanyaan yang kita lontarka tanpa bermaksud
menghakimi, akan merangsang imajinasi anak dan mendorong motivasi berkaryanya. Dengan
kebiasaan mengklaim gambar anak, guru-guru di sekolah formal sering tanpa sadar mematikan
core kreativitas mereka. Untuk menghindari hal-hal yang demikian itu guru haruslah memiliki
pengetahuan dasar tentang perkembangan dan makna gambar bagi anak-anak.

Periodisasi gambar anak-anak yang dikemukakan Jangan mendahului mengatakan "O, itu
gambar kereta api ya.” untuk sebuah goresan yang mungkin ia ingin katakan sebagai pohon atau
bahkan harimau.

Victor Lowenfield kiranya masih dapat kita jadikan rujukan (meski perkembangan saat ini
sudah sangat cepat) dalam mengapresiasi gambar anak-anak kita. Menurut Lowenfield
periodisasi gambar anak melalui 5 tahapan sebagai berikut:

 Masa Mencoreng (2-4 tahun) Merupakan masa awal ekspresi diri. Secara visual gambar
mereka belum berbentuk bahkan belum berpola, karena gambar yang mereka buat adalah
gambar imajiner dan ide ide sehingga sering disebut sebagai tahapan gambar idiomatis
bukan gambar visual atau visiomatis. Sering muncul tema-tema spontan dengan
visualisasi garis lengkung panjang, garis-garis lurus pendek berulang-ulang, hingga
akhirnya menyerupai benang kusut.
 Masa Prabagan (4-7 tahun) Pada masa ini anak mulai mengenal pola-pola bentuk dalam
gambarnya. la sudah mulai memiliki kemampuan mengendalikan ketrampilan tangannya
secara lebih terkontrol. Daya visualnya semakin kuat. Disebut masa prabagan karena
penerapan penggambaran pola bentuk yang ia buat masih berubah-ubah dan sering pula
mengalami distorsi-distorsi. Kesalahan kita dalam merespon gambar anak-anak di masa-
masa awal perkembangan akan membuat core kreatif anak terbelenggu.
 Masa Bagan (7-9 tahun) Pada masa bagan anak telah menemukan bentuk-bentuk skema
secara lebih mantap. Anak juga mulai mencoba mengidentifikasi benda-benda
berdasarkan bentuk-bentuk geometris. Rumah terbentuk dari bidang segi empat dan segi
tiga, gunung simbol geometris segitiga, balon dan telur ayam adalah visualisasi bentuk
geometri lingkaran dan seterusnya. Kemampuan mengelola warna mulai tumbuh secara
cepat. Pada penglihatannya, benda-benda merupakan bentuk utuh berupa bidang dan
warna, bukan kumpulan garis. Pada tahapan ini anak mulai menikmati pengenalan
gambar menggunakan media cat dan kuas ukan lagi terbatas pada pensil, spidol, atau
pastel warna.
 Masa Kenyataan Semu (9-11 tahun) Kemampuan pengamatan anak atas lingkungan
sekita yang semakin obyektif mendorongnya merubah paradigma gambar idiomatis
menjadi gambar visiomatis. Anak ingin menggambar kenyataan dengan skill yang belum
matang. Maka sering kita jumpai anak-anak frustasi dengan gambarnya sendiri. la belum
siap menerima kenyataan dengan gambarnya. Yang berbahaya ia mulai menganggap
menggambar itu sulit, membosankan dan memberi label. diri "aku tak bisa menggambar".
Bahkan tak jarang mereka yang dulunya saat kanak-kanak terbilang berprestasi pun.

Perubahan gambar anak dari tipe IDIOMATIS menjadi gambar VISIOMATIS sering sangat
menyulitkan bagi anak-anak. Yang berbahaya, ia mulai menganggap menggambar itu sulit,
membosankan,dan kemudian memberi label diri "aku tak bisa menggambar".merasa
menggambar jadi sulit, dan tak lagi mengasyikkan.

Masa Kealaman Semu (11-12 tahun) Perubahan tipe gambar idiomatis manjadi visiomatis
mencapai puncaknya pada masa ini. la tak lagi mau disebut anak-anak. Ia ingin mewujudkan
bentuk gambar sebagaimana 'pelukis yang sesungguhnya. Kalau kita tidak hati-hati, anak-anak
bisa menghentikan sama sekali kegiatan menggambarnya pada tahap ini.

Perkembangan gambar anak sangat beragam. Periodisasi gambar anak di atas tentu tak dapat
diterapkan secara kaku. Faktor-faktor yang mempengaruhinya bisa berasal dari pengalaman
keseharian anak, lokasi tinggal, suasana hati, media yang tersedia dan lain-lain.

Dalam pendekatan Ketauladanan Seni, gambar bukanlah kita jadikan tujuan. Maka guru dan
orang tua hendaknya tidak terlalu banyak mengintervensi gambar anak. Dukunglah bila anak-
anak tampak 'keranjingan' menggambar, meskipun di mata kita gambar yang ia buat tidak
berujung pangkal. Biarlah gambar menjadi ungkapan berbagai emosi jujur mereka. Sangatlah
bagus jika ada anak-anak yang memiliki semacam buku harian berisi gambar-gambar atau
coretan bebas mereka.

Selain berfungsi sebagai bahasa anak-anak, gambar juga dapat menjadi jembatan sambung
rasa yang indah dan Selain berfungsi sebagai bahasa anak-anak, gambar juga dapat menjadi
jembatan sambung rasa yang indah dan mengesankan. Pujilah gambarnya secara bijak dan ajak
mereka berdialog tentang gambar yang mereka buat. Mereka akan sangat menghargai anda.
mengesankan. Pujilah gambarnya secara bijak dan ajak mereka berdialog tentang gambar yang
mereka buat. Mereka akan sangat menghargai anda.

Sesekali ajaklah anak-anak melihat pameran karya atau ajak mereka membuat display karya
mereka sendiri. Kelas atau ruang keluarga sesekali perlu kita sulap menjadi media pajang karya-
karya mereka. Berikan tanggapan dan penilaian yang memotivasi mereka. Dorong teman-teman
atau saudara-saudaranya memberikan penilaian yang positif pula. Jangan biasa mengkritik atau
menilai secara negatif karya anak (apalagi secara berlebihan).

Sesekali ajaklah anak-anak melihat pameran karya atau ajak mereka membuat display karya
mereka sendiri. Berikan tanggapan dan penilaian yang memotivasi mereka. Jangan biasa
mengkritik atau menilai secara negatif karya anak
BAB 8

SENI BAJU ANAK-ANAK

Menjadi Pengawal Kuncup Kreativitas dan Moralitas Anak-anak

"Apa kamu mau jadi pelukis, hah?! Saban hari kerjamu hanya menggambar saja!" keluh Pak
Sam kepada Momo, anak semata wayangnya yang tengah asyik menggoreskan pastel warna di
atas kertas gambarnya. Momo tampaknya sangat terganggu dengan kata-kata ayahnya. Meski tak
seketika itu juga, ia kemudian menghentikan dan meninggalkan aktivitasnya yang sangat
mengasyikkan itu, dan tanpa pamit ngeloyor pergi.

Dalam panggung seni kehidupan ini, banyak kita temui Pak Sam-Pak Sam lainnya. Dan
tentu, banyak kita jumpai Momo-Momo yang lainnya pula. Masih banyak guru dan orang tua
yang mengaitkan apa yang dilakukan anak anak dengan capaian tujuan hidup mereka di masa
depan. Itupun mereka lakukan secara matematis dan linear saja. Bila anak pintar matematika, ia
akan jadi pakar matematika kelak dewasa. Jika anak pintar bahasa, maka ia akan jadi ahli bahasa
kelak. Anak pandai pendidikan Agama, ia akan jadi anak sholeh nantinya. Anak yang gemar
menggambar akan jadi pelukis, anak yang suka menyanyi, menari, sepak-bola, maka ia akan
menjadi apa kelak, sesuai kegemaranya itu.

Pendidikan seni di sekolah formal kuno, banyak berubah menjadi pendidikan sains dan
matematika saja. Anak yang dianggap pintar pendidikan musik adalah anak masih banyak guru
dan orang tua yang mengaitkan apa yang dilakukan anak-anak dengan capaian tujuan hidup
mereka di masa depan.Itupun mereka lakukan secara matematis dan linear saja.

yang menguasai notasi balok, dan berbagai teori musik lainnya, bukannya anak yang menjadi
halus budi karena olah musikalnya. Beberapa guru memberikan nilai seni musik tertinggi kepada
murid-muridnya yang mampu memainkan 'alat musik elit', seperti gitar, biola, piano, flute, dan
seabrek jenis alat musik lain yang biasanya digunakan memainkan nomor-nomor istimewa para
musisi bule dalam orchestra. Ironinya, sebagian besar murid yang seperti ini, mereka belajar
musik pada lembaga-lembaga kursus musik di luar sekolah, dan bukan karena didikan sang guru.

Lalu, bagaimana dengan beberapa anak yang lihai memainkan bebunyian dalam kelasnya?
Bangku-bangku usang yang tiap hari menemani mereka belajar, seolah disulap menjadi alat
musik yang dinamis. Apakah anak anak ini mendapat apresiasi yang sama dengan si pemain
biola, piano dan flut tadi? Bukankah mereka inilah 'si bakat alam'? Mereka tak pernah kursus
pada guru-guru musik dengan biaya mahal. Mereka mampu mengiringi lagu macam apapun, dan
sekaligus menikmati permainan dan lagu yang mereka nyanyikan, meski sering dengan suara
sumbang? Boro-boro mendapat apresiasi dan nilai tinggi, mereka ini malahan sering dicap
sebagai tukang onar yang tak berguna, dan bikin bangku-bangku belajar di sekolah cepat rusak!
Alangkah bahagianya 'Mahar' si Laskar Pelangi, karena ia memiliki guru seperti Bu Muslimah.
Yang mengerti menghargai ketrampilan alaminya, memainkan.

Anda mungkin juga menyukai