Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (OKSIGENASI)

PADA TN. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR MEDIASTINUM ANTERIOR


DI RUANG GARDENIA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

DISUSUN OLEH :
Natasya Kristiya NIM : 2020-01-14401-020

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (OKSIGENASI)
PADA TN. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR MEDIASTINUM ANTERIOR
DI RUANG GARDENIA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Praktik Klinik Keperawatan I Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

DISUSUN OLEH :
Natasya Kristiya NIM : 2020-01-14401-020

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2021/2022
SURATPERNYATAAN

Saya Bersumpah Bahwa Laporan Asuhan Keperawatan Ini Adalah Hasil Karya Sendiri Dan
Belum Pernah Dikumpulkan Oleh Orang Lain Untuk Memperoleh Gelar Dari Berbagai
Jenjang Pendidikan Di Perguruan Tinggi Manapun.

Palangka Raya, Januari 2022


Yang Menyatakan,

( NATASYA KRISTIYA )
HALAMAN PENGESAHAN
Studi Kasus ini diajukan Oleh :
Nama : Natasya Kristiya
NIM : 2020-01-14401-020
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) pada
Tn. E dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum Anterior di ruang
Gardenia RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
Ditetapkan di : Palangka Raya
Tanggal : 19 Januari 2022

Dibuat Sebagai Syarat dalam Menempuh Ujian Praktik Klinik Keperawatan I Pada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Pembimbing I Pembimbing II

(Amiyani Kristina, Ns., M.Kep) (Yulianti Handayani Rasan, S.Kep., Ners)


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) pada Tn. E dengan
diagnosa medis Tumor Mediastinum Anterior di ruang gardenia RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas PPKI.

Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Maria Adelheid Ensia S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Septian Mugi Rahayu Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Amiyani Kristina, Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Yulianti Handayani Rasan, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, Januari 2022

Natasya Kristiya
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN.............................................................................................. I
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... II
KATA PENGANTAR ............................................................................................. III
DAFTAR ISI ............................................................................................................ IV

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Laporan Asuhan Keperawatan............................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................... 3

BAB 2 LAPORAN PENDAHULUAN


2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)
2.1.1 Pengertian..................................................................................................... 4
2.1.2 Penyebab...................................................................................................... 5
2.1.3 Tanda dan Gejala.......................................................................................... 5
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................................. 6
2.1.5 Komplikasi................................................................................................... 7
2.2 Konsep Dasar Tumor Mediastinum Anterior
2.2.1 Pengertian....................................................................................................... 9
2.2.2 Penyebab........................................................................................................ 9
2.2.3 Tanda dan Gejala............................................................................................ 10
2.2.4 Patofisiologi.................................................................................................... 11
2.2.5 Komplikasi....................................................................................................... 11
2.3 Manajemen Keperawatan
2.3.1 Pengkajian....................................................................................................... 13
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 13
2.3.3 Intervensi......................................................................................................... 14
2.3.4 Implementasi................................................................................................... 15
2.3.5 Evaluasi.......................................................................................................... 15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian..................................................................................................... 19
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 29
3.3 Intervensi....................................................................................................... 31
3.4 Implementasi................................................................................................. 33
3.5 Evaluasi......................................................................................................... 33

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian..................................................................................................... 34
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 37
4.3 Intervensi....................................................................................................... 37
4.4 Implementasi................................................................................................. 37
4.5 Evaluasi......................................................................................................... 38

BAB 5 PENUTUP
5.1 Pengkajian..................................................................................................... 39
5.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor mediastinum adalah tumor yang tumbuh di bagian mediastinum, yaitu rongga
di tengah dada yang terletak di antara tulang dada (sternum) dan tulang belakang. Tumor
mediastinum dapat terjadi siapa saja, baik orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak.
Mediastinum terbagi menjadi tiga ruang, yaitu anterior (depan), tengah, dan posterior
(belakang). Ketiga bagian ini memiliki risiko untuk terkena tumor mediastinum. Tumor
mediastinum di bagian anterior lebih berisiko dialami oleh orang dewasa yang berusia 30-50
tahun Sedangkan tumor mediastinum  bagian posterior sering kali ditemui pada anak-anak.

Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan mediastinum
adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri yang berisi
jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor
yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang spesifik yang dapat mencegah tumor
mediastinum ini. Karena rongga mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor
dapat menekan organ penting di sekitarnya dan dapat menganjam jiwa. Tumor mediastinum
dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas.
Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma,
lateral: pleura mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga
mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan
organ penting di sekitarnya dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum
tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan
tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
Tumor mediastinum sering tidak menimbulkan gejala dan terdeteksi saat pasien
dilakukan foto toraks, namun pasien biasanya datang ke fasilitas kesehatan apabila telah
terdapat keluhan.2,6 Penderita tumor mediastinum datang ke layanan kesehatan dengan gejala
klinis yang bervariasi dan seringnya memiliki lebih dari satu gejala tergantung lokasi tumor
dan organ yang terlibat.2,7 Gejala klinis yang dapat terjadi pada pasien adalah batuk, sesak,
disfagia, sindroma vena cava superior, suara serak, batuk kering, dan nyeri dada.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan
permasalahan yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)
pada Tn. E dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum Anterior di ruang gardenia RSUD.
Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk mendapatkan
gambaran nyata mengenai Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) pada
Tn. E dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum Anterior di ruang gardenia RSUD. Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan Laporan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran dan pengalaman nyata tentang :
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) pada Tn. E dengan
diagnosa medis Tumor Mediastinum Anterior di ruang gardenia RSUD. Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa asuhan keperawatan pada
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) pada Tn. E
dengan diagnosa medis Tumor Mediastinum Anterior di ruang gardenia
RSUD. Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
c. Mahasiswa mampu melaksanakan Rencana Keperawatan pada Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) pada Tn. E dengan
diagnosa medis Tumor Mediastinum Anterior di ruang gardenia RSUD. Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
d. Mahasiswa mampu melaksanakan pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) pada Tn. E dengan diagnosa medis
Tumor Mediastinum Anterior di ruang gardenia RSUD. Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia (Oksigenasi) pada Tn. E dengan diagnosa medis Tumor
Mediastinum Anterior di ruang gardenia RSUD. Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi refrensi
atau masukan bagi perkembangan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
mediastinum anterior
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Perawat
Untuk masukan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan tumor
mediastinum anterior
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan baik pihak
rumah sakit dalam pengembangan Asuhan Keperawatan dengan tumor
mediastinum anterior
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)


2.1.1. Pengertian
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigenasi
yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel (Potter dan Perry, 2009). Oksigenasi (O2) merupakan gas
yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan
untuk proses metabolism tubuh secara terus-menerus. Oksigenasi diperoleh dari atmosfer
melalui proses pernafasan. Pada atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida
(CO), nitrogen (N), dan unsure-unsur lain seperti argon dan helium (Tarwoto dan Wartonah,
2015).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan
tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.(Wahit Iqbal Mubarak, 2007). Oksigen adalah
salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untukmempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan
bisa menyebabkan hal yangat berartibagi tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
2.1.2. Penyebab
Ada beberapa faktor penyebab oksigenasi, yaitu :
a. Faktor fisiologis
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran napas bagian
atas.
3) Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.

b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur
2) Bayi dan toodler
3) Anak usia sekolah dan pertengahan
4) Dewasa tua

c. Faktor prilaku
1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi kecemasan

d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017).
2.1.3. Tanda Dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala bersih jalan nafas yang tidak efektif yaitu, batuk tidak efektif,
sputum berlebihan, mengi, whexing dan atau ronkhi kering, dispnea, sulit bicara, ortopnen,
gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas menurun, pola nafas berubah.
Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi anjang, pola nafas abnormal. dispnea,
pernafasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior, kapasitas vital menurun,
tekanan ekspirasi dan inspirasi menurun menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif menjadi gangguan oksigenasi.
Beberapa tanda dan gejala gangguan pertukaran gas yaitu, takikardi, bunyi nafas tambahan,
sianosis, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas abnormal (cepat atau lambat, dalam atau
dangkal), warna kulit abnormal (pucat, kebiruan), kesadaran menurun (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).

2.1.4. Patofisiologi
Patofisiologi oksigenasi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kelainan yang timbul akibat bercak konsolidasi yang btersebar pada kedua paru-paru,
lebih banyak pada bagian basal. Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang
ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi
yang jauh, bakteri yang masuk ke paru melalui saluran napas masuk ke bronkioli dan alveoli,
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema dalam alveoli dan
janngan intersfisial Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dan alveoli ke
seluruh segmen atau lobus. Etitrosit mengalami pembesaran dan beberapa leukosit dari
kapiler paru-paru.
Alveoli dan menjadi penuh dengan cairan edema schingga kapiler alveoli melebar.
Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut,
aliran darah menuru, alveoli penuh dengan leukosit dan sedikit eritrosit Kuman pneumokokus
di pagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung makrofag masuk ke dalam
alveoli dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus di dalamnya. Paru masuk dalam
tahap heptisasi abu-abu dan tmpak berwarna abu-abu kekuningan.
2.1.5. Komplikasi

Tipe kekurangan Oksigen dalam tubuh di bagi menjadi 4 bagian yaitu:

a. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2)
atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-100 mmHg, SaO,95%). Pada
neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60
mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh ganguuan ventilasi, perfusi, difusi,
pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hivoksemia, tubuh
akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke
volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di
anaranya sesak nafas, frekuensi nafas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan
dangkal, serta sianosis.

b. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan


kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi
berhenti spontan.

Penyebab lain hipoksia antara lain:

a) Menurunnya hemoglobin

b) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di puncak gunung

c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida

d) Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia;

e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok;

f) Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan,


kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan
dalam sianosis sesak nafas, serta jari tabuh (clubling finger).
c. Gagal nafas

Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen karna
pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi kegagalan pertukaran
gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan gas karbon
dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2
dalam darah secara signifikan. Gagal nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf
pusat yang mengontrol system pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat,
gangguan metabolism, kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.

d. Perubahan pola nafas

Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 12-20 x/menit,dengan
irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernafasan normal disebut eupnea.

Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal sebagai berikut, yaitu :


a) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.

b) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.

c) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24 x/menit.

d) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi kurang
dari 16x/menit.

e) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, sehingga
pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma dengan penyakit diabetes
mellitus dan uremia.

f) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-ansur dangkal


dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat
bius,penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

g) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode yang tidak
teratur, misalnya pada meningitis.
PATHWAY OKSIGENASI
2.2 Konsep Dasar Tumor Mediastinum Anterior

2.2.1. Pengertian
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di
antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri
besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah 
bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Tumor mediastinum
adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu ronggaimaginer di antara paru kiri dan
kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah
bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga
ada pada tubuh, sedangkan mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru
kanan dan paru-paru kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena
besar, trakea,kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
2.2.2. Penyebab
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:
1. Penyebab kimiawi
 Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong asap. Zat
yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.

2.Faktor genetik (biomolekuler)


Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein
bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.

3.Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik traum afisik
maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal darisinar matahari
maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.
 
4.Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada
kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
 
5.Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya
hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu
tidak berkembang lanjut pada manusia.
 
6. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan
kepastian peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat 
pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.

2.2.3. Tanda Dan Gejala

Hampir setengah dari penderita tumor ini tidak merasakan gejala apapun. Ketika
gejala muncul, umumnya ini terjadi karena tumor telah menekan organ di sekitarnya, seperti
sumsum tulang belakang atau jantung dan lapisan jantung.

Gejala dan tingkat keparahan gejala yang dirasakan pun bisa berbeda pada setiap
orang. Ini tergantung pada lokasi, ukuran, dan sifat tumor yang terjadi. Namun, secara umum,
gejala kanker atau tumor mediastinum yang mungkin terjadi adalah:
1. Batuk dengan atau tanpa darah.
2. Sesak napas.
3. Suara serak.

4. Nyeri dada.
5. Demam dan menggigil.

6. Berkeringat pada malam hari.

7. Mengi atau suara napas bernada tinggi.

8. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

9. Kelenjar getah bening yang bengkak.


2.2.4. Patofisiologi
Patofisiologi tumor mediastinum berhubungan erat dengan proses multiplikasi sel-sel
tumor yang tidak terkendali, sehingga ukuran tumor semakin membesar dan akhirnya
menyebabkan kompresi (penekanan) pada struktur-struktur di sekitarnya. Hal ini bisa
menimbulkan manifestasi klinis bervariasi tergantung pada ukuran dan letak tumor.
Mediastinum merupakan rongga yang sempit dan tidak dapat berekspansi. Oleh karena itu,
massa dalam rongga mediastinum akan menekan organ di sekitarnya dan dapat
mengakibatkan bermacam gejala. Kompresi dapat terjadi pada jalan napas, esofagus, jantung
kanan, dan vena-vena besar.

Selain itu, tumor ganas juga dapat menginvasi organ sekitarnya. Gangguan-gangguan
lokal akibat tumor dapat berupa pneumonia, hemoptysis, disfagia, sindroma vena kava
superior, efusi pleura, paresis pita suara, sindroma Horner, paraplegia, nyeri persarafan, dan
paralisis diafragma. Sementara itu, gangguan sistemik akibat tumor mediastinum dapat
bervariasi, misalnya terjadinya produksi hormon tiroid yang berlebihan pada kasus kanker
tiroid, terjadinya hiperkalsemia akibat limfoma, terjadinya penurunan berat badan, demam,
keringat pada malam hari, dan lemas.
2.2.5. Komplikasi

Komplikasi tumor mediastinum adalah kompresi tumor pada jaringan sekitar, invasi,
dan metastasis. Struktur dalam rongga mediastinum dapat mengalami kompresi, yang akan
menyebabkan gangguan jalan napas, kompresi esofagus, sindroma vena kava superior, dan
sindroma Horner. Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang
utama dan hubungan antara struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau infeksi dalam
mediastinum dapat menyebabkan timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan penyebaran
secara langsung, dengan melibatkan struktur-struktur (sel-sel) bersebelahan,dengan tekanan
sel bersebelahan, dengan menyebabkan sindrom paraneoplastik, atau melalui metastatic di
tempat lain.
PATHWAY TUMOR MEDIASTINUM ANTERIOR

SUMBER : Syahruddin E, Hudoyo A, Jusuf, Penatalaksanaan tumor mediastinum


ganas. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi. FKUI– RS
Persahabatan, Jakarta. 2007: 2-12.
2.3 Manajemen Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan dengan
tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Supaya dapat mengidentifikasi
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan yang merupakan
bagian dari penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan aktual/potensial/proses kehidupan. Diagnosis
keperawatan mendorong praktik independen perawat (misalnya, kenyamanan atau kelegaan
pasien) dibandingkan dengan intervensi dependen yang didorong oleh perintah dokter
(misalnya, pemberian obat).

2.3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009). Intervensi keperawatan
dikatakan sebagai semua tindakan asuhan yang dilakukan perawat atas nama klien. Dengan
tujuan memberikan tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang
diharapkan. Dalam dunia keperawatan dikenal proses keperawatan, langkah dari proses
keperawatan ialah rencana keperawatan atau intervensi keperawatan. Intervensi juga
diidentifikasi dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien.
Intervensi memiliki tujuan untuk mengindividualkan perawatan dengan memenuhi
semua kebutuhan pasien serta harus menyertakan data pasien yang telah diidentifikasi bila
memungkinkan. Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang termasuk dibuat untuk
membantu individu (klien) dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
2.3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan


pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi


keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan
hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan
keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan
yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan
sampai benar-benar masalah pasien teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta: Graha Ilmu.


Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, L J. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Nurarif, A H dan Hardhi K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Giovoni O, Agustina H, Djajakusumah TM. Karakteristik Tumor Mediastinum di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung. Journal of Medicine and Health. 2018; 2(2): 773-9.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tumor Mediastinum: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksaan di Indonesia. Edisi ke 1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2003;2-13.
Pratama S, Syahruddin E, Hudoyo A. Karakteristik tumor mediastinum berdasarkan keadaan
klinis, gambaran CT scan dan petanda tumor di rumah sakit Persahabatan. Jakarta: FKUI.
2008: 4-21.
Syahruddin E, Hudoyo A, Jusuf A. Penatalaksanaan tumor mediastinum ganas. Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi. FKUI– RS Persahabatan, Jakarta. 2007: 2-12.
Risnawati, Wulandari L. Tumor Medistinum Anterior (Yolk Sac Tumor) pada seorang laki-
laki dewasa muda. Jurnal Respirasi. 2016; 2(2): 45-51.

Anda mungkin juga menyukai