Anda di halaman 1dari 4

Analisis Tokoh dan Penokohan...

(Ucha Raiani Mukhtar, Mukhlis, & Subhayni) 1

NAMA : MITA MAYANG


SARI
NPM : 2088201044
PRODI : PBSI/3
MK : KAJIAN PROSA
FIKSI

ANALISIS TOKOH DAN


PENOKOHAN DALAM
NOVEL SEPATU DAHLAN
KARYA KHRISNA
PABICHARA

1) Dahlan
Dahlan memiliki watak pekerja
keras, suka membantu, sederhana dan
patuh pada orang tua. Bukti Dahlan
memiliki Watak pekerja keras.
Kegiatan yang selalu Dahlan
lakukan, dia tidak mengenal kata lelah.
Bahkan setelah pulang sekolah pun dia
tetap pergi untuk menyabit rumput.
Setelah salat subuh Dahlan menyabit
rumput, lalu belajar mengaji,
nangondomba, dan kadang membantu
itu membatik. (hlm.19)
“Tidur dulu sebentar.”
Aku mengeleng kepala.
“Ndak ada waktu, Bu. Harus nyabit
lagi.” (hlm. 40) Bukti Dahlan
sukamembantu.

Ketika Dahlan ingin membantu Ibunya


membatik.
“Nah, sekarang waktunya nyanting .
Siapa yang mau membantu Ibu
membawa anglo dan wajan kecil
dari pawon?” “Aku saja, Bu,”
Kataku. (hlm. 49)
Ketika Dahlan menyetujui usulan
Komariyah untuk membongkar tabungan
bersama untuk keperluan biaya berobat
IbunyaKadir.
“ Lan, celengan bersama dibongkar
saja ya?” celetuk Komariyah “untuk
apa?” “Ibu Kadir harus segera di
bawak kerumah sakit”. “Bongkar
saja”. Dengan tegas aku
mengangguk (hlm. 323)
2Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI Vol. 1 No. 4; Oktober 2016:144-153

Ketika Dahlan sudah mulai Ketika Dahlan ikut pengajian dan


bekerja sejak kelas SR dan anak merasa nasihat dari Bapaknya sangat
seusianya sudah mau bekerja dan berguna.
memberikan upah kerjanyauntukIbunya. Daripada hidup bergelimang harta
Sejak Kelas 3 SR, akuseringngulinyeset. tapi tidak beriman, memang lebih
Itu kulakukan sepulang baik hidup miskin tapi beriman.
sekolah, di sela-selajadwalrutin Namun, kondisi terbaik, tentu saja
menggembala domba.Upah ngulinyeset adalah kaya dan tetap beriman.
terus kutabung demi duamimpi Paling tidak kalau aku kaya, pasti
besarku, sepatu dansepeda. aku bisa beli sepatu dan sepeda.
Namun, sering kali kuserahkan (hlm. 31)
sebagian besar kepada Ibuku dengan Ketika Dahlan sangat tertarik
sepenuh-penuh kebahagian. (hlm.73) dengan sepatu milik Imran yang begitu
bagus dan mahal, sehingga dia selalu
Bukti Dahlan patuh terhadap orang tua. memikirkannya.
Ketika Dahlan telah menyadari Ketika malam tiba, ingatan tentang
bahwa apa yang dikatakan Bapaknya sepatu itu belum juga sirna. Aku
benar, dia harus melanjutkan sekolah ke ingin sekali punya sepatu. Tidak
Pasantren Takeran. perlu mahal-mahal seperti sepatu
Keputusan Bapak untuk melarangku khusus milik Imran, yang penting
melanjutkan sekolah SMP bisa dipakai berjalan melintasi tepi
Manganten adalah keputusan bijak sungai dan jalan-jalan berlari di
dan aku sangat berterima kasih samping rel-rel lori. (hlm.202)
kepada Bapak yang masih Ketika Dahlan telah mendapatkan
mengizinkanku untuk bersekolah. uang dari menjadi pelatih tim voli dan
(hlm.21) mendapatkan uang tambahan dari
Ketika Dahlan merasa sangat Bapaknya untuk membeli sepatu.
bersalah karena membiarkan adiknya Dengan riang kutenteng dua pasang
untuk memanjat pohon kelapa sendiri dan sepatu itu. Satu untukku, satu untuk
akhirnya adiknya terjatuh sehingga Zain. Aku sengaja tidak membeli
membuat bapak marah. sepatu yang masih sangat bagus dan
“Seharusnya kamu menjaga adikmu, memilih yang biasa-biasa saja, sebab
le”. Ucap Bapak “Ia Pak, Maafkan dengan begitu aku bisa membeli dua
Dahlan”. Kataku penuh Sesal. (hlm. pasang sekaligus. Betapa bahagia
179) saat membeli sepatu langsung dua
pasang, rasanya tak tepermanai.
Ketika Dahlan ketahuan Bapak Bagai terbang saja waktu kukayuh
pergi ke sumur tua dengan teman- sepeda pulang ke Kebon Dalem,
temannya. Dahlan. merasa sangat sembari membayangkan Zain terpana
bersalah dan berjanji tidak akan kesana menerima hadiah sepatu dariku.
lagi (hlm. 334)
Aku tak pernah lagi mendekati Watak pekerja keras, suka
sumur tua di Cigrok itu. Bahkan, membantu, sederhana dan patuh pada
mendekati tegalan itu. Kemarahan orang tua, Dahlan digambarkan dengan
Bapak lewat tatapan matanya sangat tenik perasaan dan pikiran, dan teknik
membekas di kedalaman hati. (hlm. cakapan. Perbuatan, kata-kata, serta jalan
71) pikiran dan perasaan akan mencerminkan
Bukti Dahlan memiliki watak sederhana. sifat-sifat tokoh. Teknik cakapan adalah
percakapan yang dilakukan oleh tokoh-
tokoh dalam cerita. Dalam suatu cerita
Analisis Tokoh dan Penokohan...(Ucha Raiani Mukhtar, Mukhlis, & Subhayni) 3

biasanya juga dimasukkan untuk deskripsi, uraian, atau penjelasan secara


menggambarkan sifat-sifat tokoh yang langsung.
bersangkutan.
2) Bapak 3) Ibu
Bapak memiliki watak yang Ibu memiliki watak penyanyang
semangat bekerja tinggi, tegar, dan dan baik hati hati. Bukti Ibu memiliki
pendiam. Bukti memiliki watak semangat watakpenyanyang.
bekerjatinggi. Ketika Ibu sedang membatik dan
Ketika Bapak pergi bekerja malam- melihat Dahlan baru pulang sekolah dan
malam sembari mengusir duka dihatinya terlihat sangat lelah.
atas kepergian Ibunya Dahlan. “Capek, le?”
Bapak meninggalkan rumah dengan “Capek banget, Bu,” keluhku
cangkul di pundaknya. Meski sedang sambil membaringkan badan,
berduka, Bapak tak tinggal di rumah. memejamkanmata.
(hlm. 183) “Tidur dulu sebentar.”
Bapak menghilang dari rumah Aku mengelengkan kepala. “Ndak
dimalam hari dan baru kembali ada waktu, Bu. Harus nyabit lagi.”
menjelang dini hari (hlm.183) “Tapi kan kamu baru pulang, Le?.
Bukti Bapak memiliki jiwa tegar. (hlm. 39)
Ketika Bapak memberitahu
Dahlan bahwa Ibunya telah meninggal, Ketika Dahlan merindukan
saat itu Dahlan baru saja tiba di rumah kehadiran Ibunya dan membayangkan
dan melihat tubuh Ibunya telah terbaring Sifat Ibunya yang lembut dan
kaku. penyanyang.
“Ibumu sudah pergi,” kata Bapak. Ibu selalu mampu membuat
Datar, tanpa tekanan, tanpa bergetar. suasana rumah tetap bernyawa.
“Kita harus belajar kehilangan.” Sepasang lengan Ibu selalu hangat,
(hlm. 128) baik hati lewat pelukan ataupun
Bukti Bapak pendiam. usapan, dan kami, anak-anaknya
selalu merindukan lengan hangat
Tak ada sekulum senyum atau kata- itu. (hlm. 47)
kata lembut yang saban hari aku
dengar dari mulut bapak. Matanya Bukti Ibu memiliki watak baik hati hati.
yang bening dan tajam seolah-olah Ketika Dahlan meminta Ibunya
memberikan perintah yang tak boleh untuk membelikan sepatu kalau Ibunya
dilanggar. (hlm.23) nanti sudah mendapat upah dari
membatik.
Bapak sangat pendiam. Sampai- Ibu tertegun sejenak, menganguk-
sampai aku bisa menghitung berapa angguk. “Sabar, ya, Le. Insya
banyak kata yang diucapkannya Allah Ibu akan belikan sepatu.”
dalam satu hari. (hlm.23) (hlm. 45)
Bapak memang tak suka basa-basi. “Iya, ya, nanti kalau batik Ibu
Kalau bicara langsung ke pokok sudah jadi nomor satu dan
permasalahan. (hlm. 17) semakin banyak yang beli, kalian
Sifat pekerja keras, tegar, dan mau minta apa pun akan Ibu
pendiam Bapak digambarkan dengan belikan.” (hlm.48)
teknik analitik, yaitu pelukisan tokoh
cerita dilakukan denganmemberikan Sifat penyanyang Ibu
digambarkan dengan teknikpemikiran
4Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI Vol. 1 No. 4; Oktober 2016:144-153

dan perasaan. Perbuatan, kata-kata, serta


jalan pikiran dan perasaan yang akan
mencerminkan sifat tokoh. Sifat baik hati
hati Ibu digambarkan dengan teknik
cakapan, yaitu percakapan yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam suatu
cerita biasanya juga dimasukkan untuk
menggambarkan sifat-sifat tokoh
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai