PENGEMBANGAN TEORI
KETAHANAN KELUARGA (FAMILY RISILIENCE)
DALAM PENCEGAHAN STUNTING
BAB 1
PENDAHULUAN
Ketahanan mengacu pada proses dinamis yang mencakup adaptasi positif dalam
konteks kesulitan yang signifikan (Walsh, 2006). Definisi ini menyiratkan tidak
hanya individu dihadapkan pada kesulitan atau tantangan signifikan terhadap
kesejahteraan tetapi juga menunjukkan kompetensi dalam menghadapi berbagai
tantangan. Ketahanan tidak hanya ada di dalam konteks individu, namun juga ada di
dalam konteks keluarga. Ketahanan keluarga merupakan komponen penting untuk
memantau kesehatan keluarga dan perkembangan anak. Selain memantau kesehatan
keluarga, ketahanan keluarga juga dapat digunakan untuk mencegah masalah
kesehatan anggota keluarga. Salah satu masalah kesehatan keluarga yang dapat
dicegah adalah risiko stunting pada anak balita. Fokus dari makalah ini adalah
menganalisis statement ketahanan keluarga dalam mencegah risiko stunting pada
balita dan meningkatkan kemandirian keluarga.
1.2. Tujuan
Penulisan makalah ini menggambarkan proses pengembangan rancangan teori
ketahanan keluarga dalam pencegahan stunting yang dilandasi dengan teori ketahanan
(resilience) dan model konseptual The Goal Attainment menggunakan pendekatan
Walker dan Avant (2011).
5
BAB 2
PROSES PENGEMBANGAN TEORI
Menurut Walker dan Avant (2011), terdapat tiga elemen dasar dalam membangun
teori terdiri atas konsep, statemen, dan teori. Ketiga elemen dasar pengembangan
rancangan teori Kolaborasi Interprofesi Terintegrasi didahului dengan gambaran
konsep sentral sebagai meta paradigma dari fenomena penyelenggaraan layanan
perkesmas terintegrasi PISPK di Puskesmas sebagai seting layanan primer.
2.1 Asumsi Yang Mendasari
Fawcet (2005) dalam Alligood (2014) menggambarkan empat konsep sentral meta
paradigma dalam bidang ilmu keperawatan adalah manusia, lingkungan,
keperawatan, dan kesehatan. Gambar 2.1 mengilustrasikan meta paradigm
rancangan teori Kolaborasi Interprofesi Terintegrasi dalam penyelenggaraan layanan
Perkesmas yang menjadi perhatian dalam capaian indicator layanan primer.
MANUSIA:
Perkesmas (perawat
+ kesehatan +
masyarakat)
+ KESEHATAN:
KEPERAWATAN:
Conseling
+ 1. Kemandirian
keluarga
Couching + +
2. Koping efektif
LINGKUNGAN:
Pemberdayaan
masyarakat (self
help grup)
Tahapan pengembangan teori dimulai dengan menentukan definisi konsep dan jenis
konsep yang membangun teori. Berdasarkan konsep sentral rancangan teori
Kolaborasi Interprofesi Terintegrasi memperhatikan kajian model konoseptual The
Goal Attainment dan bukti empirisnya, konsep, definisi, dan jenis konsep yang akan
digunakan dijelaskan pada tabel 2.1
10
Johnson, 2015) pada individu, keluarga, dan komunitas (Clark, 2018; Kaini, 2017;
WHO, 2010; Wen & Schulman, 2014); untuk tujuan yang sama (Green & Johnson,
2015) atau mencapai tujuan bersama (Wen & Schulman, 2014); guna mewujudkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas (Clark, 2018; Kaini, 2017; WHO, 2010) atau
perawatan berkualitas tinggi (Wen & Schulman, 2014). Atribut definisi konsep
kolaborasi interprofesi merujuk pada konsep Interprofessional Education
Collabotarive Practice (World Health Organization, 2010), digunakan oleh banyak
penelitian bidang kesehatan yaitu kerjasama antara/diantara minimal dua
profesi/disiplin untuk tujuan hasil layanan yang berkualitas.
time ordered. Statemen causal, konsep pertama menjadi penyebab konsep lainnya.
Statement dikatakan probablistic jika kejadian terjadi beberapa kali atau pada
hampir semua waktu tetapi tidak pada semua waktu. Ketika suatu statement
menyatakan bahwa jika A terjadi, kejadian B juga terjadi adalah concurrent.
Hubungan dua konsep akan terjadi jika ada konsep ketika, disebut conditional
statement. Time ordered statement menunjukan bahwa jumlah waktu
mengintervensi diantara konsep pertama dan kedua. Tanda secara umum terdiri dari
tiga kategori: positif, negative, dan tidak diketahui. Jika konsep menunjukan arah
yang sama (negative atau positif), dikategorikan hubungan positif; jika satu konsep
meningkat sementara konsep lainnya menurun, maka hubugan negatif. Asymetic
statement adalah hubungan dari hanya satu konsep pada konsep berikutnya tetapi
tidak pernah resiprokal, sementara symmetric statement menunjukan adanya
resiprokal hubungan antara dua konsep.
Belum ada penelitian tentang hubungan ketahanan keluarga dengan resiko stunting pada
balita, namun beberapa penelitian membahas tentang intervensi yang dilakukan untuk
meningkatkan ketahanan keluarga dihubungkan dengan kesehatan keluarga. Hasil
13
-
Ketahanan Keluarga Risiko Stunting
menderita TB, hal ini terbukti dari hasil analisis uji tersebut diperkuat dengan uji
Wilcoxon signed ranks test pada Tabel 4. menunjukkan nilai p<0.01, lalu terakhir
diperkuat pula dengan uji Chi-square memperlihatkan peningkatan tingkat kemandirian
pada kelompok intervensi lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan
nilai p<0.01 (Elly Lilianty Sjattar, et al 2011).
Ketahanan keluarga dipahami sebagai konsep multidimensi yang terdiri dari 5 konsep
yaitu: kesehatan keluarga, pengasuhan responsif, keterlibatan, dukungan keluarga, dan
'faktor sosial ekonomi (Wallace et al., 2018). Konsep 'pengasuhan yang responsif'
dianggap oleh pengunjung kesehatan sebagai konstruk paling penting dari ketahanan
keluarga dengan peringkat rata-rata 4,43 dan peringkat paling esensial 1,91. Itu terdiri
dari 23 pernyataan yang mencakup pengalaman anak atau orang tua, seperti pengasuhan
yang baik, respons terhadap isyarat, rutinitas keluarga, koping dan kemampuan untuk
beradaptasi, faktor risiko, emosi, harga diri, dan memperhatikan kebutuhan. Diakui
bahwa keluarga beradaptasi dalam berbagai cara (misalnya peran dan fungsi) untuk
mengatasi tantangan sehari-hari dan krisis keluarga (Walsh, 2006). Konstruk 'dukungan
keluarga' dari ketahanan keluarga terdiri dari 19 karakteristik dan termasuk pernyataan
tentang hubungan, status dan usia orang tua, sistem kepercayaan keluarga, struktur
keluarga, komunikasi keluarga, aksesibilitas, jumlah anak-anak, dan sejarah kesulitan
bertahan. Konsep-konsep dalam ketahanan keluarga ini saling berkaitan dengan
kemandirian keluarga, karena konsep-konsep ini mendukung kemandirian keluarga.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara ketahanan keluarga
dan kemandirian keluarga adalah kausal karena ketahanan keluarga menyebabkan
kemandirian. Hubungan antar konsep ini memiliki tanda positif karena ketahanan
keluarga meningkat dapat meningkatkan kemandirian keluarga. Serta memilki
hubungan yang simetris karena keatahanan keluarga dapat meningkatkan kemandirian
keluarga begitu pula sebaliknya, kemandirian keluarga dapat memperkuat ketahanan
keluarga.
+
Ketahanan Keluarga Kemandirian Keluarga
15
Anak-anak dengan onset persisten dini seperti stunting memiliki skor kognitif yang
lebih rendah secara signifikan (-2.10 (95% CI: -3.85, -0.35)) dibandingkan dengan
balita yang tidak pernah mengalami stunting. Reseptor transferrin (TFR) juga secara
16
negatif terkait dengan perkembangan kognitif (-0,31 (95% CI: -0,49, -0,13)), sedangkan
persediaan HOME, indeks kualitas lingkungan rumah (0,46 (95% CI: 0,21, 0,72)) dan
status sosial ekonomi (1,50 (95% CI: 1,03, 1,98)) berhubungan positif dengan
perkembangan kognitif. Stunting persisten onset dini dikaitkan dengan perkembangan
kognitif yang lebih rendah pada anak-anak usia 5 tahun (Alam et al., 2020). Hasil-hasil
penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan resiko stunting dengan balita
adalah kausal karena resiko stunting menyebabkan dampak merugikan pada balita.
Hubungan antar konsep ini memiliki tanda negatif karena resiko stuntimg meningkat
dapat menurunkan kesehatan balita. Serta memilki hubungan yang asimetris karena
resiko stunting berdampak buruk pada balita.
-
Resiko Stunting Balita
Fungsi puskesmas :
Pelayanan dalam gedung
- Promotive/preventif Kinerja layanan
perkesmas terintegrasi
- Kuratif PIS PK KETAHANAN KELUARGA
Pelayanan luar Gedung
(kunjungan rumah)
FAKTOR EKSTERNAL:
Komunitas
Budaya
lingkungan PENURUNAN
PREVALENSI
PERSONAL SISTEM: SISTEM INTERPERSONAL
STUNTING
(gambaran diri, pertumbuhan dan (komunikasi, interaksi, peran,
perkembangan, persepsi) stres dan transaksi)
19
Feedback
20
BAB 3
SIMPULAN
Daftar Pustaka
Allender, Judith A., Rector, Cherie., Warner, Kristine D. (2014). Community Health
Nursing: Promoting & Protecting the Public’s Health. 8th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Aguayo, V. M., & Menon, P. (2016). Stop stunting: improving child feeding, women's
nutrition and household sanitation in South Asia. Matern Child Nutr, 12 Suppl 1,
3-11. doi:10.1111/mcn.12283
Alam, M. A., Richard, S. A., Fahim, S. M., Mahfuz, M., Nahar, B., Das, S., . . . Ahmed,
T. (2020). Impact of early-onset persistent stunting on cognitive development at
5 years of age: Results from a multi-country cohort study. PLoS One, 15(1),
e0227839. doi:10.1371/journal.pone.0227839
Anna Tiny Van ’T Noordende, Pim Kuipers, & Zoica Bakirtzief Da Silva Pereira.
(2019). Strengthening personal and family resilience: a literature review for the
leprosy context. Leprosy Review, 90(1), 88–104.
Benzies, K., & Mychasiuk, R. (2009). Fostering family resiliency: A review of the key
protective factors. Child and Family Social Work, 14, 103–114.
Bose, A. (2018). Let Us Talk about Stunting. J Trop Pediatr, 64(3), 174-175.
doi:10.1093/tropej/fmx104
Bonanno, G. A. (2004). Loss, trauma, and human resilience: Have we underestimated
the human capacity to thrive after extremely aversive events? American
Psychologist, 59(1), 20-28.
Black R.E., Victora C.G., Walker S.P., Bhutta Z.A., Christian P., de Onis M. et al.
(2013) Maternal and child undernutri- tion and overweight in low-income and
middle-income countries. Lancet 382, 427–451.
Brush, B. L., Kirk, K., Gultekin, L., & Baiardi, J. M. (2011). Overcoming: a concept
analysis. Nurs Forum, 46(3), 160-168. doi:10.1111/j.1744-6198.2011.00227.x
22
de Onis M. & Branca F. (2016) Childhood stunting: a global per- spective. Maternal and
Child Nutrition 12(Suppl. 1): 12–26.
Dewey K. (2016) Reducing stunting by improving maternal, infant and young child
nutrition in regions such as South Asia: evidence, challenges and opportunities.
Maternal and Child Nutrition 12(Suppl. 1): 27–38.
Faccio, F., Gandini, S., Renzi, C., Fioretti, C., Crico, C., & Pravettoni, G. (2019).
Development and validation of the family resilience (FaRE) questionnaire: An
observational study in italy. BMJ Open, 9(6)
doi:http://dx.doi.org/10.1136/bmjopen-2018-024670
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. (2003). Family nursing: research, theory
& practice. 5th ed. Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall.
Garcia-Dia, M. J., DiNapoli, J. M., Garcia-Ona, L., Jakubowski, R., & O'Flaherty, D.
(2013). Concept analysis: resilience. Arch Psychiatr Nurs, 27(6), 264-270.
doi:10.1016/j.apnu.2013.07.003
Gope, R. K., Tripathy, P., Prasad, V., Pradhan, H., Sinha, R. K., Panda, R., . . . Prost, A.
(2019). Effects of participatory learning and action with women's groups,
counselling through home visits and creches on undernutrition among children
under three years in eastern India: a quasi-experimental study. BMC Public
Health, 19(1), 962. doi:10.1186/s12889-019-7274-3
Hawley, D. R., & DeHann, L. (1996). Toward a definition of family resilience:
Integrating life-span and family perspectives. Family Process, 35, 283-298.
Herdiana, Ike & Suryanto, Suryanto & Handoyo, Seger. (2018). Family Resilience: A
Conceptual Review. 10.2991/acpch-17.2018.9.
Kalil, Ariel. (2003). Family Resilience and Good Child Outcomes A Review of the
literature. Centre for Social Research and Evaluation, Ministry of Social
Wallace, C., Dale, F., Jones, G., O'Kane, J., Thomas, M., Wilson, L., & Pontin, D.
(2018). Developing the health visitor concept of family resilience in Wales using
Group Concept Mapping. Rural Remote Health, 18(4), 4604.
doi:10.22605/RRH4604
Walsh, F. (2003). The Concept Of Family Resilience: Crisis And Challenge. Family
Process, 35(3), 261–281. Https://Doi.Org/10.1111/J.1545-5300.1996.00261.X
Walsh, F. (2006). Strengthening Family Resilience. New York, NY: Guilford.
WHO. (2005). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.