1. EMPAL GENTONG
Empal gentong merupakan salah satu makanan khas Cirebon yang sekilas mirip dengan gulai.
Empal gentong terdiri dari daging dan jeroan sapi dimasak dengan kuah santan bumbu kuning. Menurut
sejarawan kuliner Fadly Rahman, empal gentong keberadaannya bisa dirunut jauh hingga sekitar abad
ke-15 Masehi. Keberadaan sajian ini berasal dari cerita rakyat atau tradisi lisan yang ada di Cirebon.
Menurut Fadly, empal gentong dipercaya merupakan hibridasi atau pertemuan berbagai budaya. Seperti
dipengaruhi budaya Arab, Jawa, lokal, India, hingga Cina yang bersatu padu membentuk empal gentong
yang kita kenal sekarang. Hal itu bisa terlihat dari kuah empal gentong yang mirip seperti gulai. Gulai
merupakan perpaduan antara pengaruh budaya Arab dengan India.
Kemudian bumbu-bumbu yang dipakai dalam empal gentong didapatkan dari perpaduan antara
pengaruh budaya Cina dan budaya orang lokal Cirebon saat itu. “Penggunaan jeroan yang dipakai di
empal gentong itu sangat mungkin mendapat sentuhan juga dari kuliner Tionghoa. Karena dari kuliner
Tionghoa itu ada penggunaan bahan babat atau jeroan dalam sup,” papar Fadly. Apalagi Cirebon pada
abad ke-15 terkenal sebagai kawasan persilangan berbagai bangsa dan budaya. Sebagai daerah pesisir,
Cirebon kerap disinggahi para pedagang dan pendatang dari berbagai bangsa. Banyak juga yang
memilih menetap di sana, dan menyebarkan budaya mereka.
2. BATAGOR
3. KAREDOK
Garang Asem merupakan makanan khas Jawa Tengah yang berasal dari beberapa daerah
seperti Kudus, Semarang, Pekalongan, Demak dan juga Pati.
Makanan lezat dengan bahan dasar daging ayam tersebut dibungkus dengan
menggunakan daun pisang. Sementara itu, rasa dari makanan yang satu ini ialah asam
sesuai dengan namanya. Tak hanya asam, Garang Asam ini juga memiliki cita rasa pedas
yang akan menggugah selera makan. Garang asem (bahasa Jawa: ꦒꦫꦁ
ꦲꦱꦼꦩ꧀, translit. Garang asem) merupakan makanan tradisional khas Jawa Tengah.[1] Garang asem
adalah masakan olahan ayam yang dimasak menggunakan daun pisang dan didominasi oleh rasa
asam dan pedas. Garang asem berasal dari Grobogan namun kini garang asem populer di Kudus,
bahkan kini Garang Asem ada di beberapa kota di provinsi Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta memiliki makanan tradisional ini. Antara
lain Semarang, Surakarta, Magelang, Yogyakarta, Demak, Kudus, Pati, dan Pekalongan.
Garang asem biasa disajikan sebagai lauk pendamping nasi, ditambah dengan tusukan ayam asam
manis, tempe goreng, dan perkedel.
2. SUP MATAHARI
Sup matahari adalah salah satu menu masakan tradisional yang berasal dari kota Surakarta atau
saat ini bernama Solo. Terbuat dari bahan - bahan seperti wortel, kentang, jamur tiram, telur
dadar, jagung, daging ayam, bumbu dapur seperti merica, gula, garam, bawang bombay, bawang
merah dan sebagainya. Sup matahari juga dikenal dengan nama sup bunga matahari dikarenakan
penyajiannya yang mirip dengan bunga matahari. Bagi masyarakat Solo, sup matahari mengandung
filosofi berupa harapan bagi kedua pasangan yang akan segera menikah. Itulah mengapa masakan
ini kerapkali hadir di acara pernikahan, dengan harapan kehidupan setelah pernikahan akan
3. LUMPIA SEMARANG
Penamaan lumpia atau lunpia berasal dari dialek Hokkian, “lun” atau “lum”
berarti lunak dan “pia” artinya kue. Pada awalnya lumpia Semarang tidak
digoreng, sehingga sesuai dengan makna lumpia, kue yang lunak.
Modifikasi ini terjadi ketika kuliner Tiongkok dan Jawa berpadu. Citarasa
lumpia yang manis juga bagian dari penyesuaian lidah masyarakat setempat.
Dirangkum dari banyak sumber, makanan khas kota Semarang ini hadir
pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan salah satu contoh perpaduan
budaya asli Tiong Hoa-Jawa yang serasi dalam cita rasa.
Semua bermula saat Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian, memutuskan untuk
hijrah dan tinggal di Semarang dengan membuka bisnis makanan khas Tiong
Hoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay
Joe kemudian bertemu dengan Mbak Wasih, orang asli Jawa yang juga
berjualan makanan yang hampir sama, hanya saja rasanya lebih manis dan
berisi kentang juga udang.
MAKANAN KHAS JAWA TIMUR
1. SOTO LAMONGAN
3. PECEL MADIUN
MAKANAN KHAS BALI
1. SATE LILIT
Sate Lilit adalah sebuah varian sate asal Bali. Sate ini terbuat dari daging babi, ikan,
ayam, daging sapi, atau bahkan kura-kura yang dicincang, kemudian dicampur dengan
parutan kelapa, santan, jeruk nipis, bawang merah, dan merica. Sate Lilit adalah sebuah
varian sate asal Bali.[1] Sate ini terbuat dari daging babi, ikan, ayam, daging sapi, atau
bahkan kura-kura yang dicincang, kemudian dicampur dengan parutan kelapa, santan, jeruk
nipis, bawang merah, dan merica. Daging cincang yang telah berbumbu dilekatkan pada
sebuah bambu atau tebu, kemudian dipanggang di atas arang. Tidak seperti sate lainnya yang
dibuat dengan tusuk sate yang sempit dan tajam, tusuk sate lilit berbentuk datar dan lebar.
Permukaan yang lebih luas memungkinkan daging cincang untuk melekat. Istilah lilit dalam
bahasa Bali dan Indonesia berarti "membungkus", yang sesuai untuk cara pembuatan sate ini.
2. NASI JENGGO
Nasi jenggo (atau nasi jinggo) merupakan makanan siap saji khas Bali yang
dikemasan daun pisang dengan porsi kecil. Sebelum krismon tahun 1997, nasi
jenggo dijual per porsi seharga Rp 1500,- (dalam bahasa Hokkien, jeng
go memiliki faedah "seribu lima ratus"). Kini, harga satu porsi nasi jenggo
merupakan sekitar Rp 2000,- hingga Rp 4000,-. [1][2] Karena porsi nasi jenggo
paling sedikit, pembeli biasanya membeli nasi jinggo sejumlah beberapa bungkus
supaya bisa kenyang. Selain dijual di perlintasan, sekarang nasi jinggo dijadikan
sajian alternatif untuk berbagai upacara religius seperti ngaben, perayaan ulang
tahun, dan rapat