Oleh :
Nama : Yuni Adella
No Bp :1911121029
Dosen Pengampu:
TIM TEACHING PRAKTIKUM SATUAN PROSES
Padang, 2021
Penulis
Daimon Syukri
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
TATA CARA PRAKTIKUM iv
Praktikum 1. Reaksi Brownin non enzimatis (maillard) 5
Praktikum 2. Reaksi Browning enzimatis 10
Praktikum 3. Reaksi Browning non enzimatis (Karamelisasi) 17
Praktikum 4. Reaksi Curing 21
Praktikum 5. Reaksi Saponifikasi 26
Praktikum 6. Reaksi pigment 31
DAFTAR PUSTAKA 37
TATA CARA PRAKTIKUM
Bahan Percobaan:
a. Larutan glukosa 1 % dan 5 %
b. Serbuk asam amino (kalau bisa lebih dari satu jenis asam
amino)
c. Aquades / air
Peralatan
a. Tabung reaksi
b. Kapas / alumunium foil
c. Penjepit
d. Serbet
e. Gelas piala
f. Pemasak / kompor
Prosedur Kerja
Setelah itu, tutup tabung dan masukan ke dalam air mendidih selama 1
jam
Data
Topik pembahasan
• Mekanisme terjadinya reaksi browning non enzimatik
• Reaksi reaksi browning
• Tujuan perlakuan yang dilakukan pada praktikum serta kaitannya
dengan terbentuk atau tidaknya reaksi browning.
Pembahasan
Proses Browning non Enzimatis disebabkan oleh reaksi pencoklatan tanpa pengaruh
enzim, biasanya terjadi saat pengolahan berlangsung. Contohnya proses karamelisasi
pada gula, yaitu proses pencokelatan yang disebabkan karena bertemunya gula
reduksi dan asam amino (penyusun protein) pada suhu tinggi dan waktu lama.
Reaksi pencoklatan dapat dibagi menjadi dua reaksi utama yaitu pencoklatan enzimatis
yang disebabkan oleh enzim fenolase dan pencoklatan non-enzimatis yang terdiri dari
karamelisasi dan reaksi Mailard
Apabila gula dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi, gula tersebut akan berubah
menjadi cairan bening. Apabila dipanaskan lebih lanjut, gula tersebut akan berubah
warna menjadi kekuningan, kemudian kecokelatan, dan dalam waktu singkat dapat
berubah warna menjadi benar-benar cokelat
2. Reaksi Browning Enzimatis
Bahan Kimia
a. Suplement vitamin C
b. Jeruk lemon /Jeruk nipis / Jeruk
c. Air
Alat
a. Pisau
b. Wadah (gelas piala)
c. Stopwatch
d. Kamera
e. Pemanas air
Prosedur Kerja
Dipotong bahan sebanyak 6 potongan seragam dengan pisau stainless steel dan 1
potongan dengan pisau berkarat
Diberi perlakuan berbeda tiap potongan selama 60 detik, yaitu tidak direndam
(kontrol), larutan suplemen vitamin C, larutan asam (jeruk) dan air panas (suhu ±
90°C) selama 1 menit
Ditiriskan
Data
Vitamin C 60 menit
Asam 60 menit
(jeruk/lemon/dll)
Reaksi pencoklatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada sayuran dan buah-buahan oleh
enzim polifenol oksidase yang menghasilkan pigmen warna. Pencoklatan enzimatik yang melibatkan
enzim polifenol oksidase ini membentuk melanin sehingga menyebabkan warna coklat. Reaksi yang
menyebabkan warna coklat ini merupakan suatu reaksi kimia yang dikenal sebagai oksidatif
enzimatik dengan oksigen sebagai katalisator dalam reaksi tersebut. Jadi reaksi pencoklatan
enzimatik ini membutuhkan tiga agen utama yaitu oksigen (dibantu katalis Cu+), enzim (Polypenol
oxidase/PPO) serta komponen fenolik (Margono, 1993).
Enzim Polypenol oxidase (PPO) dan peroksidase berpengaruh besar terhadap buah dan sayur
dan memiliki peranan penting terhadap reaksi katalis oksidatif dalam pembentukan pigmen
coklat. Biokimia strukturnya secara internasional digambarkan bahwa poliphenolase sebagai
oksigen oksidorediktase. Karena tingginya kandungan phenolic pada buah seperti apel, pear,
pisang, dll. Polyphenoloksidase merupakan stimulasi (penyebab) utama terjadinya pencoklatan
setelah pengupasan atau pengirisan dan selama proses pengolahan. Enzim peroksidase (donor
H2O2, oksidoreduktase) mampu mentransfer oksigen dari berbagai sumber peroksidase yang
terkandung dalam buah dan sayuran yang dihasilkan oleh pigmen pencoklatan dan mungkin juga
bereaksi dengan poliphenoloksidase dalam buah (Ishak, 2009).
Reaksi pencoklatan dapat dibagi menjadi dua reaksi utama yaitu pencoklatan enzimatis yang
disebabkan oleh enzim fenolase dan pencoklatan non-enzimatis yang terdiri dari karamelisasi dan
reaksi Mailard
Praktikum mengenai reaksi browning enzimatis ini menggunakan bahan berupa terong, salak dan
wortel. Setiap bahan diberikan 3 perlakuan dengan direndam dalam air panas(60-70 C), direndam
dalam larutan jeruk dan dalam larutan vit c. Perlakuan ini bertujuan untuk mencegah dan
memperlambat terjadinya reaksi browning ini. Penggunaan air panas dapat mematikan enzim hingga
tidak terjadi reaksi dan jeruk yang mengandung vitamin c yang merupakan Antioksidan dapat
mencegah oksidasi komponen-komponen fenolat menjadi quinon berwarna gelap. Sulfit dapat
menghambat enzim fenolase pada konsentrasi satu ppm secara langsung atau mereduksi hasil
oksidasi quinon menjadi bentuk fenolat sebelumnya, sedangkan penggunaan vitamin C dapat
mereduksi kembali quinon berwarna hasil oksidasi (o-quinon) menjadi senyawa fenolat (o-difenol)
tak berwarna. Asam askorbat selanjutnya dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Ketika vitamin C
habis, komponen berwarna akan terbentuk sebagai hasil reaksi polimerisasi dan menjadi produk
antara yang irreversibel. Jadi produk berwama hanya akan terjadi jika vitamin C yang ada habis
dioksidasi dan quinon terpolimerisasi.
3. Reaksi karamelisasi
Alat
a. Timbangan digital
b. Sendok
c. Cup es cream
d. Spatula
e. Kompor
f. Teflon
bahan
a. Gula pasir
b. Sakarin
c. As sitrat (katalis)
Prosedur Kerja
Timbang sample sebanyak ± 20gr (gula pasir atau pemanis buatan) lalu
masukkan kedalam Teflon
Topik pembahasan
• Mekanisme terjadinya reaksi karamelisasi
• Reaksi karamelisasi
• Parameter kritis reaksi karamelisasi
• Tujuan perlakuan yang dilakukan pada praktikum serta kaitannya dengan
terbentuk atau tidaknya reaksi browning.
Secara umum, mekanisme proses terjadinya karamelisasi adalah apabila sebuah larutan
sukrosa dilakukan penguapan, maka konsentrasi dan titik didih larutan tersebut akan meningkat.
Apabila keadaan tersebut terus berlangsung, seluruh air akan menguap. Selanjutnya, apabila
keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan tetap dilanjutkan, maka akan terbentuk cairan
sukrosa yang lebur (titik lebur sukrosa adalah 160°C).
Winarno (1999) menyebutkan bahwa pada proses karamelisasi mula-mula sukrosa pecah
menjadi glukosa dan fruktosan (fruktosa yang kekurangan satu molekul air). Suhu yang tinggi
mempu mengeluarkan satu molekul air dari setiap molekul gula sehingga terjadi glukosan yang
kemudian dilanjutkan dengan dehidrasi polimerisasi dan beberapa jenis asam yang timbul di
dalamnya. Proses pencoklatan bahan makanan selama pemanasan (penglahan) berkolerasi
langsung dengan senyawa 5-hydroxymethyl-2-furfural (HMF)
(Mancilla dan Lopez, 2002). 5-hydroxymethyl-2-furfural dapat berbentuk baik pada reaksi
karamelisasi maupun maillard, senyawa tersebut cenderung mengalami peningkatan selama proses
pemasakan. Pada bahan makanan sumber pati, reaksi karamelisasi lebih dominan menentukan
terbentuknya pigmen coklat daripada reaksi maillard, karena bahan makanan berpati relatif sedikit
mengandung asam amino maupun protein (Marsono, 2006).
Mekanisme karamelisasi merupakan mekanisme kompleks yang mampu
menghasilkan ratusan produk kimia. Proses karamelisasi mencakup reaksi kesetimbangan
anomerik dan bentuk cincin, inversi sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa, reaksi kondensasi,
ikatan intramolekul, isomerisasi aldosa menjadi ketosa, reaksi dehidrasi, reaksi fragmentasi, serta
pembentukan polimer tak jenuh. Reaksi yang terjadi pada karamelisasi merupakan pemecahan
molekul sukrosa menjadi sebuah molekul glukosa dan sebuah fruktosan (fruktosa yang
kekurangan satu molekul air). Suhu yang tinggi mampu mengeluarkan sebuah molekul air dari
setiap molekul gula sehingga terbentuk glukosan, suatu molekul yang analog dengan fruktosan.
Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti dengan polimerisasi, dan beberapa jenis asam timbul
dalam campuran tersebut (Peter S, 2008).
Mekanisme karamelisasi dapat pula ditinjau dari segi warna, rasa dan aroma. Apabila gula
dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi, gula tersebut akan berubah menjadi cairan bening.
Apabila dipanaskan lebih lanjut, gula tersebut akan berubah warna menjadi kekuningan, kemudian
kecokelatan, dan dalam waktu singkat dapat berubah warna menjadi benar-benar cokelat. Dari segi
aroma dan rasa, akan timbul aroma dan rasa yang khas, dan dikenal sebagai karamel. Pemanasan
secara langsung pada suhu 170oC sampai 200oC terhadap karbohidrat khusunya gula,
menghasilkan suatu kompleks yang berasal dari proses karamelisasi. Ikatan ganda yang
terkonjugasi menyerap cahaya dan menghasilkan warna. Produk karamelisasi biasanya digunakan
dalam pembuatan makanan, kembang gula, dan sejenisnya, serta untuk menghasilkan warna pada
minuman cola (Wistler dan Daniel, 1985, di dalam Fennema, 1985).
Reaksi karamelisasi merupakan reaksi yang terjadi karena adanya interaksi gula –gula pada suhu
yang tinggi (80⁰C). Reaksi ini merupakan serangkaian reaksi yang kompleks dan menghasilkan
senyawa intermediate dan produk yang beberapa diantaranya mirip dengan reaksi Maillard
(Putra, 2016).
Menurut Eskin, et al., (1971), karamelisasi merupakan suatu proses pencoklatan non
enzimatis yang meliputi degradasi gula-gula tanpa adanya asam-asam amino atau protein. Bila
gula dipanaskan diatas titik leburnya, warnanya berubah menjadi coklat disertai perubahan cita
rasa. [Eskin, 1971]
Alat:
a. Aluminium foil
b. wadah Baskom
c. kulkas
d. Plastik
e. Pisau
f. Timbangan
g. Sendok
h. Plastic klip
Bahan:
a. Daging sapi (bukan lemak)
b. Garam dapur (NaCl)
c. Na-Nitrit (food grade)
d. air
Prosedur Kerja
Disiapkan daging yang sudah bebas jaringan lemak
Masukan daging ke dalam kemasan plastic klip dan di tutup (lakukan juga pada
kontrol)
Hasil
No Bahan Hari Pengamatan Dokumentasi
pengamatan
Parameter Hasil
pengamatan
1. Control 1 Warna Merah muda https://www.youtube.co
m/watch?v=7ON3POY6
_ZI&t=297s
Aroma Amis
Aroma Amis
Aroma Amis
3 Warna Merah https://www.youtube.co
kecoklatan, m/watch?v=7ON3POY6
semakin pucat _ZI&t=297s
Tekstur Tegang dan
kenyal
Aroma Amis
Pembahasan:
Topik pembahasan
• Mekanisme terjadinya reaksi curing
• Reaksi curing
• Peredaan fungsi NaCl dan NaNO2
• Teknik-teknik pemberian NaCl dan NaNO2 pada daging.
Pembahasan
Daging yang telah mengalami proses curing akan mengalami perubahanwarna yang disebabkan
oleh pigmen mioglobin dimana jika tidak dipanaskan akanberubah menjadi nitrosilmioglobin
yang berwarna merah gelap, sedangkan padadaging yang melalui proses pemanasan maka
pigmen mioglobin pada daging akan berubah warna menjadi nitrosilhemokromogen berupa
warna merah muda. [Soeparno, 2005]
Selain itu daging akan terhindar dari kerusakan mikrobiologisterutama untuk menghindari
berkembangnya bakteri Clostridium botulinum padadaging dimana pada suhu yang rendah
daging sangat rentan sehingga spora daribakteri Clostridium botulinum sangat mudah tumbuh.
Tar ladgis (1962 b) melaporkan bahwa Ketika daging dimasak(dengan penambahan nitrit selama
proses kyuring), ikatan antara besi, pigmen heme dan bagian dari molekul histidine dari globin
menjadi rusak sehingga posisi ikatan besi menjadi tersedia untuk oksidanitrat. Afinitas tinggi
oksida nitrat untuk ferro heme dapat menggantikan karbon monoksida dari karbon-
monoxyhemoglobin. Secara teoritis, terdapat dua molekul oksida nitrat yang terkait dengan
pigmen daging kyuring yang
dimasak.
Killdayetal.(1988) mendalilkan bahwa pigmen yang bertanggung jawab untuk warna merah
muda karakteristik daging kyuring adalah mononitrosil ferro hemokrom.
Pemanasan menyebabkan terbentuknya komponen kompleks hasil penguraian asam amino dan
gula. Asam amino yang mengandung sulfur, seperti sistein, sistin dan metionin penting untuk
pembentukan aroma daging. Aroma daging dengan penambahan NaCl+gula+Na-nitrit+vitamin C
dan NaCl+gula+Na-nitrit saja tidak berbeda karena vitamin C bersifat mudah teroksidasi oleh
panas sehingga pada saat pemanasan, vitamin C teroksidasi dan menyebabkan aroma daging
dapat dipertahankan sehingga tidak jauh berbeda dari aroma khas daging
Curing merupakan metode yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas daging penggunaan
metode curing menggunakan senyawa nitrat dan nitrit [Haradito, Utami, Nursiwi, 2021].
Menurut Soeparno [Soeparno, 2005] curing merupakan cara pengolahan dagingdengan
penambahan beberapa bahan, seperti garam NaCl, Na-nitrit, atau Na-nitrat, gula (dekstrosa atau
sukrosa atau pati hidrolisis), dan bumbu-bumbu.Curing biasanya dilakukan untuk mendapatkan
warna merah yang stabil padadaging dan dapat menimbulkan adanya perubahan dari segi aroma,
tekstur, sertaflavor atau citarasa yang lebih baik. Daging yang megalami curing tidak
mudahmengkerut atau mengalami perubahan berat dan bentuk sehingga umur simpandari daging
tersebut akan lebih panjang. Produk daging yang diproses dengancuring disebut cured meat
(daging peram)
Penggunaan bahan praktikum NaCl(garam dapur) dan Na-Nitrit adalah sebagai cara untuk
mempertahankan kualitas daging baik warna maupun rasa namun dengan fungsi masing-masing.
Garam berfungsi sebagai pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium
boltulinum pada daging, dan penambah cita rasa atau flavorpada daging [Soeparno, 2005].
Natrium nitrit ataupun natrium nitrat merupakan salah satu agen atau bahan utama dan sangat
penting dalam melakukan sutu proses curing pada daging.Keunggulan dari penggunaan natrium
nitrit atau natrium nitrat adalah untuk mempercepat terjadinya perubahan warna pada daging,
dapat menjadi suatu zat antimikroba pada daging agar terhindar dari tumbuhnya bakteri yang
umum adapada daging yaitu bakteri Clostridium botulinum, serta dapat pula menjadi zat
antimikroba pada daging [Soeparno, 2005]
5. Reaksi Saponifikasi
Alat:
c. Gelas ukur
d. Pipet tetes
e. Termometer
f. Tabung reaksi
Bahan.
a. Etanol.
d. Mentega
Prosedur Kerja
Dimasukkan 5 gram mentega (bukan margarine) kedalam gelas kimia 100 ml dan
40 ml larutan NaOH 30%.
Dipasang termometer dalam campuran. Campuran dipanaskan, setelah lemak
meleleh ditambahkan kedalam campuran 3-4 ml etanol. Diaduk dengan batang
pengaduk, suhu dipertahankan 70-80 oC
Diaduk setelah kurang lebih 5 menit penyabunan telah selesai (dibuktikan dengan
mengambil contoh, diencerkan dengan air, tidak terjadi pemisahan minyak).
Dimasukkan gelas kimia dan isinya kedalam gelas kimia (250 mL) yang berisi air
dingin. Jangan diaduk. Lapisan sabun membeku diatas setelah dingin.
Lapisan air dibuang, sabun dicuci beberapa kali dengan air suling.
Pengujian sabun
1. Dilarutkan 1 g sabun yang terbentuk dengan 25 mL air (kira-kira)
2. Diambil kira-kira 5 mL larutan sabun, tambahhkan dengan perbandingan
yang sama larutan CaCl2 5 %
3. Aduk kuat campuran, amati yang terjadi
Pembahasan:
Topik pembahasan
• Pengamatan yang terjadi selama reaksi
• Mekanisme terjadinya reaksi saponifikasi
• Fungsi dari masing-masing komponen yang ditambahkan
• Fungsi pemanasan
• Ciri-ciri sabun
Pembahasan
Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, dimana trigliserida akan dihidrosis oleh basa
NaOH membentuk gliserol dan sabun. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak
membentuk garam karboksilat. Prinsip saponifikasi adalah hidrolisis lemak berupa
trigliserida oleh basa/alkali menghasilkan gliserol dan sabun (Clayden, 2012). Reaksinya
sebagai berikut:
Pada praktikum ini ditambahkan larutan NaOH dan Etanol. NaOH dalam pembuatan sabun
kalium ini berfungsi untuk bahan hidrolisis pembentuk sabun. Dan Penambahan etanol
berfungsi sebagai pelarut. Selain itu juga dilakukan pemanasan untuk mencairkan mentega
yang digunakan dan juga untuk mempercepat reaksi dengan cara mempercepat tumbukan antar
partikel. Semakin cepat tumbukan antar partikel, maka semakin besar pula energi kinetiknya,
sehingga reaksi juga akan semakin cepat.
Ciri- ciri Sabun :
1. Larutan menjadi bersifat basa dalam air
2. Larutan sabun akan menghasilkan buih bila diaduk, tetapi tidak bisa pada air sadah.
Garam-garam alkali akan mengendap dalam air akan menghasilkan buih dari sabun
3. Memiliki sifat pembersih.
6. Reaksi degradasi kestabilan warna pigmen karena perubahan
pH
Alat
Bahan
a. Bayam merah
b. Anggur merah/ungu
c. Etanol
d. Air
e. Asam cuka
f. NaOH 2 % ( 2 gram NaOH dalam 100 mL air)
Prosedur Kerja
Potong kecil-kecil sampel (daun bayam merah dan buah anggur merah), timbang ±
50 g
Pembahasan:
Topik pembahasan
• Komponen pigment bayam merah
• Komponen pigmen anggur merah
• Tujuan penambahan asam cuka dan NaOH
• Fenomena yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan.
Pembahasaan
Pada praktikum ini sebenarnya menggunakan bahan bayam merah dan anggur merah. Namun
karna ketidak tersediaan bayam merah diganti dengan buah naga. Penggantian ini dipertimbangkan
dengan dasar bahwa pigmen penyusun bayam merah yaitu pigmen antosianin juga ada pada buah
naga. Buah Naga Merah merupakan buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Buah ini
memiliki khasiat yang banyak terutama untuk kesehatan. Buah ini memiliki banyak khasiat karena
memiliki antioksidan yang tinggi. Selain itu, buah naga merah memiliki warna yang mencolok
yakni berwarna merah keunguan. Buah naga merah berwarna merah keunguan dikarenakan
kandungan pigmen antosianinnya.
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen
yang berwarna kuat dan larut dalam air ini merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu,
merah marak, merah, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun dan buah pada tumbuhan tinggi.
Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin,
dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi (Harborne, 1987).
Kulit buah naga merupakan limbah hasil pertanian yang mengandung zat warna alami antosianin
cukup tinggi. Antosianin termasuk ke dalam substansi fenolik yang secara luas terdapat dalam
tanaman yang memberikan warna biru, merah atau ungu. Dalam media asam, antosianin
berwarna merah, ungu dalam larutan netral, dan biru hijau dalam larutan basa. Stabilitas
antosianin bergantung pada pH, cahaya, suhu dan struktur kimianya.
Polifenol merupakan komponen fitokimia yang terkandung dalam anggur karena mempunyai
aktivitas biologi dan bermanfaat untuk kesehatan. Komponen polifenol
diantaranya antosianin, flavonoid, tannin, resveratrol dan asam fenolat (Xia et al., 2010).
Antosianin merupakan kelompok flavonoid yang berperan sebagai pigmen yang memberikan
warna ungu pada beberapa buah dan sayuran seperti anggur. Komponen ini bermanfaat sebagai
antioksidan dan menginduksi 2-4 kali meningkatkan DNA fragmen (Indra, 2012)
Stabilitas antosianin bergantung pada pH, cahaya, suhu dan struktur kimianya. Dengan
penambahan asam cuka(asam kuat) dan larutan NaOH(basa kuat) dapat mempengaruhi stabilitas
pigmen warna termasuk antosianin.
Saat dilakukan penambahan larutan NaOH pada larutan ekstrak buah naga mengubah warna
larutan dari merah keunguan menjadi coklat. Saat ditambah larutan asam cuka berubah menjadi
ungu muda. Dan saat dilakukan penambahan larutan NaOH pada larutan anggur merubah warna
larutan menjadi biru kehitam-hitaman. Saat ditambah larutan asam cuka larutan menjadi
berwarna merah muda pekat.
Daftar pustaka