Anda di halaman 1dari 18

SILABUS

Tahun Pembelajaran 2021/2022

Mata Pelajaran : Geografi Nama Sekolah : SMA AL FIRDAUS


Kelas/ Program : XI IPS Nama Guru : Shinta Khoiru Nikmah, S.Pd
Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya


2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan kawasan internasional
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektifdan kreatif,danmampu menggunakan metodasesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Pokok Kegiatan Penilaian Alokasi Waktu Sumber dan
Kompetensi Pembelajaran Media Belajar

3.1 Memahami kondisi 3.1.1 Menganalisis POSISI  Mengamati letak tes tertulis pilihan 16 JP Buku paket geografi
wilayah dan posisi Letak, Luas, dan STRATEGIS geografis Indonesia ganda & tertulis
strategis Indonesia Batas Wilayah INDONESIA melalui peta dunia. uraian, tes lisan / Internet
Indonesia SEBAGAI  Berdiskusi tentang letak
sebagai poros observasi terhadap
3.1.2 Menganalisis POROS dan posisi geografis
maritim dunia Karakteristik MARITIM diskusi tanya jawab
Indonesia dan kaitannya
Wilayah DUNIA dengan poros maritim dan percakapan
4.1 Menyajikan contoh Daratan dan serta penugasan
dunia
hasil penalaran Perairan Indonesia Letak, luas, dan  Menyajikan laporan
tentang posisi 3.1.3 Mengidentifikasi batas wilayah hasil diskusi tentang penilaian unjuk
strategis wilayah Perkembangan Jalur Indonesia. posisi strategis kerja, penilaian
Indonesia sebagai Transportasi dan Karakteristik Indonesia sebagai poros proyek, penilaian
Perdagangan wilayah daratan maritim dunia produk dan
poros maritim
Internasional di dan perairan dilengkapi peta, tabel, penilaian portofolio
dunia dalam bentuk
Indonesia Indonesia. dan/atau grafik
peta, tabel, 3.1.4 Menganalisis Perkembangan
dan/atau grafik Potensi & jalur
Pengelolaan transportasi dan
Sumber Daya perdagangan
Laut di Indonesia internasional di
3.1.5 Menganalisis Indonesia.
kondisi wilayah dan Potensi dan
posisi strategis pengelolaan
Indonesia sebagai sumber daya
poros maritim dunia kelautan
4.1.1 Menyusun sebuah Indonesia.
hasil hasil penalaran
tentang posisi
strategis wilayah
Indonesia
sebagai poros
maritim dunia
dalam bentuk
peta, tabel,
dan/atau grafik.
3.2 Menganalisis 3.2.1 Mendeskripsikan FLORA DAN  Mengamati flora dan • Tulisan 16 JP  Buku Geografi
sebaran flora dan karakteristik bioma FAUNA DI fauna Indonesia di kelas XI
fauna di Indonesia yang ada didunia INDONESIA lingkungan sekitar • Uraian  Internet
3.2.2 Mengidentifikasi DAN DUNIA
dan dunia  Membaca buku teks
factor- faktor • Uji kinerja
berdasarkan persebaran flora dan  Karakteristik geografi dan buku
karakteristik ekosistem. fauna didunia bioma di referensi, dan/atau
3.2.3 Mengidentifikasi dunia. menyaksikan tayangan
4.2 Membuat peta jenis-jenis flora dan  Faktor-faktor video tentang
persebaran flora dan fauna dunia yang persebaran dan
fauna di Indonesia dan 3.2.4 Mengeidentifikasi memengaruhi konservasi flora fauna
dunia yang dilengkapi jenis-jenis flora dan sebaran flora
fauna di Indonesia di Indonesia dan dunia
gambar hewan dan dan fauna.
3.2.5 Menganalisis  Mengumpulkan data
tumbuhan endemik.  Persebaran
konservasi flora dan jenis-jenis dan informasi tentang
fauna di dunia dan flora dan fauna persebaran dan
Indonesia di Indonesia konservasi flora fauna
3.2.6 Mengidentifikasi dan dunia. di Indonesia dan dunia
manfaat flora dan  Konservasi
fauna di dunia dan  Membuat laporan
flora dan tentang persebaran dan
Indonesia fauna di
4.2.1 Membuat laporan konservasi flora fauna
Indonesia dan
tentang persebaran dunia. di Indonesia dan dunia
dan konservasi  Pemanfaatan
flora fauna di flora dan fauna  Menyajikan laporan
Indonesia dan dunia Indonesia tentang persebaran dan
4.2.2 Menyajikan laporan sebagai konservasi flora fauna
tentang persebaran sumber daya
di Indonesia dan dunia
dan konservasi flora alam.
fauna di Indonesia dilengkapi peta
dan dunia
dilengkapi peta
3.3 Menganalisis 3.3.1 Memahami PENGELOLAA • Mencari informasi • Tulisan 16 JP  Buku Geografi
sebaran dan Pengertian Sumber N SUMBER tentang sumber daya kelas XI
pengelolaan Daya Alam DAYA ALAM kehutanan, • Uraian  Internet
3.3.2 Mengidentifikasi INDONESIA
sumber daya pertambangan,
Klasifikasi Sumber  Klasifikasi • Uji kinerja
kehutanan, Daya Alam kelautan, dan pariwisata
sumber daya.
pertambangan, 3.3.3 Mendeskripsikan serta pengelolaannya
kelautan, dan Potensi dan  Potensi dan dari berbagai
pariwisata sesuai Persebaran persebaran sumber/media
prinsip-prinsip Sumber Daya Alam sumberdaya
pembangunan 3.3.4 Mengidentifikasi alam • Berdiskusi tentang
Pengelolaan kehutanan,
berkelanjutan. sumber daya kehutanan,
Sumber Daya Alam pertambangan,
Berwawasan pertambangan,
4.3 Membuat peta kelautan,
Lingkungan dan danpariwisatadi kelautan, dan
persebaran sumber Berkelanjutan Indonesia. pariwisata serta
daya kehutanan, 3.3.5 Mengidentifikasi pengelolaannya
pertambangan, Pemanfaatan  Analisis sesuai prinsip-
kelautan, dan Sumber Daya Alam Mengenai
Berdasarkan prinsippembangunan
pariwisata di Dampak
Prinsip Ekoefisiensi berkelanjutan.
Indonesia. Lingkungan
3.3.6 Mengidentifikasi (AMDAL)
sebaran dan dalam • Mengumpulkan
pengelolaan pembangunan. dan mengolah informasi
sumber daya
tentang persebaran
kehutanan,
 Pemanfaatan sumber daya kehutanan,
pertambangan,
sumberdaya pertambangan,
kelautan, dan
alam dengan kelautan, dan
pariwisata sesuai
prinsip- prinsip
prinsip-prinsip pariwisata serta
pembangunan
pembangunan pengelolaannya sesuai
berkelanjutan
berkelanjutan. prinsip-
4.3.1 Menyajikan
prinsippembangunan
laporan hasil berkelanjutan
pengolahan
informasitentang • Menyajikan laporan
persebaran sumber
hasil pengolahan
daya kehutanan,
pertambangan, informasitentang
kelautan, dan persebaran sumber
pariwisata serta daya
pengelolaannya kehutanan,
sesuai prinsip- pertambangan,
prinsippembanguna kelautan, dan
n berkelanjutan
dilengkapi peta pariwisata serta
pengelolaannya sesuai
prinsip-
prinsippembangunan
berkelanjutan
dilengkapi peta

3.4 Menganalisis 3.4.1 Memahami Potensi dan Mengumpulkan dan • Tulisan 16 JP  Buku Geografi
ketahanan pangan pengertian persebaran menganalisis data dan kelas XI
nasional, penyediaan Ketahanan Pangan, sumber daya informasi terkait • Uraian  Internet
bahan industri,
bahan industri, serta pertanian, ketahanan pangan,
serta energi baru • Uji kinerja
potensi energi baru dan dan terbarukan perkebunan, industri, serta energi baru
terbarukan di Indonesia 3.4.2 Mengidentifikasi perikanan, dan terbarukan
Potensi dan dan
4.4 Membuat peta persebaran sumber peternakan • Melaporkan hasil
persebaran ketahanan daya pertanian, untuk analisis data dan informasi
pangan nasional, perkebunan, ketahanan terkait ketahanan pangan,
bahan industri, serta perikanan, dan industri, serta energi baru
pangan
energi baru dan peternakan untuk dan terbarukan dalam
ketahanan pangan nasional.
terbarukan di Potensi dan bentuk tulisan dilengkapi
nasional.
Indonesia. 3.4.3 Mengidentifikasi persebaran peta, tabel, dan grafik
potensi dan sumber daya
persebaran sumber untuk
daya industry
penyediaan
3.4.4 Mengidentifikasi
potensi dan bahan
persebaran
sumber energy industri.
terbarukan Potensi dan
3.4.5 Mengidentifikasi persebaran
ketahanan pangan
sumber daya
nasional,
penyediaan bahan untuk
industri, serta penyediaan
potensi energi baru energi baru
dan terbarukan di dan
Indonesia terbarukan.
4.4.1 Menyusun peta
Pengelolaan
persebaran
ketahanan pangan sumber daya
nasional, bahan dalam
industri, serta energi penyediaan
baru dan bahan
terbarukan di pangan,
Indonesia. bahan
industri, serta
energi baru
dan
terbarukan di
Indonesia.

Mengetahui, Sukoharjo, … Juni 2021


Kepala Sekolah Guru Mapel

Muslimin, S.Pd. Shinta Khoiru Nikmah, S.Pd


NIK. 153.01 NIK. 3108.02
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Al Firdaus


Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
Alokasi Waktu : 180 menit
Silabus : 3.1/4.1
Periode : 2021-2022

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat memahami letak, luas, dan batas
wilayah Indonesia, karakteristik wilayah daratan dan perairan Indonesia, karakteristik wilayah daratan dan
perairan Indonesia. Memahami perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia.
Memahami potensi dan pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Sintak Kegiatan Karakter Waktu
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik
Pendahuluan
1 sebagai sikap disiplin Disiplin 15 menit
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik
Kegiatan Literasi:
Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati,
membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan
bahan bacaan terkait materi

Critical Thinking:
Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Inti Collaboration: Analitis,


2 60 menit
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk kritis
mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang,
dan saling bertukar informasi

Communication:
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu

Creativity:
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang
telah dipelajari

Penutup  Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran


3 Reflektif 15 menit
 Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran
2 x 45
Total alokasi waktu dalam 1 x pertemuan
menit

C. PENILAIAN
1. Sikap : Kritis
2. Pengetahuan : tes tertulis pilihan ganda & tertulis uraian, tes lisan / observasi
3. Ketrampilan : penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian produk dan penilaian portofolio

D. PROFIL PELAJAR PANCASILA


1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak mulia
2. Mandiri
3. Bergotong royong
4. Berkebinekaan global
5. Bernalar kritis
6. Kreatif
               
Sukoharjo,  Juni 2021 
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Muslimin, S.Pd. Shinta Khoiru Nikmah, S.Pd


NIK. 153.01 NIK.3108.02
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Al Firdaus


Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Persebaran Flora Indonesia dan Dunia
Alokasi Waktu : 180 menit
Silabus : 3.2/4.2
Periode : 2021-2022

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui proses pembelajaran sub materi faktor persebaran flora dengan menggunakan model discovery,
peserta didik diharapkan berakhlak mulia, bernalar kritis dan bergotong-royong dalam menentukan empat
faktor persebaran flora sesuai dengan ide-ide baru berdasarkan berbagai sumber belajar.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Sintak Kegiatan Karakter Waktu
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
Pendahuluan sikap disiplin
1 Disiplin 15 menit
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik
Mengamati stimulus
Peserta didik diarahkan untuk mengamati stimulus berupa beragam
jenis tanaman.

Mengidentifikasi masalah
Peserta didik diarahkan untuk merumuskan pertanyaan/menerima
pertanyaan terkait hasil pengamatan stimulus dan tujuan
pembelajaran tentang faktor persebaran flora.

Mengumpulkan data
Peserta didik melakukan kegiatan pengumpulan informasi/data
Inti terkait faktor sebaran flora secara berkelompok dibimbing guru. Analitis,
2 150 menit
kritis
Mengolah data
Peserta didik melakukan diskusi untuk mengolah informasi/data
terkait materi faktor persebaran flora di dalam kelompoknya dengan
bimbingan guru.

Memverifikasi
Secara berkelompok, peserta didik melakukan verifikasi hasil
pengolahan data faktor persebaran flora kepada guru.

Menyimpulkan
Guru mengarahkan semua peserta didik untuk menyusun simpulan
Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran
Penutup
3 Reflektif 15 menit
Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran
2 x 45
Total alokasi waktu dalam 1 x pertemuan
menit

E. PENILAIAN
4. Sikap : Observasi
5. Pengetahuan : tes tertulis dan penugasan
6. Ketrampilan : Produk rancangan gagasan pengembangan usaha di bidang pertanian

                               

Sukoharjo,  Juni 2021 


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Muslimin, S.Pd. Shinta Khoiru Nikmah, S.Pd


NIK. 153.01 NIK. 3108.02
Lampiran RPP 1

Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya


Kelautan Indonesia
Potensi sumber daya kelautan
1. Sumber daya perikanan
adalah salah satu potensi sumber daya laut di Indonesia yang sejak dulu telah
dimanfaatkan penduduk. Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar,
yaitu 6,4 juta ton per tahun. Yang dimaksud dengan potensi lestari adalah potensi
penangkapan ikan yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi
hingga jumlah ikan yang ditangkap tidak mengurangi populasi ikan.

Berdasarkan aturan internasional, jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80%


dari potensi lestari tersebut atau sekitar 5,12 juta ton per tahun. Kenyataannya,
jumlah hasil tangkapan ikan di Indonesia belum mencapai angka tersebut. Ini berarti
masih ada peluang untuk meningkatkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan.

Jika dibandingkan sebaran potensi ikannya, terlihat adanya perbedaan secara umum
antara wilayah Indonesia bagian Barat dan Timur. Di Indonesia bagian Barat dengan
rata-rata kedalaman laut 75 meter, jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan
pelagis kecil. Kondisi agak berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur dengan
rata-rata kedalaman laut mencapai 4.000 m. Di kawasan Indonesia bagian Timur,
banyak ditemukan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna.

Selain ikan yang tersedia di lautan, penduduk Indonesia juga banyak yang melakukan
budi daya ikan, terutama di daerah pesisir. Di pantai utara Pulau Jawa, banyak
masyarakat yang mengembangkan usaha budi daya ikan dengan menggunakan
tambak. Jenis ikan yang dikembangbiakkan di sana adalah ikan bandeng dan udang.

Selain ikan, kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir berupa
hutan mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang. Indonesia
memiliki lebih dari 13 ribu pulau sehingga garis pantainya sangat panjang. Garis
pantai Indonesia panjangnya mencapai 81.000 Km, ukuran ini merupakan panjang
pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada. Oleh karena itu, potensi sumber
daya alam di wilayah pesisir sangat penting bagi Indonesia.

Tidak salah jika pemerintah di bawah pemerintahan presiden Jokowi memfokuskan


pembangunan maritim di Indonesia. Kekayaan alam kita yang berupa ikan malah
banyak diambil oleh oknum-oknum dari negara lain berupa praktik pencurian ikan
atau illegal fishing. Ada beberapa wilayah perairan Indonesia yang rawan dengan
kegiatan illegal fishing. Wilayah yang paling rawan dengan praktik pencurian ikan
adalah Laut Arafuru (Papua) di Timur perairan Indonesia.
2. Energi kelautan Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar.
Sekitar dua per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Indonesia memiliki pantai kedua
terpanjang di dunia setelah Kanada.
Hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia dari segi besarnya potensi energi
laut. Energi laut yang dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut
(samudera) merupakan sumber energi di perairan laut. Energi ini berupa energi
pasang surut, energi gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan
laut.

Energi pasang surut di wilayah Indonesia terdapat pada banyak pulau. Cukup banyak
selat sempit yang membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau.
Hal ini memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut.

Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk
membangkitkan listrik. Sampai saat ini belum ada penelitian untuk pemanfaatan
energi pasang surut yang memberikan hasil yang cukup signifikan di Indonesia.

Di Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah
Bagan Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter. Teluk Palu yang struktur
geologinya merupakan patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang
surut.  Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua,
dan pantai selatan Pulau Jawa yang pasang surutnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.

Untuk lautan di wilayah Indonesia, dengan potensi termal 2,5 x 1.023 Joule dan
efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat dihasilkan daya sekitar
240.000 MW. Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6-9°
Lintang Selatan dan 104-109° Bujur Timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari
20 Km dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan
didapatkan perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C.

Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650
m) lebih tinggi dari 20°C. Dengan potensi tersebut, konversi energi panas laut dapat
dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Tidak jauh
berbeda dengan energi pasang surut, energi panas laut di Indonesia juga baru
mencapai tahap penelitian.

Kekuatan gelombang bervariasi di setiap lokasi. Daerah samudera Indonesia


sepanjang pantai selatan Jawa sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki
potensi energi gelombang cukup besar berkisar antara 10 – 20 kW per meter
gelombang.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa titik di


Indonesia bisa mencapai 70 kW/m di beberapa lokasi. Pantai barat Pulau Sumatera
bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat juga berpotensi memiliki
energi gelombang laut sekitar 40 kW/m.

Karakteristik energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi


kota-kota pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Sayangnya,
pengembangan teknologi pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat ini
meskipun cukup menjanjikan namun masih belum optimal. Pemanfaatan energi
gelombang yang sudah diaplikasikan di Indonesia baik oleh lembaga litbang (BPPT,
PLN) maupun institusi pendidikan lainnya baru pada tahap penelitian.
3. Sumber daya minyak dan gas bumi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan
secara tersirat untuk mengembangkan potensi wilayah minyak dan gas (migas) di
Indonesia, terutama lapangan yang berada lepas pantai (offshore) dan laut dalam
(deep water).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja
menyambut baik atas keinginan menteri tersebut. Ia mengetahui potensi migas
Indonesia memang masih banyak seperti wilayah laut dalam. Cekungan-cekungan
geologi yang berpotensi memiliki kandungan minyak dan gas pun masih banyak.

“Cekungan-cekungan kan cukup banyak, cekungan geologi yang mengandung


minyak dan gas di laut dalam. Itu yang harus kita eksplorasi,” kata Wirat, di Kantor
Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (28/7/2016).

Namun, yang menjadi pertimbangan saat ini adalah biaya eksplorasi untuk
pengerjaan wilayah kerja laut dalam masih sangat mahal. Belum ditambah lagi
dengan posisi yang jauh dan kebanyakan berada di daerah remote. Hal itu yang masih
menjadi kajian.

“Biaya eksplorasinya kan tinggi karena laut dalam. Dan jaraknya jauh-jauh. Remote
di Indonesia timur, di laut Makassar. Jadi seperti yang disampaikan sebelumnya, kita
sedang dalam proses menyiapkan regulasi,” jelas dia.

Menurutnya, seperti yang sudah banyak diketahui publik, regulasi mengenai wilayah
kerja laut dalam di Indonesia masih belum atraktif sehingga investor kurang berminat
berinvestasi. Sehingga kebanyakan investor lebih memilih menginvestasikannya di
negara lain.

“Sekarang kita kalah atraktif dengan negara yang lain-lain. Sehingga investasi dari
perusahaan-perusahaan kelas dunia. Perusahaan-perusahaan kelas dunia jadi tidak
mau investasi di Indonesia,” ungkap dia.

Untuk itu, lanjut Wirat, pihak Kementerian ESDM bersama Komisi Eksplorasi
Nasional (KEN), SKK Migas, dan para stakeholders sedang merancang dan
merumuskan bagaimana supaya wilayah migas laut dalam di Indonesia lebih menarik
mata investor.

“Kalah atraktif kita dengan negara yang lain. Dari fiskal dari pajak, split, banyak hal
yang kita kalah atraktif dengan negara lain,” ucap dia.

Berdasarkan data litbang Kementerian ESDM, Potensi energi di laut Indonesia


sampai saat ini masih didominasi oleh minyak dan gas bumi (migas). Sekitar 70
persen cadangan migas Indonesia terdapat di cekungan-cekungan tersier lepas pantai
dan lebih dari separuhnya terletak di laut dalam.

Sejak 2004 telah beroperasi lebih dari 36 perusahaan minyak di Wilayah Kerja (WK)
lepas pantai dari keseluruhan 153 WK yang telah melaksanakan eksplorasi dan
eksploitasi di lepas pantai.
Saat ini, telah terindikasi 66 cekungan migas di seluruh Indonesia, sebagian besar
berada di darat dan laut dangkal perairan teritorial dan hanya beberapa cekungan
yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka). Ada 16 cekungan sudah
berproduksi, delapan cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum dieksplorasi.

4. Wisata bahari
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Selain lima pulau utama,
yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, Indonesia juga memiliki
pulau-pulau kecil yang jumlahnya ribuan. Sebagai negara kepulauan, tentu saja pantai
yang terdapat di Indonesia ini berjumlah ribuan juga.

Pantai dan laut tersebut menyimpan berbagai potensi yang jika diolah dengan baik
akan memberikan berbagai keuntungan bagi penduduk sekitar. Salah satu potensi dari
laut Indonesia ialah hasil perikanan. Dengan panjang garis pantai mencapai 95.181
Km, dalam satu tahun Indonesia mampu menghasilkan 5,4 juta ton ikan. Tentu masih
ada peluang lebih untuk mendapatkan ikan lebih banyak lagi. Potensi lain dari bahari
adalah wisatanya.

Hutan mangrove dapat menjadi potensi wisata bahari yang menjanjikan bagi para
wisatawan. Sebagai habitat binatang laut, hutan mangrove, juga dapat menjadi
manfaat bagi masyarakat sekitar. Tak hanya pemasukan karena wisatawan,
masyarakat juga dapat mempergunakan kayu bakau untuk menjadi bahan pembuat
kertas. Keindahan bawah laut Indonesia juga menjadi destinasi wisata bahari
berikutnya.

Sebut saja Raja Ampat di Papua, Derawan di Kalimantan, dan Pulau Ora di Maluku,
pemandangan bawah lautnya sudah terdengar hingga mancanegara. Ketiga tempat
tersebut merupakan sedikit dari bagian laut Indonesia dengan keindahan bawah laut
yang memesona. Pemandangan bawah laut yang dihasilkan dari terumbu karang dan
biota laut Indonesia menarik para wisatawan.

Indonesia memiliki luas terumbu karang terluas di dunia, yaitu 284.300 km2 yang
akan memuaskan hati para penyelam. Selain pemandangan bawah laut yang indah,
hampir seluruh pantai di Indonesia juga memiliki pemandangan yang tak kalah
memesonanya.

Para wisatawan dapat membuktikan dengan mengunjungi pantai-pantai yang terdapat


di selatan pulau Jawa, pantai Parai Tenggiri di Bangka Belitung, dan lain-lainnya.
Masih banyak laut dan pantai di Indonesia yang menyimpan potensi wisata sehingga
dapat menambah jumlah destinasi liburan untuk para wisatawan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Beragam Potensi Wisata
Bahari Indonesia untuk Dunia”,

5. Industri maritim
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengembangkan industri berbasis
maritim. Potensi untuk mengembangkan industri maritim sangat terbuka mengingat
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia.

Menurut Saleh, ada empat industri maritim yang akan dikembangkan pada periode
2015-201-, yaitu industri rumput laut, industri pengolahan ikan, industri galangan
kapal, dan industri garam. “Kita tabu bahwa salah satu yang terus didorong oleh
presiden yaitu bagaimana agar industri maritim kita dapat tumbuh dan berkembang
karena bagaimana pun dua pertiga dari wilayah Indonesia adalah laut,” ujarnya.

Industri rumput laut nasional terdiri atas 25 unit usaha besar yang menyerap 3.100
orang tenaga kerja yang memiliki nilai investasi sebesar USD170juta. “Industri
rumput laut saat ini lebih banyak menjual secara mentah ke luar negeri. Padahal,
seharusnya ini bisa dilakukan hilirisasi dengan menumbuhkan industri turunnya di
dalam negeri,” ungkap Saleh.

Saleh menambahkan, industri rumput laut nasional memiliki kapasitas terpasang


sebesar 33.000 ton dengan kemampuan produksi 20.000 ton per tahun sehingga
menghasilkan utilitas sebesar 60%. “Permasalahan-permasalahan yang dihadapi
adalah suplai bahan baku terbatas untuk industri pengolahan rumput laut karena
masih diekspor dalam bentuk mentah, kualitas bahan baku rumput laut yang rendah,
biaya transportasi masih mahal,” jelasnya.

Menurut Saleh, agar industri ini bisa berkembang, Kemenperin akan terus
berkoordinasi dengan instansi-instansi lainnya agar pasokan bahan baku terpenuhi.

Saleh melanjutkan, industri pengelolaan ikan saat ini sama seperti industri rumput
laut, yakni kekurangan bahan baku. “Ini karena banyak terjadi penjualan ikan secara
ilegal sehingga pasokan bahan baku berkurang,” ungkapnya.

Selama ini industri pengolahan ikan nasional yang terdiri atas 37 unit usaha berskala
besar mampu menyerap 62.000 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi Rpl,5
triliun. Industri pengolahan ikan nasional juga telah memiliki kapasitas terpasang
339.000 ton dengan kemampuan produksi 197.000 ton per tahun, sehingga
menghasilkan utilitas sebesar 58%.

Selain masalah bahan baku, masalah industri pengolahan ikan lainnya terkait saling
pengakuan standar dengan negara-negara tujuan ekspor. “Koordinasinya belum baik
sehingga banyak hasil pengolahan ikan yang ditolak oleh negara tujuan ekspor,”
katanya.

Sementara itu, industri galangan kapal nasional masih memiliki potensi yang cukup
besar untuk terus dikembangkan. Untuk industri galangan kapal reparasi, jumlah
fasilitas produksinya sebesar 214 unit dengan kapasitas 12 juta dead weight
ton (DWT) per tahun dengan utilisasi sebesar 85%.
Sedangkan galangan kapal baru, jumlah fasilitas produksinya sebanyak 160 unit
dengan kapasitasl, 2juta DWT pertahun dengan utilisasi sebesar 35%. “Industri
galangan kapal di Tanah Air banyak yang belum tumbuh. Kami koordinasi dengan
Menko Maritim bersama dengan Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan
memberikan insentifinsentif,” ungkapnya.

Industri garam nasional yang terdiri atas 35 unit usaha berskala besar dengan luas
lahan produksi mencapai 22.000 hektare (ha) memiliki kapasitas produksi mencapai
56 juta ton pertahun.”Membuat garam konsumsi di mana pun bisa, namun berbeda
dalam membuat garam industri. Garam industri kandungan NaCl-nya tinggi sehingga
tidak bisa dikonsumsi,” ujarnya.
Permasalahan yang dihadapi industri garam adalah belum diproduksinya garam
industri dalam skala besar sehingga kebutuhan garam industri sebesar 1,9 juta ton
pertahun masih diimpor. “Membuat garam industri tidak semua laut bisa. Lebih
cocok wilayahnya adalah di kawasan timur Indonesia, khususnya di NTT. Curah
hujan dan alamnya cocok untuk pengembangan garam industri,” tandasnya.

Komitmen pemerintah untuk memajukan sektor maritim juga ditandai dengan


digencarkannya penegakan hukum bagi para pencuri ikan atau illegal fishing. Mulai
dari memperketat pengawasan, melarang kapal-kapal melakukan alih muatan ikan di
laut, serta penenggelaman kapal asing pencuri ikan. Dengan semua upaya tersebut,
Presiden Joko Widodo(Jokowi) optimistis industri perikanan yang semula banyak
tutup karena kekurangan bahan baku akan kembali menggeliat.
Sumber: baca disini
6. Jasa angkutan laut
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini secara bertahap telah terjadi perubahan
penggunaan armada pelayaran asing ke pelayaran domestik untuk mengangkut
berbagai komoditi di dalam negeri, tetapi industri pelayaran didalam negeri, seperti
yang disampaikan Ketua Indonesia Ship Owners Association (INSA) Oentoro Suryo,
masih sulit bersaing dengan pelayaran asing karena keterbatasan jumlah kapal serta
kondisi kapal yang ada sebagian besar adalah kapal tua.

Penambahan jumlah kapal nasional sebagian merupakan pengalihan bendera kapal-


kapal milik pelayaran nasional yang sebelumnya berbendera asing, sehingga
penambahan kapal-kapal baru relatif sangat sedikit.

Masih sulitnya penambahan kapal baru oleh galangan kapal Indonesia karena pihak
perbankan masih belum sepenuhnya mendukung pembiayaan pembangunan kapal.
Selain itu banyaknya  biaya pajak yang harus ditanggung untuk pembuatan kapal
tersebut,  membuat masih tingginya biaya pembuatan kapal di Indonesia

Kondisi ini membuat beberapa perusahaan pelayaran nasional membangun kapalnya


di luar negeri, karena dianggap lebih murah biayanya dibanding membangun di
dalam negeri.

Secara garis besar, perusahaan angkutan laut nasional dikelompokkan menjadi


pelayaran dalam negeri dan angkutan luar negeri untuk ekspor-impor. Perusahaan
pelayaran untuk angkutan dalam negeri, terdiri atas pelayaran antar pulau, pelayaran
lokal, pelayaran perintis dan pelayaran rakyat. Selain itu terdapat perusahaan non
pelayaran (pelayaran khusus), yaitu  yang  hanya mengangkut keperluan dan hasil
industri sendiri, seperti yang dioperasikan oleh industri-industri pupuk, tepung terigu,
semen dan kayu.

Selama tahun 2003 – 2007, jumlah perusahaan pelayaran di Indonesia cenderung


meningkat. Menurut catatan Ditjen Perhubungan Laut, pada tahun 2003 terdapat
1.705 buah perusahaan, yang terdiri atas 1.030 perusahaan pelayaran nasional, 267
perusahaan non pelayaran dan selebihnya sebanyak 408 perusahaan pelayaran rakyat.
Pada tahun 2007, jumlah perusahaan pelayaran meningkat menjadi 2.326 perusahaan,
yang terdiri atas 1.432 perusahaan pelayaran nasional, 334 perusahaan non pelayaran
dan 560 perusahaan pelayaran rakyat. Perkembangan jumlah perusahaan pelayaran
dalam negeri di Indonesia tidak terlepas dari peningkatan kegiatan ekspor dan juga
kebijakan Pemerintah untuk mendukung jasa angkutan laut seperti diterapkannya
azas cabotage untuk 13 jenis komoditas utama sejak tahun 2005.
Sumber: baca di sini
7. Alur laut kepulauan Indonesia
Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut
(United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS), 10 Desember 1982,
menjadi awal lahirnya hukum laut yang mengakui adanya konsep Negara Kepulauan.
Pemerintah Republik Indonesia (RI) kemudian meratifikasi konvensi tersebut dengan
Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 1985. Sejak tahun 1994, Hukum Laut
Internasional resmi berlaku dan mulai saat itu pula bangsa Indonesia mempunyai hak
berdaulat untuk memanfaatkan sumber daya alam, termasuk yang ada di dasar laut
dan di bawahnya. Pasal 49 UNCLOS 1982 menyatakan kedaulatan dari negara
kepulauan meliputi perairan-perairan yang tertutup oleh garis pangkal demikian pula
wilayah udara di atasnya dan dasar laut serta tanah di bawahnya.
Tahun 1996, Pemerintah Indonesia mengusulkan kepada International Maritime
Organization (IMO) tentang penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)
beserta cabang-cabangnya di perairan Indonesia. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 8 UU
No. 6/ 1996 tentang Perairan Indonesia, Alur Laut Kepulauan adalah alur laut yang
dilalui oleh kapal atau pesawat udara asing di atas alur tersebut, untuk melaksanakan
pelayaran dan penerbangan dengan cara normal semata-mata untuk transit yang terus
menerus, langsung, dan secepat mungkin serta tidak terhalang melalui atau di atas
perairan kepulauan dan laut teritorial yang berdampingan antara satu bagian laut
lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan di bagian laut lepas atau Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia lainnya.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2002, tentang Alur Laut
Kepulauan Indonesia, terdapat 3 (tiga) ALKI beserta cabang-cabangnya. Pertama,
jalur pada ALKI I yang difungsikan untuk pelayaran dari Laut Cina Selatan melintasi
Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda ke Samudera Hindi.
Sebaliknya; dan untuk pelayaran dari Selat Singapura melalui Laut Natuna dan
sebaliknya (Alur Laut Cabang I A).

Kedua, jalur pada ALKI II yang difungsikan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi
melintasi Selat Makasar, Laut Flores, dan Selat Lombok ke Samudera Hindia, dan
sebaliknya. Ketiga, jalur pada ALKI-III-A yang difungsikan untuk pelayaran dari
Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan
Laut Sawu.

ALKI III-A sendiri mempunyai 4 cabang, yaitu ALKI Cabang III B: untuk pelayaran
dari Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, dan Selat
Leti ke Samudera Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III C: untuk pelayaran dari
Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda ke Laut Arafura
dan sebaliknya; ALKI Cabang III D: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu ke Samudera
Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III E: untuk pelayaran dari Samudera Hindia
melintasi Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Maluku.

Masing-masing ALKI mempunyai potensi ancaman yang dinilai relevan dan


membutuhkan koordinasi yang lebih serius. Berdasarkan wawancara penulis dengan
narasumber dari Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), masing-masing
ALKI mempunyai potensi ancaman yang berbeda-beda. Potensi ancaman di ALKI I
terkait imbas konflik klaim wilayah atas kepulauan Spratly dan Paracel di Laut Cina
Selatan, seperti digunakannya wilayah ALKI I untuk kegiatan manuver angkatan
perang negara yang terlibat.
Di samping itu, imbas kepadatan lalu lintas pelayaran di Selat Malaka, seperti
digunakannya wilayah ALKI I oleh perompak untuk menghindari kejaran aparat
keamanan Indonesia, dan aparat keamanan gabungan (Indonesia, Malaysia, dan
Singapura) atau penyelundupan. Imbas dari pusat pertumbuhan dan perekonomian
Asia dan Asia Tenggara di Republik Rakyat Cina (RRC) dan Singapura, seperti
penyelundupan barang-barang ilegal dan juga perdagangan manusia, turut menjadi
potensi ancaman di ALKI I. Imbas lain adalah bahaya ancaman bencana alam dan
tsunami di Selat Sunda, seperti ancaman gempa vulkanik serta erupsi gunung berapi
(anak Krakatau). Kemudian imbas politik ekspansional Malaysia, seperti
kemungkinan klaim wilayah teritorial baru.

Untuk ALKI II, potensi ancaman berasal dari imbas konflik Blok Ambalat.
Digunakannya wilayah ALKI II untuk manuver angkatan perang negara tetangga dan
imbas lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan, seperti penangkapan ikan dan sumber
daya alam lainnya secara ilegal. Di samping itu, imbas dari pusat pariwisata dunia di
Bali, seperti penyelundupan barang secara ilegal dan perdagangan manusia, serta
terorisme. Imbas politik ekspansional Malaysia, seperti kemungkinan baru klaim
wilayah teritorial setelah berhasil menguasai pulau Sipadan dan Ligitan, serta
provokasi atas wilayah Blok Ambalat, juga merupakan potensi ancaman bagi ALKI
II.

Sementara itu, untuk ALKI III, potensi ancaman berasal dari imbas konflik internal
negara tetangga di utara (Filipina) dan selatan (Timor Leste). Dijadikannya wilayah
ALKI IIIA sebagai sarana pelarian atau kegiatan lain yang membahayakan keamanan
laut. Imbas dari lepasnya Timor Timur menjadi negara berdaulat (Timor Leste)
terkait dengan blok migas di sebelah selatan pulau Timor, seperti pelanggaran
wilayah, penyelundupan, dan klaim teritorial.

Di samping itu, imbas konflik internal seperti separatisme Republik Maluku Selatan
(RMS) di Maluku dan Gerakan Papua Merdeka (GPM) di Papua. Imbas politik luar
negeri Australia, seperti pelebaran pengaruh Australia terhadap wilayah sekitar di
utara (Indonesia, Timor Leste, dan Papua New Guinea) serta dukungannya terhadap
gerakan separatisme. Imbas selanjutnya adalah potensi sumber kekayaan alam
melimpah yang belum terkelola, seperti pencurian ikan dan pencurian kekayaan alam
lainnya, juga merupakan potensi ancaman tersendiri bagi ALKI III.

Di antara ALKI I, II, dan III, ALKI II merupakan lintasan laut dalam yang ekonomis
dan aman untuk dilalui. ALKI II yang melewati Selat Makassar-Selat Lombok
membelah sisi Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur. Lebih jauh,
pendangkalan yang terjadi akhir-akhir ini di Selat Malaka menyebabkan kapal-kapal
besar, terutama kapal tangki, memindahkan trayek pelayarannya melalui Selat
Lombok-Selat Makassar. Sebagai jalur perdagangan dan pelayaran internasional,
ALKI II memiliki nilai strategis. ALKI II yang mencakup Selat Lombok, Selat
Makassar, dan Laut Sulawesi menjadi penting dalam posisinya sebagai jalur
pendukung utama dari Selat Malaka yang sudah amat padat.

Rahardjo Adisasmita, yang dikenal dengan konsep ”Kawasan Pembangunan


SEMEJA”-nya, mengemukakan bahwa di masa depan Selat Lombok-Selat Makassar
memegang peran kunci sebagai jalur pelayaran dunia, di mana jika garis jalur
pelayaran vertikal dan garis jalur pelayaran horizontal ditarik pada bola dunia akan
beririsan pada titik yang berada tepat di Selat Makassar. “Kawasan Pembangunan
SEMEJA” adalah konsep yang khas dan diformulasikan untuk kawasan kepulauan.
Konsep pengembangan SEMEJA ini dapat berbentuk selat, teluk, dan laut yang
berfungsi untuk memfasilitasi berkembangnya kegiatan perdagangan dan transportasi
antar daerah yang berada di sekelilingnya dengan berdasar pada prinsip saling
membutuhkan, saling melengkapi, dan saling menguntungkan, di mana kota yang
lebih kuat, besar, dan maju wajib mendorong dan menarik kota yang lebih “kecil”
(Rahardjo Adisasmita, 2008). Adisasmita juga menyatakan bahwa Selat Makassar–
Selat Lombok yang memotong Laut Jawa–Banda–Arafura menjadi penghubung dari
Utara (Filipina) ke arah Selatan (Samudera Hindia) adalah sebagai alur utama
transportasi laut internasional (international sea transportation highway).
Pada dasarnya, negara-negara di dunia sebagai pengguna jalur pelayaran dapat
memilih jalur yang paling aman dan ekonomis dengan mematuhi ketentuan dalam
UNCLOS 1982. Sebaliknya, negara yang dilalui seperti Indonesia, harus menjamin
keamanan dan keselamatan alur laut tersebut di samping memanfaatkan peluang
ekonomi dan meminimalkan kendala dari pilihan jalur tersebut (Hasim Djalal, 1995).
Untuk itu, ALKI II sebagai jalur pelayaran dunia yang potensial di masa mendatang
perlu mendapat perhatian terkait hal ini.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, peningkatan pertahanan-keamanan


di wilayah ALKI II mengingat potensi ancaman yang dimiliki sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya, baik dari negara tetangga maupun kapal-kapal asing, terutama
potensi ancaman keamanan nontradisional. Peningkatan pertahanan-keamanan ini
bisa dilakukan melalui peningkatan personel dan peralatan yang dimiliki TNI
Angkatan Laut kita, maupun koordinasi keamanan laut yang efektif di bawah
Bakorkamla. Kedua, perubahan paradigma lama dari continental-based
development menjadi maritime/sea-based development sudah saatnya dilaksanakan
secara konsisten, sehingga pemanfaatan ALKI II ini harus ditarik ke arah
pertumbuhan ekonomi kawasan dan pembangunan wilayah. Peningkatan ekonomi di
kawasan pesisir tentu diharapkan akan berkorelasi positif dengan pengurangan
gangguan keamanan di laut. Ketiga, perlunya kajian komprehensif mengenai ALKI
II, baik dari aspek pertahanan-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya sehingga
mendapat pemetaan yang jelas mengenai potensi ancaman dan potensi ekonomi yang
bisa dikembangkan masyarakat pesisir, terutama mendukung maritime/sea-based
development.
Lampiran RPP 2

Faktor Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia | Geografi Kelas 11

Siapa yang suka berkunjung ke kebun binatang? Adakah di antara kalian yang tertarik
mempelajari keberagaman flora dan fauna di Indonesia? Hal tersebut merupakan salah satu
keragaman hayati yang perlu kita jaga bersama. Nah, tapi kamu tahu nggak sih faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di Indonesia? Jenisnya ada apa saja,
ya? Yuk, kita belajar bersama!

1. Pengertian Biosfer

Sebelumnya, kita harus membahas biosfer terlebih dahulu karena berkaitan erat dengan
mahkluk hidup, di antaranya adalah flora dan fauna.

Biosfer berasal dari kata bio dan sphaira. Bio artinya hidup, sedangkan sphaira artinya


lapisan. Oleh karena itu biosfer bisa diartikan sebagai kehidupan mahkluk hidup di berbagai
lapisan bumi. 

2. Faktor-Faktor Terkait Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

Ternyata ada beberapa faktor yang memengaruhinya, sebagai berikut:

Faktor Klimatis atau Iklim

Squad, iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam proses persebaran
flora dan fauna. Juga berpengaruh pada kehidupan secara umum. Unsur-unsur iklim yang
berpengaruh adalah suhu, kelembaban udara, angin, curah hujan, dan sinar matahari. 

 Baca Juga: Mengenal Jenis-Jenis Hutan

Faktor Edafik atau Tanah

Ternyata tanah juga memengaruhi proses persebaran flora dan fauna, lho! Wah, kenapa ya?
Hal ini disebabkan karena banyaknya unsur-unsur kimiawi yang terkandung di dalam tanah
untuk membantu tumbuh kembang flora. Unsur-unsur kimiawi tersebut akan membantu
kesuburan tanah tersebut jika memiliki dosis yang baik. Selain unsur kimiawi, sirkulasi dalam
tanah juga harus terjaga baik agar tanaman tersebut dapat melakukan respirasi yang baik.

Faktor Topografi

Squad, yang dimaksud dengan topografi adalah keadaan geografis dari muka bumi itu
sendiri. Salah satu unsur yang paling berpengaruh adalah lokasi, yaitu tinggi rendahnya
tempat. Contoh dari kasus tersebut adalah semakin tinggi suatu tempat, maka semakin
rendah pula suhunya.

Faktor Biotik atau Biologis

Squad, yang dimaksud dengan faktor biotik dalam konteks ini adalah mahkluk hidup itu
sendiri, yaitu hewan, tumbuhan, manusia, dan organisme lainnya.

Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Berdasarkan Lokasi


Geografisnya

Persebaran Flora di Indonesia

Squad, ada 2 faktor yang memengaruhi persebaran flora di Indonesia. Faktor-faktor apa saja,
ya? Yuk, simak pada gambar di bawah ini! 
Secara umum, persebaran flora di Indonesia terdiri dari flora Sumatra-Kalimantan, flora
Jawa-Bali, flora Wallace dan flora Papua.

Persebaran Fauna di Indonesia

Sekarang kita lanjut ke persebaran fauna di Indonesia, ya. Persebaran fauna di Indonesia


dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok barat, kelompok tengah, dan kelompok
timur. 

Sumber: ruangguru.com

Anda mungkin juga menyukai