Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Pokok Kegiatan Penilaian Alokasi Waktu Sumber dan
Kompetensi Pembelajaran Media Belajar
3.1 Memahami kondisi 3.1.1 Menganalisis POSISI Mengamati letak tes tertulis pilihan 16 JP Buku paket geografi
wilayah dan posisi Letak, Luas, dan STRATEGIS geografis Indonesia ganda & tertulis
strategis Indonesia Batas Wilayah INDONESIA melalui peta dunia. uraian, tes lisan / Internet
Indonesia SEBAGAI Berdiskusi tentang letak
sebagai poros observasi terhadap
3.1.2 Menganalisis POROS dan posisi geografis
maritim dunia Karakteristik MARITIM diskusi tanya jawab
Indonesia dan kaitannya
Wilayah DUNIA dengan poros maritim dan percakapan
4.1 Menyajikan contoh Daratan dan serta penugasan
dunia
hasil penalaran Perairan Indonesia Letak, luas, dan Menyajikan laporan
tentang posisi 3.1.3 Mengidentifikasi batas wilayah hasil diskusi tentang penilaian unjuk
strategis wilayah Perkembangan Jalur Indonesia. posisi strategis kerja, penilaian
Indonesia sebagai Transportasi dan Karakteristik Indonesia sebagai poros proyek, penilaian
Perdagangan wilayah daratan maritim dunia produk dan
poros maritim
Internasional di dan perairan dilengkapi peta, tabel, penilaian portofolio
dunia dalam bentuk
Indonesia Indonesia. dan/atau grafik
peta, tabel, 3.1.4 Menganalisis Perkembangan
dan/atau grafik Potensi & jalur
Pengelolaan transportasi dan
Sumber Daya perdagangan
Laut di Indonesia internasional di
3.1.5 Menganalisis Indonesia.
kondisi wilayah dan Potensi dan
posisi strategis pengelolaan
Indonesia sebagai sumber daya
poros maritim dunia kelautan
4.1.1 Menyusun sebuah Indonesia.
hasil hasil penalaran
tentang posisi
strategis wilayah
Indonesia
sebagai poros
maritim dunia
dalam bentuk
peta, tabel,
dan/atau grafik.
3.2 Menganalisis 3.2.1 Mendeskripsikan FLORA DAN Mengamati flora dan • Tulisan 16 JP Buku Geografi
sebaran flora dan karakteristik bioma FAUNA DI fauna Indonesia di kelas XI
fauna di Indonesia yang ada didunia INDONESIA lingkungan sekitar • Uraian Internet
3.2.2 Mengidentifikasi DAN DUNIA
dan dunia Membaca buku teks
factor- faktor • Uji kinerja
berdasarkan persebaran flora dan Karakteristik geografi dan buku
karakteristik ekosistem. fauna didunia bioma di referensi, dan/atau
3.2.3 Mengidentifikasi dunia. menyaksikan tayangan
4.2 Membuat peta jenis-jenis flora dan Faktor-faktor video tentang
persebaran flora dan fauna dunia yang persebaran dan
fauna di Indonesia dan 3.2.4 Mengeidentifikasi memengaruhi konservasi flora fauna
dunia yang dilengkapi jenis-jenis flora dan sebaran flora
fauna di Indonesia di Indonesia dan dunia
gambar hewan dan dan fauna.
3.2.5 Menganalisis Mengumpulkan data
tumbuhan endemik. Persebaran
konservasi flora dan jenis-jenis dan informasi tentang
fauna di dunia dan flora dan fauna persebaran dan
Indonesia di Indonesia konservasi flora fauna
3.2.6 Mengidentifikasi dan dunia. di Indonesia dan dunia
manfaat flora dan Konservasi
fauna di dunia dan Membuat laporan
flora dan tentang persebaran dan
Indonesia fauna di
4.2.1 Membuat laporan konservasi flora fauna
Indonesia dan
tentang persebaran dunia. di Indonesia dan dunia
dan konservasi Pemanfaatan
flora fauna di flora dan fauna Menyajikan laporan
Indonesia dan dunia Indonesia tentang persebaran dan
4.2.2 Menyajikan laporan sebagai konservasi flora fauna
tentang persebaran sumber daya
di Indonesia dan dunia
dan konservasi flora alam.
fauna di Indonesia dilengkapi peta
dan dunia
dilengkapi peta
3.3 Menganalisis 3.3.1 Memahami PENGELOLAA • Mencari informasi • Tulisan 16 JP Buku Geografi
sebaran dan Pengertian Sumber N SUMBER tentang sumber daya kelas XI
pengelolaan Daya Alam DAYA ALAM kehutanan, • Uraian Internet
3.3.2 Mengidentifikasi INDONESIA
sumber daya pertambangan,
Klasifikasi Sumber Klasifikasi • Uji kinerja
kehutanan, Daya Alam kelautan, dan pariwisata
sumber daya.
pertambangan, 3.3.3 Mendeskripsikan serta pengelolaannya
kelautan, dan Potensi dan Potensi dan dari berbagai
pariwisata sesuai Persebaran persebaran sumber/media
prinsip-prinsip Sumber Daya Alam sumberdaya
pembangunan 3.3.4 Mengidentifikasi alam • Berdiskusi tentang
Pengelolaan kehutanan,
berkelanjutan. sumber daya kehutanan,
Sumber Daya Alam pertambangan,
Berwawasan pertambangan,
4.3 Membuat peta kelautan,
Lingkungan dan danpariwisatadi kelautan, dan
persebaran sumber Berkelanjutan Indonesia. pariwisata serta
daya kehutanan, 3.3.5 Mengidentifikasi pengelolaannya
pertambangan, Pemanfaatan Analisis sesuai prinsip-
kelautan, dan Sumber Daya Alam Mengenai
Berdasarkan prinsippembangunan
pariwisata di Dampak
Prinsip Ekoefisiensi berkelanjutan.
Indonesia. Lingkungan
3.3.6 Mengidentifikasi (AMDAL)
sebaran dan dalam • Mengumpulkan
pengelolaan pembangunan. dan mengolah informasi
sumber daya
tentang persebaran
kehutanan,
Pemanfaatan sumber daya kehutanan,
pertambangan,
sumberdaya pertambangan,
kelautan, dan
alam dengan kelautan, dan
pariwisata sesuai
prinsip- prinsip
prinsip-prinsip pariwisata serta
pembangunan
pembangunan pengelolaannya sesuai
berkelanjutan
berkelanjutan. prinsip-
4.3.1 Menyajikan
prinsippembangunan
laporan hasil berkelanjutan
pengolahan
informasitentang • Menyajikan laporan
persebaran sumber
hasil pengolahan
daya kehutanan,
pertambangan, informasitentang
kelautan, dan persebaran sumber
pariwisata serta daya
pengelolaannya kehutanan,
sesuai prinsip- pertambangan,
prinsippembanguna kelautan, dan
n berkelanjutan
dilengkapi peta pariwisata serta
pengelolaannya sesuai
prinsip-
prinsippembangunan
berkelanjutan
dilengkapi peta
3.4 Menganalisis 3.4.1 Memahami Potensi dan Mengumpulkan dan • Tulisan 16 JP Buku Geografi
ketahanan pangan pengertian persebaran menganalisis data dan kelas XI
nasional, penyediaan Ketahanan Pangan, sumber daya informasi terkait • Uraian Internet
bahan industri,
bahan industri, serta pertanian, ketahanan pangan,
serta energi baru • Uji kinerja
potensi energi baru dan dan terbarukan perkebunan, industri, serta energi baru
terbarukan di Indonesia 3.4.2 Mengidentifikasi perikanan, dan terbarukan
Potensi dan dan
4.4 Membuat peta persebaran sumber peternakan • Melaporkan hasil
persebaran ketahanan daya pertanian, untuk analisis data dan informasi
pangan nasional, perkebunan, ketahanan terkait ketahanan pangan,
bahan industri, serta perikanan, dan industri, serta energi baru
pangan
energi baru dan peternakan untuk dan terbarukan dalam
ketahanan pangan nasional.
terbarukan di Potensi dan bentuk tulisan dilengkapi
nasional.
Indonesia. 3.4.3 Mengidentifikasi persebaran peta, tabel, dan grafik
potensi dan sumber daya
persebaran sumber untuk
daya industry
penyediaan
3.4.4 Mengidentifikasi
potensi dan bahan
persebaran
sumber energy industri.
terbarukan Potensi dan
3.4.5 Mengidentifikasi persebaran
ketahanan pangan
sumber daya
nasional,
penyediaan bahan untuk
industri, serta penyediaan
potensi energi baru energi baru
dan terbarukan di dan
Indonesia terbarukan.
4.4.1 Menyusun peta
Pengelolaan
persebaran
ketahanan pangan sumber daya
nasional, bahan dalam
industri, serta energi penyediaan
baru dan bahan
terbarukan di pangan,
Indonesia. bahan
industri, serta
energi baru
dan
terbarukan di
Indonesia.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat memahami letak, luas, dan batas
wilayah Indonesia, karakteristik wilayah daratan dan perairan Indonesia, karakteristik wilayah daratan dan
perairan Indonesia. Memahami perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia.
Memahami potensi dan pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia.
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Sintak Kegiatan Karakter Waktu
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik
Pendahuluan
1 sebagai sikap disiplin Disiplin 15 menit
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik
Kegiatan Literasi:
Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati,
membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan
bahan bacaan terkait materi
Critical Thinking:
Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Communication:
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu
Creativity:
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang
telah dipelajari
C. PENILAIAN
1. Sikap : Kritis
2. Pengetahuan : tes tertulis pilihan ganda & tertulis uraian, tes lisan / observasi
3. Ketrampilan : penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian produk dan penilaian portofolio
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui proses pembelajaran sub materi faktor persebaran flora dengan menggunakan model discovery,
peserta didik diharapkan berakhlak mulia, bernalar kritis dan bergotong-royong dalam menentukan empat
faktor persebaran flora sesuai dengan ide-ide baru berdasarkan berbagai sumber belajar.
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Sintak Kegiatan Karakter Waktu
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
Pendahuluan sikap disiplin
1 Disiplin 15 menit
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik
Mengamati stimulus
Peserta didik diarahkan untuk mengamati stimulus berupa beragam
jenis tanaman.
Mengidentifikasi masalah
Peserta didik diarahkan untuk merumuskan pertanyaan/menerima
pertanyaan terkait hasil pengamatan stimulus dan tujuan
pembelajaran tentang faktor persebaran flora.
Mengumpulkan data
Peserta didik melakukan kegiatan pengumpulan informasi/data
Inti terkait faktor sebaran flora secara berkelompok dibimbing guru. Analitis,
2 150 menit
kritis
Mengolah data
Peserta didik melakukan diskusi untuk mengolah informasi/data
terkait materi faktor persebaran flora di dalam kelompoknya dengan
bimbingan guru.
Memverifikasi
Secara berkelompok, peserta didik melakukan verifikasi hasil
pengolahan data faktor persebaran flora kepada guru.
Menyimpulkan
Guru mengarahkan semua peserta didik untuk menyusun simpulan
Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran
Penutup
3 Reflektif 15 menit
Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran
2 x 45
Total alokasi waktu dalam 1 x pertemuan
menit
E. PENILAIAN
4. Sikap : Observasi
5. Pengetahuan : tes tertulis dan penugasan
6. Ketrampilan : Produk rancangan gagasan pengembangan usaha di bidang pertanian
Jika dibandingkan sebaran potensi ikannya, terlihat adanya perbedaan secara umum
antara wilayah Indonesia bagian Barat dan Timur. Di Indonesia bagian Barat dengan
rata-rata kedalaman laut 75 meter, jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan
pelagis kecil. Kondisi agak berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur dengan
rata-rata kedalaman laut mencapai 4.000 m. Di kawasan Indonesia bagian Timur,
banyak ditemukan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna.
Selain ikan yang tersedia di lautan, penduduk Indonesia juga banyak yang melakukan
budi daya ikan, terutama di daerah pesisir. Di pantai utara Pulau Jawa, banyak
masyarakat yang mengembangkan usaha budi daya ikan dengan menggunakan
tambak. Jenis ikan yang dikembangbiakkan di sana adalah ikan bandeng dan udang.
Selain ikan, kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir berupa
hutan mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang. Indonesia
memiliki lebih dari 13 ribu pulau sehingga garis pantainya sangat panjang. Garis
pantai Indonesia panjangnya mencapai 81.000 Km, ukuran ini merupakan panjang
pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada. Oleh karena itu, potensi sumber
daya alam di wilayah pesisir sangat penting bagi Indonesia.
Energi pasang surut di wilayah Indonesia terdapat pada banyak pulau. Cukup banyak
selat sempit yang membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau.
Hal ini memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut.
Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk
membangkitkan listrik. Sampai saat ini belum ada penelitian untuk pemanfaatan
energi pasang surut yang memberikan hasil yang cukup signifikan di Indonesia.
Di Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah
Bagan Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter. Teluk Palu yang struktur
geologinya merupakan patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang
surut. Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua,
dan pantai selatan Pulau Jawa yang pasang surutnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.
Untuk lautan di wilayah Indonesia, dengan potensi termal 2,5 x 1.023 Joule dan
efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat dihasilkan daya sekitar
240.000 MW. Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6-9°
Lintang Selatan dan 104-109° Bujur Timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari
20 Km dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan
didapatkan perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C.
Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650
m) lebih tinggi dari 20°C. Dengan potensi tersebut, konversi energi panas laut dapat
dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Tidak jauh
berbeda dengan energi pasang surut, energi panas laut di Indonesia juga baru
mencapai tahap penelitian.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja
menyambut baik atas keinginan menteri tersebut. Ia mengetahui potensi migas
Indonesia memang masih banyak seperti wilayah laut dalam. Cekungan-cekungan
geologi yang berpotensi memiliki kandungan minyak dan gas pun masih banyak.
Namun, yang menjadi pertimbangan saat ini adalah biaya eksplorasi untuk
pengerjaan wilayah kerja laut dalam masih sangat mahal. Belum ditambah lagi
dengan posisi yang jauh dan kebanyakan berada di daerah remote. Hal itu yang masih
menjadi kajian.
“Biaya eksplorasinya kan tinggi karena laut dalam. Dan jaraknya jauh-jauh. Remote
di Indonesia timur, di laut Makassar. Jadi seperti yang disampaikan sebelumnya, kita
sedang dalam proses menyiapkan regulasi,” jelas dia.
Menurutnya, seperti yang sudah banyak diketahui publik, regulasi mengenai wilayah
kerja laut dalam di Indonesia masih belum atraktif sehingga investor kurang berminat
berinvestasi. Sehingga kebanyakan investor lebih memilih menginvestasikannya di
negara lain.
“Sekarang kita kalah atraktif dengan negara yang lain-lain. Sehingga investasi dari
perusahaan-perusahaan kelas dunia. Perusahaan-perusahaan kelas dunia jadi tidak
mau investasi di Indonesia,” ungkap dia.
Untuk itu, lanjut Wirat, pihak Kementerian ESDM bersama Komisi Eksplorasi
Nasional (KEN), SKK Migas, dan para stakeholders sedang merancang dan
merumuskan bagaimana supaya wilayah migas laut dalam di Indonesia lebih menarik
mata investor.
“Kalah atraktif kita dengan negara yang lain. Dari fiskal dari pajak, split, banyak hal
yang kita kalah atraktif dengan negara lain,” ucap dia.
Sejak 2004 telah beroperasi lebih dari 36 perusahaan minyak di Wilayah Kerja (WK)
lepas pantai dari keseluruhan 153 WK yang telah melaksanakan eksplorasi dan
eksploitasi di lepas pantai.
Saat ini, telah terindikasi 66 cekungan migas di seluruh Indonesia, sebagian besar
berada di darat dan laut dangkal perairan teritorial dan hanya beberapa cekungan
yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka). Ada 16 cekungan sudah
berproduksi, delapan cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum dieksplorasi.
4. Wisata bahari
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Selain lima pulau utama,
yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, Indonesia juga memiliki
pulau-pulau kecil yang jumlahnya ribuan. Sebagai negara kepulauan, tentu saja pantai
yang terdapat di Indonesia ini berjumlah ribuan juga.
Pantai dan laut tersebut menyimpan berbagai potensi yang jika diolah dengan baik
akan memberikan berbagai keuntungan bagi penduduk sekitar. Salah satu potensi dari
laut Indonesia ialah hasil perikanan. Dengan panjang garis pantai mencapai 95.181
Km, dalam satu tahun Indonesia mampu menghasilkan 5,4 juta ton ikan. Tentu masih
ada peluang lebih untuk mendapatkan ikan lebih banyak lagi. Potensi lain dari bahari
adalah wisatanya.
Hutan mangrove dapat menjadi potensi wisata bahari yang menjanjikan bagi para
wisatawan. Sebagai habitat binatang laut, hutan mangrove, juga dapat menjadi
manfaat bagi masyarakat sekitar. Tak hanya pemasukan karena wisatawan,
masyarakat juga dapat mempergunakan kayu bakau untuk menjadi bahan pembuat
kertas. Keindahan bawah laut Indonesia juga menjadi destinasi wisata bahari
berikutnya.
Sebut saja Raja Ampat di Papua, Derawan di Kalimantan, dan Pulau Ora di Maluku,
pemandangan bawah lautnya sudah terdengar hingga mancanegara. Ketiga tempat
tersebut merupakan sedikit dari bagian laut Indonesia dengan keindahan bawah laut
yang memesona. Pemandangan bawah laut yang dihasilkan dari terumbu karang dan
biota laut Indonesia menarik para wisatawan.
Indonesia memiliki luas terumbu karang terluas di dunia, yaitu 284.300 km2 yang
akan memuaskan hati para penyelam. Selain pemandangan bawah laut yang indah,
hampir seluruh pantai di Indonesia juga memiliki pemandangan yang tak kalah
memesonanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Beragam Potensi Wisata
Bahari Indonesia untuk Dunia”,
5. Industri maritim
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengembangkan industri berbasis
maritim. Potensi untuk mengembangkan industri maritim sangat terbuka mengingat
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia.
Menurut Saleh, ada empat industri maritim yang akan dikembangkan pada periode
2015-201-, yaitu industri rumput laut, industri pengolahan ikan, industri galangan
kapal, dan industri garam. “Kita tabu bahwa salah satu yang terus didorong oleh
presiden yaitu bagaimana agar industri maritim kita dapat tumbuh dan berkembang
karena bagaimana pun dua pertiga dari wilayah Indonesia adalah laut,” ujarnya.
Industri rumput laut nasional terdiri atas 25 unit usaha besar yang menyerap 3.100
orang tenaga kerja yang memiliki nilai investasi sebesar USD170juta. “Industri
rumput laut saat ini lebih banyak menjual secara mentah ke luar negeri. Padahal,
seharusnya ini bisa dilakukan hilirisasi dengan menumbuhkan industri turunnya di
dalam negeri,” ungkap Saleh.
Menurut Saleh, agar industri ini bisa berkembang, Kemenperin akan terus
berkoordinasi dengan instansi-instansi lainnya agar pasokan bahan baku terpenuhi.
Saleh melanjutkan, industri pengelolaan ikan saat ini sama seperti industri rumput
laut, yakni kekurangan bahan baku. “Ini karena banyak terjadi penjualan ikan secara
ilegal sehingga pasokan bahan baku berkurang,” ungkapnya.
Selama ini industri pengolahan ikan nasional yang terdiri atas 37 unit usaha berskala
besar mampu menyerap 62.000 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi Rpl,5
triliun. Industri pengolahan ikan nasional juga telah memiliki kapasitas terpasang
339.000 ton dengan kemampuan produksi 197.000 ton per tahun, sehingga
menghasilkan utilitas sebesar 58%.
Selain masalah bahan baku, masalah industri pengolahan ikan lainnya terkait saling
pengakuan standar dengan negara-negara tujuan ekspor. “Koordinasinya belum baik
sehingga banyak hasil pengolahan ikan yang ditolak oleh negara tujuan ekspor,”
katanya.
Sementara itu, industri galangan kapal nasional masih memiliki potensi yang cukup
besar untuk terus dikembangkan. Untuk industri galangan kapal reparasi, jumlah
fasilitas produksinya sebesar 214 unit dengan kapasitas 12 juta dead weight
ton (DWT) per tahun dengan utilisasi sebesar 85%.
Sedangkan galangan kapal baru, jumlah fasilitas produksinya sebanyak 160 unit
dengan kapasitasl, 2juta DWT pertahun dengan utilisasi sebesar 35%. “Industri
galangan kapal di Tanah Air banyak yang belum tumbuh. Kami koordinasi dengan
Menko Maritim bersama dengan Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan
memberikan insentifinsentif,” ungkapnya.
Industri garam nasional yang terdiri atas 35 unit usaha berskala besar dengan luas
lahan produksi mencapai 22.000 hektare (ha) memiliki kapasitas produksi mencapai
56 juta ton pertahun.”Membuat garam konsumsi di mana pun bisa, namun berbeda
dalam membuat garam industri. Garam industri kandungan NaCl-nya tinggi sehingga
tidak bisa dikonsumsi,” ujarnya.
Permasalahan yang dihadapi industri garam adalah belum diproduksinya garam
industri dalam skala besar sehingga kebutuhan garam industri sebesar 1,9 juta ton
pertahun masih diimpor. “Membuat garam industri tidak semua laut bisa. Lebih
cocok wilayahnya adalah di kawasan timur Indonesia, khususnya di NTT. Curah
hujan dan alamnya cocok untuk pengembangan garam industri,” tandasnya.
Masih sulitnya penambahan kapal baru oleh galangan kapal Indonesia karena pihak
perbankan masih belum sepenuhnya mendukung pembiayaan pembangunan kapal.
Selain itu banyaknya biaya pajak yang harus ditanggung untuk pembuatan kapal
tersebut, membuat masih tingginya biaya pembuatan kapal di Indonesia
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2002, tentang Alur Laut
Kepulauan Indonesia, terdapat 3 (tiga) ALKI beserta cabang-cabangnya. Pertama,
jalur pada ALKI I yang difungsikan untuk pelayaran dari Laut Cina Selatan melintasi
Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda ke Samudera Hindi.
Sebaliknya; dan untuk pelayaran dari Selat Singapura melalui Laut Natuna dan
sebaliknya (Alur Laut Cabang I A).
Kedua, jalur pada ALKI II yang difungsikan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi
melintasi Selat Makasar, Laut Flores, dan Selat Lombok ke Samudera Hindia, dan
sebaliknya. Ketiga, jalur pada ALKI-III-A yang difungsikan untuk pelayaran dari
Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan
Laut Sawu.
ALKI III-A sendiri mempunyai 4 cabang, yaitu ALKI Cabang III B: untuk pelayaran
dari Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, dan Selat
Leti ke Samudera Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III C: untuk pelayaran dari
Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda ke Laut Arafura
dan sebaliknya; ALKI Cabang III D: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu ke Samudera
Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III E: untuk pelayaran dari Samudera Hindia
melintasi Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Maluku.
Untuk ALKI II, potensi ancaman berasal dari imbas konflik Blok Ambalat.
Digunakannya wilayah ALKI II untuk manuver angkatan perang negara tetangga dan
imbas lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan, seperti penangkapan ikan dan sumber
daya alam lainnya secara ilegal. Di samping itu, imbas dari pusat pariwisata dunia di
Bali, seperti penyelundupan barang secara ilegal dan perdagangan manusia, serta
terorisme. Imbas politik ekspansional Malaysia, seperti kemungkinan baru klaim
wilayah teritorial setelah berhasil menguasai pulau Sipadan dan Ligitan, serta
provokasi atas wilayah Blok Ambalat, juga merupakan potensi ancaman bagi ALKI
II.
Sementara itu, untuk ALKI III, potensi ancaman berasal dari imbas konflik internal
negara tetangga di utara (Filipina) dan selatan (Timor Leste). Dijadikannya wilayah
ALKI IIIA sebagai sarana pelarian atau kegiatan lain yang membahayakan keamanan
laut. Imbas dari lepasnya Timor Timur menjadi negara berdaulat (Timor Leste)
terkait dengan blok migas di sebelah selatan pulau Timor, seperti pelanggaran
wilayah, penyelundupan, dan klaim teritorial.
Di samping itu, imbas konflik internal seperti separatisme Republik Maluku Selatan
(RMS) di Maluku dan Gerakan Papua Merdeka (GPM) di Papua. Imbas politik luar
negeri Australia, seperti pelebaran pengaruh Australia terhadap wilayah sekitar di
utara (Indonesia, Timor Leste, dan Papua New Guinea) serta dukungannya terhadap
gerakan separatisme. Imbas selanjutnya adalah potensi sumber kekayaan alam
melimpah yang belum terkelola, seperti pencurian ikan dan pencurian kekayaan alam
lainnya, juga merupakan potensi ancaman tersendiri bagi ALKI III.
Di antara ALKI I, II, dan III, ALKI II merupakan lintasan laut dalam yang ekonomis
dan aman untuk dilalui. ALKI II yang melewati Selat Makassar-Selat Lombok
membelah sisi Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur. Lebih jauh,
pendangkalan yang terjadi akhir-akhir ini di Selat Malaka menyebabkan kapal-kapal
besar, terutama kapal tangki, memindahkan trayek pelayarannya melalui Selat
Lombok-Selat Makassar. Sebagai jalur perdagangan dan pelayaran internasional,
ALKI II memiliki nilai strategis. ALKI II yang mencakup Selat Lombok, Selat
Makassar, dan Laut Sulawesi menjadi penting dalam posisinya sebagai jalur
pendukung utama dari Selat Malaka yang sudah amat padat.
Siapa yang suka berkunjung ke kebun binatang? Adakah di antara kalian yang tertarik
mempelajari keberagaman flora dan fauna di Indonesia? Hal tersebut merupakan salah satu
keragaman hayati yang perlu kita jaga bersama. Nah, tapi kamu tahu nggak sih faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di Indonesia? Jenisnya ada apa saja,
ya? Yuk, kita belajar bersama!
1. Pengertian Biosfer
Sebelumnya, kita harus membahas biosfer terlebih dahulu karena berkaitan erat dengan
mahkluk hidup, di antaranya adalah flora dan fauna.
Squad, iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam proses persebaran
flora dan fauna. Juga berpengaruh pada kehidupan secara umum. Unsur-unsur iklim yang
berpengaruh adalah suhu, kelembaban udara, angin, curah hujan, dan sinar matahari.
Ternyata tanah juga memengaruhi proses persebaran flora dan fauna, lho! Wah, kenapa ya?
Hal ini disebabkan karena banyaknya unsur-unsur kimiawi yang terkandung di dalam tanah
untuk membantu tumbuh kembang flora. Unsur-unsur kimiawi tersebut akan membantu
kesuburan tanah tersebut jika memiliki dosis yang baik. Selain unsur kimiawi, sirkulasi dalam
tanah juga harus terjaga baik agar tanaman tersebut dapat melakukan respirasi yang baik.
Faktor Topografi
Squad, yang dimaksud dengan topografi adalah keadaan geografis dari muka bumi itu
sendiri. Salah satu unsur yang paling berpengaruh adalah lokasi, yaitu tinggi rendahnya
tempat. Contoh dari kasus tersebut adalah semakin tinggi suatu tempat, maka semakin
rendah pula suhunya.
Squad, yang dimaksud dengan faktor biotik dalam konteks ini adalah mahkluk hidup itu
sendiri, yaitu hewan, tumbuhan, manusia, dan organisme lainnya.
Squad, ada 2 faktor yang memengaruhi persebaran flora di Indonesia. Faktor-faktor apa saja,
ya? Yuk, simak pada gambar di bawah ini!
Secara umum, persebaran flora di Indonesia terdiri dari flora Sumatra-Kalimantan, flora
Jawa-Bali, flora Wallace dan flora Papua.
Sumber: ruangguru.com