Sementara di atas pulau, alat-alat berat lalu lalang. Alat berat itu tampak
mendorong pasir dan membentuk sedemikian rupa agar tersebar secara
merata. Perahu nelayan tak bisa mendekat. Sekeliling lokasi itu merupakan
area terbatas dan dijaga ketat oleh pihak keamanan yang berkeliling dengan
perahu cepat. Kondisi itu merupakan gambaran kecil dari aktivitas salah satu
dari 17 pulau reklamasi di Teluk Jakarta.
Proyek reklamasi menimbulkan pro dan kontra. Bagi nelayan, khususnya di
Teluk Jakarta, reklamasi tak ubah seperti pintu gerbang kepahitan. Sebab,
mereka merasa mata pencaharian sebagai nelayan terganggu. Ikan, kerang
hingga biota laut di Teluk Jakarta disebut menghilang. Mata pencaharian
mereka tergerus oleh pasir-pasir reklamasi.
Nelayan menggugat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok
yang menerbitkan izin pelaksanaan reklamasi kepada sejumlah perusahaan
digugat oleh nelayan. Pada 15 September 2015, Kesatuan Nelayan
Tradisional Indonesia (KNTI) mendaftarkan gugatan di Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) terkait pemberian izin reklamasi Pulau G di Jakarta
Utara kepada PT Muara Wisesa Samudra, anak usaha PT Agung Podomoro.
Pemberian izin itu dilakukan pada 23 Desember 2014 oleh Ahok.
Saat itu, Kepala Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI
Jakarta Darjamuni menyatakan, proyek reklamasi 17 pulau telah diatur dalam
raperda tersendiri, yakni raperda tentang Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Stategis Pantura Jakarta. Untuk mengawal Raperda tersebut,
DPRD DKI Jakarta turut serta membuat panitia khusus (pansus) untuk zonasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pembahasan Raperda tersebut alot dan tak selesai pada tahun 2015. Lama
tak terdengar, ternyata pengesahan Raperda DKI Jakarta tentang RZWP3K
batal dilaksanakan. Penyebabnya, jumlah anggota Dewan yang hadir dalam
Rapat Paripurna yang dilaksanakan di Gedung DPRD DKI pada Kamis
(17/3/2016) tidak kuorum.
Dalam rapat tersebut, pimpinan sidang Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana
menyebutkan jumlah anggota Dewan yang hadir hanya 50 orang. Jumlah
keseluruhan anggota DPRD DKI periode 2014-2019 sebanyak 106 orang.