Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS 1

Mawar adalah seorang anak perempuan berusia 12 tahun. Saat ini mawar duduk di kelas 4
SD. Mawar pernah beberapa kali tidak naik kelas, karena guru kelas 1 Mawar merasa
bahwa ia belum bisa menguasai pelajaran. Di kelas 1, Mawar sama sekali belum mengenal
angka atau huruf. Mawar baru mengenali beberapa angka atau huruf di kelas 3. Itu pun
tidak konsisten. Huruf yang ia tahu hanya huruf vokal dan angka yang sudah ia ketahui
adalah angka 1-10 saja. Saat ini, guru tidak menuntut terlalu banyak dari Mawar karena
perkembangan belajar Mawar sangat lama. Di kelas 4 ini, Mawar baru bisa merangkai
huruf pada kata terbuka (KVKV) apabila diberikan bimbingan. Ia juga baru dapat
menghitung penjumlahan apabila diberikan benda konkret. Semua nilai mata pelajaran
berada jauh di bawah rata-rata. Mawar juga seringkali mengganggu teman di kelas dan
sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya. Ia lebih memilih bermain dengan anak-anak
di bawah usianya, seperti anak usia 7 tahun. Ia sulit fokus memperhatikan dan
mengerjakan tugas-tugasnya apabila tidak mendapat bantuan dari guru. Saat ini, Mawar
masih banyak dibantu untuk bisa melaksanakan aktivitas sehari-harinya. Mawar kesulitan
untuk memakai baju atau sepatu sendiri, apabila tidak dibantu.
Karakteristik apa yang muncul pada diri Mawar?

Pembelajaran seperti apa yang tepat untuk

Mawar ?
STUDI KASUS 2
Budi adalah anak laki-laki berusia 9 tahun. Saat ini ia duduk di kelas 3 SD. Budi
sebenarnya cepat menangkap instruksi dan penjelasan secara lisan, terutama pada
pelajaran IPA yang ia gemari. Namun ketika diminta menulis, hasilnya tidak sesuai dengan
performa belajar ketika pembelajaran dilakukan secara lisan. Pada pelajaran yang tidak
diminati, Budi akan menarik diri dan memilih melakukan hal lain yang ia sukai seperti
menggambar. Sejak duduk di kelas 1 SD, guru seringkali mengeluhkan Budi yang tidak mau
belajar membaca dan menulis. Budi seringkali menangis apabila dipaksa mengeja. Budi
juga sangat kesulitan untuk bisa membaca huruf-huruf kecil. Akibatnya, kemampuan
membaca Budi menjadi lambat. Budi seringkali kesal ketika diminta menjawab soal yang
mengharuskannya membaca tulisan. Akibatnya, Budi seringkali meminta dibacakan soal
agar ia dapat mengerjakan tugas-tugasnya. Saat diminta menjawab soal di lembar kerja,
tulisannya pun seringkali sulit terbaca. Beberapa huruf seringkali hilang atau terbalik.
Dalam belajar, fokus Budi pun seringkali hilang. Guru perlu menarik perhatian Budi
kembali sebelum memberikan instruksi. Namun, Budi tidak terlalu kesulitan dalam
pelajaran matematika. Ia bahkan dapat menghitung hingga ratusan tanpa perlu mencoret
di kertas. Budi juga dapat mengerjakan soal-soal matematika yang memerlukan logika
berpikir. Di dalam lingkungan sosial, Budi memiliki teman-teman dekat satu kelas yang
biasa bermain dengannya.
Karakteristik apa yang muncul pada diri Budi?

Pembelajaran seperti apa yang tepat untuk Budi

Anda mungkin juga menyukai