Anda di halaman 1dari 5

Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004

Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta

TEKNOLOGI PEMBORAN HORISONTAL

Dipresentasikan Oleh:
Ir. Aris Buntoro, M.Sc.*)

ABSTRAK
Teknik pemboran miring yang dikenal selama ini, biasanya diaplikasikan untuk alasan-
alasan Topografi, Geologi dan Ekonomi, seperti cluster system yang biasa dilaksanakan di
lapangan migas lepas pantai (offshore). Teknologi pemboran miring yang menggunakan
kecepatan pembentukan sudut sampai sekitar 30/30 meter biasanya mempunyai kemiringan akhir
antara 400 sampai 700. Tetapi karena teknologi peralatan pembantu terus berkembang, seperti
peralatan pembelok (Bent Sub) yang dapat diubah-ubah sudutnya, sehingga memungkinkan
melakukan pemboran sampai kemiringan 90 0 atau lebih dan menggunakan kecepatan
pertambahan sudut sampai 500/30 meter atau bahkan lebih. Sistem peralatan pemboran yang
berkembang menjadi satu kesatuan tersebut dikenal dengan nama Steerable System.

Permasalahan-permasalahan yang timbulpun sudah diantisipasi, seperti meningkatnya


gesekan geser (Drag ) dan gesekan putar (Torque) antara peralatan pemboran dengan dinding
lubang lengkung dan horizontal, sulitnya membersihkan serbuk bor (Cutting), sulitnya
melakukan penyemenan, sulitnya melakukan evaluasi batuan dengan logging dan sebagainya.
Hal ini terjadi pada kurun waktu tahun 1980-an, dimana secara bersama-sama teknologi yang
satu mendukung yang lain, yang akhirnya memungkinkan teknologi pemboran horizontal ini
dapat terealisasikan.

1. PENDAHULUAN
Eksploitasi minyak dan gas bumi selama ini dikenal lebih kearah pendekatan
hidrodinamik dan pendekatan kimiawi, atau lebih populer dikenal dengan istilah EOR (Enhanced
Oil Recovery). Pendekatan mekanik dapat juga dikembangkan, selain pemecahan batuan
reservoir (Hydraulic Fracturing), yaitu teknologi pemboran horizontal (Horizontal Drilling)
sebagai kelanjutan dari pemboran miring (Directional Drilling) dan peralatan pemboran lain
seperti Steerable System, Logging While Drilling (LWD), Seismic While Drilling (SWD),
Geosteering System dan lain-lain.

Pelaksanaan pemboran horisontal untuk sumur-sumur minyak telah terbukti dapat


meningkatkan perolehan (Recovery Factor) dan laju produksi, diakibatkan perubahan bentuk
pola pendorong Kerucut-Air (Water Coning) menjadi pola pendorong Pegunungan–Air (Water-
Cresting). Sedangkan pada sumur-sumur gas, pemboran horisontal terbukti dapat meningkatkan
produksi sampai tiga-kalinya, dan kini dikombinasikan dengan system lubang besar (Big Hole).

Konsep mengenai pemboran horisontal telah dikenal sejak tahun 1920. Rusia telah
melakukan pemboran horisontal pada tahun 1920, dan Amerika Serikat serta Cina telah
melakukan pada tahun 1950. Kesemua pemboran tersebut mempunyai panjang bagian horisontal
kurang dari 100 ft.

* Ketua IATMI Komisariat Jateng & DIY


Staf Pengajar Jur. T. Perminyakan UPNVY
Teknik mengenai pembelokan lubang bor dengan dengan curvature tinggi mulai
diperkenalkan pada awal tahun 1950 di California oleh John Zublin. Teknik tersebut secara

1
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta

bersama juga diperkenalkan oleh John Eastman. Pada periode tersebut antusias terhadap
pemboran horisontal sudah sangat besar dan diketahui sudah banyak jumlah sumur horisontal
yang telah dibor. Kecenderungan tersebut tidak dapat bertahan lama karena teknologi dan kondisi
pada saat itu belum dapat mendukung perkembangannya.

Esso Resources pada tahun 1978 melakukan pemboran horisontal (long radius) di
lapangan Cold Lake – Canada. Sumur pertama hanya dapat mencapai panjang horisontal 305
feet, tetapi sumur yang keenam dapat mencapai panjang horisontal sampai 4157 feet.

Pada tahun 1979 ARCO melakukan 10 pemboran sumur horisontal (long radius) di lapangan
Empire Abo. Teknologi yang digunakan sama sekali baru, meskipun demikian hanya dua
pemboran yang dinyatakan gagal karena adanya kesulitan dalam pengontrolan arah pada saat
kick-off.

Record dunia untuk jarak lateral terpanjang yang dapat dicapai dengan pemboran horisontal, saat
ini masih dipegang oleh Shell. Pada sumur CA-13 di lapangan Cormorant – Laut Utara, Shell
telah berhasil melakukan pemboran pada kedalaman 9691 feet (2953 m) dengan jarak horisontal
sepanjang 15618 feet (4760 m) dalam waktu 93 hari.

Pemboran horizontal telah berkembang menjadi Radial, Multi-Lateral, Multi-Lateral


bercabang-cabang atau kombinasinya, dimana hanya diperlukan satu lubang di permukaan
dengan beberapa lubang yang bercabang di bawah permukaan, yang pada akhirnya selain
menghemat biaya, juga meningkatkan kemampuan produksi, perolehan energi dan waktu
produksi, maka teknologi ini akan menjadi salah satu teknologi alternatif yang sangat penting dan
efisien dimasa yang akan datang.

2. PRINSIP PEMBORAN HORISONTAL


Teknik pemboran miring yang dikenal selama ini, biasanya diaplikasikan untuk alasan-
alasan Topografi, Geologi atau Ekonomi, seperti cluster system yang biasa dilaksanakan pada
offshore. Teknologi yang menggunakan kecepatan pembentukan sudut sampai sekitar 3 0/30 meter
biasanya mempunyai kemiringan aklhir sampai 400 sampai 700.

Teknologi peralatan pembantu terus berkembang, seperti peralatan pembelok ( Bent Sub )
yang dapat diubah-ubah sudutnya seperti yang telah kita kenal dengan nama Double Kick Off
(DKO), Adjustable Kick Off (AKO), Double Titled U-joint (DTU) dan lain-lain, peralatan
pengukur sudut dan arah yang terus menerus selama pemboran berlangsung MWD
(Measurement While Drilling), Seismic While Drilling (SWD), Logging While Drilling (LWD),
Geostreeing System, HWDP (Heavy Weight Drill Pipe), Pahat Intan Buatan/Tiruan
(Polycristalline Diamond Compact, PDC-Bit) dan masih banyak lagi, sehingga memungkinkan
melakukan pemboran sampai kemiringan 90 0 atau lebih dan menggunakan kecepatan
pertambahan sudut sampai 500/30 meter atau bahkan lebih. Sistem peralatan pemboran yang
berkembang menjadi satu kesatuan tersebut dikenal dengan nama Steeerable System.

Permasalahan-permasalahan yang timbulpun sudah diantisipasi, seperti meningkatnya


gesekan gesekan geser (Drag ) dan gesekan putar (Torque) antara peralatan pemboran dengan
dinding lubang lengkung dan horozontal, sulitnya membersihkan lubang dari batuan hasil
pemboran (Cutting), sulitnya melakukan penyemenan, sulitnya melakukan evaluasi batuan
dengan logging dan sebagainya. Hal ini terjadi pada kurun waktu tahun 1980-an, dimana secara
bersama-sama teknologi yang satu mendukung yang lain, yang akhirnya memungkinkan
teknologi pemboran horizontal dapat terealisasikan.
Kecepatan pembentukan sudut kemiringan (build up rate) yang dapat dilakukan sampai
saat ini dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :

2
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta

1. Short radius, radius lengkungan (R) = 20 – 40 ft, build-up rate (BUR) = 20 – 50 / ft.,
menghasilkan panjang lateral horisontal (L) = 100 - 800 ft.
2. Medium radius, radius lengkungan (R) = 300 – 800 ft, build-up rate (BUR) = 20 – 200 /
100 ft., menghasilkan panjang lateral horisontal (L) = 1000 - 4000 ft.
3. Long radius, radius lengkungan (R)  1000 ft, build-up rate (BUR)= 20 – 60 / 100 ft.,
menghasilkan panjang lateral horisontal (L) = 1000 - 4000 ft.

Pendekatan matematis dalam memperhitungkan besarnya gangguan Drag maupun Torsi


telah dibuat oleh Frank J. Schuh tahun 1989, dimana rumus tersebut hanya berlaku untuk sumur
yang mempunyai lengkungan dari 00 ke 900 (Single Build-Curve), sedangkan pada sumur yang
tidak demikian tidak berlaku, atau mempunyai kesalahan yang besar. Pada tahun 1997, Rudi
Rubiandini R.S dan Zumja Mardedi telah menghasilkan persamaan untuk digunakan pada
berbagai perubahan sudut yang tidak 900.

Perkembangan lain dari teknologi ini adalah pemboran URRS (Ultra Short Radius Radial
System) yang hanya memerlukan lubang berdiameter 12 inchi dan tinggi satu meter dapat
berbelok 900, dan pada kedalaman yang sama dapat membuat beberapa lubang horizontal ke
berbagai arah.

Pada 10 tahun terakhir ini dikembangkan lubang multi-lateral yaitu membuat beberapa
cabang lubang baru dari satu lubang horizontal yang sudah ada. Apabila ini dikombinasi dengan
system radial, maka satu lubang di permukaan akan mempunyai berbagai cabang lubang di
bawah permukaan seperti sebuah akar pohon.

3. APLIKASI TEKNOLOGI PEMBORAN HORISONTAL


Sampai saat ini telah banyak diaplikasikan sumur horizontal secara efektif untuk
lapangan-lapangan minyak dan gas bumi di berbagai negara, antara lain :

a. Reservoar rekah alami, dimana sumur horisontal diaplikasikan untuk menembus


rekahan-rekahan, sehingga minyak dapat terkuras secara efektif dari reservoar
tersebut.
Contoh : Formasi Bakken – North Dakota, U.S.A.; Austin chalk formation, Texas,
U.S.A.; dan Devonian Shale, West Virginia, U.S.A., Lapangan Jatibarang – Cirebon.
b. Reservoar dengan problem water and gas coning, sumur horisontal digunakan
untuk meminimalkan problem coning, sehingga dapat meningkatkan produksi
minyak.
Contoh : Rospo Mare Field - Offshore Italy; Helder Field – Offshore The
Netherland; Bima Field, Indonesia; Prudhoe Bay – Alaska, U.S.A, dan Empire Abo
Unit – New Mexico, U.S.A.
c. Reservoar gas, sumur horisontal dapat digunakan pada reservoar dengan
permeabilitas yang rendah maupun tinggi. Pada reservoar dengan permeabilitas
rendah, sumur horisontal dapat memperbaiki luas area pengurasan per sumur dan
dapat mengurangi jumlah sumur untuk pengurasan reservoar. Sedangkan pada
reservoar dengan permeabilitas yang tinggi, keceparan aliran gas di sekitar dasar
lubang untuk sumur vertikal sagat tinggi, sementara untuk sumur horisontal dapat
mengurangi turbulensi aliran di sekitar dasar sumur, sehingga dapat memperbaiki
well deliverability.
Contoh : Zuldwal gas field – The Netherland, dapat menurunkan turbulensi aliran di
sekitar dasar sumur secara efektif.

3
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta

d. Enhanced Oil Recovery (EOR), terutama untuk thermal EOR, dimana sumur
horisontal dapat digunakan sebagai sumur injeksi atau sebagai sumur produksi.
Bagian lateral sumur horisontal dapat menghasilkan bidang kontak yang luas,
sehingga injeksi uap dapat dilakukan secara efektif.
e. Aplikasi lainnya, pemboran horisontal juga digunakan untuk mengatasi adanya
masalah biaya pemboran, misalnya untuk lapangan lepas pantai, remote area, dan
area yang sensitif. Dengan menggunakan sumur horisontal, maka dapat mengurangi
jumlah sumur yang diperlukan untuk menguras reservoar.

Di Indonesia, telah dilakukan pemboran horizontal sejak tahun 1981, misalnya ARCO
telah lebih dari 30 sumur, Mobil Oil lebih dari 7 sumur, total Indonesie lebih dari 5 sumur, Caltex
Pacific Indonesia (CPI) lebih dari 7 sumur ( bahkan ada yang short-radius) dan lain-lain.

Laporan dari hasil produksi sumur-sumur horisontal pada umumnya meningkatkan laju
produksi dua sampai tiga kalinya, recovery naik sekitar 20%, berkurang frequensi operasi
pembersihan lubang seperti pengasaman yang menjadi hal rutin pada sumur-sumur vertikal, biaya
per barrel minyak yang dihasilkan menjadi lebih rendah dan lain-lain.

Teknologi URRS masih jarang diaplikasikan disebabkan oleh keterbatasan peralatan


yang lebih khusus dibanding peralatan pemboran horizontal biasa. Teknologi Lateral baru
dilakukan pada beberapa sumur di luar negeri. Sedangkan Teknologi Multi-Lateral sudah
sampai pada tahap operasional pada sumur-sumur pilot dan kini sedang diuji coba peralatan yang
mampu melakukan pemboran multi-lateral tersebut.

Dalam aplikasi yang dikombinasi dengan teknologi EOR, seperti penginjeksian uap, akan
memberikan hasil yang menakjubkan. Penginjeksian uap dengan SAGD (Steam Assisted Gravity
Drainage) ini memanfaatkan densitas uap yang lebih ringan dari minyak untuk selalu bergerak ke
atas menyentuh minyak berat yang masih dingin, minyak yang sudah panas akan mencair, turun
dan masuk ke sumur produksi, proses ini berjalan terus-menerus sehingga akan semakin
membesarkan ruang uap di dalam reservoar, juga terjadi pada sepanjang lubang horisontal,
sehingga volume minyak yang terkuras akan sangat besar.

Jumlah sumur-sumur horisontal akan terus bertambah banyak di dunia, juga di Indonesia,
seiring dengan keberhasilan peningkatan produksi dan recovery dari sumur-sumur horisontal
sebelumnya.

KESIMPULAN

1. Meningkatkan perolehan energi dari Minyak, dan Gas Bumi dengan Pemboran Horizontal,
Radial, Multi-Lateral Bercabang dapat direalisasikan baik secara teknis maupun kesiapan
pelaksanaannya
2. Kombinasi aplikasi teknologi lubang horizontal dengan EOR seperti injeksi uap, akan
menawarkan suatu keberhasilan yang tinggi pada reservoir yang mempunyai kandungan
minyak berat (HPPO)
3. Sampai saat ini para ahli pemboran dan ilmuwan di bidang teknologi pemboran horizontal
Indonesia sudah merupakan jajaran depan dalam penguasaan penggunaan teknologi ini,
namun masih terbelakang dalam inovasi-inovasi terutama dalam bidang peralatan, perkakas,
material, pengukuran, dan interpretasi.

REFERENSI

4
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta

1. Schuh, J.F., “Horizontal Project Planning and Well Design”, Drilling Technology Inc.,
1989.
2. Joshi, S.D., “Horizontal Well Technology”, PennWell Publishing Company, Tulsa,
Oklahoma, 1991
3. Rabia, H.,”Oilwell Drilling Engineering, Principles & Practice”, Graham & Trotman
Limited, UK, 1985.
4. Rudi Rubiandini R.S., DR.-Ing. Ir., “Horizontal Well: Drilling, Completion and Flow
Performance”, PT. Muladaya Adipratama, 1993.
5. Rudi Rubiandini R.S., DR.-Ing. Ir., “Teknik Pemboran I & II”, Jurusan Teknik
Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta, 1993.

Anda mungkin juga menyukai