Dipresentasikan Oleh:
Ir. Aris Buntoro, M.Sc.*)
ABSTRAK
Teknik pemboran miring yang dikenal selama ini, biasanya diaplikasikan untuk alasan-
alasan Topografi, Geologi dan Ekonomi, seperti cluster system yang biasa dilaksanakan di
lapangan migas lepas pantai (offshore). Teknologi pemboran miring yang menggunakan
kecepatan pembentukan sudut sampai sekitar 30/30 meter biasanya mempunyai kemiringan akhir
antara 400 sampai 700. Tetapi karena teknologi peralatan pembantu terus berkembang, seperti
peralatan pembelok (Bent Sub) yang dapat diubah-ubah sudutnya, sehingga memungkinkan
melakukan pemboran sampai kemiringan 90 0 atau lebih dan menggunakan kecepatan
pertambahan sudut sampai 500/30 meter atau bahkan lebih. Sistem peralatan pemboran yang
berkembang menjadi satu kesatuan tersebut dikenal dengan nama Steerable System.
1. PENDAHULUAN
Eksploitasi minyak dan gas bumi selama ini dikenal lebih kearah pendekatan
hidrodinamik dan pendekatan kimiawi, atau lebih populer dikenal dengan istilah EOR (Enhanced
Oil Recovery). Pendekatan mekanik dapat juga dikembangkan, selain pemecahan batuan
reservoir (Hydraulic Fracturing), yaitu teknologi pemboran horizontal (Horizontal Drilling)
sebagai kelanjutan dari pemboran miring (Directional Drilling) dan peralatan pemboran lain
seperti Steerable System, Logging While Drilling (LWD), Seismic While Drilling (SWD),
Geosteering System dan lain-lain.
Konsep mengenai pemboran horisontal telah dikenal sejak tahun 1920. Rusia telah
melakukan pemboran horisontal pada tahun 1920, dan Amerika Serikat serta Cina telah
melakukan pada tahun 1950. Kesemua pemboran tersebut mempunyai panjang bagian horisontal
kurang dari 100 ft.
1
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta
bersama juga diperkenalkan oleh John Eastman. Pada periode tersebut antusias terhadap
pemboran horisontal sudah sangat besar dan diketahui sudah banyak jumlah sumur horisontal
yang telah dibor. Kecenderungan tersebut tidak dapat bertahan lama karena teknologi dan kondisi
pada saat itu belum dapat mendukung perkembangannya.
Esso Resources pada tahun 1978 melakukan pemboran horisontal (long radius) di
lapangan Cold Lake – Canada. Sumur pertama hanya dapat mencapai panjang horisontal 305
feet, tetapi sumur yang keenam dapat mencapai panjang horisontal sampai 4157 feet.
Pada tahun 1979 ARCO melakukan 10 pemboran sumur horisontal (long radius) di lapangan
Empire Abo. Teknologi yang digunakan sama sekali baru, meskipun demikian hanya dua
pemboran yang dinyatakan gagal karena adanya kesulitan dalam pengontrolan arah pada saat
kick-off.
Record dunia untuk jarak lateral terpanjang yang dapat dicapai dengan pemboran horisontal, saat
ini masih dipegang oleh Shell. Pada sumur CA-13 di lapangan Cormorant – Laut Utara, Shell
telah berhasil melakukan pemboran pada kedalaman 9691 feet (2953 m) dengan jarak horisontal
sepanjang 15618 feet (4760 m) dalam waktu 93 hari.
Teknologi peralatan pembantu terus berkembang, seperti peralatan pembelok ( Bent Sub )
yang dapat diubah-ubah sudutnya seperti yang telah kita kenal dengan nama Double Kick Off
(DKO), Adjustable Kick Off (AKO), Double Titled U-joint (DTU) dan lain-lain, peralatan
pengukur sudut dan arah yang terus menerus selama pemboran berlangsung MWD
(Measurement While Drilling), Seismic While Drilling (SWD), Logging While Drilling (LWD),
Geostreeing System, HWDP (Heavy Weight Drill Pipe), Pahat Intan Buatan/Tiruan
(Polycristalline Diamond Compact, PDC-Bit) dan masih banyak lagi, sehingga memungkinkan
melakukan pemboran sampai kemiringan 90 0 atau lebih dan menggunakan kecepatan
pertambahan sudut sampai 500/30 meter atau bahkan lebih. Sistem peralatan pemboran yang
berkembang menjadi satu kesatuan tersebut dikenal dengan nama Steeerable System.
2
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta
1. Short radius, radius lengkungan (R) = 20 – 40 ft, build-up rate (BUR) = 20 – 50 / ft.,
menghasilkan panjang lateral horisontal (L) = 100 - 800 ft.
2. Medium radius, radius lengkungan (R) = 300 – 800 ft, build-up rate (BUR) = 20 – 200 /
100 ft., menghasilkan panjang lateral horisontal (L) = 1000 - 4000 ft.
3. Long radius, radius lengkungan (R) 1000 ft, build-up rate (BUR)= 20 – 60 / 100 ft.,
menghasilkan panjang lateral horisontal (L) = 1000 - 4000 ft.
Perkembangan lain dari teknologi ini adalah pemboran URRS (Ultra Short Radius Radial
System) yang hanya memerlukan lubang berdiameter 12 inchi dan tinggi satu meter dapat
berbelok 900, dan pada kedalaman yang sama dapat membuat beberapa lubang horizontal ke
berbagai arah.
Pada 10 tahun terakhir ini dikembangkan lubang multi-lateral yaitu membuat beberapa
cabang lubang baru dari satu lubang horizontal yang sudah ada. Apabila ini dikombinasi dengan
system radial, maka satu lubang di permukaan akan mempunyai berbagai cabang lubang di
bawah permukaan seperti sebuah akar pohon.
3
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta
d. Enhanced Oil Recovery (EOR), terutama untuk thermal EOR, dimana sumur
horisontal dapat digunakan sebagai sumur injeksi atau sebagai sumur produksi.
Bagian lateral sumur horisontal dapat menghasilkan bidang kontak yang luas,
sehingga injeksi uap dapat dilakukan secara efektif.
e. Aplikasi lainnya, pemboran horisontal juga digunakan untuk mengatasi adanya
masalah biaya pemboran, misalnya untuk lapangan lepas pantai, remote area, dan
area yang sensitif. Dengan menggunakan sumur horisontal, maka dapat mengurangi
jumlah sumur yang diperlukan untuk menguras reservoar.
Di Indonesia, telah dilakukan pemboran horizontal sejak tahun 1981, misalnya ARCO
telah lebih dari 30 sumur, Mobil Oil lebih dari 7 sumur, total Indonesie lebih dari 5 sumur, Caltex
Pacific Indonesia (CPI) lebih dari 7 sumur ( bahkan ada yang short-radius) dan lain-lain.
Laporan dari hasil produksi sumur-sumur horisontal pada umumnya meningkatkan laju
produksi dua sampai tiga kalinya, recovery naik sekitar 20%, berkurang frequensi operasi
pembersihan lubang seperti pengasaman yang menjadi hal rutin pada sumur-sumur vertikal, biaya
per barrel minyak yang dihasilkan menjadi lebih rendah dan lain-lain.
Dalam aplikasi yang dikombinasi dengan teknologi EOR, seperti penginjeksian uap, akan
memberikan hasil yang menakjubkan. Penginjeksian uap dengan SAGD (Steam Assisted Gravity
Drainage) ini memanfaatkan densitas uap yang lebih ringan dari minyak untuk selalu bergerak ke
atas menyentuh minyak berat yang masih dingin, minyak yang sudah panas akan mencair, turun
dan masuk ke sumur produksi, proses ini berjalan terus-menerus sehingga akan semakin
membesarkan ruang uap di dalam reservoar, juga terjadi pada sepanjang lubang horisontal,
sehingga volume minyak yang terkuras akan sangat besar.
Jumlah sumur-sumur horisontal akan terus bertambah banyak di dunia, juga di Indonesia,
seiring dengan keberhasilan peningkatan produksi dan recovery dari sumur-sumur horisontal
sebelumnya.
KESIMPULAN
1. Meningkatkan perolehan energi dari Minyak, dan Gas Bumi dengan Pemboran Horizontal,
Radial, Multi-Lateral Bercabang dapat direalisasikan baik secara teknis maupun kesiapan
pelaksanaannya
2. Kombinasi aplikasi teknologi lubang horizontal dengan EOR seperti injeksi uap, akan
menawarkan suatu keberhasilan yang tinggi pada reservoir yang mempunyai kandungan
minyak berat (HPPO)
3. Sampai saat ini para ahli pemboran dan ilmuwan di bidang teknologi pemboran horizontal
Indonesia sudah merupakan jajaran depan dalam penguasaan penggunaan teknologi ini,
namun masih terbelakang dalam inovasi-inovasi terutama dalam bidang peralatan, perkakas,
material, pengukuran, dan interpretasi.
REFERENSI
4
Seminar Sehari - Himpunan Mahasiswa 8 Mei 2004
Jurusan. Teknik Perminyakan UP 45 Yogyakarta
1. Schuh, J.F., “Horizontal Project Planning and Well Design”, Drilling Technology Inc.,
1989.
2. Joshi, S.D., “Horizontal Well Technology”, PennWell Publishing Company, Tulsa,
Oklahoma, 1991
3. Rabia, H.,”Oilwell Drilling Engineering, Principles & Practice”, Graham & Trotman
Limited, UK, 1985.
4. Rudi Rubiandini R.S., DR.-Ing. Ir., “Horizontal Well: Drilling, Completion and Flow
Performance”, PT. Muladaya Adipratama, 1993.
5. Rudi Rubiandini R.S., DR.-Ing. Ir., “Teknik Pemboran I & II”, Jurusan Teknik
Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta, 1993.