Anda di halaman 1dari 26

Karya Tulis Ilmiah

MAKANAN KHAS JOGJAKARTA GUDEG

Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Kulikuler


Kelas XI Program IPA/IPS SMA Negeri Jatinunggal
Tahun Pelajaran 2020/2021

Oleh :

Indra Rismawan

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


SMA NEGERI JATINUNGGAL
SUMEDANG
2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN
Laporan hasil penelitian ini telah disetujui dan disahkan untuk mengikuti
Sidang Karya Tulis Ilmiah

MAKANAN KHAS JOGJAKARTA GUDEG

Mengetahui/Mengetahui

Wali Kelas Guru Pembimbing

Maman Markum,S.Pd Ara Nugraha,S.Pd


NIP.1970092611998021002 NIP.

Mengetahui

Kepala Sekolah

Drs.H Odang Kusyana.M,M


NIP.196506261993031007
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Keistimewahan Candi
Borobuddur”. Karya tulis ilmiah ini dibuat berbagai observasi dan bantuan dari
beberapa pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
pengerajaan karya tulis ilmiah ini. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak diantaranya :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang slalu mendo’akan tanpa hentinya serta
telah banyak memberikan banyak nasehat dan dukungan moril.
2. Bapak/Ibu wali kelas
3. Bapak/Ibu Pembimbing
4. Guru-guru dan staf SMA Jatinunggal.
5. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata
sempurna, untuk ini kami masih membutuhkan bimbingan dari pembimbing
dan orang-orang disekitar.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Daerah Istimewa Jogjakarta


B. Keistimewaan DIY
C. Makanan Khas Jogjakarta

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang luas. Terbentang dari sabang sampai


Merauke. Tidak di ragukan lagi Indonesia sebagai Negara yang kaya akan
budaya memiliki daerah, agama, Suku bangsa yang berbeda, dan tentunya
Indonesia memiliki budaya yang memiliki ciri khas setiap daerahnya. Salah
satunya adalah daerah istimewa Yogyakarta (Jogjakarta). Yang merupakan
daerah istimewa yang memiliki berbagai macam budaya, adat, dan kebiasaan-
kebiasaan tertentu, dan tentunya tidak ada di daerah Indonesia yang lainnya.

Jogjakarta yang merupakan kota tua  mewariskan banyak sekali


peninggalan baik yang berwujud benda seperti bangunan candi, istana, masjid
dsb maupun  adat istiadat yang hingga kini  masih bertahan keberadaaannya.
banyak warisan para leluhur yang hingga kini masih bisa kita jumpai di pasar-
pasar, toko-toko makanan dan pusat oleh-oleh. Interaksi dengan dengan
daerah-daerah di Indonesia maupun negara asing seperti India, China, Eropa
serta Asia Barat menambah cita rasa dan variasi makanan di Jogja. Pengaruh
dari luar tersebut menambah variasi kuliner khas Jogja. Makanan-makanan
tersebut banyak yang masih mudah didapatkan bahkan menjadi makanan
yang seringkali diburu para turis terutama turis domestik sebagai oleh-oleh
untuk mereka bawa pulang. Namun ada juga makanan yang hanya bisa
didapat di daerah-daerah tertentu di Jogja.
Makanan khas ini tentu saja berdampak dengan munculnya industri
rumahan yang menyajikan oleh-oleh khas Yogyakarta. Seperti yang terletak
di Wijilan, daerah tersebut merupakan sebuah areal yang terkenal dengan
penjual Gudegnya. Karena begitu khas rasanya, Gudeg sudah dikenal di
berbagai penjuru kota, bahkan Negara, hingga kota Yogyakarta sendiri
mendapatkan julukan Kota Gudeg, Jadi jika anda berkunjung ke Yogyakarta,

1
sempatkanlah untuk menikmati Gudeg sebagai syarat bahwa anda telah
mengunjungi kota Yogyakarta.

B.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka penyusun menyusunkan
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa itu daerah istimewa Yogyakarta ?
2. Apa saja makanan khas daerah istimewa Yogyakarta ?
3. Bagaimana dampak makanan khas daerah istimewa Yogyakarta sebagai
daya tarik wisatawan ?

C.  Tujuan
Tujuan  dalam membuat karya tulis ini selain sebagai syarat untuk
menuntaskan tugas sekolah,kami juga memiliki tujuan lain.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang daerah istimewa Yogyakarta.
2. Mengetahui makanan khas daerah istimewa Yogyakarta.
3. Mengetahui dampak makanan khas daerah istimewa Yogyakarta bagi daya
tarik wisatawan.

D.Manfaat
Penelitian ini dapat membantu penulis menyelesaikan tugas dari panitia Karya
Tulis Ilmiah dan membantu nilai, juga untuk memberikan wawasan lebih luas
tentang sejarah candi borobudur kepada pembaca dari penulis Karya Tulis Ilmiah
ini.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan


metode obsevasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada
penelitian iniadalah sebagai berikut:

2
Teknik Pengamatan langsung, pada teknik ini penulis langsung meneliti ke
lapangan untuk mengetahui kondisi lebih jelas Makanan khas Jogjakarta yang
ditulis dalam Karya Tulis ini.
Teknik Wawancara, tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh
gambaran yang lebih mengenai kasus yang dibahas.
Studi Pustaka, pada metode ini penulis mendapatka informasi dari sumber
internet,dan buku panduan Karya Tulis Ilmiah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Daerah Istimewa Yogyakarta


Daerah Istimewa Yogyakarta (bahasa Jawa: Dhaérah Istiméwa
Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang
merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten
Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau
Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.
Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu
kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan,
dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi
3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki, dan 1.746.986
perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.
Penyebutan nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu
panjang menimbulkan penyingkatan nomenklatur menjadi DI Yogyakarta
atau DIY. Daerah Istimewa Yogyakarta sering dihubungkan dengan Kota
Yogyakarta sehingga secara kurang tepat sering disebut dengan Jogja, Yogya,
Yogyakarta, Jogjakarta. Walau secara geografis merupakan daerah setingkat
provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di
tingkat nasional, dan internasional, terutama sebagai tempat tujuan wisata
andalan setelah Provinsi Bali. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami
beberapa bencana alam besar termasuk bencana gempa bumi pada tanggal 27
Mei 2006, erupsi Gunung Merapi selama Oktober-November 2010, serta
erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2014.
DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis
terletak pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur
Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan
menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi,
satuan fisiografi Pegunungan Sewu atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi
Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.

4
Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari
kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang
lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul.
Daerah kerucut, dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung
sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini
terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi
aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai objek
penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di
wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping dan
bentang alam karst yang tandus, dan kekurangan air permukaan, dengan
bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang telah mengalami
pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari
(dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses
solusional (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping, dan mempunyai
karakteristik lapisan tanah dangkal, dan vegetasi penutup sangat jarang.
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian
utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi
berbukit, kemiringan lereng curam, dan potensi air tanah kecil.
 
B. Keistimewaan DIY
Menurut UU Nomor 3 tahun 1950 yang dikeluarkan oleh negara bagian
Republik Indonesia yang beribukota di Yogyakarta pada maret 1950,
keistimewan DIY mengacu pada keistimewaan yang diberikan oleh UU
Nomor 22 Tahun 1948 yaitu Kepala Daerah Istimewa diangkat oleh Presiden
dari keturunan keluarga yang berkuasa di daerah itu pada zaman sebelum
Republik Indonesia, dan yang masih menguasai daerahnya, dengan syarat-
syarat kecakapan, kejujuran, dan kesetiaan, dan dengan mengingat adat
istiadat di daerah itu.

5
Selain itu, untuk Daerah Istimewa yang berasal dari gabungan daerah
kerajaan dapat diangkat seorang Wakil Kepala Daerah Istimewa dengan
mengingat syarat-syarat sama seperti kepala daerah istimewa. Sebab pada
saat itu daerah biasa tidak dapat memiliki wakil kepala daerah. Adapun alasan
keistimewaan Yogyakarta diakui oleh pemerintahan RI menurut UU Nomor
22 Tahun 1948 (yang juga menjadi landasan UU Nomor 3 Tahun 1950
mengenai pembentukan DIY), adalah Yogyakarta mempunyai hak-hak asal
usul, dan pada zaman sebelum Republik Indonesia sudah mempunyai
pemerintahan sendiri yang bersifat Istimewa (zelfbestuure landschappen).
Saat ini Keistimewaan DIY diatur dengan UU Nomor 13 tahun 2012
yang meliputi:
1. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur,
dan Wakil Gubernur;
2. Kelembagaan Pemerintah DIY;
3. Kebudayaan;
4. Pertanahan; dan
5. Tata ruang.
6. Kewenangan istimewa ini terletak di tingkatan Provinsi
Dalam tata cara pengisian jabatan Gubernur, dan wakil Gubernur salah
satu syarat yang harus dipenuhi calon Gubernur, dan wakil Gubernur adalah
bertakhta sebagai Sultan Hamengku Buwono untuk calon Gubernur, dan
bertakhta sebagai Adipati Paku Alam untuk calon Wakil Gubernur.
Kewenangan kelembagaan Pemerintah Daerah DIY diselenggarakan untuk
mencapai efektivitas, dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, dan
pelayanan masyarakat berdasarkan prinsip responsibilitas, akuntabilitas,
transparansi, dan partisipasi dengan memperhatikan bentuk, dan susunan
pemerintahan asli yang selanjutnya diatur dalam Perdais.
Kewenangan kebudayaan diselenggarakan untuk memelihara, dan
mengembangkan hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang berupa nilai-nilai,
pengetahuan, norma, adat istiadat, benda, seni, dan tradisi luhur yang
mengakar dalam masyarakat DIY yang selanjutnya diatur dalam Perdais.

6
Dalam penyelenggaraan kewenangan pertanahan Kasultanan Yogyakarta, dan
Kadipaten Pakualamanan dinyatakan sebagai badan hukum. Kasultanan, dan
Kadipaten berwenang mengelola, dan memanfaatkan tanah Kasultanan, dan
tanah Kadipaten ditujukan untuk sebesar-besarnya pengembangan
kebudayaan, kepentingan sosial, dan kesejahteraan masyarakat. Kewenangan
Kasultanan, dan Kadipaten dalam tata ruang terbatas pada pengelolaan, dan
pemanfaatan tanah Kasultanan, dan tanah Kadipaten yang selanjutnya diatur
dalam Perdais. Perdais adalah peraturan daerah istimewa yang dibentuk oleh
DPRD DIY dan Gubernur untuk mengatur penyelenggaraan Kewenangan
Istimewa. Selain itu, pemerintah menyediakan pendanaan dalam rangka
penyelenggaraan urusan Keistimewaan DIY dalam Anggaran Pendapatan,
dan Belanja Negara sesuai dengan kebutuhan DIY dan kemampuan keuangan
negara.

C. Makanan Khas Yogyakarta


Yogyakarta adalah satu-satunya kota yang memiliki gelar Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kota ini juga memiliki berbagai tempat wisata yang
sangat terkenal maka dari itu tak salah jika kota ini adalah salah satu kota
pariwisata yang ada di Indonesia. Pesona kota ini bukan hanya pada tempat
dan pemandangan alamnya yang indah melainkan budaya dan pastinya
kuliner-kulinernya yang begitu menarik.  Karena banyak orang yang datang
ke kota ini bukan hanya untuk berwisata alam tapi juga berwisata kuliner.
Berikut ini bebera menu makanan khas Yogyakarta yang wajib anda
cicipi setibanya di kota ini.
1.      Gudeg
Gudeg adalah makanan dari Yogyakarta yang sudah sangat terkenal
hingga ke berbagai daerah seluruh Indonesia. Namun merasakan gudeg
Yogyakarta langsung di kota asalnya membuat sensasi makan lebih berasa.
Gudeg sendiri adalah makanan yang terbuat dari nangka muda yang dimasak
menggunakan santan. Biasanya sebagai pelengkap makanan ini dihidangkan

7
bersama nasi, ayam, tahu, dan telur. Anda bisa menemukan banyak tempat
makan di Yogyakarta yang menjual menu yang satu ini.
Sejarah Guedeg
Gudeg telah dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya sebagai
makanan khas dari KotaYogyakarta. Popularitas tersebut juga yang membuat
Yogyakarta dikenal dengan nama Kota Gudeg. Gudeg adalah makanan
tradisional yang terbuat dari Nangka muda (nangka) yang direbus selama
beberapa jam dengan gula kelapa serta santan. Dengan dilengkapi dengan
berbagai bumbu tambahan membuat Gudeg menjadi terasa manis dilidah dan
memiliki rasa yang khas dan enak sesuai dengan selera masyarakat Jawa pada
umumnya.
Pada penyajiannya, Gudeg biasa di lengkapi dengan nasi putih, ayam,
telur rebus, tahu atau tempe, dan rebusan terbuat dari kulit sapi segar atau
lebih dikenal dengan nama sambal goreng krecek. Ada beberapa jenis Gudeg
yang dikenal saat ini yaitu jenis Gudeg kering dan Gudeg basah. Gudeg
kering hanya memiliki sedikit santan sementara Gudeg basah mencakup lebih
banyak susu kelapa atau santan. Jenis-jenis Gudeg tersebut juga
mempengaruhi rasa yang dimiliki oleh Gudeg. Meskipun biasanya manis,
Gudeg kadang juga memiliki rasa yang pedas seperti yang terdapat pada
wilayah Jawa Timur.
Awalnya Gudeg yang dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya
Yogyakarta jaman dahulu adalah Gudeg Basah. Seiring perkembangan jaman,
kebutuhan Gudeg untuk oleh-oleh yang semakin berkembang juga seirama
dengan munculnya Gudeg kering. Gudeg kering baru ditemukan sekitar enam
dasawarsa yang lalu. Sifatnya yang kering membuat gudeg tersebut tahan
lama dan sering dimanfaatkan sebagai oleh-oleh yang tentu saja berdampak
dengan munculnya industri rumahan yang menyajikan oleh-oleh Gudeg khas
Yogyakarta.
Keunikan lainnya dari masakan gudeg adalah kemasannya. Apabila
Anda berbelanja Gudeg sebagai makanan khas Yogyakarta, tidak jarang
Gudeg tersebut dikemas dengan menggunakan besek. Besek adalah bungkus

8
dari anyaman bamboo yang dibentuk sedemikian rupa berbentuk segi empat
dan dapat digunakan sebagai tempat Makanan. Selain itu Gudeg juga sering
dikemas menggunakan kendil yaitu berupa wadah yang terbuat dari tanah liat.
Kemasan tersebut biasanya banyak ditemukan pada para penjual gudeg yang
telah terkenal di Yogyakarta seperti Gudeg Wijilan. Wijilan memang
merupakan sebuah areal yang terkenal dengan penjual Gudegnya.
Hingga saat ini, belum diketahui secara jelas tentang sejarah Gudeg.
Beberapa pandangan mengkaitkan Gudeg sebagai makanan dari Kraton
Yogyakarta, sementara lainnya berpandangan bahwa Gudeg telah lama ada
sejak penyerbuan pertama ke Batavia pada 1726-1728 oleh pasukan Sultan
Agung yang tercatat dalam sejarah meski belum dapat dibuktikan
kebenarannya. Namun dalam berbagai kesimpulan mengenai sejarah Gudeg
dapat disimpulkan bahwa Gudeg adalah makanan Masyarakat jaman dulu
karena bahan bakunya yaitu nangka muda mudah untuk ditemukan di
pekarangan sekitar rumah warga. Nangka tersebut kemudian diolah dan
dikembangkan sehingga menjadi Gudeg makanan khas masyarakat
Yogyakarta sampai saat ini.

2.      Sate Klatak
Sate klatak adalah makanan khas Yogyakarta yang sangat unik.
Keunikan dari makanan yang satu ini adalah dari proses penghidangannya
dan proses pembuatannya. Sate klatak adalah sate yang ditusuk dengan jeruji
sepeda dan hanya menggunakan bumbu garam saja saat pembakarannya.
Garam ditaburkan saat proses pembakaran sehingga menimbulkan bunyi
gemletak. Itulah sebabnya sate ini dinamai dengan nama sate klatak.
Sejarah sate klatak
Yogyakarta  memiliki berbagai macam kekayaan kuliner yang
memperkaya potensi wuisatanya. Banyak sekali kuliner menarik yang dapat
ditemukan di Kota Yogyakarta.  Sate adalah salah satu macam kekayaan
kuliner tersebut. Tapi tunggu dulu, Terdapat sate yang berasal dari
Yogyakarta yang tidak bisa dijumpai di wilayah lain dan bentuknya berbeda

9
dengan sate-sate kebanyakan. Tersebutlah sate Klatak yang berada di pasar
Jejeran, Pleret, Bantul Yogyakarta. Karena lokasi yang digunakan saat siang
digunakan sebagai pasar tradisional, maka Sate Klatak ini memanfaatkan
lokasi pada malam hari mulai pukul 18.00 WIB.
Sate Klatak adalah sate yang berbahan dasar kambing. Yang
membedakan sate tersebut dengan sate lainnya adalah pada bumbu untuk
pengolahan sate. Sate Klatak tidak menggunakan bumbu kecap atau kacang
melainkan hanya dibumbui dengan garam. Meskipun sangat sederhana,
namun sate Klatak sangat diminati oleh pengunjung dann justru menjadi salah
satu icon kuliner di Kota Yogyakarta. Keistimewaan sate tersebut tidak
berhenti sampai disitu, keistimewaan lainnya dari Sate Klatak adalah pada
penyajiannya. Tusuk sate yang digunakan bukan dari bambu namun
menggunakan besi jeruji sepeda. Penggunaan jeruji ini dipercaya dapat
menghantarkan panas yang baik sehingga daging dapat matang dengan
sempurna.
Melihat latar belakang sejarahnya, yang mengenalkan sate ini pertama
kali adalah Mbah Ambyah yang memiliki ide menjual sate kambing karena
beliau memiliki banyak kambing. Awalnya julan sate tersebut dijual di bawah
pohon melinjo. Usaha  tersebut kemudian diturunkan pada anak-anaknya.
Dalam perkembangan popularitas Sate Klatak tersebut, membuat banyak
warga sekitar Jejeran juga memutuskan untuk membuka warung sate yang
sama dengan lokasi yang berdekatan bahakan sampai membangun restaurant
yang dikelola secara professional sampai saat ini. Sesungguhnya asal mula
Nama Sate Klatak tidak diketahui secara jelas darimana asalnya. Ada orang
yang meyakini nama tersebut dari suara daging kambing yang dibakar.
Sebagian lainnya mempercayai bahawa Klatak adalah nama buah melinjo
dimana sate Klatak pertama kali dijual.
Sampai saat ini Sate Klatak masih sangat dikenal oleh wisatawan
bahakan dari kalangan selebritis dan seniman sekalipun. Apabila Anda
mencari variasi makanan sate di Yogyakarta, Sate Klatak adalah salah satu
alternatif yang pantas dituju. Lokasinya mudah ditemui karena akses jalan

10
yang sangat mudah dicapai baik menggunakan roda empat maupun roda dua.
Meskipun Anda mungkin tercengang dengan harga yang lumayan dan hanya
mendapatkan dua potong sate, namun sate tersebut memiliki daging yang
besar tidak seperti sate-sate lainnya selain rasanya yang khas.

3.      Sup Kembang Waru


Makanan selanjutnya yang wajib diburu adalah sum kembang waru.
Sup ini cukup sulit ditemukan di kota Yogyakarta sekalipun. Karena biasanya
makanan ini hanya disajikan saat pada momen-momen tertentu seperti hajatan
atau pernikahan. Jika anda penasaran terhdapar makanan yang satu ini anda
bisa datang ke Pasar Beringharjo. Di sana ada food court yang menjajakan
makanan yang satu ini. Sop ini akan menambah daftar buruan makanan berat
khas Yogyakarta. Selain kekhasannya, sop kembang waru merupakan
makanan yang hanya ditemui di Pasar Beringharjo. Letaknya persis di
foodcourt Pasar Beringharjo, Lantai 2, Kota Yogyakarta.
Perlu diketahui, bahwa sajian sop ini hanya akan ditemui saat pesta
pernikahan di Yogyakarta. Di luar itu, jangan harap mudah menemukannya.
Pasalnya, sup kembang waru termasuk jenis makanan khas yang jarang
diperdagangkan. So, Anda hanya dapat menemui pedagang sop kembang
waru di Pasar Beringharjo. Sop Kembang Waru memiliki tampilan sop
bening dengan aneka sayuran biasa seperti wortel, buncis, tetelan daging atau
ceker ayam. Yang membuatnya special adalah tambahan sejenis siomay
bungkus dadar yang ditata menyerupai bunga. Oleh masyarakat Jogja siomay
jenis ini disebut siomay kembang waru. Jadi, Anda salah kalau mengira sop
satu ini ditambahkan kembang waru betulan alias bunga dari pohon waru.
Dengan ceker atau tetelan daging sapi yang dimasak dengan sangat
tanak, sop ini menjadi sangat nikmat sembari mengunyah ceker dan tetelan
yang seolah lumer begitu saja di dalam mulut. Warung sop kembang waru di
sini buka pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Satu porsinya hanya
Rp15.000. Namun, harga itu belum termasuk minum, hanya sop dan sepiring

11
nasi. Meski terbilang mahal, tentu kesegaran icip-icip sop langka ini layak
dihargai Rp15.000.

4.      Tempe Benguk
Tempe benguk adalah tempe yang sangat berbeda dengan tempe-
tempe lain pada umumnya. Tempe ini terbuat dari biji benguk. Benguk
sendiri adalah sejenis tanaman koro. Tempe benguk diolah menggunakan
santan dan bumbu khusus yang dapat membuat makanan yang satu ini begitu
gurih dan lezat. empe Benguk adalah olahan makanan sejenis tempe yang
terbuat dari kacang benguk atau kacang koro. Bentuknya hampir sama dengan
tempe kedelai, hanya saja kacang benguk ukurannya lebih besar dan memiliki
rasa yang sangat khas. Makanan ini merupakan salah satu makanan
tradisional di Yogyakarta, khususnya daerah Kulon Progo.
Benguk sendiri merupakan tanaman jenis kacang – kacangan yang
tumbuh secara merambat. Tanaman kacang benguk ini bisa tumbuh di semua
tempat di dataran rendah atau di dataran tinggi. Untuk menanamnya tidak
memerlukan cara khusus, melainkan hanya di tanam di tanah kosong dan
dibiarkan hidup dengan sendirinya. Dalam Tempe Benguk ini bahan yang
digunakan adalah biji kacangnya. Bentuk kacanganya sedikit lonjong dan
pipih, biasanya memiliki warna kehitaman.
Dalam membuat Tempe Benguk ini hampir sama dengan membuat
tempe pada umumnya, namun membutuhkan waktu yang lama dan
membutuhkan kehati – hatian. Dalam proses pembuatannya, tempe harus
direndam terlebih dahulu selama sekitar 2 hari. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan bau apek pada kacang benguk dan membuat kacang lebih
lunak. Setelah itu kacang kemudian di rebus sampai matang dan didinginkan.
Kemudian kacang tersebut di campur dengan ragi dan di bungkus
menggunakan daun hingga tempe benar – benar jadi.
Tempe Benguk ini bisa dibuat makanan dengan cara di goreng
dengan  bumbu atau di goreng tepung seperti mendoan. Namun di Kulon
Progo sendiri, Tempe Benguk ini sering dimasak menjadi

12
besengek.  Besengek sendiri merupakan cara olahan Tempe Benguk dengan
cara seperti di bacem, namun menggunakan santan. Dalam proses
pembuatannya, tempe direbus terlebih dahulu hingga empuk dan di buang
airnya bila sudah empuk. Kemudian di masak bersama dengan santan dan
bumbu khusus hingga meresap dan santannya mengental.
Besengek Tempe Benguk ini biasanya paling pas bila disajikan selagi
hangat. Rasanya yang gurih dari santan dan aroma rempah pada bumbu
memberikan cita rasa yang khas pada makanan satu ini. Bagi anda yang suka
makanan pedas, besengek Tempe Benguk ini sangat cocok bila di santap
bersama dengan cabai rawit. Selain itu Tempe Benguk ini memiliki tekstur
yang sangat unik, walaupun empuk namun tetap memiliki rasa renyah pada
kacangnya, sehingga memberikan sensasi tersendiri saat kita menyantapnya.

5.      Oseng-oseng Mercon

Oseng-oseng mercon merupakan masakan tumis tetelan sapi. Tetelan


sapi tersebut dimasak dengan menggunakan cabai dan beberapa bumbu yang
dapat membuat aroma dari masakan ini begitu kuat. Jika anda pecinta
masakan pedas mungkin ini adalah salah makanan yang wajib anda cicipi.
Karena oseng-oseng mercon ini adalah salah satu makanan yang memiliki
cita rasa pedas yang begitu kuat.
Oseng-oseng mercon, dari namanya saja sudah terbayang bagaimana
pedasnya. Saking pedasnya makanan ini, seperti ada mercon (petasan) yang
meledak-ledak dalam mulut. Maklum saja, bahan utama di menu ini selain
menggunakan tetelan (koyoran)/kulit sapi sebagai bahan utamanya, tentu saja
menggunakan cabe rawit merah segar, beberapa juga ada yang menggunakan
merica sebagai penambah rasa pedasnya. Bahkan kalau dilihat-lihat, lebih
banyak terlihat irisan cabe rawitnya dibanding kikil/tetelan sapinya sendiri.
Penggunaan kata ‘mercon’ ini sendiri awalnya dipopulerkan oleh M. H Ainun
Najib.

13
Dari namanya, kita sudah bisa tau kalau menu ini diolah dengan cara di
oseng atau di tumis, tapi bedanya kalau tumisan biasa, bumbunya digoreng
dengan sedikit minyak, sedangkan oseng-oseng mercon, bumbunya digoreng
dalam minyak. Sedangkan perbandingan kikil/tetelan sapi yang digunakan
sekitar 10:2. Bagi anda yang tak suka pedas atau bahkan tak bisa makan
pedas, jangan pernah mencoba makanan ini.
Di Jogja, kuliner ini punya tempat mangkalnya sendiri. Kalau anda
main ke daerah sekitar Malioboro atau titik nol kilometer, dari titik nol
kilometer, anda tingal menuju ke arah barat, tepatnya di daerah JL. K.H
Ahmad Dahlan. Disana anda akan menemukan banyak tenda-tenda/warung
makan pinggir jalan yang menjajakan oseng-oseng mercon sebagai menu
andalannya. Salah satu yang paling legendaris adalah oseng-oseng mercon Bu
Narti. Warung tersebut merupakan pelopor oseng-oseng mercon di
Yogyakarta yang dikenal sejak 1997. Untuk menikmati seporsi oseng-oseng
mercon lengkap dengan nasi hangatnya, anda merogoh kocek tak lebih dari
20 ribu rupiah. Untuk seporsi makanan lezat dengan pedas super, cukup untuk
memuaskan diri anda akan rasa pedas.

7.      Angkringan
Angkringan sebenarnya adalah bukan nama dari menu makanan
melainkan sejenis tempat penjual sajian kuliner ala kota Yogyakarta.
Angkringan dapat anda temui dengan mudah diberbagai penjuru kota
Yogyakarta. Menu yang dapat anda nikmati di angkringan adalah nasi kucing
yang menjadi daya tarik dari angkringan itu sendiri selain itu anda bisa
menimati berbagai menu lainnya seperti satu usus, sate telur puyuh, sate
kerang, oseng tempe, oseng teri dan masih banyak menu sederhana lainnya.
Angkringan biasanya buka hanya pada malam hari namun dalam beberapa
tempat di Yogyakarta ada juga yang berdagang pada pagi hari.
Sejarah
Angkringan (berasal dari bahasa Jawa ' Angkring' yang berarti alat dan
tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melngkung ke

14
atas) adalah sebuah gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan
dan minuman yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan di Jawa Tengah
dan Yogyakarta. Di Solo dikenal sebagai warung hik ("hidangan istimewa a
la kampung") atau wedangan. Gerobag angkringan biasa ditutupi dengan kain
terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore
hari, ia mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir (ind.lentera,
penerangan sangat sederhana tanpa kaca semprong dibanding dengan lampu
tempel atau teplok yang terdiri dari botol biasanya berukuran pendek lengkap
dengan sumbu dan minyak tanah atau minyak kelentik sebagai bahan
bakarnya), dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.
Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus (ayam),
sate telur puyuh, keripik dan lain-lain. Minuman yang dijualpun beraneka
macam seperti teh, jeruk, kopi, tape, wedang jahe dan susu. Semua dijual
dengan harga yang sangat terjangkau. Meski harganya murah, namun
konsumen warung ini sangat bervariasi. Mulai dari tukang becak, tukang
bangunan, pegawai kantor, mahasiswa, seniman, bahkan hingga pejabat dan
eksekutif. Antar pembeli dan penjual sering terlihat mengobrol dengan santai
dalam suasana penuh kekeluargaan.
Angkringan juga terkenal sebagai tempat yang egaliter karena
bervariasinya pembeli yang datang tanpa membeda-bedakan strata sosial atau
SARA. Mereka menikmati makanan sambil bebas mengobrol hingga larut
malam meskipun tak saling kenal tentang berbagai hal atau kadang berdiskusi
tentang topik-topik yang serius. Harganya yang murah dan tempatnya yang
santai membuat angkringan sangat populer di tengah kota sebagai tempat
persinggahan untuk mengusir lapar atau sekadar melepas lelah.
Akrabnya susana dalam angkringan membuat nama angkringan tak
hanya merujuk kedalam tempat tetapi ke suasana, beberapa acara menadopsi
kata angkringan untuk menggambarkan suasana yang akrab saling berbagi
dan menjembatani perbedaan, seperti Angkringan JTF yang diadakan oleh
Litbang dan juga Angkringan Ramadhan yang sering digelar di kampus-
kampus menjelang buka puasa.

15
8.      Sego Pecel

Sego pecel atau nasi pecel adalah makanan yang tebuat dari berbagai
sayuran seperti kangkung, bayam, kacang panjang, tauge, dan disiram dengan
menggunakan bumbu pecel. Selain itu ada juga pelengkap menu yang satu ini
sepeti tahu, tempe, kerupuk, telur ceplok, dan menu pelengkap lainnya. Di
Yogyakarta banyak tempat yang menyediakan menu ini dalam daftar list
menunya. Makanan ini sudah ada semenjak masa penjajahan
Belanda.Buktinya, di Suriname, wilayah bekas jajahan Belanda juga terdapat
pecel, meskipun ada perbedaan rasa di bumbu dan isinya, karena mengikuti
selera dan keadaan di sana (Suriname). Di negeri Belanda di pasar
Albequeque, juga di restoran-retoran Indonesia di Amsterdam.
Memang tidak susah mencari masakan atau makanan Jawa di Suriname.
Masuk saja ke sembarang ”waroeng”— sebutan untuk tempat makan di
Suriname. Dan kita akan menemukan menu seperti pitjel atawa pecel, nasi
goreng dan bakmie goreng, saoto, sate pitik (ayam), sampai minuman dawet
alias cendol.”Tiyang cemeng nggih jajan pitjel wonten mriki. Nggih remen
kok—orang kulit hitam juga makan pecel di sini. Suka juga kok,” kata
Markati (62), pemilik Waroeng Toeti di Tamanredjo, daerah setingkat
kecamatan di Distrik Commewijne, Suriname. Rombongan delegasi
Kebudayaan Indonesia yang datang ke Suriname pada akhir September lalu
penasaran dengan rasa pitjel ”van” Suriname itu. Mereka mampir ke Waroeng
Toeti dan rupanya rasanya sami mawon.

9.      Bakpia

16
Bakpia adalah makanan yang terbuat dari campuran kacang hijau
dengan gula, yang dibungkus dengan tepung, lalu dipanggang. Istilah bakpia
sendiri adalah berasal dari dialek Hokkian (Hanzi: 肉 餅 ), yaitu dari kata
"bak" yang berarti daging babi dan "pia" yang berarti kue, yang secara harfiah
berarti roti berisikan daging. Di beberapa daerah di Indonesia, makanan yang
terasa legit ini dikenal dengan nama pia atau kue pia.
Bakpia termasuk salah satu masakan yang populer dari keluarga Cina
atau Tionghoa. Bakpia yang cukup dikenal salah satunya berasal dari daerah
Pathuk (Pathok), Yogyakarta, sehingga dikenal dengan sebutan Bakpia
Pathuk. Mengingat masyarakat Yogyakarta mayoritas beragama Islam, pada
perkembangannya, isi bakpia yang semula daging babi pun diubah menjadi
kacang hijau. Kemudian rasa-rasa dari bakpia dikembangkan menjadi cokelat,
keju, kumbu hijau, dan kumbu hitam.
Di kampung Pathuk, dulunya penduduk tidak mengenal istilah "merek",
sehingga bakpia yang dijual hingga saat ini berlabel "nomor rumah
produsen", misalnya nomor 75, 25, 531, 125, dan lain sebagainya. Lalu
muncul beberapa merek bakpia yang bukan dari nomor rumah, seperti Djava,
Ayu, Vista, dan lain-lain. Lezatnya rasa bakpia menjadikan kue ini menjadi
salah satu favorit para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Bakpia
bisa didapatkan di toko bakpia atau toko yang menjual oleh-oleh khas
Yogyakarta. Ada lebih dari 100 merek bakpia. Di antara bakpia yang sering
dicari oleh pembeli ialah Bakpia Kurniasari, Bakpia 145, Bakpia 75, Bakpia
25, Bakpia Merlino, Bakpia Djava, Snack It Pia 100 (biasanya dijual di
minimarket terkemuka), dan Bakpia Kencana. Masing-masing merek
memiliki ciri khas yang unik.

10.  Brem
Brem adalah makanan yang berasal dari sari ketan yang dimasak dan
dikeringkan, merupakan hasil dari fermentasi ketan hitam yang diambil
sarinya saja yang kemudian diendapkan dalam waktu sekitar sehari semalam.

17
Sensasi makanan ini muncul ketika makanan dimasukkan ke dalam mulut
akan langsung mencair dan lenyap meninggalkan rasa 'semriwing' di lidah.
Dikenal beberapa bentuk brem yang dikenal di pasaran, berupa
makanan dan minuman. Brem berupa makanan terkenal dari Madiun dan
Wonogiri, sedangkan yang berupa cairan berasal dari pulau Bali dan Nusa
Tenggara. Bentuk pertama yang lebih dulu dikenal adalah makanan
tradisional khas yang berasal dari kecamatan Caruban, Kabupaten Madiun,
dan berasal dari dua desa penghasil: Bancong dan Kaliabu. Brem dikemas
berbentuk lempengan agak kekuningan, rata-rata berukuran kurang lebih 15
cm x 5 cm x 0,5 cm. Untuk lebih memaksimalkan pemasarannya, brem kini
dikemas dalam bentuk kecil kecil seukuran permen, sehingga mudah untuk
dikantongi. Biasanya pada sekitar tahun 80-an, brem dalam bentuk ini dijual
asongan oleh para pedagang di sekitar stasiun-stasiun di kereta api di daerah
Jawa Timur[1].
Brem bentuk kedua berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah, berbentuk
lempeng pipih bundar dengan diameter rata-rata 5 cm dan ketebalan sekitar
0,3 cm. Brem asal Wonogiri berwarna putih dan proses pengeringannya
melalui dijemur langsung di bawah panas terik matahari selama tiga hari.

D. Pengaruh Makanan Khas Yogyakarta Terhadap Daya Tarik Wisatawan


Keragaman kuliner tradisional di Yogyakarta seperti ditampilkan
dalam Festival Makanan Tradisional di Kampung Wisata Prawirotaman
Yogyakarta mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke
Yogyakarta. "Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan jumlah
kunjungan wisata ke Yogyakarta, khususnya wisatawan yang gemar
melakukan wisata kuliner. Apalagi, kegiatan ini digelar di Kampung Wisata
Prawirotaman yang memang sudah menjadi tujuan wisatawan asing maupun
domestik," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta saat memberikan
sambutan dalam Festival Makanan Tradisional di Yogyakarta, Sabtu (13/6)
malam.

18
Festival makanan tradisional itu diisi dengan kegiatan lomba memasak
makanan dan membuat minuman tradisional Yogyakarta. Peserta dituntut
membuat makanan tradisional yang kreatif dan inovatif. Selain mendukung
pengembangan industri pariwisata di DIY, lanjut dia, kegiatan tersebut juga
ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan keragaman pangan lokal serta
mendorong ketahanan pangan di Yogyakarta. "Peserta diminta membuat
makanan dan minuman tradisional dari bahan non gandum dan non beras.
Hasilnya terbukti enak, sehat, aman dan memiliki nilai ekonomi," katanya.
Ia berharap, kegiatan festival itu akan semakin semarak dengan seni
dan budaya tradisional, misalnya pentas kesenian tradisi dari Prawirotaman.
"Kegiatan ini bisa ditiru oleh kampung wisata lainnya," katanya. Sementara
itu, Asisten Sekretaris Daerah Bidang Administrasi Umum Pemerintah Kota
Yogyakarta, Pontjosiwi, yang membacakan sambutan Wali Kota Yogyakarta,
Haryadi Suyuti, mengatakan, Yogyakarta memiliki potensi kuliner yang bisa
dikembangkan untuk menarik minat wisatawan. "Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah memanfaatkan teknologi informasi untuk mempromosikan
kekayaan makanan tradisional Yogyakarta. Dengan demikian, banyak
masyarakat yang mengenal dan kemudian tertarik datang ke Yogyakarta
untuk mencoba makanan tersebut," katanya. Ia berharap, kuliner bisa menjadi
ikon wisata di Kota Yogyakarta karena pariwisata adalah penggerak ekonomi
utama di kota tersebut.
Sedangkan Asisten Deputi Pemasaran Dalam Negeri Kementerian
Pariwisata, Tazbir, berharap, di dalam festival tersebut pengunjung tidak
hanya bisa melihat makanan yang ada tetapi juga bisa mencicipinya.
"Mungkin ada stan-stan untuk menjual makanan tradisional. Biro-biro
perjalanan wisata bisa mempromosikan agenda ini," katanya. Sementara itu,
Ketua Paguyuban Pengusaha Pariwista Prawirotaman Yogyakarta Suhartono
mengatakan fesival digelar untuk melestarikan manakan tradisional agar tidak
punah akibat kalah bersaing dengan makanan dari luar negeri.

19
BAB III
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek, dan
daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat
kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari
mancanegara, dan 1.304.137 orang dari nusantara. Bentuk wisata di DIY
meliputi wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition),
wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus, dan berbagai fasilitas
wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran. Tercatat ada 37 hotel
berbintang, dan 1.011 hotel melati di seluruh DIY pada 2010. Adapun
penyelenggaraan MICE sebanyak 4.509 kali per tahun atau sekitar 12 kali per
hari.
Keanekaragaman upacara keagamaan, dan budaya dari berbagai agama
serta didukung oleh kreativitas seni, dan keramahtamahan masyarakat,
membuat DIY mampu menciptakan produk-produk budaya, dan pariwisata
yang menjanjikan. Pada tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan 51 di
antaranya yang layak dikunjungi. Tiga desa wisata di kabupaten Sleman
hancur terkena erupsi gunung Merapi sedang 14 lainnya rusak ringan [5].
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta pada September 2014, angka
kunjungan mencapai 2,4 juta wisatawan domestik dan 1,8 juta wisatawan
manca negara.
Yogyakarta  memiliki berbagai macam kekayaan kuliner yang
memperkaya potensi wuisatanya. Banyak sekali kuliner menarik yang dapat
ditemukan di Kota Yogyakarta.  Sate adalah salah satu macam kekayaan
kuliner tersebut. Tapi tunggu dulu, Terdapat sate yang berasal dari
Yogyakarta yang tidak bisa dijumpai di wilayah lain dan bentuknya berbeda
dengan sate-sate kebanyakan. Tersebutlah sate Klatak yang berada di pasar
Jejeran, Pleret, Bantul Yogyakarta. Karena lokasi yang digunakan saat siang

20
digunakan sebagai pasar tradisional, maka Sate Klatak ini memanfaatkan
lokasi pada malam hari mulai pukul 18.00 WIB.
      Yogyakarta adalah satu-satunya kota yang memiliki gelar Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kota ini juga memiliki berbagai tempat wisata yang
sangat terkenal maka dari itu tak salah jika kota ini adalah salah satu kota
pariwisata yang ada di Indonesia. Pesona kota ini bukan hanya pada tempat
dan pemandangan alamnya yang indah melainkan budaya dan pastinya
kuliner-kulinernya yang begitu menarik. Karena banyak orang yang datang ke
kota ini bukan hanya untuk berwisata alam tapi juga berwisata kuliner.
Berikut ini bebera menu makanan khas Yogyakarta yang wajib anda cicipi
setibanya di kota ini.

4.2  Saran
1.      Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan tentang para produsen
penghasil makanan khas yogyakarta, agar semakin sejahtera kehidupannya.
2.      Keanekaragaman makanan khas Yogyakarta, dapat menjadi salah satu daya
tarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
3.      Semoga apa yang ditulis ini, dapat memberikan kita manfaat, pengetahuan,
dan dapat memotifasi diri kita, agar senantiasa melestarikan berbagai burung
hantu yang ada di Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta
http://jenismakanantradisional.blogspot.co.id/2013/02/makanan-khas-
yogyakarta.html
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/03/sejarah-di-balik-ketenaran-gudeg
https://gudeg.net/direktori/1860/sejarah-gudeg.html
http://lifestyle.okezone.com/read/2015/12/21/298/1271862/ini-asal-usul-sate-
klatak-populer-di-yogyakarta
https://gudeg.net/direktori/1871/sate-klatak.html
http://www.njogja.co.id/wisata-kuliner/sate-klatak-jogja/
http://merahputih.com/post/read/gurihnya-sop-kembang-waru-khas-yogyakarta
https://readyygo.blogspot.com/2015/07/asal-mula-besengek-tempe-benguk.html
http://www.antaranews.com/berita/501364/yogyakarta-garap-masakan-sebagai-
daya-tarik-wisata

22

Anda mungkin juga menyukai