Disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Safe Motherhood & Child Survival
Disusun Oleh
Eneng Siti Fatimah
20210000046
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga proses penyusunan makalah Analisis Situasi Ibu dan Anak
(ASIA) Tarakan Provinsi Kalimantan Utara akhirnya dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Safe Motherhood & Child Survival.
Pembangunan merupakan proses kegiatan yang terus-menerus menuju ke arah
keadilan yang lebih baik. Proses ini membutuhkan modal baik berupa finansial,
teknologi maupun manusia. Di antara ketiga faktor tersebut, sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting. Sumber Daya Manusia (SDM) ini harus benar-benar
dapat diandalkan sebagai modal pembangunan. Oleh karena itu, sumber daya
manusia perlu dibina sedemikian rupa agar mampu menjadi sumber daya yang
berperan aktif dalam setiap pembangunan. Penyiapan SDM yang tangguh dan
berkualitas sejak dini merupakan pilihan tak terelakkan dalam proses pembangunan
di masa yang akan datang.
Menyiapkan SDM-Dini memerlukan keseriusan kerja yang komprehensif dari
berbagain stakeholder. Salah satu upaya penyediaan SDM-Dini adalah dengan
melakukan intervensi yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan mendasar dan
perlindungan bagi kelompok rentan yaitu ibu dan anak, sebagai awal peningkatan
kesejahteraan ibu dan anak.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................6
1.2. Tujuan..................................................................................................................................3
1.3. Proses Penyusunan ASIA....................................................................................................4
1.4. Manfaat................................................................................................................................4
Daftar Pustaka 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian
besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330
kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem
peredaran darah sebanyak 230 kasus.(Kemenkes 2020).
Demikian pula pada provinsi Kalimantan Utara, isu kesehatan masih menjadi
salah satu hal yang harus diprioritaskan. Berdasarkan data dari Kantor Statistik
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara jumlah penduduk Kalimantan Utara
mencapai 627.840 jiwa. Derajat kesehatan di Provinsi Kalimantan Utara digambarkan
melalui Angka Kematian Kasar (AKK), Angka Harapan Hidup (AHH), Angka
Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut publikasi BPS
(2018), angka kematian kasar provinsi Kalimantan Utara tahun 2015 sebesar 4,5.
Artinya bahwa ada 4 sampai 5 kejadian kematian dari 1000 penduduk di pertengahan
tahun. Angka kematian yang digunakan untuk analisis lebih lanjut mengenai
kualitas kesehatan di provinsi Kalimantan Utara menggunakan GDR. GDR (Gross
Death Rate) adalah angka kematian kasar untuk tiap - tiap 100.000 penderita keluar,
baik hidup/mati
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan Indikator Kinerja
Utama perangkat daerah Dinas Kesehatan dan bagian dari Indikator Kinerja Kunci
RPJMD kota Tarakan. Angka Kematian Ibu di Tarakan sepanjang 5 (lima) tahun
terakhir tercatat mengalami kenaikan dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2018
AKI mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 158 per 100.000 kelahiran
hidup dibandingkan pada tahun 2017 sebesar 72 per 100.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2019 AKI mengalami kenaikan 106 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan
capaian AKI tahun 2020 sebesar 42 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu
yang cenderung mengalami peningkatan dapat disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya ibu hamil tidak pernah ANC rutin di Puskesmas, pemeriksaan kehamilan
diduga hanya dilakukan pada saat menjelang melahirkan saja sehingga meningkatkan
5
risiko bagi ibu dan bayi. Selain itu, adanya penyakit menular juga menyebabkan
menurunnya kesehatan ibu, serta Program Perencanaan Pertolongan dan Penanganan
Komplikasi (P4K) yang digerakkan oleh kader belum optimal sehingga masih
memungkinkan adanya ibu hamil yang tidak terpantau kesehatannya.
Angka Kematian Ibu (AKI) dikatakan sebagai salah satu indikator untuk
melihat derajat Kesehatan pada perempuan. Penurunan AKI juga merupakan salah
satu target SDGs yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan mengurangi sampai 3/4
resiko jumlah kematian ibu. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat
merepresentasikan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat karena bayi
merupakan kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan
lingkungan maupun sosial ekonomi. Indikator AKB berhubungan langsung
dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial ekonomi
dan kesehatannya Crude Death Rate (CDR)/Angka Kematian Kasar (AKK)
merupakan indikator yang merepresentasikan kondisi kesejahteraan penduduk di
suatu daerah pada tahun tertentu yang bersangkutan.
Makalah ini menampilkan analisis sebab-akibat kesehatan ibu dan anak di
Tarakan Kalimantan Utara yang bertujuan untuk memahami permasalahan dengan
mengetahui penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan akar masalah keadaan
ibu dan anak serta untuk mengetahui kualitas penduduk provinsi Kalimantan Utara
berdasarkan indikator kesehatan Ibu dan Anak.
1.2. Tujuan
Tujuan Analisis Kesehatan Ibu dan Anak (ASIA) antara lain :
1. Memperoleh data dan informasi kuantitatif dan kualitatif yang akurat dari
berbagai sumber yang tersedia di daerah menurut indikator yang relevan
2. Mengetahui interpretasi situasi Ibu dan Anak yang berkenaan dengan resiko dan
kebutuhannya menurut kelompok sasaran, jumlah dan sebarannya
6
3. Menganalisis dan menyimpulkan berbagai intervensi atau program yang ada
(telah dan sedang dilakukan) oleh dinas/instansi terkait atau oleh lintas sector
1.3. Proses Penyusunan ASIA
Proses penyusunan Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) melalui beberapa
tahap dengan menggunakan tiga kategori yang biasa disebut Tiga T yaitu Tinjauan,
Telaahan dan Tindakan.
Tinjauan atau penilaian situasi dilakukan sebagai dasar analisis dan
pengembangan program selanjutnya yang mencakup tiga kegiatan utama yaitu (1)
merumuskan permasalahan berdasarkan data yang dimiliki, (2) menggambarkan
besarnya permasalahan, dan (3) menentukan indikator kunci.
Telaahan merupakan langkah analisis lanjutan yang dilakukan dalam beberapa
tahapan analisis yaitu analisis kausalitas yang membantu memahami permasalahan
akan hak-hak yang terabaikan dengan mengidentifikasi penyebab langsung, penyebab
tidak langsung, dan akar penyebab dengan membuat pohon masalah. Setelah itu
dilakukan analisis pola peran untuk mengidentifikasi pemegang hak dan pengemban
tugas dengan melihat hubungan kedua pihak, kemudian dilanjutkan dengan analisis
kesenjangan kapasitas dengan melihat tanggung jawab, wewenang, sumberdaya,
pengambilan keputusan, dan komunikasi pengemban tugas terhadap pemegang hak.
Tindakan merupakan cara untuk mengatasi atau menjawab permasalahan yang
telah dianalisis pada proses tinjauan dan telahaan sebelumnya. Tindakan terdiri dari
pengidentifikasian aksi-aksi kunci yang bertujuan untuk mengurangi/mendekatkan
kesenjangan kapasitas pengemban tugas dan pemegang hak, pengembangan
kemitraan dan rancangan program. Salah-satu cara dalam menyusun rancangan
program yaitu dengan membuat pohon tujuan.
1.4. Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai masukan untuk penyusunan dokumen perencanaan
daerah;
7
2. Dapat digunakan sebagai sarana penyamaan-persepsi dalam pengambilan
keputusan dan menentukan prioritas program pembangunan SDM-Dini Daerah;
3. Dapat digunakan sebagai informasi dan data yang akurat dalam perencanaan
pembangunan daerah;
4. Dapat digunakan sebagai alat pengendalian perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan SDM-Dini Daerah.
8
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
9
Kalimantan Utara mempunyai luas wilayah sekitar 72,595.93 KM² yang terdiri dari
441 Desa, 38 Kelurahan dengan jumlah penduduk 627.840 Jiwa. Provinsi Kalimantan
Utara terbagi menjadi 4(empat) Kabupaten, yaitu Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung dan Kota Tarakan. Adapun
batas wilayah Provinsi Kalimantan Utara dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Malaysia (Sabah)
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Sulawesi
3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur,
Kutai
4. Kartanegara dan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur
5. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia
Tabel II.1
Data Luas Wilayah Provinsi Kalimantan Utara
2.2. Kependudukan
11
Perubahan penduduk tidak hanya diakibatkan oleh kelahiran dan kematian,
tetapi juga akibat peristiwa migrasi. Pada era global ini, peristiwa migrasi mulai
mendapatkan perhatian khusus. Terlebih setelah penurunan tingkat kelahiran dan
kematian, meskipun masih berfluktuasi. Sehingga, jika masalah migran tidak atau
belum dapat dikendalikan dengan baik maka keberhasilan dalam penurunan
kematian dan pengendalian kelahiran menjadi kurang berarti dalam penanganan
jumlah dan laju pertumbuhan penduduk.
Salah satu aspek pertumbuhan penduduk yang sulit dipahami adalah
kecenderungannya untuk terus mengalami peningkatan sekalipun tingkat kelahiran
telah mengalami penurunan.
Gambar 1.
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk, 2015-2019
Jumlah penduduk Kota Tarakan selama kurun waktu beberapa tahun terakhir
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
12
1. Menurut hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kota Tarakan tahun 2019
sebanyak 270.894 jiwa, dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan
Tarakan Barat yang mencapai 35,03 persen dari total keseluruhan penduduk Kota
Tarakan. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, maka jumlah penduduk pada tahun
2019 bertambah sebanyak hampir 9 ribu jiwa.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan yang menambah serta kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.
Secara terus menerus jumlah penduduk dipengaruhi oleh jumlah bayi yang
dilahirkan, dan di saat yang bersamaan pula akan dipengaruhi oleh kematian
penduduk yang terjadi di setiap kelompok umur penduduk.
Pertumbuhan penduduk di Kota Tarakan cukup tinggi dimana selama kurun
waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan penduduk paling tinggi berada pada tahun
2015 dengan nilai pertumbuhan penduduk 3,67 persen. Tingginya pertumbuhan
penduduk Kota Tarakan secara umum disebabkan karena Tarakan menjadi sebuah
kota yang terbuka dan kota transit sehingga secara otomatis menjadi salah satu kota
yang diminati penduduk dari untuk mencari lapangan pekerjaan. Selain itu, sebagai
satu-satunya wilayah administrasi perkotaan di Provinsi Kalimantan Utara, Kota
Tarakan menjadi pusat rujukan kesehatan serta pendidikan dalam regional provinsi.
Hal itulah yang menjadikan tingginya pertumbuhan penduduk Kota Tarakan
sehingga pertumbuhan penduduk ini layak menjadi salah satu isu strategis
pembangunan daerah sebagai modal dasar pembangunan.
Keberhasilan program KB (Keluarga Berencana) merupakan buah dari usaha
pemerintah dan partisipasi seluruh penduduk untuk menyukseskan program
pengendalian penduduk. Berdasarkan proyeksi penduduk, laju pertumbuhan
penduduk Kota Tarakan menurun terus dari tahun 2015 hingga di kisaran 3,38
persen pada tahun 2018. Namun, dengan kenyataan bahwa luas wilayah yang tidak
bertambah, pertumbuhan penduduk sekecil apapun berpotensi menimbulkan
permasalahan serius di berbagai bidang urusan pemerintahan daerah.
13
2.2.2 Sebaran Penduduk
Gambar 2.
Sebaran Penduduk Kota Tarakan menurut Kecamatan, 2019
14
wilayah terkecil di Tarakan, namun ini tidak membatasi penduduk untuk tinggal di
kecamatan ini.
Tabel 1.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tarakan menurut Kecamatan, 2019
18
Persentase Penduduk dan Rasio Ketergantungan
Kota Tarakan, 2015-2019
Selama tahun 2015 sampai 2019, proporsi penduduk usia 0-14 tahun terus
mengalami penurunan hingga mencapai 28,52 persen pada tahun 2019 Perubahan
komposisi penduduk dengan semakin rendahnya proporsi penduduk 0-14 tahun
merupakan salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan pembangunan di
bidang kependudukan, khususnya dalam pengendalian penduduk. Sedangkan
proporsi penduduk usia 65+ tahun mengalami peningkatan selama 5 tahun terkahir
hingga proporsinya pada tahun 2019 menjadi sebesar 3,12 persen. Hal ini
mengindikasikan semakin baiknya kualitas kesehatan dan menurunnya tingkat
kematian.
Suatu struktur penduduk dikatakan “muda” apabila proporsi penduduk usia
di bawah 15 tahun sekitar 40 persen. Penduduk usia di bawah 15 tahun hanya
mencapai 28,84 persen. Hal ini berarti penduduk Kota Tarakan tahun 2019 berada
pada transisi dari kategori penduduk intermediate ke penduduk tua. Komposisi
tersebut tidak terlepas dari sifat kependudukan di Kota Tarakan sebagai daerah
terbuka dengan potensi pembangunan menjanjikan yang menyebabkan pengaruh
mobilitas penduduk cukup tinggi.
Rasio ketergantungan tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 46,28
persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 46,57 persen. Artinya
bahwa pada tahun 2019 setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 46-47
19
penduduk usia nonproduktif (anak-anak atau orang tua). Rasio ketergantungan
diperlukan sebagai informasi/dasar pertimbangan dalam penetuan kebijakan
ataupun kajian ekonomi dengan orientasi perbaikan kesejahteraan masyarakat dari
sektor ekonomi.
20
Pada periode tahun 2015-2019 rasio jenis kelamin kelompok umur produktif
di Kota Tarakan merupakan rasio jenis kelamin tertinggi dibandingkan dengan
kelompok umur lainnya. Pada kelompok umur muda dan kelompok umur tua nilai
rasio jenis kelamin berfluktuasi. Pada tahun 2019, rasio jenis kelamin kelompok
umur produktif di Kota Tarakan tercatat 112,26, lebih tinggi dibandingkan
kelompok umur muda yang mencapai 103,17 dan kelompok umur tua yang
mencapai 110,78.
Tabel 5.
Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan serta Rasio Jenis
Kelamin Kota Tarakan, 2019
21
keterbandingan jenis kelamin, daerah ini memiliki rasio jenis kelamin tertinggi,
yaitu sebesar 114,68. Sedangkan rasio jenis kelamin terendah tercatat berada di
Kecamatan Tarakan Tengah, yaitu sebesar 106,83.
22
Indikator Pendidikan Kota Tarakan
23
Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pembangunan sumber daya manusia suatu negara akan menentukan
karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia merupakan pelaku
aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh
masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, hal berkaitan dengan
berbagai program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk lebih
meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.
Peningkatan partisipasi pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai
peningkatan penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai.
24
25
Tabel 3.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Karakteristik
dan Kemampuan Membaca dan Menulis, 2018
26
Tabel 3.3 Persentase Penduduk Berumur 7-24 Tahun menurut Karakteristik
dan
Status Pendidikan, 2018
Tabel 3.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Formal dan Nonformal Penduduk
menurut Karakteristik dan Jenjang Pendidikan, 2018
27
2.3.2 Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur suksesnya pembangunan sumber
daya manusia (SDM) Indonesia yang madani. Hal ini dapat terwujud dengan cara
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan yang juga harus
diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat adalah dengan penyediaan fasilitas kesehatan terutama
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu karena kedua fasilitas tersebut dapat
menjangkau segala lapisan masyarakat. Pada Tahun 2018, jumlah rumah sakit di
Kota Tarakan adalah sebanyak 4 unit, Puskesmas sebanyak 7 unit dan Puskesmas
Pembantu sebanyak 1 unit. Adapun jumlah dokter sebanyak 95 orang, perawat
sebanyak 584 orang, bidan sebanyak 105 orang dan tenaga farmasi sebanyak 64
orang. Sebagai ukuran untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan, salah satu indikatornya
adalah angka harapan hidup, dimana pada tahun 2018 sebesar 73,88 tahun, dan
trend angka harapan hidup di Kota Tarakan yang selalu meningkat dari tahun ke
tahun
28
Statistik Kesehatan Kota Tarakan
29
30
2.3.3. Perlindungan Anak
Provinsi Kalimantan Utara sebagai Provinsi termuda di Indonesia telah
mencatat beberapa prestasi pembangunan namun tidak dipungkiri masih terdapat
berbagai macam permasalahan pembangunan yaitu keterbatasan lembaga
perlindungan anak karena masih rendahnya pelayanan dan perlindungan ibu dan
anak serta penyandangan masalah kesejahteraan sosial lainnya dan faktor penentu
keberhasilannya Menumbuhkembangkan lembaga perlindungan ibu dan anak serta
masalah sosial lainnya
31
Utara, APBD Provinsi Kalimantan Utara, APBN (Dana Dekonsentrasi, Tugas
Pembantuan (TP) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Kesehatan
Nasional, Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN), sumber pemerintah lainnya, swasta
dan masyarakat. Pada tahun 2018 anggaran kesehatan se-Provinsi Kalimantan Utara
tercatat sebanyak Rp.583.945.490,586 atau Rp. 930.086,47 perkapita/tahun. Jika
dibandingkan dengan penyataan WHO bahwa anggaran kesehatan yang ideal untuk
menjamin terselenggaranya program/pelayanan kesehatan esensial adalah sebesar
US$ 34/kapita atau sekitar Rp.442.000/kapita (1 US$ = Rp. 13.000), berarti
anggaran kesehatan di kabupaten/kota sudah jauh diatas patokan tentang kecukupan
anggaran kesehatan di kabupaten/kota.
Anggaran kesehatan berasal dari APBD kabupaten/kota sebanyak
Rp.501.721.410,651,- (85,92 %) dari total anggaran kesehatan se-Provinsi
Kalimantan Utara. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 mengamanatkan bahwa
anggaran untuk bidang kesehatan adalah 10% dari anggaran daerah di luar gaji. Jika
Belanja Langsung dari APBD kabupaten/kota dan Provinsi berjumlah
Rp.294.470.401.853,- dan total APBD kabupaten/kota dan provinsi tahun 2018
adalah Rp.501.721.410.651,- berarti anggaran untuk bidang kesehatan di luar gaji
sekitar 53.83%.
Laki-Laki 27.3
Perempuan 16.4
Rata-rata 15.1
33
menunjukkan bahwa penduduk perempuan di Kalimantan Utara secara umum
memiliki derajat kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
2.5.2 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Tabel 2.
Angka Kematian Ibu di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2016
36
ekonomi seseorang, maka akan semakin tinggi pula penggunaan akan pelayanan
kesehatan (United Nation Children's Fund, 2012).
40
bersangkutan, dan secara langsung juga akan berpengaruh terhadap peningkatan
angka harapan hidup.
Terbatasnya jumlah rumah sakit berpengaruh terhadap preferensi penduduk
untuk melakukan pengobatan. Berdasarkan gambar 3, penduduk paling banyak
melakukan pengobatan di puskesmas atau puskesmas pembantu. Hal ini karena
keberadaan puskesmas sudah ada di setiap desa dengan jumlah yang memadai.
Menurut profil kesehatan provinsi Kalimantan Utara 2016, jumlah puskesmas di
Provinsi Kalimantan Utara tahun 2016 berjumlah 49 buah yang terdiri dari 26
buah puskesmas rawat inap dan 23 buah puskesmas non rawat inap. Selain itu,
posisi puskemas relatif lebih terjangkau oleh masyarakat. Keterjangkauan
lokasi layanan kesehatan akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam penanganan
kesehatan penduduknya.
Gambar 3. Grafik Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat di
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara, Susenas 2016
Gambar III.10
Trend Kasus dan Rate AFP Non Polio di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2016
42
memberikan penyuluhan, bimbingan dan pendampingan pada dukun
beranak dalam perawatan tali pusat.
Pada tahun 2016 tidak terdapat kasus Tetanus Neonatorum
yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara. Tidak ada kasus kematian
akibat Tetanus Neonatorum yang terjadi pada tahun 2016
3. Campak
Campak atau nama lainnya Measles atau Rubeola merupakan
penyakit akut yang sangat menular dan dapat mendatangkan
komplikasi serius. Umumnya menyerang anak-anak, anak remaja atau
dewasa muda yang tidak terlindungi dengan imunisasi. Pencegahan
campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur
9 bulan atau lebih. Pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 236 kasus dan
tidak ada kasus kematian akibat campak, Penyebaran kasus campak
di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 20.
4 Polio
5 Hepatitis B
44
BAB III
METODOLOGI PENYUSUNAN ASIA
Metodologi Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) ini hasilnya dapat
digunakan sebagai acuan untuk penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian program-program Daerah untuk meningkatkan kualitas SDM.
a. Memperoleh data dan informasi kuantitatif dan kualitatif yang akurat dari
berbagai sumber yang tersedia di daerah menurut indikator yang relevan.
b. Menyusun interpretasi Situasi Ibu dan Anak yang berkenaan dengan resiko dan
kebutuhannya menurut kelompok sasaran, jumlah dan sebarannya.
c. Menganalisis dan menyimpulkan berbagai intervensi atau program yang ada
(telah dan sedang dilakukan) oleh dinas/instansi terkait atau oleh lintas sektor.
46
g. Anak perempuan dan remaja wanita, usia 10-19 tahun;
h. Rumah tangga, masyarakat, dan para lanjut usia (lansia).
a. Penilaian Situasi
b. Analisis Kausalitas
e. Aksi-aksi kunci
f. Pengembangan Kemitraan
48
g. Rancangan program/kegiatan
49
BAB IV
HASIL ANALISIS SITUASI IBU DAN ANAK
50
yaitu sebesar 30. Sementara AKB terendah ada pada Kota Tarakan dengan
besaran 16.
e. Pelayanan Kesehatan Warga Negara Usia 60 tahun ke atas. Capaian
indikator ini masih sangat rendah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018
capaian indikator ini sebesar 45,9%. Sedangkan pada tahun 2019
mengalami penurunan sebesar 42,4%.
Penggambaran Besarnya Permasalahan Berdasarkan permasalahan-permasalahan
tersebut diatas maka dapat ditentukan prioritas masalah situasi ibu dan anak
digambarkan dengan Tabel berikut:
Tabel 4.1 Prioritas Masalah Situasi Ibu dan Anak
No Masalah Masalah Melibatkan Masalah Urgensi Jumlah Urutan
Strategis lintas bersama nilai Peringkat
sektor
51
Masih banyak ibu melahirkan dalam
persalinan tidak ditolong oleh bidan
Kesehatan
Persentase balita menurut penolong
3 kelahiran terakhir di Kalimantan Utara 3 BPMD 5 3 14 2
yang ditangani oleh bidan, besarnya
mencapai 60,01 persen. Dokter
kandungan menempati urutan kedua
dengan 29,59 persen, dan persentase
terbesar ketiga adalah dukun
beranak/paraji yang mencapai 6,69
persen.
Keterangan:
Masalah strategis
1 = Kurang strategis
3 = Strategis
5 = Sangat strategis
Melibatkan lintas sektor yang tinggi
1 = Tidak melibatkan
3 = Melibatkan
52
5 = Sangat melibatkan
Merupakan masalah bersama
3 = Bukan masalah bersama
5 = Masalah bersama
Menunjukkan urgensi
1 = Tidak urgen
3 = Urgen
5 = Sangat Urgen
Dari tabel 4.1 di atas terilhat bahwa masalah yang paling prioritas ada 4 (empat),
yaitu :
a. Angka Kematian Ibu di Tarakan sepanjang 5 (lima) tahun terakhir tercatat
mengalami kenaikan dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2018 AKI mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 158 per 100.000 kelahiran hidup
dibandingkan pada tahun 2017 sebesar 72 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2019 AKI mengalami kenaikan 106 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan
capaian AKI tahun 2020 sebesar 42 per 100.000 kelahiran hidup.
b. Pelayanan Kesehatan Balita. Capaian indikator ini masih sangat rendah selama
tiga tahun terakhir. Masing-masing capaian per tahun indikator ini yaitu sebesar
37,4% pada tahun 2018, mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 30,5%
dan pada tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 28,1 %.
c. Masih banyak ibu melahirkan dalam persalinan tidak ditolong oleh bidan
Persentase balita menurut penolong kelahiran terakhir di Kalimantan Utara yang
ditangani oleh bidan, besarnya mencapai 60,01 persen. Dokter kandungan
menempati urutan kedua dengan 29,59 persen, dan persentase terbesar ketiga
adalah dukun beranak/paraji yang mencapai 6,69 persen.
d. AKB sepanjang tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Utara diperoleh sebesar 23.
Artinya di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2016 di antara 1000 kelahiran
hidup terdapat 23 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun. AKB tertinggi
di provinsi ini ada pada Kabupaten Bulungan, yaitu sebesar 30. Sementara AKB
terendah ada pada Kota Tarakan dengan besaran 16.
3. Pemilihan Indikator
Tabel 3.1 Penilaian Situasi Kematian Maternal Masih Tinggi
di Provinsi Kalimantan Utara
Masalah Kelompok Besarnya masalah Hak yang Indikator
kunci sasaran tidak
terpenuhi
Kematian 1.Ibu hamil Pada tahun 2018 AKI Hak akan Angka
ibu yang 2.Ibu mengalami kesehatan kematian
53
masih bersalin peningkatan dari dan ibu
tinggi 3.Ibu nifas tahun sebelumnya kesejahteraan
4.Menyusui yaitu 158 per 100.000 Indikator
5.Pasangan kelahiran hidup Angka
usia subur dibandingkan pada kematian ibu
tahun 2017 sebesar
72 per 100.000
kelahiran hidup. Pada
tahun 2019 AKI
mengalami kenaikan
106 per 100.000
kelahiran hidup
dibandingkan capaian
AKI tahun 2020
sebesar 42 per
100.000 kelahiran
hidup
54
Gambar 4.1 Analisis Kausalitas Kematian Ibu karena pendarahan, disebabkan
oleh 4 faktor yang berkontribusi langsung (penyebab Langsung) terhadap terjadinya
pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian. Keempat faktor itu adalah:
1) Faktor Genetik
Faktor Genetik yang dimaksud adalah kelainan genetik yang terjadi pada ibu
seperti adanya kelainan pada darah sehingga darah ibu tidak dapat mengalami
pembekuan darah, adanya kelainan pada sum-sum tulang belakang ibu sehingga
tidak dapat memproduksi sel-sel darah merah dengan baik.
55
Faktor kualitas petugas kesehatan rendah yang dimaksud seperti Petugas
Kesehatan terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dalam
penanganan masalah obstetri, Kemampuan Petugas Kesehatan dalam menangani
masalah kesehatan obstetri masih sangat minim, Sikap petugas kesehatan yang
tidak menyenangkan. Sedangkan secara kuantitas masih banyaknya daerah-
daerah terpencil yang jumlah penduduknya cukup banyak tetapi hanya memiliki
1 petugas kesehatan
b. Jarak antara rumah petugas kesehatan dengan fasilitas kesehatan jauh
56
peralatan penanganan komplikasi obstetri, serta tidak adanya stok darah di
fasilitas kesehatan.
b. Akses menuju fasilitas kesehatan sulit
Kondisi jalan ke fasilitas kesehatan yang sulit dilewati oleh kendaraan dan Letak
fasilitas kesehatan jauh dari lingkungan masyarakat menjadi salah satu penyebab
tidak langsung meningkatnya angka kematian ibu.
Pada Gambar 4.2 Analisis Kausalitas Kematian Bayi yang masih ditemukan
tinggi di Provinsi Kalimantan Utara, akar permasalahan dari kematian bayi terdiri
dari dua faktor yang saling mempengaruhi yaitu kurangnya partsipasi serta
pemberdayaan masyarakat dan keluarga di bidang kesehatan dan Kurangnya
perhatian pemerintah dalam memfungsikan serta memotivasi masyarakat dan
keluarga dalam bidang kesehatan.
Didasarkan laporan penyebab kematian bayi ada 3 faktor penyebab
langsung kematian bayi yang selalu ditemukan tiap tahunnya, ketiga faktor
penyebab langsung itu adalah:
1. BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah)
Penyebab Tidak Langsung dari BBLR terdiri dari 2 faktor yaitu :
57
a. Ibu Hamil Kekurangan Gizi
Ada 3 penyebab utama yang dapat menyebabkan seorang ibu hamil mengalami
kekurangan gizi yaitu :
1) Masalah ekonomi
Daya beli ibu yang kurang dan kurangnya ketersediaan pangan dipasar dapat
menjadi factor dasar masalah ekonomi yang dihadapi oleh seorang ibu hamil
yang mengalami masalah kekurangan gizi.
2) Masalah Kesehatan Ibu
Hiperemesis dan adanya parasit didalam tubuh ibu hamil dapat mempengaruhi
masalah kesehatan ibu sehingga ibu hamil mengalami kekurangan gizi.
3) Kurangnya Pengetahuan Ibu
Tingkat pendidikan menjadi faktor yang sangat mendasar seorang ibu mengalami
pengetahuan yang rendah sehingga berdampak pada keadaan kekurangan gizi
disaat hamil.
b. Gangguan Penyerapan Zat Makanan Oleh Janin
Ada dua penyebab utama gangguan penyerapan zat makanan oleh janin, yaitu:
1) Adanya kelainan gen
Masalah kelainan gen selalu diturunkan melalui DNA sel-sel di dalam tubuh
tanpa pengecualian.
2) Adanya parasit di dalam tubuh ibu hamil
Parasit yang paling sering ditemui dan menjadi penyebab masalah kesehatan
maupun kematian di Provinsi Sulawesi barat yaitu malaria. Cacingan pada ibu
hamil juga dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat makanan oleh janin.
2. ASFIKSIA
Bayi Baru Lahir (BBL) tidak bernapas secara spontan dan teratur (Asfiksia)
dikategorikan sebagai bayi dengan Asfiksia, sering dapat menyebabkan kematian
bayi, terjadi karena beberapa keadaan pada ibu selama hamil atau ketika hendak
melahirkan. Tiga hal yang menyebabkan terjadinya asfiksia, yaitu:
a. Ibu menderita hipertensi
58
Penyebab Ibu menderita hipertensi ada dua hal yaitu :
1) Pola makan selama hamil
Pola makan yang sehat dan seimbang menjadi kunci utama untuk menghindari
hipertensi pada kehamilan.
2) Penyakit bawaan
Kelainan genetik dapat menyebabkan seorang ibu juga mengalami hipertensi
pada kehamilan
b. Anemia Pada Ibu Hamil
1) Pola makan selama hamil
Pola makan yang sehat dan seimbang menjadi kunci utama untuk
menghindari anemia pada kehamilan.
2) Penyakit bawaan
Kelainan genetik dapat menyebabkan seorang ibu juga mengalami
anemia pada kehamilan.
c. Partus Lama
3) Kelainan
Kelainan letak janin, kelainan panggul dan kelainan congenital mempengaruhi
terjadinya partus lama dan menyebabkan terjadinya kematian pada bayi.
4) Ibu belum siap menghadapi persalinan
Beberapa hal yang menyebabkan seorang ibu belum siap menghadapi persalinan,
yaitu: Ibu 4T (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Sering, Terlalu Dekat),
Pimpinan Partus yang salah, ibu memikirkan biaya persalinan, ibu tidak
didampingi oleh suami atau keluarga.
3. Penyakit infeksi berbasis lingkungan.
Diare, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) merupakan beberapa penyakit infeksi
berbasis lingkungan yang prevalensi kesakitannya masih sangat tinggi, apabila
menginfeksi bayi dan bayi yang terinfeksi tidak ditangani dengan baik maka
59
dapat mengakibatkan kematian. Penyebab penyakit infeksi pada bayi ini antara
lain :
a. Water Source Disease
Water Source Disease atau penyakit-penyakit yang timbul akibat sumber air yang
digunakan oleh rumah tangga. Kelangkaannya air yang memenuhi syarat-syarat
agar dapat digunakan oleh masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor sumber
mata air yang tercemar dan terjadinya kekeringan yang menyebabkan kelangkaan
sumber mata air.
b. Higiene Bumil
1) Cakupan Jamban Masih Rendah
Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya memiliki jamban dan
membuang kotoran di jamban menjadi faktor yang cukup mempengaruhi
terjadinya water source disease apalagi jika pemerintah kurang peduli terhadap
permasalahan jamban yang terjadi di masyarakat.
2) Tingkat Pendidikan Ibu Rendah
Pengetahuan seorang ibu sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Bias
gender yang terjadi dimasyarakat dapat menjadi pemicu utama rendahnya tingkat
pendidikan seorang ibu.
3) Pendapatan keluarga rendah
Pekerjaan seorang kepala keluarga dan jumlah tanggungan atau jumlah keluarga
yang harus ditanggung juga mempengaruhi pendapatan keluarga yang rendah.
c. Penyakit IMS Pada Bumil
TORCH, STREPTOKOKUS GRUP B, TBC, HERPES SIMPLEX, HEPATITIS
B/C, HIV/AIDS merupakan faktor terbanyak yang menyebabkan seorang ibu
hamil menderita IMS. Bila hal ini terjadi dan tidak segera disembuhkan maka
kematian bayi dapat terjadi.
60
4.3 Analisis Pola Peran
Tabel 4.4 Pola Peran antara Pengemban Tugas terhadap Pemegang Hak
(Klaim) Untuk Masalah Belum Terpenuhinya Hak Ibu, Bayi dan Balita Atas
Kesehatan dan Kesejahteraan
Pemegang
Klaim
Ibu, Bayi dan Keluarga dan Poskesd RSUD
Balita Masyarakat es/ Puskesmas
Pengemban Bidan
Tugas Desa
Memperhatikan Melibatkan
bayi dari dalam keluarga dan Selalu Selalu control
IBU kontrol kehamilan Siap dirujuk
kandungan masyarakat
sampai lahir kehamilan
Menjamin Berpartisipasi
ORANG TUA SIAGA ke
kebutuhan gizi dalam pelayanan
(BAPAK) Suami Siaga Puskesmas SIAGA ke RSUD
dan kesehatan kebidanan dan
keluarga SIAGA
Memotivasi dan
ORGANISASI Mengfasilitasi Bermitra Mempermudah
kegiatan ibu- ibu mengfungsikan Bermitra dengan akses terhadap
MASYARAKAT
keluarga daan dengan bidan Puskes pelayanan
desa RSUD
masyarakat
Melakukan Memberikan
PETUGAS Mendampingi
Memberikan Pembinaan dan pembinaan ke pelayanan Ibu dalam
KESEHATAN desa dan kesehatan di
pelayanan pemberdayaan pelayanan
daerah- daerah Puskesmas rujukan
terpencil
Membantu
Mengfasilitasi
ibu-ibu dalam Menetapkan ibu sebagai Integrasi puskesmas
PEMERINTAH mempermudah
kegiatan PKK prioritas pembangunan dalam dalam
DESA system rujukan
desa pembanguna pembangunan
n kesehatan kesehatan desa
desa
61
Mendorong Mengembangkan
PEMPROV Menetapkan ibu Mengfungsikan dan
sebagai prioritas memotifasi Menetapkan Alokasi RSU Regional
(BAPPEDA/ dan
pembangunan keluarga dan anggaran yang sebagai
DINKES) meningkatkan
masyarakat pro ibu dan pusat
fungsi anak rujukan dari
poskesdes seluruh
Mendorong daerah
Menetapkan ibu Mengfungsikan dan
sebagai prioritas memotifasi Alokasi
DPRD
PROVINSI pembangunan keluarga dan anggaran yang
PROVINSI masyarakat pro ibu dan
anak
Catatan :
Pola peran antara pengemban tugas terhadap pemegang hak untuk masalah kematian
ibu, bayi dan balita dijadikan satu, dibuat satu matriks. Satu alasan yang penting
adalah jika perhatian telah dilakukan terhadap ibu, dalam hal ini ibu hamil, secara
otomatis perhatian telah ditujukan pula pada bayi dalam kandungan sampai bayi
tersebut dilahirkan dan hidup sampai batas usia 1 tahun.
Dari Tabel 4.4 di atas, yang termasuk pemegang hak (klaim) yaitu komponen yang
harus dipenuhi haknya dalam masalah terpenuhinya kesehatan dan kesejahteraan
adalah:
1. Ibu, bayi dan balita
2. Keluarga dan masyarakat
3. Poskesdes/Polindesa/Bidan Desa
4. Puskesmas
5. Rumah Sakit
Sementara dari komponen pengemban tugas yaitu komponen yang harus
bertanggungjawab dalam masalah terpenuhinya kesehatan dan kesejahteraan adalah
1. Ibu ( sebagai Ibu Rumah Tangga)
2. Orang Tua ( sebagai kepala Keluarga)
3. Organisasi Masyarakat
4. Petugas Kesehatan sebagai provider (Pemberi pelayanan kesehatan)
62
5. Pemerintahan Desa/Kelurahan
6. Pemerintahan Kabupaten diantaranya Bappeda dan Dinas Kesehatan
Kabupaten
7. Pemerintahan Provinsi diantaranya Bappeda dan Dinas Kesehatan Provinsi
8. DPRD Provinsi.
63
Tabel 4.5
Analisis Kesenjangan Kapasitas Ibu, Bayi dan Balita Sebagai Pemegang Hak dalam rangka Menuntut Hak-
haknya Kepada Pengemban Tugas dalam Kaitannya dengan Hak Ibu, Bayi dan Balita Atas Kesehatan dan
Kesejahteraan
Pengemban
Pemerintah PEMKAB PEMPRO DPR
Tugas Orang Tua
Ibu ORMAS Kesehatan Desa (BAPPED V D
(bapak)
(PEMDES) A/ (BAPPED PROVIN
Kapasitas
DINKES) A/ SI
TANGGUNG Ibu tidak Ibu tidak Ibu tidak tahu Ibu tidak Ibu tidak DINKES)
Ibu tidak PROVIN
Ibu tidak
JAWAB mempunyai tahu bahwa bahwa ada digayomi oleh tahu bahwa tahu bahwa tahu bahwa
WEWENANG kemampuan ada orang- pelayanan pemerintah ia bersama ia bersama ia bersama
membuat orang yang kesehatan desa/kel, tidak ibu-ibu ibu-ibu ibu-ibu yang
SUMBERDAY keputusan peduli gratis, ibu tidak diikutkan yang lain yang lain lain masuk
A dan tidak terhadapnya dapat dalam masuk masuk dalam target
punya berkomunikasi kegiatan desa dalam dalam pelayanan
kemampuan dengan orang- terutama yang target target kesehatan
membagi orang kesehatan berhubungan pelayanan pelayanan ibu dan anak
tugas dengan baik dan dengan kesehatan kesehatan
benar tentang
merawat bayi Kesehatan Ibu ibu dan ibu dan
kehamilan dan
dan anak dan Anak anak anak
merawat bayi
kepada
bapak
64
Analisis Kesenjangan Kapasitas Pengemban Tugas
Kesenjangan Kapasitas Ibu sebagai Pengemban Tugas terhadap Pemegang Hak (Klaim) dalam Masalah Terpenuhinya Hak Ibu, Bayi
dan Balita Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
PEMEGANG
HAK
Ibu, bayi dan Poskesdes/polindes/bidan
balita Keluarga dan masyarakat desa Puskesmas RSUD
KAPASITAS
TANGGUNG Ibu kurang mampu melaksanakan Ibu tidak mengantar bayi Ibu tidak selalu ke Puskesmas Ibu tidak siap di
JAWAB tugas sebagai ibu rumah tangga untuk memeriksakan diri dan periksa dan
bayinya dirawat di RSUD
WEWENANG
Ibu kadang melaksanakan kegiatan Ibu tidak terlibat dalam Ibu tidak mampu menindak
lanjuti arahan-arahan
Puskesmas
KOMUNIKASI
Balita
65
4.5 Tindakan/Aksi Kunci
Untuk mengimplementasikan aksi-aksi kunci perlu dilakukan analisis pengembangan kemitraan yang bertujuan
untuk mengembangkan kapasitas dan sumberdaya diluar pemerintah. Untuk menganalisis pengembangan kemitraan
perlu dilakukan identifikasi mitra potensial dan strategi pengembangan untuk dapat mengetahui apa yang mereka
dapat lakukan dan apa saja yang mereka butuhkan dalam mengatasi masalah ibu dan anak.
Pemetaan pemangku kepentingan
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan pemetaan pemangku kepentingan, yang dimaksudkan untuk
memetakan pemangku kepentingan yang dapat menjadi mitra potensial
Pemetaan Pemangku Kepentingan Hak Atas Kesehatan dan Kesejahteraan
(Ibu, Bayi dan Balita)
Kurang/tidak - Masyarakat sekitar - Ibu hamil, Ibu bersalin, ibu nifas dan ibu
ada/tidak menyusui
diketahui - Keluaga
- Petugas Kesehatan
Berdasarkan (Bidan, Gizi,
Pengaruh Perawat dan - DPRD PROVINSI
dokter) - Bupati,
Besar atau bahkan
- Kadis Kesehatan,
sangat besar - ORMAS
- Kades, dan Ka.lingkungan
- Kader
- Para pelaksana
lapangan non
medik
66
4.6. Identifikasi dan Analisis Potensi Kemitraan
Strategi Pengemban Kemitraan
Berdasarkan matriks pemetaan pemangku kepentingan di atas, maka selanjutnya dirumuskan strategi pengembangan
kemitraan seperti yang terlihat pada tabel berikut untuk Hak Kesehatan dan Kesejahteraan Ibu, Bayi dan Balita
Pengembangan Kemitraan Atas Hak Kesehatan dan Kesejahteraan
Ibu, Bayi dan Balita
Mitra Potensial Apa Yang Dapat Mereka Lakukan Apa Yang Mereka Butuhkan Strategi Pengembangan
Kemitraan Yang Perlu Dilakukan
A. Janin dan bayi Hidup dalam lingkungan yang aman, Tumbuh-kembang yang Menciptakan hubungan yang baik
sehat dan gizi yang terpenuhi normal
B. Ibu hamil, Ibu bersalin, ibu Aktif dalam Kegiatan Kesehatan Perhatian dan Perlindungan Dimotifasi dan difungsikan dalam
nifas dan ibu menyusui, akan Kesehatan Ibu, bayi dan berbagai kegiatan KIA
Keluarga dan masyarakat balita
sekitar
C. Petugas Kesehatan (Bidan, - Memberikan pelayanan - Sarana-prasarana Menjalin kemitraan,
Gizi, Perawat dan dokter), kesehatan ibu dan anak pelayanan kesehatan - Bidan-dukun
ORMAS, Kader - memberikan informasi secara ibu dan anak - Bidan –bidan
Para pelaksana lapangan akurat mengenai pentingnya gizi - Melibatkan dalam - Tim Kerja KIA
non medic dan KIA pengumpulan informasi - ORMAS
dan data yang akurat. - Pelaksana non medic lainnya
- Pengembangan Skill Kerja sama Triparti ORMAS Lokal,
dan Pengetahuan Kelompok Masyakarakt dan
Provider Kesehatan
D. DPRD PROVINSI, Bupati, - Memantau kebijakan mengenai - Dukungan semua pihak - Berkoordinasi dengan
Kadis Kesehatan, Perbub pelayanan kesehatan - Dukungan semua pihak pemerintah kabupaten
Kades, dan Ka.lingkungan gratis bagi masyarakat miskin dan dan dana untuk - Koordinasi dan komunikasi
menganggarkan dana sosialisasi menu sosialisasi yang baik dengan semua unsur
makanan bergizi dan pola hidup sehat masyarakat
Mensosialisasikan mengenai pelayanan
kesehatan gratis bagi masyarakat miskin dan
mensurvei jumlah anak kurang gizi
-
67
Pohon Tujuan
Dari berbagai tahapan analisis di atas maka langkah selanjutnya adalah membuat pohon tujuan yang menunjukkan
hirarki hasil.
Adapun pohon tujuan dari 3 (tiga) pohon masalah yang dirumuskan sebelumnya, dapat dilihat pada Gambar
4.3 dan 4.4.
Gb.4.3 Pohon Tujuan Mencegah Kematian Ibu Karena Pendarahan
68
Gb.4.4 Pohon Tujuan Masalah Kematian Bayi
Berdasarkan kegiatan dan program yang teridentifikasi pada pohon tujuan di atas, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun perencanaan program dengan mengacu pada Renja SKPD Kesehatan. Adapun perencanaan program dari
pohon tujuan (gambar 4.3 dan 4.4) dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut ini.
69
Logframe Hak Atas Kesehatan dan Kesejahateraan Ibu, Bayi dan Balita
Tujuan 1 Presentase
Laporan Rutin Dinas
Menurunkan kematian Ibu karena kematian ibu
Kematian Kesehatan
Pendarahan karena pendarahan
turun
Presentase Desa
Output 1.1
mempunyai alat Laporan
Ibu tidak memiliki salah satu faktor BKKBN
transport rujukan Kegiatan BKKBN
4T
desa
Aktifitas
- Penyuluhan/kampanye 4T
- Penyuluhan/kampanye
menggunakan alat kontrasepsi
jangka panjang (spiral)
- Penyuluhan/kampanye faktor
resiko di usia matang
Output 1.2
Ibu dan keluarga cepat mengambil
Presentase Ibu
keputusan Laporan Rutin Dinas
hamil dengan
KIA Kesehatan
amanah persalinan
70
Aktifitas
1.2.1. Penyuluhan/
Sosialisasi gerustamaan
gender
1.2.2. Penyuluhan/
sosialisasi kepada semua
lapisan masyarakat
tentang kesehatan ibu Presentase
Output 1.3. Laporan rutin DInas
kematian dengan
Ibu Sehat KIA Kesehatan
retensio plasenta
Aktifitas
1.3.1. Pemeriksaan secara berkala
bagi ibu hamil dari keluarga
tidak mampu
1.3.2. Antenatal care
Output 2.1
Laporan Dinas Dinas
Kualitas dan kuantitas petugas
Kesehatan Kesehatan
kesehatan baik
Aktifitas
2.1.1 Berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan
petugas kesehatan
2.1.2 Menempatkan petugas
kesehatan sesuai dengan
latar belakang pendidikannya
Output 1.4
Dinas PU,
Jarak antara tempat tinggal
Laporan Desa Perangkat
petugas kesehatan dan fasilitas
Desa
kesehatan dekat
71
Aktifitas
1.4.1 Mengadakan perumahan
dinas bagi bidan desa
ditempat tugasnya
72
1.1.1 Mensosialisasikan kelas ibu
hamil
1.1.2 Pelatihan penggunaan buku
KIA bagi kader
1.1.3 Memberikan makanan
tambahan bagi ibu hamil
1.1.4 Pemeriksaan ibu hamil secara
berkala
Output 2.2
Menurunnya angka gangguan Dinas
Laporan KIA
penyerapan zat makanan oleh Kesehatan
janin
Aktifitas
3.2.1 Sosialisasi penggunaan
kelambu
3.2.2 Sosialisasi Perilaku hidup
bersih dan sehat
Output 2.3
Hipertensi dan anemia ibu hamil Dinas
Laporan KIA
Kesehatan
menurun
Aktifitas
2.3.1 Mensosialisasikan makan
makanan yang sehat dan
seimbang
Output 2.4 Dinas
Laporan KIA
Partus cepat Kesehatan
Aktifitas
73
2.4.1 Meningkatkan kapasitas
petugas kesehatan.
2.4.2 Mensosialisasikan program
pencegahan 4T
2.4.3 Mensosialisasikan program
suami dan keluarga siaga
Output 2.5
Laporan Dinas Dinas
Kesehatan Kesehatan
disease
Aktifitas
2.5.1 Mensosialisasikan hidup
bersih dan sehat
Output 2.6
Meningkatnya hygiene ibu hamil Laporan Dinas
Promkes Kesehatan
74
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Secara umum, berbagai permasalahan pada kelompok rentan yang
menyangkut ibu dan anak, apabila dianalisis, dapat membentuk sebuah kerangka
pemikiran melalui penyiapan data dan informasi yang akurat. Beberapa permasalahan
ibu dan anak di kota Tarakan antara lain yaitu:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. Persentase capaian indicator ini Pada tahun 2018
capaian pelayanan kesehatan ibu hamil sebesar 79,98% dan mengalami kenaikan
pada tahun 2019 yaitu sebesar 83,2. Pada tahun 2020 indikator ini mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya dengan capaian 92,40%.
b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin. Penurunan capaian indicator ini terjadi pada
tahun 2018 yaitu sebesar 84,6% dibanding capaian pada tahun 2019 dengan
Persentase sebesar 89,9%. Sedangkan Capaian 2020 mengalami peningkatan
97,21% .
c. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir. Tren capaian indicator ini mengalami
kenaikan pada tahun 2018 100,4% dan tahun 2019 mengalami penurunan dengan
capaian sebesar 96,4% pada tahun 2020 sebesar 97,9%.
d. Pelayanan Kesehatan Balita. Capaian indikator ini masih sangat rendah selama
tiga tahun terakhir. Masing-masing capaian per tahun indikator ini yaitu sebesar
37,4% pada tahun 2018, mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 30,5%
dan pada tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 28,1 % .
Rendahnya capaian ini disebabkan oleh beberapa hal diantara nya yaitu tidak
semua balita mendapat Vitamin A d an dilakukan SDIDTK sebanyak dua kali,
penimbangan rutin seti ap bulan tidak dilaksanakan, dan balita yang ditimbang
setiap bulan tidak semuanya mengalami kenaikan berat badan.
e. Pelayanan Kesehatan Warga Negara Usia 60 tahun ke atas. Capaian indikator ini
masih sangat rendah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 capaian indikator ini
75
sebesar 45,9%. Sedangkan pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar
42,4%.1) Pada tahun 2019 AKI mengalami kenaikan 106 per 100.000 kelahiran
hidup dibandingkan capaian AKI tahun 2020 sebesar 42 per 100.000 kelahiran
hidupTahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 21,5% hal ini
disebabkan karna pada maret 2020 terjadi pandemic covid 19 bukan hanya terjadi
di Indonesia tapi seluruh dunia.
5.2 Saran
Berdasarkan data yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat
diimplementasikan oleh pemerintah setempat untuk meningkatkan kesehatan
penduduk, antara lain :
a. Distribusi tenaga kesehatan yang belum merata dan mencukupi baik dalam
jumlah maupun jenis tenaga terutama dokter spesialis, dokter umum, dokter
gigi, dan tenaga Kesehatan lainnya. Selain itu, kompetensi tenaga Kesehatan
yang juga perlu ditingkatkan sehingga sesuai dengan standard keahlian yang
harus dimiliki.
b. Memperluas cakupan antenatal care di Provinsi Kalimantan Utara,
terutama di kunjungan keempat (K4).
c. Mengembangkan dan memperluas program Dokter Terbang di provinsi
Kalimantan Utara agar bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas disertai
dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medis.
76
DAFTAR PUSTAKA
Profil Kesehatan Indonesia 2020 Kemkes.Go.Id, 2022, diakses 21 mei 2022 dari
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf. Accessed 29 May 2022
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2019. Retrieved 29 May 2022,
from http://dinkes.tarakankota.go.id/wp-content/uploads/2022/03/RENSTRA-
DINKES-2019-2024.pdf
77
Badan Pusat Statistik. (2018). Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan
Utara 2018. Kalimantan Utara: BPS
Danasari, L. S., & Wibowo, A. (2017). Analisis Angka Harapan Hidup di Jawa
Timur Tahun 2015. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 6(1), 17-25.
Herti Maryani dan Lusi Kristiana. 2018. Pemodelan Angka Harapan Hidup (Ahh)
Laki-Laki Dan Perempuan Di Indonesia Tahun 2016. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. Vol 21 No 2. 2018.
78