Anda di halaman 1dari 35

“KONSEP KESEHATAN DAN KEBUTUHAN NUTRISI MASYARAKAT

DAERAH PESISIR DAN HUTAN TROPIS”

2.1 Karakteristik Penduduk Pesisir dan Hutan Tropis

1. Karakteristik penduduk pesisir

Karakteristik Masyarakat Pesisir memiliki ciri yang khas. Masyarakat pesisir


adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir
membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan
ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir (Satria, 2004). Tentu
masyarakat pesisir tidak saja nelayan, melainkan juga pembudidaya ikan, pengolah
ikan bahkan pedagang ikan.

Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat


agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat
dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang
mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka
inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya
didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan
penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol.

Ciri Khas Wilayah Pesisir

Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya
yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada
wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang
alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan
beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah
pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya sering memiliki sifat
terbuka (open access).
Kondisi tersebut berbeda dengan sifat kepemilikan bersama (common property)
seperti yang terdapat di beberapa wilayah di Indonesia seperti Ambon dengan
kelembagaan Sasi, NTB dengan kelembagaan tradisional Awig-Awig dan Sangihe,
Talaud dengan kelembagaan Maneeh yang pengelolaan sumberdayanya diatur secara
komunal. Dengan karakteristik open access tersebut,  kepemilikan tidak diatur, setiap
orang bebas memanfaatkan sehingga dalam pembangunan wilayah dan pemanfaatan
sumberdaya sering menimbulkan konflik kepentingan pemanfaatan ruang dan
sumberdaya serta peluang terjadinya degradasi lingkungan dan problem eksternalitas
lebih besar karena terbatasnya pengaturan pengelolaan sumberdaya.

Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir 

Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata


pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based),
seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Tingkat
pendidikan penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah. Kondisi lingkungan
pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik
dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada
dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap
sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat. 

Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir adalah sebagai berikut:

1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Contohnya seperti usaha perikanan


tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang
memang dominan dilakukan. 
2. Sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasar. 
3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh
pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan
masyarakat relatif homogen dan maasing-masing individu merasa mempunyai
kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan
mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama. 

4. Sebagian besar masyarakan pesisir bekerja sebagai Nelayan. Nelayan adalah


perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya
atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.

2. Karakteristik penduduk hutan tropis


Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah
bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembap, yang dapat ditemui di wilayah
sekitar khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan
garis khatulistiwa. Maka dari itu, disebut Hutan Hujan Tropis. ungsi hutan sebagai
paru-paru dunia itu sebab di dalam hutan memiliki banyak tumbuhan dan tanaman
yang mampu menyerap karbondioksida (CO2).

 Ciri-Ciri Hutan Hujan Tropis

1. Banyak Pohon Tinggi dan Berdaun Lebat


2. Kelembapan Udara Tinggi
3. 3. Vegetasi Tanaman Berlapis
4. 4. Sinar Matahari Sangat Sulit Menjangkau Dasar Hutan
5. Mempunyai Daya Regenerasi Tinggi

2.2 Permasalahan Kesehatan Didaerah Pesisir dan Hutan Tropis

Masalah kesehatan didaerah pesisir


Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dilakukan
melalui 8 kegiatan lintas Kementerian/Lembaga yang tertuang dalam Kepres
No.X/2011.
Sementara itu, upaya yang dilakukan di bidang kesehatan adalah meningkatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya bagi masyarakat nelayan.
Kegiatan Puskesmas diarahkan pada upaya-upaya kesehatan promotif-preventif
dengan focal point keselamatan kerja dan disertai berbagai upaya lain yang
mencakup: Perbaikan gizi; Perbaikan sanitasi dasar dan penyediaan air bersih;
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Penanggulangan penyakit menular dan
tidak menular, dan Pemberdayaan masyarakat.

“Upaya di bidang kesehatan mempunyai sasaran di 816 Pangkalan Pendaratan


Ikan (PPI), dimana pada tahun 2012 baru menjangkau 500 PPI”, kata Menkes.

Lebih lanjut Menkes mengatakan, Kemenkes memiliki beasiswa untuk


mendukung pendidikan, khususnya di bidang kesehatan sebesar 3 Milyar rupiah
(2011) dan meningkat menjadi 9 Milyar rupiah (2012). Menkes sangat mengharapkan
tenaga-tenaga kesehatan yang berasal dari masyarakat nelayan yang akan lebih peduli
di terhadap masalah kesehatan di lingkungan sekitarnya.

“Kalau dari masyarakat nelayan ada yang ingin meneruskan pendidikan dalam
bidang kesehatan apakah itu SMK Kesehatan, perawat, bisdan, dokter, bisa mendapat
bagian dari beasiswa ini. Silahkan daftarkan kepada Dinas Kesehatan. Kita
mengharapkan dari masyarakat nelayan nanti ada perawat, bidan, dokter, mungkin
dokter spesialis yang lebih peduli kepada masalah kesehatan di daerah ini”, kata
Menkes.

Pada kesempatan tersebut, Menkes menyampaikan apresiasi kepada Bosowa


Corporindo yang telah merencanakan untuk melaksanakan kegiatan CSR, terkait
perbaikan higiene-sanitasi serta penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
di masyarakat.

Masalah kesehatan dihutan teropis


Penyakit tropika mempengaruhi setengah milyar orang dan mematikan sekitar
20 juta orang setiap tahunnya. Sebagian besar penyakit ini mempengaruhi penduduk
yang tinggal di hutan dan keberadaan penyakit ini seringkali dipengaruhi oleh
deforestasi,kegiatan pertambangan, pembangunan bendungan, dan kegiatan lainnya.
Malaria, yang disebarkan oleh nyamuk, merupakan pembunuh utama di negara-
negara tropis. Pernah pada satu saat sekitar 500 juta orang menderita penyakit
malaria, 70 persen dari kasus tersebut terjadi di Afrika. Keterkaitan antara penyakit
dan hutan merupakan hubungan yang rumit. Di Nepal dan Panama, pembabatan hutan
memungkinkan populasi manusia untuk menempati daerah yang sebelumnya tidak
mungkin ditinggali karena malaria. Namun demikian, eksploitasi hutan juga dapat
menyebabkan peningkatan penyakit malaria, terutama saat kegiatan penebangan kayu
menimbulkan genangan-genangan air tempat nyamuk berkembang biak.
HIV/AIDS merupakan penyakit yang bersumber dari hutan, dalam arti bahwa
virus yang berpindah dari simpanse ke manusia di Afrika Tengah. Karena ditularkan
melalui kontak seksual, HIV/AIDS tidak mengenal batas geografis. Penyakit ini telah
mematikan lebih dari 25 juta orang, terutama di Afrika, dan telah menghancurkan
ekonomi berbagai negara di Sub-Sahara. Kemiskinan, imigrasi, prostitusi, perkosaan
sebagai perangkat perang, dan faktor lain merupakan penyebab utama penyebaran
HIV/AIDS. Di wilayah hutan, pembangunan jalan bagi kegiatan penebangan kayu
dan pertambangan merupakan “perangkat” penyebar penyakit ini ke tempat-tempat
terpencil.
Sejumlah penyakit terkait secara erat dengan penurunan kualitas ekologi dan
hilangnya hutan (Lihat Tabel 1). Di Afrika, penyakit tersebut antara lain adalah
Ebola, demam kuning, dan kebutaan yang disebabkan di luar hutan menularkan
penyakit kepada penduduk yang tinggal di dalam hutan yang memiliki ketahanan
yang rendah, atau bahkan tidak memiliki ketahanan sama sekali, terhadap penyakit
tersebut.
Sebaliknya, para pendatang dapat terjangkit penyakit yang bersumber dari hutan
untuk pertama kalinya. Hal ini menyebabkan peningkatan resiko kesehatan bagi
kedua populasi tersebut. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pada saat hutan ditebang
untuk pertanian dan peternakan, kesehatan penduduk yang hidup di hutan pada
umumnya mengalami gangguan, setidaknya dalam jangka pendek.
Hutan dan obat-obatan
Sebuah survei terhadap 150 jenis obat beresep yang umum digunakan di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa 57 persen mengandung sedikitnya satu
senyawa aktif yang didapat dari alam. Sebagian besar di antaranya didapat dari hutan
tropis, antara lain adalah senyawa kontrasepsi, pengendur otot, senyawa anti bakteri,
aprodisiak, dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gagal jantung, malaria,
kanker, dan penyakit lainnya.Penduduk asli di hutan tropis memiliki pengetahuan
yang luar biasa tentang tumbuhan obat-obatan, dan di sejumlah besar wilayah
penyembuh tradisional merupakan penyedia jasa pelayanan kesehatan yang utama.
Bukti kemampuan pengobatan tradisional makin berkembang, dan tumbuhan obat-
obatan dari wilayah tropis kini digunakan di seluruh dunia.Permintaan tumbuhan
obat-obatan yang terus meningkat ini menyebabkan sekitar setengah dari 20.000 jenis
tumbuhan yang digunakan terancam punah. Contohnya, populasi tumbuhan Prunus
africana yang kulit kayunya digunakan untuk mengobati masalah prostat, turun secara
dramatis di Kamerun.
Cerita serupa terjadi pula pada berbagai jenis tumbuhan yang lain.Ada sejumlah
besar kontroversi mengenai Bagaimana memperbaiki kesehatan masyarakat yang
hidup di hutan?Para praktisi pelayanan kesehatan dapat belajar lebih banyak tentang
kebutuhan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di hutan dan memperluas
pelayanan kesehatan ke dalam wilayah hutan. Para ahli ini dapat memberikan saran
mengenai kebersihan dan pola makan, dan mendorong mereka untuk mengurangi
konsumsi ikan dari sungai yang terkontaminasi oleh merkuri dan bahan pencemar
lainnya.
Para ahli juga dapat menyediakan informasi untuk menghindari bahaya HIV/AIDS
dan informasi mengenai potensi bahaya yang ditimbulkan melalui kontak antara
hidupan liar dan manusia.
Sistem kesehatan tradisional yang dipraktekkan oleh penyembuh tradisional
dapat digunakan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat bila para penyembuh
tradisional dan profesional kesehatan bersama-sama menggabungkan sistem
pelayanan kesehatan tradisional dan modern. Kesehatan dan lingkungan yang
harmonis Sebuah program baru di Kalimantan Barat mengintegrasikan layanan
kesehatan masyarakat dan perlindungan terhadap lingkungan ke dalam tujuannya.
Masalah lingkungan seperti deforestasi sangat berkaitan dengan meningkatnya
banyak penyakit, seperti demam berdarah dan malaria, namun sedikit program
kesehatan yang memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan.

2.3 Kebutuhan Nutrisi Untuk Masyarakat Daerah Pesisir dan Hutan Tropis
Kebutuhan nutrisi untuk masyarakat pesisir

Kelompok nelayan di Tanah Air perlu mendapatkan perhatian khusus dalam


upaya pembangunan kesehatan 2010-2014. Data BPS tahun 2011 menunjukkan
bahwa di Indonesia terdapat sekitar 8.090 desa pesisir yang tersebar di 300
kabupaten/kota pesisir. Dari 234,2 juta jiwa penduduk Indonesia, ada 67,87 juta jiwa
yang bekerja di sektor informal, dan sekitar 30% diantaranya adalah nelayan. Data
lainnya, 31 juta penduduk miskin di Indonesia, sekitar 7,87 juta jiwa (25,14%) di
antaranya adalah nelayan dan masyarakat pesisir.

Demikian pernyataan Menteri Kesehatan, RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH,
saat meluncurkan program Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Pesisir atau Green
Urban Living, serta kegiatan “Berlari untuk Berbagi” di Desa Untia, Kecamatan
Biringkanaya, Makassar (23/2). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Gubernur Sulawesi

Selatan, Syahrul Yasin Limpo; Direktur Bosowa Foundation, Melinda Aksa; Direktur
Utama PT Semen Bosowa, Subhan Aksa; dan penggagas Komunitas Berlari untuk
Berbagi, Sandiaga Uno.

“Nelayan adalah kelompok masyarakat yang rawan kemiskinan dikarenakan


pekerjaannya pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan musim,
sehingga dalam setahun rata-rata nelayan hanya dapat melaut dalam 172 hari”, ujar
Menkes.

Menurut Menkes, risiko kesehatan selalu mengikuti setiap gerak nelayan dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengutip data hasil penelitian Kementerian
Kesehatan (2006) mengenai penyakit dan kecelakaan yang terjadi pada nelayan dan
penyelam tradisional, menyebutkan bahwa sejumlah nelayan di Pulau Bungin, Nusa
Tenggara Barat menderita nyeri persendian (57,5%) dan gangguan pendengaran
ringan sampai ketulian (11,3%). Sedangkan, nelayan di Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta, mengalami kasus barotrauma (41,37%) dan kelainan dekompresi (6,91%).

Menkes menjelaskan, upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat nelayan dilakukan melalui 8 kegiatan lintas Kementerian/Lembaga yang
tertuang dalam Kepres No.X/2011. Sementara itu, upaya yang dilakukan di bidang
kesehatan adalah meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya
bagi masyarakat nelayan. Kegiatan Puskesmas diarahkan pada upaya-upaya
kesehatan promotif-preventif dengan focal point keselamatan kerja dan disertai
berbagai upaya lain yang mencakup: Perbaikan gizi; Perbaikan sanitasi dasar dan
penyediaan air bersih; Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Penanggulangan
penyakit menular dan tidak menular, dan Pemberdayaan masyarakat.

“Upaya di bidang kesehatan mempunyai sasaran di 816 Pangkalan Pendaratan


Ikan (PPI), dimana pada tahun 2012 baru menjangkau 500 PPI”, kata Menkes.

Lebih lanjut Menkes mengatakan, Kemenkes memiliki beasiswa untuk


mendukung pendidikan, khususnya di bidang kesehatan sebesar 3 Milyar rupiah
(2011) dan meningkat menjadi 9 Milyar rupiah (2012). Menkes sangat mengharapkan
tenaga-tenaga kesehatan yang berasal dari masyarakat nelayan yang akan lebih peduli
di terhadap masalah kesehatan di lingkungan sekitarnya.
“Kalau dari masyarakat nelayan ada yang ingin meneruskan pendidikan dalam
bidang kesehatan apakah itu SMK Kesehatan, perawat, bisdan, dokter, bisa mendapat
bagian dari beasiswa ini. Silahkan daftarkan kepada Dinas Kesehatan. Kita
mengharapkan dari masyarakat nelayan nanti ada perawat, bidan, dokter, mungkin
dokter spesialis yang lebih peduli kepada masalah kesehatan di daerah ini”, kata
Menkes.

Pada kesempatan tersebut, Menkes menyampaikan apresiasi kepada Bosowa


Corporindo yang telah merencanakan untuk melaksanakan kegiatan CSR, terkait
perbaikan higiene-sanitasi serta penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
di masyarakat.

Kebutuhan nutrisi untuk hutan tropis


Bentang-nutrisi secara sengaja mencari bentuk diet sehat dari keseluruhan
perspektif bentang alam. Di masa lalu, fokus CIFOR terutama pada penelitian hutan
“rimba”, sementara fokus ICRAF khusus pada pepohonan dan bentang alam budi
daya. Bentang-nutrisi menyatukan dan lebih jauh mengembangkan pengetahuan
bagaimana bentang alam liar dan budi daya berjalan beriringan serta lebih terintegrasi
dalam menyediakan diet sehat dan berkelanjutan.
Penelitian kami juga memiliki fokus khusus pada pohon asli dan belum
dioptimalkan, serta pangan hutan yang seringkali terabaikan meski berperan penting
dalam diet masyarakat.

Terlebih lagi, pendekatan holistik alam Bentang-nutrisi pada penelitian nutrisi


mengakui bahwa banyak keluarga desa merupakan konsumen dan produsen produk
pangan. Banyak diet desa tersusun dari kombinasi pangan kebun, berburu dan
membeli. Menimbang interaksi tersebut dapat mendukung penghidupan dengan
memfasilitasi jalur bagi individu ke pasar untuk produk kebun dan pencarian

2.4 Sumber Nutrisi yang Tersedia Didaerah Pesisir dan Hutan Tropis
Sumber Nutrisi yang Tersedia Didaerah Pesisir
Keberadaan populasi manusia yang banyak di dekat laut sangat erat kaitannya
dengan berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di laut itu sendiri.
Berbagai komunitas kehidupan yang terdapat di laut, atau yang dikenal dengan
ekosistem, memberikan manfaat yang beragam bagi manusia. Manfaat yang diperoleh
tersebut berkembang dari waktu ke waktu seiring berkembangnya pengetahuan
manusia dan kemampuannya memanfaatkan potensi yang ada.
Manfaat yang diperoleh manusia dari laut di antaranya manfaat dari segi
pangan. Laut memberikan ikan dalam berbagai jenis dan ukuran yang dapat
ditangkap oleh manusia sesuai dengan alat yang dipergunakannya. Selain ikan, laut
juga menyediakan udang, kepiting, kerang-kerangan, dan berbagai spesies yang bisa
dikonsumsi. Laut juga menyediakan bahan pangan dari tumbuhan laut yakni rumput
laut, alga dan anggur laut. Bahan pangan tersebut ada yang bisa langsung dikonsumsi
oleh manusia, ada pula yang dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan.
Terdapat berbagai produk-produk laut bernilai ekonomis penting selain pangan,
yang juga sering dimanfaatkan oleh manusia. Mutiara yang bernilai jutaan bahkan
puluhan juta rupiah berasal dari kerang mutiara yang banyak terdapat di laut. Selain
mutiaranya, kerang mutiara juga memiliki kulit yang bisa diolah menjadi hiasan
dinding yang juga bernilai jual tinggi. Terdapat pula batu karang yang dahulu banyak
dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan kapurnya untuk cat bangunan.
Pasir laut sampai saat ini banyak dimanfaatkan untuk bahan bangunan rumah
penduduk karena dianggap mudah diperoleh dan ekonomis.
Jasa lingkungan juga banyak diberikan oleh laut. Air laut merupakan media
yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga dimanfaatkan
untuk alur pelayaran. Angin laut dimanfaatkan untuk menggerakkan layar perahu
nelayan, dan menggerakkan turbin untuk pembangkit tenaga listrik. Gelombang laut
dimanfaatkan untuk menggerakkan kincir yang juga bisa dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik. Keindahan alam laut yang meliputi pesisir pantai maupun
panorama bawah lautnya menawarkan potensi wisata yang bernilai tinggi dan
diminati masyarakat lokal sampai internasional.
Sumber Nutrisi yang Tersedia Didaerah hutan tropis
Hutan tropis tersedia didataran Dataran tinggi jadi lingkungan yang cocok
untuk pertanian. Terutama sayuran seperti wortel, seladam brokoli, buncis, kentang,
kubis dan lainya.untuk kebutuhan nutrisi didaerah tropis lebih banyak ke sayur
sayuran dari pada kehewaninya

2.5 Evidancebased Nutrisi Masyarakat Daerah Pesisir dan Hutan Tropis


Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung
pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”. Practice in Nursing adalah
penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan
keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.
GIZI PADA IBU HAMIL

2.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-
tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).

2.2 Definisi Status Gizi ibu hamil

Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh ibu hamil
sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang
digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-
fungsi organ tubuh (Supariasa, 2001). Menurut Huliana (2001), makanan yang
dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
sebesar 40% sedangkan 60% untuk memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi
pada ibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka kemungkinan dapat terjadi gangguan
dalam kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Status gizi ibu
sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat
badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada
keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Eva Ellya Sibagariang, 2010).

2.3 Pengukuran Status Gizi Ibu Hamil

Pengukuran status gizi ibu hamil Dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara
klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri.

1. Penilaian secara klinis


Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama dalam
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nampak nyata.

2. Penilaian secara biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia di lapangan banyak menghadapi masalah. Salah
satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan
haemoglobin sebagai indeks dari anemia gizi.

3. Penilaian secara biofisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Dilakukan
oleh dokter atau petugas kesehatan yang berpengalaman dengan memperhatikan
rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.

4. Penilaian secara antropometri

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ukuran fisik seseorang sangat berhubungan
dengan status gizi. Atas dasar ini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks
yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara-negara
berkembang. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara
langsung dengan menggunakan penilaian antropometri yaitu : Lingkar Lengan Atas.
Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untukmengetahui risiko kekurangan
energi kronis wanita usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15
sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan
usia subur (Supariasa,2002).

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
akan terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2003).

Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa hal yang utama pada kehidupan manusia
adalah mengetahui (knowing). Pengetahuan akan terbentuk melalui proses
pengorganisasian pengetahuan baru dan struktural yang telah ada setelah pengetahuan
baru tersebut diinterprestasikan melalui proses berfikir dan belajar.

1. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
rendah, untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Compresiension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang


obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah


dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesisi)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan


bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket (kuesioner)


yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).

2.5 Akibat Kekurangan Gizi Selama Hamil

Akibat kurang gizi selama hamil dapat menyebabkan kerugian bagi ibu dan janin
yang dikandungnya. Bayi dengan BBLR merupakan salah satu dampak dari ibu hamil
yang menderita kurang energi kronis dan yang mempunyai status gizi buruk, BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita yang akan memperlambat
pertumbuhan serta perkembangan mental anak (Eva Ellya Sibagariang, 2010).

Ibu yang kurang gizi pada kehamilan trimester II akan mengakibatkan perdarahan
antepartum, abortus pada kehamilan muda, ketuban pecah dini dan dampak pada
janin terjadi hambatan terhadap tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terkena
infeksi, cacat bawaan serta kematian prenatal (Praverawati, 2009).

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik
pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini :

1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi.

2. Terhadap Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan


sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),pendarahan setelah
persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung

meningkat.

3. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir
dengan berat badan lahir rendah. Selanjutnya beberapa cara yang dapat digunakan
untuk mengetahui status gizi hamil pada saat hamil antara lain sebagai berikut :

1. Pemantauan pertambahan berat badan selama hamil agar tetap berada pada

kondisi ideal dan tetap menjaga pola makan dengan gizi cukup dan seimbang.

2. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu untuk megetahui keadaan ibu

hamil terhadap kurang energi kronis karena ibu yang kekurangan energi

kronis beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.


3. Pengukuran kadar Hb yaitu untuk mengetahui kondisi ibu hamil terhadap anemia.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang energi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia (Eva Ellya Sibagariang, 2010).

2.6 Penanganan Kekurangan Gizi Selama Hamil

Bagi ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi pada masa kehamilan cara
menanggulanginya adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat seperti nasi, mie, kentang dan roti. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein yang terdapat didalam daging, ikan, tahu, tempe dan kacang-
kacangan, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak seperti daging, susu,
telur, mentega dan minyak nabati. Mengkonsumsi vitamin dan mineral yang terdapat
didalam Vitamin A, Vitamin C, Vitamin D, Kalsium, Zat Besi dan Asam Folat
(Praverawati, 2009).

Makanan yang bergizi tersebut seperti tahu, tempe, sayur-sayuran yang berwarna
hijau, buah-buahan, kacang hijau, kacang kedelai dan lebih banyak dari biasanya

selama hamil dan menyusui. Makanan yang dikonsumsi harus selalu seimbang,
porsinya cukup dan teratur tidak terlalu asin, pedas dan berlemak (Praverawati,
2009).

2.7 Pengaruh Keadaan Gizi terhadap Proses Kehamilan

Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat mempengaruhi status gizi ibu
sebelum dan selama kehamilan.
a. Gizi pra hamil (Prenatal)

Konsep perinatal menjamin bahwa ibu dalam status gizi baik untuk terjadinya
konsepsi selama masa kehamilan dan setelah melahirkan mengalami sedikit
komplikasi kehamilan dan sedikit bayi prematur.

b. Gizi Pranatal

Wanita yang dietnya kurang atau sangat kurang selama hamil mempunyai
kemungkinan besar bayi yang tidak sehat seperti premature, gangguan kongenital,
bayi lahir mati. Wanita hamil kurang gizi kemungkinan akan melahirkan bayi yang
premature dan kecil.

2.7.1 Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)

a. Pengertian Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu mengalami malnutrisi
yang disebabkan kekurangan satu atau lebih zat gizi makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu
secara relatif atau absolut (Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013). Kekurangan
Energi Kronik sering terjadi pada pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil
(Arisman, 2010). Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada ibu hamil terbagi
menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal (individu/keluarga)
yaitu genetik, obstetrik, dan seks. Sedangkan faktor eksternal adalah gizi, obat–
obatan, lingkungan, dan penyakit (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).

b. Penilaian Status Gizi pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Metode untuk Penilaian Status Gizi dibagi ke dalam tiga kelompok. Pertama, metode
secara langsung yang terdiri dari penilaian tanda klinis, tes laboratorium, metode
biofisik, dan antropometri. Kedua, penilaian dengan statistik kesehatan (tidak
langsung). Kelompok terakhir adalah penilaian dengan melihat variabel ekologi. Dari
sekian banyak metode PSG, metode langsung yang paling sering digunakan adalah
antropometri (Arisman, 2010).

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Lingkar Lengan Atas (LILA),
Lingkar Kepala, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur

(IMT/U). Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah.
TB/U, BB/U, dan BB/TB direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi balita (Gibney, Barrie, John et al., 2008 dalam Adriani, 2012).
Sedangkan untuk indeks antropometri yang umum digunakan pada orang dewasa
(usia 18 tahun ke atas) adalah indeks massa tubuh (IMT). IMT tidak dapat digunakan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, olahragawan, dan orang dengan keadaan khusus
seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).

Menurut Kristiyanasari (2010) yang dikutip dalam buku Gizi Ibu Hamil, ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil, antara
lain (1) memantau penambahan berat badan selama hamil, (2) mengukur LILA untuk
mengetahui apakah seseorang menderita KEK dan (3) mengukur kadar Hb untuk
mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia yang merupkakan faktor resiko
kekurang gizi (Kristiyanasari, 2010).

2.7.2 Dampak KEK

Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang
dikandungnya yaitu meliputi:

1) Akibat KEK pada ibu hamil yaitu (Sipahutar, 2013) :

a) Terus menerus merasa letih

b) Kesemutan

c) Muka tampak pucat


d) Kesulitan sewaktu melahirkan

e) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi

2) Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung

antara lain (Sipahutar, 2013) :

a) Keguguran

b) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat

lahir rendah (BBLR)

c) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan

nantinya kecerdasaan anak kurang

d) bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)

e) Kematian bayi

d. Faktor yang Mempengaruhi KEK pada Ibu Hamil

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:

(1) jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,

(2) mutu zat yang di konsumsi rendah atau

(3) zat yang dikonsumsi gagal untuk diserap dan digunakan didalam tubuh
(Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013).

1) Jumlah asupan makanan


Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita yang
tidak hamil. Hal ini disebabkan karena adanya penyesuaian dari perbedaan fisiologi
selama kehamilan, hal inilah yang menyebabkan jumlah asupan makanan yang

biasanya di konsumsi ibu selama hamil tidak sesuai dengan kebutuhan yang
seharusnya. Akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan nutrisi yang adekuat yang
menyebabkan faktor resiko terjadinya KEK pada ibu hamil (Sipahutar, Aritonang dan

Siregar, 2013).

2) Mutu zat yang di konsumsi rendah

Mutu zat yang dikonsumsi rendah berhubungan dengan daya beli keluarga untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuaiAnemia masih menjadi permasalahan
kesehatan pada wanita hamil. Zat besi dianggap sebagai salah satu zat gizi mikro
yang berperan terhadap terjadinya anemia. Kekurangan gizi besi dalam tingkat lanjut
dapat menyebabkan anemia, yang disebut sebagai anemia gizi besi. Tujuan studi ini
adalah untuk menganalisis perbedaan antara asupan protein dan gizi mikro serta
menghitung odd ratio (OR) kejadian anemia dan anemia gizi besi akibat asupan
protein dan gizi mikro pada wanita hamil di lokasi studi. Analisis ini merupakan
analisa dari data studi kohor Tumbuh Kembang anak pada tahun pertama, yang
dilaksanakan di Kelurahan Kebon Kalapa dan Ciwaringin, Kota Bogor yang dianalisa
menggunakan disainkasus kontrol. Sebanyak 47 ibu hamil menjadi sampel dalam
analisa ini. Kategori untuk anemia yaitu apabila kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil
≤11 g/dL. Kekurangan gizi

1besi dikategorikan apabila kadar serum transferrin reseptor (sTfR) diatas 4.4 mg/L.
Sedangkan Anemia Gizi Besi dikategorikan apabila memiliki kadar Hb < 11 g/dL
dan sTfr > 4.4 mg/L. Tes one way anova digunakan untuk menganalisa adanya
perbedaan asupan energi, protein dan zat gizi mikro antara ibu hamil yang mengalami
anemia, anemia gizi besi maupun yang normal. Odd ratio dianalisa dengan
menggunakan uji chi square. Nilai signifikan ditentukan apabila nilai p value <
0.05 dan perhitungan OR> 1. 27.7% dari ibu hamil di lokasi studi mengalami
anemia, 14.9% tergolong dalam anemia ringan, 10.6% anemia sedang dan 2.1%
anemia berat. Anemia gizi besi dialami oleh 17% dari wanita hamil. Terdapat
hubungan yang signifikan antara keparahan anemia dan terjadinya anemia gizi besi.
Tidak ditemukan perbedaan antara asupan protein, besi, folate dan zink pada wanita
yang mengalami anemia, anemia gizi besi maupun yang normal. Akan tetapi terdapat
kecenderungan bahwa asupan zat besi dan seng pada ibu yang anemia dan anemia
gizi besi lebih rendah daripada ibu yang normal. Anemia masih menjadi
permasalahan kesehatan pada ibu hamil, diantaranya merupakan anemia karena
kekurangan zat besi. Semakin parah anemia maka akan semakin besar kemungkinan
terjadinya anemia disebabkan oleh gizi besi. Ada kecenderungan kekurangan asupan
besi dan seng pada ibu hamil akan berakibat pada anemia dan AGB, akan tetapi
dalam analisis ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan.

2.8 Gizi Pada Ibu Hamil

Kehamilan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat

keluarga bahagia, pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang

bersifat alami, para calon ibu harus sehat dan mempunyai gizi cukup sebelum dan
setelah melahirkan, harus mempunyai kebiasaan makan yang teratur dan

bergizi, olah raga dan tidakmerokok. Jika gizi dalam kehamilanya kurang maka bayi
yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi. Jadi meskipun sudah

cukup bulan bayi akan lahir dengan BB <2.500 gram dan juga akan kekurangan

ASI bila nanti menyusui.

Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi protein sekitar 2-2,5 g/kg yang berasal dari
hewani seperti telur, susu, ikan untuk pertumbuhan dan aktivitas janin memerlukan
makan yang disalurkan melalui plasenta. Jadi ibu hamil harus mendapat gizi untuk
dirinya dan janinya. Agar kehamilan berjalan dengan sukses maka gizi ibu pada
waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan selama hamil harus mendapatkan
tambahan protein, mineral, zat besi, kalsium,vitamin, asam folat dan energi.Makanan
ibu hamil sesuai dengan kebutuhan yaitu makanan yangseimbang sesuai dengan
perkembangan masa kehamilan, kebutuhan kalori ibuhamil sekitar 2.500 kkal.
Makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakanuntuk pertumbuhan janin sebesar
40% dan 60% untuk ibu (Paath, 2004).

2.9 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan untuk wanita
tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah:

1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan.

2. Untuk mempertahan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri.

3. Supaya luka persalinan lekas sembuh pada masa nifas.

4. Guna mengadakan cadangan untuk proses laktasi.

Jumlah makanan yang dikonsumsi bukanlah jaminan bahwa ibu hamil telah
mempunyai asupan gizi yang seimbang. Konsumsi makanan yang tepat sangatlah
penting untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan janin yang dikandungannya.
Kualitas makanan jauh lebih penting dibandingkan kuantitas. Janin hidup dari

14

makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Kuncinya adalah perencanaan menu dan pola
makanan yang teratur (Eva Ellya Sibagariang,2010).

Menurut Huliana (2001) kebutuhan gizi pada ibu hamil meliputi :

1. Kebutuhan protein

Kebutuhan tambahan protein tergantung kecepatan pertumbuhan janin.Trimester I


dan II<6 gram/hari dan trimester III 10 gram/hari.
2. Kebutuhan Energi

Tambahan energi selama hamil sangat diperlukan bagi komponen fetus maupun
perubahan yang terdapat pada dirinya sendiri, kurang lebih 27.000 kkal atau 100
kkal/hari dibutuhkan selama hamil. Pada wanita berumur 25- 50 tahun pemberian
2000 kkal/hari jika sedang hamil ditambah 300 kkal.

3. Kebutuhan Vitamin dan Mineral

Pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral. Persentase
tambahan gizi ibu hamil ialah energi 15%, protein 68%, vitamin A 25%, vitamin D
100%, vitamin E 25%, Vitamin C 33%, B Complek 40%,tiamin 25%, riboflavin 15%,
Niasi 30%, piredoksin 100%, asam folat 33%, fosfor dan magnesium 50%, zat besi
30% dan iodium 16%.

Prinsip Gizi untuk Ibu Hamil

Kehamilan merupakan anugerah yang luar biasa yang dapat membuat keluarga
menjadi bahagia. Perubahan fisik dan psikologis akan terjadi selama kehamilan. Masa
kehamilan ini sangat penting untuk menentukan kualitas anak.

Oleh karena itu, selama kehamilan ibu memerlukan makanan yang bergizi.
Kecukupan gizi selama kehamilan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janinnya maupun aktivitas ibu. Menurut Huliana (2001), makanan yang dikonsumsi
ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin sebesar 40
persensedangkan 60 persen untuk memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi
pada ibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka kemungkinan dapat terjadi gangguan
dalam kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya.

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil harus
mengkomsumsi makanan seimbang untuk perkembangan ibu dan janin pada masa
kehamilan (Yuni Kusmiati, 2009).Pada trimester I pertumbuhan janin masih lambat
dan penambahan kebutuhan zat-zat gizi pun masih relatif kecil. Tahap ini, ibu
memasuki masa anabolisme, yaitu masa untuk menyimpan zat gizi sebanyak-
banyaknya dari makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk cadangan persediaan
pada trimester berikutnya. Memasuki trimester II, janin mulai tumbuh pesat
dibandingkan dengan sebelumnya. Kecepatan pertumbuhannya mencapai 10 gram per
hari.Tubuh ibu juga mengalami perubahan dan adaptasi, misalnya pembesaran
payudara dan mulai berfungsinya rahim serta plasenta.Peningkatan kualitas gizi
sangat penting karena tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lainnya
untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI. Trimester III, dibutuhkan vitamin dan
mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak.
Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap
sebelumnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang makanan sehat bagi ibu
hamil, antara lain:

1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan
pertumbuhan bayi.

2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin dan
mineral).

3. Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.

4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat,

kadar gula darah, dan tekanan darah (Yuni kusmiati, 2009).

Masalah Gizi pada Ibu Hamil Saat ini masih banyak ibu hamildi indonesia yang
mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK)
dan anemia (Kementerian Kesehatan, 2014). Masalah gizi pada ibu hamil yang lain
adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (Almatsier, 2004).

a. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI, 2002). KEK merupakan
gambaran status gizi ibu di masa lalu yaitu kekurangan gizi kronis pada masa anak-
anak baik disertai sakit yang berulang ataupun tidak. Kondisi tersebut akan
menyebabkan bentuk tubuh yang pendek (stunting) atau kurus (wasting) pada saat
dewasa(Soetjiningsih, 2009). Di Indonesia, prevalensi KEK pada ibu

hamil di Indonesia sebanyak 24,20% (Riskesdas, 2013) Status KEK pada Wanita
Usia Subur (WUS) ditentukan menggunakan Lingkar Lengan Atas atau disebut
LILA. Supariasa, dkk.(2001) menyebutkan pengukuran LILA pada kelompok WUS
adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dilakukan masyarakat. WUS yang
berisiko KEK di Indonesia jika hasil pengukuran LILA kurang dari atau sama dengan
23,5 cm. Apabila hasil pengukuran lebih dari 23,5 cm

makaWUS tersebut tidak beresiko menderita KEK (Supariasa, dkk., 2001).

Ukuran LILA menggambarkan keadaan konsumsi makan terutama konsumsi energi


dan protein dalam jangka panjang. Kekurangan energi secara kronis menyebabkan
ibu hamil Anemia. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar
hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia selama kehamilan memerlukan perhatian serius
karena berpotensi membahayakan ibu dan anak (Manuaba, 2009).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan anemia pada kehamilan
umumnya bersifat fisiologis.

Anemia merupakan keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis
tubuh. Wanita hamil rentan mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan
oksigen pada ibu hamil lebih tinggi sehingga memicu peningkatan
produksieritopoitin. Volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat.
Peningkatan volume plasma lebih besar dari peningkatan eritrosit sehingga
menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin (Rai, dkk, 2016).
Anemia selama kehamilan dapat berakibat fatal, memiliki efek negatif pada kapasitas
kerja, motorik dan perkembangan mental pada bayi, anak-anak, dan remaja. Pada ibu
hamil, anemia dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur, keguguran,
partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok (Rai, dkk,
2016).Hasil penelitian Amalia (2011) di

RSU Dr. MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo menunjukkan ibu hamil yang
mengalami anemia berisiko melahirkan bayi BBLR sebesar 4,643 kali dibandingkan
dengan ibu yang tidak anemia. Adapun hasil penelitian Irayani (2015) menunjukkan
hubungan anemia pada kehamilan dengan kejadian keguguran. Ibu yang mengalami
anemia berisiko mengalami keguguran sebesar 3,317 kali dibandingkan ibu hamil
yang tidak mengalami anemia Almatsier (2004) menyebutkan bahwa anemia gizi di
Indonesia pada umumnya disebabkan anemia kurang besi. Penyebab utama anemia
kurang besi adalah makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat besi terutama
dalam bentuk besi-hem.

c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI).

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah setiap kelainan yang


ditemukan akibat defisiensi yodium (Bachtiar, 2009).

Yodium merupakan salah satu mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil
tetapi mempunyai fungsi penting untuk kehidupan. Yodium yang ada di kelenjar
tiroid digunakan untuk menyintesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan
triiodotironin (T3). Hormon tersebut diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan fisik, dan mental manusia (Almatsier, 2004).

Salah satu cara untuk mengelompokkan GAKY adalah dengan pengukuran


medianUrinary Iodine Excretion (UIE) atau kadar yodium dalam urin. Hampir semua
zat yodium yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akhirnya dibuang melalui
urin.

2.10 EVIDENCE BASED DALAM PERIODE ANTEPARTUM


Sebelum dikenal adanya asuhan berdasarkan evidence based, asuhan yang diberikan
berdasarkan tradisional. Asuhan yang banyak berkembang saat ini sebenarnya berasal
dari model yang dikembangkan di Eropa pada awal dekade abad ini. Lebih mengarah
keritual dari pada rasional. Biasanya asuhan ini lebih mengarah ke frekuensi dan
jumlah daripada terhadap unsur yang mengarah kepada tujuan yang esensial.Menurut
MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal atau yang dikenal antenatal care
merupakan prosedur rutin yang dilakukan petugas (dokter/bidan/perawat) dalam
membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk
mempersiapkan persalinan. Dengan memberikan asuhan antenal yang baik akan
menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Nutrisi Masa Kehamilan

-Makro nurien dan mikro nutrien

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil,
pertumbuhan dan perkembangan janin, persalinan dan risiko komplikasi yang terjadi
selama kehamilan. Status gizi sebelum kehamilan, salah satunya berat badan yang

ideal, merupakan faktor kunci yang akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil secara
umum.

Pengaturan makanan dan gaya hidup sehat pada kehamilan dapat menurunkan risiko
komplikasi selama kehamilan dan persalinan.2,3Selama kehamilan akan terjadi
perubahan fisiologis untuk menjaga kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
Beberapa perubahan tersebut antara lain

1) perubahan fisiologis saluran cerna meliputi nafsu makan meningkat walaupun


kadang disertai mual dan muntah, penurunan motilitas saluran cerna akibat penurunan
kadar progesteron sehingga terjadi penurunan kadar motilin (hormon yang
menstimulasi otot polos saluran cerna),
2) metabolisme basal mulai meningkat yang terjadi akibat peningkatan kebutuhan

dan konsumsi oksigen dan mencapai 15-20% pada akhir kehamilan.1,2 berat badan
lahir yang normal dipengaruhi oleh peningkatan berat badan selama kehamilan.
Rekomendasi The Institute of Medicine menyatakan peningkatan berat badan selama
kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan seperti
Peningkatan berat badan yang tidak adekuat berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan janin, meningkatkan risiko persalinan, dan malnutrisi setelah lahir.

Para ahli merekomendasikan ibu hamil dengan berat badan normal untuk


mengonsumsi 1.800 kalori pada trimester pertama, 2.200 kalori pada trimester kedua,
dan 2.400 kalori pada trimester ketiga.

Makanan yang Baik untuk Ibu Hamil

1. Produk susu Selama kehamilan

Konsumsi produk susu sangat penting karena dapat memenuhi kebutuhan tambahan
protein dan kalsium yang memberi dukungan pada pertumbuhan janin. Minumlah
setidaknya satu gelas susu sehari dan konsumsi lebih banyak yogurt, keju, dan
minyak samin atau ghee atau mentega dari lemak hewani untuk menjaga kesehatan
bayi.

2. Telur

Telur dianggap sebagai makanan 'super' oleh banyak orang karena merupakan
sumber vitamin, protein dan mineral. Protein yang terkandung dalam telur
membuatnya baik untuk bayi yang sedang tumbuh karena menghasilkan dan
memperbaiki sel-sel janin.

3. Pisang

Pisang adalah sumber asam folat, kalsium, kalium dan vitamin B6. Mereka juga
kaya antioksidan dan membantu meningkatkan energi. Jadi, pisang bisa menjadi
tambahan yang baik untuk diet kehamilan.
4. Ubi Jalar

Ubi jalar adalah sumber beta-karoten yang sangat baik, yang diubah menjadi
vitamin A di dalam tubuh dan sangat penting untuk pertumbuhan sel dan jaringan.
Vitamin A juga membantu meningkatkan imunitas dan memperbaiki penglihatan.

5. Legum

Legum adalah kelompok makanan yang meliputi lentil, kacang kedelai, kacang
polong, buncis, buncis dan kacang tanah. Mereka adalah sumber yang sangat baik
dari serat nabati, protein, folat, kalsium dan zat besi, dan semua ini sangat penting
bagi wanita hamil.

6. Kacang

Kacang kaya akan lemak sehat, yang menjadikannya pilihan ideal untuk ngemil
selama masa kehamilan. Mereka memiliki asam lemak omega-3, protein, serat, dan
nutrisi penting lainnya yang meningkatkan otak yang sangat penting bagi
perkembangan bayi.

6. Jus Jeruk

Jus jeruk dapat memberikan folat, kalium dan tentu saja, vitamin C. Ini dapat
memberi bayi Anda nutrisi yang diperlukan yang akan mencegah berbagai jenis cacat
lahir. Kandungan vitamin C dalam jus jeruk akan meningkatkan kemampuan bayi
Anda untuk menyerap zat besi dalam tubuh. Jadi, minumlah satu gelas jus jeruk
setiap hari sebagai bagian dari sarapan Anda.

7. Sayuran berdaun

Sayuran berdaun kaya nutrisi dan kita semua tahu bahwa mereka dapat membantu
melindungi tubuh terhadap banyak penyakit. Menjadi sumber yang kaya antioksidan,
kalsium, protein, serat, folat, vitamin dan kalium, sayuran hijau adalah tambahan
yang bagus untuk diet kehamilan Anda.
8. Oatmeal

Oatmeal memiliki berbagai jenis manfaat kesehatan. Asupan karbohidrat


diperlukan bagi kita semua, terutama wanita hamil karena dapat memberikan energi
instan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Oatmeal adalah sumber karbohidrat,
selenium, vitamin B, fosfor dan kalsium yang baik. Jadi, siapkan untuk sarapan
selama fase kehamilan.

9. Salmon

Ikan salmon kaya akan asam lemak omega-3 yang sangat baik untuk kesehatan
jantung. Memiliki cukup omega-3 dalam diet sangat penting bagi wanita yang sedang
hamil karena membantu dalam perkembangan otak dan mata janin.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, 2005.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arisman,2009.Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta. EGC.

Depkes RI, 2007. Riskesdas. Jakarta. ISBN

Depkes RI, 2006. Masalah Gizi Masyarakat. Jakarta.

Depkes RI, 2008. Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Depkes RI, 2013. Profil Kesehatan Tahun 2012.

Dinas Provinsi Aceh, 2013. Profil Kesehatan Tahun 2012. Banda Aceh.

Eva Ridana, SKM, 2013. Profil Kesehatan Tahun 2012. Dinas Kesehatan
AcehBarat.

Eva Ellya Sibagariang, 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta.Trans


Info Media.

Weni, 2010. Gizi Ibu Hamil. Jogyakarta. Muha Medika.

Yuni Kusmiati, 2009.

Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta. Fitramaya. Yusna Dewi, AMG dan Nurul
Bariah, A.Md.Keb, 2013. SP2TP Puskesmas Meutulang 2012.

Anda mungkin juga menyukai