Anda di halaman 1dari 35

NAMA RUMPUN ILMU : KEPERAWATAN

MATA KULIAH : KEPERAWATAN GERONTIK

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN DAUN BINAHONG (ANREDERA CORDIFOLIA)


TERHADAP DERMATITIS PADA LANSIA DI PSTW SABAI NAN
ALUIH SICINCIN TAHUN 2022

Ns. HELMANIS SUCI, S.Kep., M.Kep 1023128504


Ns. LEDIA RESTIPA, S.Kep., M.Kep 1012098601
CINDY NOVRITA MALKAM 2114901007
ELSA SHINTIA PARAMITA 2114901012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN

Judul : Pengaruh Pemberian Daun Binahong (Anredera Cordifolia) Terhadap


Dermatitis Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2022

1. Ketua Pelaksana
a. Nama lengkap : Ns.Helmanis Suci, S.Kep., M.Kep
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. NIDN : 1023128504
d. Jabatan :-
e. Jabatan fungsional : Asisten Ahli
f. Alamat : Jln.Khatib Sulaiman No.52 B Padang
g. Telepon : 081363210814
h. Alamat rumah : Korong Lubuk Ipuh Kenagarian Kurai Taji Kec.
Nan Sabaris Kab. Padang Pariaman
i. Email : helmanis.suci@gmail.com
2. jumlah anggota dosen : Dosen 1 orang
Nama : Ns. Ledia Restipa, S.Kep,. M.Kep.
3. Jumlah anggota mahasiswa : 2 Orang
4. Lokasi kegiatan : PSTW si Cincin
5. Jumlah anggaran yang diusulkan: Rp 10.000.000

Mengetahui Padang, Maret 2022


Ka. UPPM ketua Pelaksana

(Ns.Rebbi Permata Sari,S.Kep, M.Ke) (Ns.Helmanis Suci, S.Kep,. M.Kep)

Menyetujui,
Ketua STIKes,

(Dr. Ns. Asmawati, S.Kep,.M.Kep)


RINGKASAN

Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (Sjamsuhidajat, 2010).

Prevalensi luka mengalami peningkatan setiap tahunnya. Prevalensi luka di Indonesia

menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 8.2%, jenis luka tertinggi dialami penduduk di

Indonesia adalah luka lecet/memar sebanyak 70,9%, kemudian luka robek/sayat

sebanyak 23,2%. (Riskesdas, 2013). Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh

(Saputri, 2016) bahwa prevalensi luka paling banyak adalah luka kronik dimana jumlah

luka kronik setiap tahunnya semakin meningkat. Jenis luka paling banyak adalah luka

DM (66,7%), kemudian luka kanker (24,6%) (Zakaria, 2011).

Luka dapat diartikan sebagaai cedera pada bagian tubuh, yaitu Ketika kulit jaringan

dibawahnya kehilangan kontinutas atau hubungan (Franzet dkk., 2008). Flavonoid

berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas yang terbentuk

selama fase inflamasi (Evan, ddk., 2006).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Daun Binahong
(AnrederaCordifolia) Terhadap Dermatitis Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih
Sicincin Tahun 2022

Metode : Peneltian ini menggunakan metode kualitatif dengan desainstudi cross


sectional

Luaran : Publikasi di jurnal terakreditasi

Kata Kunci: Daun Binahong (Anredera Cordifolia), Dermatitis Pada Lansia


LATAR BELAKANG

Perubahan usia datang tanpa disadari (Rafknowledfe, 2004). Lanjut usia

merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang

yang dikaruniai usia panjang. Lanjut usia akan mengalami proses penuaan, yang

merupakan proses terus-menerus secara alamiah. Penurunan kondisi

fisik/fisiologis yang di alami lansia ditandai dengan kulit yang mulai keriput,

penglihatan dan pendengaran berkurang, gigi ompong, mudah lelah, gerakan

lamban (Maryam, 2008).

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang

dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses

yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2008).

Populasi lanjut usia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat

bahkan pertambahan lanjut usia menjadi semakin mendominasi apabila

dibandingkan dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok usia lain.

Pada tahun 2050, satu dari lima orang di dunia akan berusia 60 tahun dan lebih

tua, pada tahun 2015 dan 2030 jumlah orang lanjut usia di seluruh dunia

meningkat menjadi 56 persen, dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4 miliar. Pada

1
tahun 2030, jumlah orang berusia 60 ke atas akan melebihi usia muda yang

berusia 15 sampai 24 tahun (Kementrian Kesehatan RI, 2014). (Unidop, 2017).

Data dari Badan Pusat Statistik (2015), saat ini Indonesia termasuk lima

besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia, yakni

mencapai 7,6 %, tahun 2015 adalah 8,5 %, tahun 2020 adalah 10,0 %, tahun 2025

adalah 11,8. %, selanjutnya tahun 2030 adalah 13,8 % dan tahun 2035 akan

meningkat sampai 15,8 %. Peningkatan jumlah lanjut usia menunjukan bahwa

usia harapan hidup penduduk di Indonesia semakin tinggi dari tahun ketahun.

Besarnya jumlah penduduk Lansia di Indonesia menjadi beban jika Lansia

memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya

pelayanan kesehatan. Penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan

secara terus menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga

rentang terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Badan

Pusat Statistik, 2015). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai

dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai

dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit. Hal

tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur

dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ dengan bertambahnya umur, fungsi

fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan). Sehingga

Lansia rentan terkena infeksi penyakit menular akibat masalah degeneratif

menurunkan daya tahan tubuh seperti Tuberkulosis, Diare, Pneumonia dan

Hepatitis. Selain itu penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut

diantaranya Hipertensi, Stroke, Diabetes Melitus,Dermatitis dan radang sendi atau

Asam Urat. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran

2
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi

dan sosial Lansia. Sehingga secara 3 umum akan berpengaruh pada activity of

daily living (Kementerian Kesehatan RI, 2013; Sunaryo, 2016).

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama,

dan keluhan gatal) (Adhi Juanda,2015).

Luka adalah suatu kerusakan integritas kulit yang terjadi ketika kulit

terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan trauma dan radiasi. Luka adalah

rusaknya kesatuan atau komponen jaringan yang menyebabkan secara spesifik

terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Pada saat terjadi luka tubuh

merespond berbagai cedera dengan proses regenerasi yang kompleks sehingga

menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus-menerus yang sering di

sebut dengan penyembuhan luka. Tujuan penyembuhan luka adalah untuk

penutupan atau pemulihan sel-sel kulit yang mengalami kerusakan atau terluka.

Penyembuhan luka termasuk proses yang kompleks dan dinamis untuk

mengembalikan struktur sel dan lapisan jaringan. Umumnya kebanyakan

masyarakat lebih senang dengan pengobatan yang herbal (alami) atau (back to

nature), dengan memanfaatkan berbgai tanaman di sekitar bahkan tak sedikit

orang membudidayakan berbagai tanaman di dekat rumah agar sewaktu-waktu

dapat di ambil manfaatnya ketika dibutuhkan.

Jenis tanaman yang khas Indonesia yang merupakan tanaman dari daratan

tiongkok yang memiliki nama dheng san chi masyarakat tiongkok menyebutnya.

Di indonesia di kenal dengan nama gondala (orang bali menyebutnya ), uci-uci

3
(orang jawa menamainya) dan nama popularnya adalah binahong (anredera

scandens L. ). Yang memiliki berbgai manfaat dalam dunia kesehatan dan

kedokteran, menurut Rochani (2007) daun binahong memiliki senyawa aktif

alkoloid, saponin dan flavonoid yang dapat di manfaatkan sebagai obat. Binahong

secara empiris dapat digunakan sebagai berbagai macam obat, salah satunya yaitu

menyembuhkan luka luar akibat goresan senjata atau bekas gesekan gatalgatal,

luka setelah oprasi, luka memar, bahkan ada juga yang mengaplikasikan

pemanfaatan binahong sebagai masker kecantikan wajah.

Menurut penelitian Anis (2021), menjelaskan bahwa luka gatal dapat

dikurangi dengan pemberian daun binahong. Kandungan dalam daun binahong

(Anredera cordifolia) terdapat senyawa alami meliputi flavonid, saponin, tannin

yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, antioksidan, antibakteri serta antinyeri yang

sangat penting bagi tubuh.. Dengan kandungan tersebut banyak manfaat dari daun

binahong ini salah satunya dalah sebagai penyembuh luka bakar dan luka akibat

gatal-gatal, di percaya orang zaman dahulu dengan metode sederhana untuk

menyembuhkan luka akibat gatal-gatal. Cara penggunaan cuci daun binahong

kemudian tumbuk dengan mangkuk dan penumbuk sampai halus. Kemudian

aplikasikan pada bagian yang luka dengan rutin pemakain dua kali sehari,

pemberian daun binahong dilakukan selama 5 hari.

Menurut penelitian Paju et al., (2013), binahong memiliki efektivitas

penyembuh luka yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak etanol

daun binahong mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan

Salmonella typhi secara in vitro (Dewanty, 2011). Ekstrak etil asetat daun

binahong mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Shigella flexneri secara in

4
vitro dengan nilai kadar bunuh 8% (Wardhani dan Nanik, 2012). Perasan daun

binahong dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in

vitro (Darsana et al., 2012). Ekstrak daun binahong 1,8 g/KgBB dapat

menurunkan kadar gula darah pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi

dengan sukrosa (Makalalag et al,. 2013). Pemberian ekstrak daun binahong dapat

menurunkan kadar kolesterol darah mencit putih jantan (Fauziah et al., 2014).

5
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lansia

Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara

biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua bearti mengalami kemunduran,

misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin

memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh tidak proporsional (Nasrullah,

2016).

1. Perubahan Fisiologi pada Lansia

a. Sel

1) Lebih sedikit jumlahnya

2) Lebih besar ukurannya

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler

4) Menurunnya proporsi protein di otak,otot,ginjal,darah dan hati.

5) Jumlah sel otak menurun

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel

7) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5 - 20%

b. Sistem Kardiovaskuler (Jantung)

Perubahan yang terjadi pada system kardiovaskuler antara lain:

6
1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi tidur ke

duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah

menurun yaitu menjadi 65mmHg yang dapat mengakibatkan

pusing mendadak.

5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi

dari pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170mmHg, diastole

normal ± 90 mmHg.

c. Sistem Pernafasan

Perubahan yang terjadi pada system pernafasan antara lain:

1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2) Menurunnya aktivitas dari silia.

3) Paru-paru kehilangan elastisitas: kapasitas residu meningkat,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum

menurun dan kedalam bernafas menurun.

4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

5) O₂ pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

6) CO₂ pada arteri tidak berganti.

7) Kempuan untuk batuk berkurang

7
8) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan

akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

d. Sistem Persarafan

Perubahan yang terjadi pada system persyarafan antara lain:

1) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf

otaknya dalam setiap harinya)

2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.

3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan

stess.

4) Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan,

hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa,

lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya

ketahanan terhadap dingin.

5) Kurangnya sensitif terhadap sentuhan.

e. Sistem Gastrointestinal (Sistem Pencernaan)

Perubahan yang terjadi pada system gastrointestinal yaitu :

1) Kehilangan gigi: penyebab utamanya adanya Periodontal Disease

yang bisa terjadi setelah berumur 30 tahun, penyebabnya lain

meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi buruk.

2) Indra pengecap menurun: adanya iritasi yang kronis dan selaput

lendir, atropi indra pengecap (± 80%), hilangnya sensivitas dari

indra pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya

sensivitas dari saraf pengecapan tentang rasa asin,asam dan pahit.

3) Esophagus melebar

8
4) Lambung: rasa lapar menurun (sensivitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbpsi melemah.

7) Liver (hati): makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan

berkurangnya aliran darah.

f. Sistem Genitourinaria (Sistem perkemihan)

Perubahan yang terjadi pada system genitourinaria antara lain:

1) Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh

melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)

terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).

Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya

kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria

(biasanya +1) BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg

%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria (kandung kemih)

Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml

atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, vesika urinaria

susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan

meningkatnya retensi urin (Inkontinitas Urin)

3) Pembesaran prostat ± 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.

9
g. Sistem Endokrin (system hormon)

1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah.

3) Pituitari: pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya

didalam pembuluh darah.

4) Menurunnya aktivitas tiroid dan menurunnya pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosterone.

6) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya: progesterone,

esteron dan testosteron.

h. Sistem indra: Pendengaran, Penglihatan, Perabaan dll

1) Sistem pendengaran

a) Presbiakuisis (gangguan pendengaran). Hilangnya

kemampuan/daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,suara yang

tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas

umur 65 tahun.

b) Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena

meningkatnya keratin.

d) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa dan stress.

2) Sistem penglihatan

a) Spingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar.

10
b) Karena lebih berbentuk sfesis (bola)

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan.

d) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang: berukurannya luas pandangnya.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru/hijau pada skala.

h) Katarak

3) Rabaan

Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan yang paling

murah untuk menterjemahkan. Bila indera lain hilang, rabaan dapat

mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun reseptor lain akan menumpul

dengan bertambahnya usia, namun tidak pernah menghilang.

i. Pengecap dan penghidu

Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Diantara semuanya

rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi kita mengapa

mereka senang membubuhkan gula secara berlebihan. Rasa yang tumpul

menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu.

Harus dianjurkan pengunaan rempah, bawang, bawang putih, dan lemon

untuk mengurangi garam dalam menyedapkan masakan.

j. Sistem Integumen

Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan ekskresi.

dengan bertambahnya usia, terjadilah perubahan intrinsic dan ekstrinsik

11
yang mempengaruhi penampilan kulit.

1) Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak.

2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

keratinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel

epidermis).

3) Menurunnya respon terhadap trauma.

4) Mekanisme proteksi kulit menurun.

5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

veskularisasi.

8) Pertumbuhan kuku lebih lambat.

9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

11) Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dan fungsinya.

12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.

k. Sistem Muskuloskeletal

Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia

40 tahun:

1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh dan

osteoporosis.

2) Kifosis.

3) Pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas.

4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

12
berkurang).

5) Persendian membesar dan menjadi kaku.

6) Tendon mengerut dan mengalami sclerosis.

7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut

otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-

otot kram dan menjadi tremor.

8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

l. Sistem Reproduksi dan Seksualitas

1) Vagina

Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga

membutuhkan, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi seksual seseorang

berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap

tiap tuhun kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus

sampai tua. Selaput vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan

warna.

2) Menciutnya ovari dan uterus.

3) Atrofi payudara.

4) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

5) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun. Produksi

estrogen dan progesterone oleh ovarium menurun saat menopause

13
B. Dermatitis

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit

kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul

dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa

pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

Gambar 2.1. Kulit Dermatitis Gambar 2.2. Kulit Normal

1. Anatomi Fisiologi Kulit

Gambar 2.3. Anatomi Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan

merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan

membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan

lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang

vital. Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari

berat badan manusia, tebal bervariasi antara ½ - 3 mm, kulit sangat

kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras

dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

a. Lapisan Kulit :

1) Epidermis

14
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :

a) Stratum corneum

Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi,

sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.

Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa

sisik-sisik yang sangat halus. Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-

60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari

b) Stratum lucidum

Hanya terdapat pada kulit yang tebal. Mikroskop elektron

menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada

di stratum corneum

c) Stratum garanulosum

Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang

dipipihkan. Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan

keratin di dalam lapisan atas epidermis.

d) Stratum spinosum/ spongiosum

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang

besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan

inti terletak ditengah-tengah.

e) Stratum basale

Lapisan terdalam epidermis melanin, sel warna untuk kulit

(pigmen).•10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes.

Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.

15
2) Dermis

Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan

dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :

a. Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis

merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang

menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.

c. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut

saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

3) Jaringan Subcutan/ Hipodermis

Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa

jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan

struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah

lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu

tubuh.

b. Kelenjar Pada Kulit

1) Kelenjar Sebasea

Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar

sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara

folikel rambut dan batang rambut, untuk setiap lembar rambut terdapat

sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan

membuat rambut menjadi lunak serta lentur

2) Kelenjar keringat

16
Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini

terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis,

bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku yang

tidak mengandung kelenjar keringat

c. Rambut

Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang

rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam

sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam

bulbus pili menyebabkan pembentukan rambut. Folikel rambut akan

mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan pertumbuhan

rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat

dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila

serta alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm

perhari.

Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai selama 6 tahun

untuk rambut kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen) kurang lebih

selama 4 bulan. Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.

C. Konsep Binahong

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis atau biasa dikenal dengan

sebutan binahong merupakan tanaman menjalar yang bersifat perenial

(berumur lama). Seperti herba lainnya, binahong memiliki berbagai

sinonim dan sebutan nama antara lain: Boussingaultia cordifolia (Ten),

Boussingaultia gracilis Miers, madeira vine (Inggris), dheng san chi

(Cina), gondola (Indonesia). Panjang tanaman bisa mencapai 5 meter

17
(Utami dan Desty, 2013).

1. Klasifikasi Tanaman Binahong

Secara ilmiah, tanaman Binahong atau dengan nama Latin

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kingdom : Plantae

b. Divisi :Spermatophyta

c. Classis :Dicotyledoneae

d. Ordo : Caryophyllales (Tjitrosoepomo,2010).

e. Familia :Basellaceae

f. Genus :Anredera

Gambar 2.5.Tanaman Binahong

Species : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis (Bacer dan Bakhuizen,1968).

2. Morfologi Tanaman Binahong

a. Daun

Daunnya termasuk daun tunggal, terletak berseling, bertangkai

sangat pendek (subsessile), bentuk jantung (cordata), panjang 5-10

cm, lebar 3-7 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus),

tepi rata, helaian daun tipis lemas, permukaan licin, bisa dimakan

(Nuraini, 2014).

18
b. Batang

Batang tanaman binahong lunak, bentuk silindris, saling

membelit, berwarna merah, dan bagian solid dengan permukaan

halus (Utami dan Desty, 2013).

c. Akar

Bentuk dari akarnya rimpang dan berdaging lunak (Susetya,

2012).

d. Bunga

Bentuk bunganya majemuk rimpang, bertangkai panjang,

muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihanan

berjumlah lima helaian tidak berlekatan dan panjang helaian

mahkota 0,5-1 cm, berbau harum (Susetya, 2012).

3. Kandungan Kimia Tanaman Binahong

No. Kandungan Manfaat


1. Flavonoid Sebagai antioksidan dan
antiinflamasi yang bekerja
menangkal radikal bebas dalam tubuh
2. Alkaloid Untuk memacu system saraf,
menaikkan atau menurunkan tekanan
darah dan melawan infeksi mikroba
(Solomon dan Carey 2006)
3. Tanin Untuk mencegah dan menetralisasi
efek radikal bebas.
4. Steroid Untuk mengurangi kemerahan dan
pembengkakan dan peradangan.
5. Saponin Sebagai antibakteri, antifungi,

19
kemampuan menurunkan kolesterol
dalam darah dan menghambat
pertumbuhan sel tumor.
6. Minyak atsin Memiliki sifat antiseptic
Tabel 2.1. Kandungan Kimia Tanaman Binahong

Rachmawati, (2008) dalam Ekaviantiwi et al., (2013), kandungan

metabolit sekunder daun binahong, yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, steroid,

triterpenoid, saponin, dan minyak atsiri. Selanjutnya, menurut penelitian

Kumalasari dan Nanik, (2011), menyatakan bahwa hasil skrining fitokimia

ekstrak etanol 70% dari batang binahong mengadung senyawa polifenol,

flavonoid, dan saponin. Senyawa ini diduga memberikan konstribusi dalam

aktivitas antimikroba.

4. Efek Daun Binahong Terhadap Dermatitis

Daun binahong memiliki senyawa aktif alkoloid, saponin dan flavonoid

yang dapat di manfaatkan sebagai obat. Bagian-bagian dari tanaman binahong

selain daun sepertiakar, batang, bunga juga dapat di ambil manfaatnya untuk

kesehatan, akan tetapi yang paling sering digunakan dan paling masyhur di

jadikan obat herbal adalah daunnya. Binahong secara empiris dapat digunakan

sebagai berbagai macam obat, salah satunya yaitu menyembuhkan luka luar

akibat goresan senjata atau bekas gesekan gatal-gatal, luka setelah oprasi, luka

memar, bahkan ada juga yang mengaplikasikan pemanfaatan binahong sebagai

masker kecantikan wajah.

5. Langkah-Langkah Pemberian Daun Binahong

a. Alat dan Bahan

1) Daun binahong

20
Daun binahong yang sudah tua sekitar ± urutan ke 4-5 dari pucuk

muda, daunnya yang lumayan lebar dengan diameter ± 15 cm,

umurnya sekitar ± 3-4 bulan, banyaknya daun yang akan digunakan

tergantung lebarnya luka

2) Mangkok dan Alu

3) NaCl dan kassa steril

4) Handscoon

5) Air

b. Cara pengolahan

1) Persiapkan alat

2) Cuci daun binahong kemudian tumbuk dengan mangkuk dan

penumbuk sampai halus.

c. Cara pemberian

1) Cuci tangan

2) Pakai Handscoon

3) Bersihkan luka menggunakan NaCl dengan kassa steril

4) Aplikasikan pada bagian yang luka dengan rutin pemakain dua kali

sehari (setiap habis mandi pagi dan menjelang tidur), terkhusus

pada luka gatal terbuka. Setelah pemberian ekstrak daun binahong

dilakukan selama ± 5 hari,

5) Selanjutnya dilakukan pengamatan

21
METODE

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan desain studi cross

sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2022 di

Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini adalah lansia yang mengalami dermatitis

2. Pengambilan sampel menggunakan total samplig

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data primer pada penelitian yaitu hasil menggunakan kuesioner dengan

memberikan

2. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini didapatkan dari hasil

kuesioner penelitian. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini

dibantu oleh enumerator

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memeriksa semua data primer yang

diperlukan (editing). Kemudian data dianalisis menggunakan peran

pengolah data untuk menghasilkan output gambaran distribusi frekuensi

serta analisis menggunakan uji chi square. Pengolahan data

menggunakan software SPSS

22
E. Analisis Data

Analisa data yang terkumpul kemudian dianalisis dan diinterpretasi.

Peneliti menggunakan program SPSS dalam mengolah dan menganalisis

data.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel yang diteliti

2. Analisis Bivariat mengetahui pengaruh pemberian daun binahong

(anredera cordifolia) pada lansia di pstw sabai nan aluih. Uji statistik

yang digunakan adalah menggunakan uji Chi Square dengan nilai p ≤

0,05 maka dapat disimpulkan hasil analisis terdapat hubungan yang

bermakna.

23
24
F. Road Map Penelitian

Efektifitas Pemberian Daun


Binahong (Anredera
Cordifolia) Cakupan Lansia Di
Pstw Sabai Nan Aluih Sicincin
Tahun 2022

Pengaruh Pemberian Daun Binahong


(Anredera Cordifolia) Cakupan Lansia
Di Pstw Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun
2022

Pengaruh Pemberian Daun Binahong


(Anredera Cordifolia) Kesedian
Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih
Sicincin Tahun 2022

25
LUARAN TARGET CAPAIAN

No Jenis Luaran Tahun Indikator

Capaian Capaian

1 Publikasi ilmiah di Jurnal 2022 Adanya bukti

nasional terakreditasi Publikasi seperti

Jurnal yang

telah terbit

JADWAL

2022

Tahap Maret April Mei Juni Juli

Persiapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penyusunan Laporan

LoA Publikasi ilmiah

26
ANGGARAN

PRAKIRAAN USUL ANGGARAN PENELITIAN

N Kegiatan Jumla Biaya/ Jumlah

o h& Sat Biaya

Sat (Rp) (Rp)

1 Bahan dan Perawat Penelitian (50%)

a. ATK dan Fotocopi 1 300.00 300.000

paket 0

b. Paket Kuata internet 8 100.00 800.000

orang 0

c. Biaya Enumerator 1 500.00 500.000

paket 0

d. Souvenir 1 800.00 800.000

paket 0

e. Konsumsi 1 750.00 750.000

paket 0

2 Biaya Perjalanan (30%)

a. Biaya transportasi Peneliti 10 50.000 1000.00

hari x 0

orang

b. Biaya transportasi Enumerator 5x5 50.000 1.250.0

orang 00

27
3 Dan lain – lain (20%)

a. Penyusunan laporan 6 100.00 600.000

rangka 0

b. Publikasi Jurnal Terakreditasi 1 kali 4.000. 4.000.0

000 00

Jumlah = 10.000.

000

Terbilang : Sepuluh Juta Rupiah

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2015). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit

kulit dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2012). Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner

Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..

(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC.

Aspiani R.Y. 2014. Buku ajar asuhan keperawatan gerontik jilid 2. Jakarta: TIM.

Nasrullah. 2016. Buku ajar keperawatan gerontik dengan pendekatan asuhan

keperawatan NANDA NIC dan NOC Jilid 1. Jakarta: TIM.

28
Nasrullah. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 1. Jakarta: CV Trans

Info Media.

Ratnawati. 2017. Buku Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Winda, Mareta 2019, HubunganInkontinensia Urin, Penyakit Fisik, Jenis

Kelamin Dan Status Perkawinan Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di

Panti Sosial Lanjut Usia Harapan Kita Palembang Tahun. JURNAL.

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011

Lampiran 1. Tim Peneliti

No Nama Lengkap Jabatan Program Alokasi Waktu


Fungsional Studi (Jam/Minggu)
1 Ns. Helmanis Suci, Asisten Ahli Keperawatan 8 Jam /
S.Kep. M.Kep Minggu
2 Ns. Ledia Restipa, Asisten Ahli Keperawatan 8 Jam /
S.Kep., M.Kep Minggu

SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITIAN DAN PEMBAGIAN TUGAS

Ketua : Ns. Helmanis Suci, S.Kep. M.Kep (Dosen Keperawatan)

1. Mecari literatur

2. Mengurus izin penelitian

3. Melakukan intervensi penelitian

4. Membuat laporan penelitan

5. Melakukan publikasi

Anggota: Ns. Ledia Restipa, S.Kep., M.Kep (Dosen Keperawatan)

29
1. Sebagai asisten penelitian

2. Melakukan study awal dan study lapangan

3. Membantu ketua dalam mengumpulkan data penelitian

4. Membantu ketua dalam mengolahan data dan analisa data penelitian

5. Membantu ketua dalam menyusun laporan penelitan

Lampiran 2. Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Peneliti

KETUA PENELITI

Nama lengkap : Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M.Kep


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal lahir : Lubuk Ipuh/23-12-1985
NIPY : 140120192156
NIDN : 1023128504
Jabatan : Asisten Ahli
HP : 081363210814
Email : helmanis.suci@gmail.com
Alamat Kantor : Jln. Khatib Sulaiman No. 52 B Kota Padang
Mata kuliah yang diampu : Keperawatan Gerontik
Keperawatan Keluarga
Keperawatan Komunitas

A. Riwayat Pendidikan Ketua Peneliti :

S-1 Profesi S-2 S-3


Nama Insitusi Sekolah Tinggi Sekolah Tinggi Universitas -
Ilmu Kesehatan Ilmu Andalas

30
Alifah Padang Kesehatan
Alifah Padang
Tahun lulus 2009 2012 2018 -

Judul
Hubungan
Skripsi/Tesis
Kepemimpinan
Transformasional
Kepala Ruangan
Dengan
-
Keterlibatan Kerja
Perawat Di Rsud
Pariaman Tahun
2018

Riwayat Penelitian:

1. Dukungan Keluarga Untuk Pemenuhan Activities Daily Living (ADL) Pada


Lansia
2. Pengaruh Senam Ergonomis Pada Lansia Menderita Gout
3. Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Petugas Kesehatan Pada Masa
Pandemi Covid-19
4. Efektifitas Pelaksanaan Strategi Dots (directly observed treatment short
course) dalam Penanggulangan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji
Padang Tahun 2021.
5. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Lansia Tahun 2020 Panti
Social Tresna Werda Sabai Nan Aluih Sicincin
6. Pengaruh terapi guided imagery aroma terapi levender terhadap penurunan
nyeri kala I fase aktif pada ibu bersalin

Riwayat pegabdian Masyarakat

1. Efektifitas Pelaksanaan Strategi Dots (directly observed treatment short


course) dalam Penanggulangan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji
Padang Tahun 2021
2. Pengaruh terapi guided imagery aroma terapi levender terhadap penurunan
nyeri kala I fase aktif pada ibu bersalin

Padang, Maret 2022

Ns. Helmanis Suci, S.Kep,. M.Kep


NIDN 1023128504

31
ANGGOTA PENELITI
Nama : Ns. Ledia Restipa. S.Kep, M.Kep
Tempat/ Tgl Lahir : Padang/ 12 September 1986
NIDN : 1012098601
Pangkat/ Gol : III B
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Fakultas/ Jurusan : STIKes Alifah Padang/ S1 Keperawatan
HP : 081363925401
Email : lediarestipa86@gmail.com
Alamat Kantor : Jln. Khatib Sulaiman No. 52 B Padang

RIWAYAT PENDIDIKAN
Institusi Gelar Tamat Jurusan
STIKes Alifah Padang S1 2009 Ilmu Keperawatan
STIKes Alifah Padang Ners 2011 Profesi Ners
Universitas Andalas S2 2017 S2 Keperawatan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
Penelitian

Padang, Maret 2022


Anggota,

Ns. Ledia Restipa S.Kep.,M.Kep

32

Anda mungkin juga menyukai