Anda di halaman 1dari 80

SKRIPSI

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PERAWAT


HONORER DI RUMAH SAKIT UMUM MAJENE

Oleh:

MUH ZAKIB
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05329 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI

LRMBAR PERSETUJUAN............................................................................i
LEMBARAN PERNYATAAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
ABSTRAK......................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ..vii

BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


A. Defenisi Konsep dan Teori................................................................. 5
B. Kerangka Fikir ................................................................................. 22
C. Definisi Oprasional Variabel............................................................ 26
D. Hipotesis ........................................................................................... 27

BAB 3. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Lokasi Penenlitian ......................................................... 28
B. Jenis dan Tipe Penelitian.................................................................. 28
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 29
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 31

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi penelitian................................................................36
B. Hasil penelitian...................................................................................36
C. Pembahasan.........................................................................................60

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTARPUSTAKA......................................................................................69
LAMPIRAN....................................................................................................70
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian kompensasi kepada perawat honorer RSUD Majene masih

dirasakan belum memenuhi kebutuhan dan kepuasan dari perawat sesuai tingkat

pendapatan yang diterima. Ini tercermin dari banyaknya keluhan perawat untuk

ditingkatkan kompensasinya sesuai dengan tingkat kesejahteran pribadi dan

keluarganya atas pendapatan yang diterima. Banyak saat ini mendambakan

pemberian kompensasi untuk ditingkatkan sesuai dengan kelayakan pemberianya

dengan pekerjaanya dengan pekerjaan yang dilakukan, dalam rangka membangun

motivasi perawat honorer untuk dapat bekerja dengan baik dalam melaksakan tugas

pokok dan fungsinya dalam suatu organisasi.

Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima perawat sebagai pengganti

kontribusi jasa mereka pada Rumah Sakit. Setiap perawat dalam suatu organisasi

mempunyai keinginan untuk mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan harapan

mereka. Apabila harapan tersebut terpenuhi, maka perawat tersebut akan senantiasa

bersemangat dalam bekerja.

Handoko (2000) menyatakan Apabila kompensasi yang diberikan sesuai

dengan yang diperoleh perawat maka, perawat akan lebih terpuaskan dan lebih

termotivasi untuk bekerja.

Kompensasi adalah total dari perasan positif individu terhadap bayaran yang

mereka terima, dimana bayaran yang diterima sesuai dengan yang diharapkan oleh

individu tersebut. Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan kinerja,

memotivasi dan meningkatkan kepuasan kerja para perawat.

1
2

Dari sudut pandang rumah sakit, pemberian kompensasi atau balas jasa

merupakan suatu biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak rumah sakit kepada para

perawatya, oleh karena itu pihak rumah sakit harus melakukan sesuatu penilaian

yang teliti mengenai prestasi kerja yang dihasilkan oleh tiap tiap perawat tersebut.

Hal tersebut dilaksanakan oleh pihak rumah sakit karena pihak

perusahan tersebut menghendaki adanya suatu prestasi kerja yang

memaksimalkan dari biaya kompensasi yang mereka keluarkan.

Bentuk pemberian kompensasi yang banyak diterapkan dalam suatu

organisasi terdiri dari gaji, tunjangan dari insentif, yang saat ini cenderung menjadi

pertanyan oleh kebanyakan perawat, karena belum terditribusikan secara adil dan

merata atas pemberian kompensasi kepada setiap perawat honorer.

Kesenjangan dalam pemberian kompensasi yang diterima belum sesuai

dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan perawat honorer. Termasuk meningkatnya

kebutuhan komsumsi yang berdampak pada tingginya inflasi ekonomi masyarakat

dalam memenuhui kebutuhan ekonomis yang tidak seimbang dengan tingkat

pendapatan yang diterima perawat honorer dari upah kerja yang didapatkan,

termasuk bentuk kompensasi yang ada di RSUD Majene. Sehingga mengakibatkan

perawat honorer mogok kerja dikarenakan tuntunan peneriman kompensasi yang

mereka terima belum terpenuhi. ( kamis, 14 April 2011 MAJENE, TRIBUN-

TIMUR.COM )

Banyaknya keluhan dan ketidak puasan atas pemberian kompensasi yang

diterima oleh perawat, maka secara lansung atau tidak lansung berdampak terhadap

proses aktivitas kerja, yang mempengarauhi kegiatan pelaksanan kerja sehari-hari,

karena perawat tidak termotivasi dalam menjalankan aktivitas kerjanya, akibat


3

kesenjangan kompensasi yang belum mendapat kesejalasan dari pihak rumah sakit

yang menunda pemberian kompensasi kepada perawat honorer.

Uraian tersebut diatas menggambarkan bahwa pemberian kompensasi yang

diterima oleh perawat sebagai suatu kewajiban pimpinan cenderung mempengaruhi

perawat dalam bekerja, sehinga perlu di tinjau jenis kompensasi mana yang perlu

mendapat prioritas diberikan kepada

perawat dalam meningkatkan gairah dan aktivitas kerja perawat untuk

menghasilkan kerja yang baik. Sesungguhnya setiap perawat berupaya untuk

bekerja dengan baik dan sunguh – sungguh apabila pemberian kompensasi sepadan

dan sesuai dengan kebutuhan perawat.

Atas dasar tersebut maka proses peningkatan kinerja perawat banyak

dipengaruhi oleh pemberian kompensasi yang diberikan berupa gaji. Tunjangan dan

insentif, kompensasi ini menunjukan bagaimana perawat dapat meningkatkan

kinerja yang diukur berdasarkan penilaian pimpinan dari jumlah pekerjaan yang

diselesaikan (kuantitas kerja) atau biasa disebut input kerja, mutu pekerjaan yang

diselesaikan (kualitas kerja) atau biasa disebut output kerja dan ketepatan waktu

kerja (efisien) yang diselesaikan yang biasa disebut outcome.

Kinerja perawat honorer yang baik dapat dicapai dengan konsistensi

pemberian kompensasi dari pihak rumah sakit sehingga seorang perawat

termotivasi ingin mengembangkan kemapuan kerjanya berdasarkan pemberian

kompensasi dalam memacu peningkatan kinerja perawat. Dan hal ini pula yang

mendorong peneliti untuk meneliti dengan memilih judul “pengaruh kompensasi

terhadap kinerja perawat honorer Rumah Sakit Umum Majene


4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penulis merumuskan

masalah sebgai berikut:

1. Seberapa baik pemberian kompensasi bagi perawat honorer di Rumah sakit

umum Daerah kabupaten Majene?

2. Seberapa baik kinerja perawat honorer di rumah sakit umum Majene?

3. Seberapa besar pengaruh pemberian kompensasi terhadap kinerja perawat

honorer di rumah sakit umum Majene.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kompensasi perawat honorer RSUD Majene?

2. Untuk mengetahui kinerja perawat honorer RSUD Majene?

3. Untuk mengetahui apakah kompensasi langsung dan tidak langsung

berpengaruh secara simultan terhadap perawat honorer RSUD Majene

D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak

yang secara umum diklarifikasikan menjadi tiga, antara lain:

1. Untuk rumah sakit hasil penelitian ini di harapakan dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi para pembuat kebijakan yang terkait kompensasi

sehingga perawat termotivasi untuk meningkat dalam bekerja.

2. Bagi penulis hasil hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkat

pemahaman pemahaman masalah kompensasi, kinerja dan beban kerja, juga

sebagai pendukung penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi atas

pelaksanaan dan penerapan pemberian upah Minumum regional (UMR)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi, Konsep dan Teori

1. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi,

apaun bentuk serta tujuanya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi, misi dan

tujuan untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelolah dan

diurus oleh manusia, jadi manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan

institusi/organisasi.

Menurut peneliti Sumber Daya Manusia “ aset yang sangat penting bagi suatu

negara atau Perusahaan dan harus dikelolah secara cermat dan sejalan sesuai

dengan tujuan suatu organisasi.

Foulkes (1975) memprediksi bahwa peran SDM dari waktu ke waktu ke

waktu akan semakin strategis dan foulkes mengatakan : “ sehingga tidak heran jika

sekarang untuk SDM yang handal digunakan terminologi human capital yang

semakin santer kita dengar, jelaslah bahwa para manajer harus mengaitkan kinerja,

mengembangkan budaya korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan

fleksibilitas.

sumber daya manusia adalah: seseorang yang bertindak dalam kapasitas

sebagai staf, yang bekerja sama dengan para manajer lain untuk membantu mereka

dalam menangani masalah masalah sumber daya manusia.

Sumber daya manusia merupakan merupakan salah satu aset yang penting

oleh karena itu harus dikelolah secara cermat dan sejalan dengan kebutuhan

organisasi, beberapa pengertian MSDM dianytaranya disampaikan oleh : Mondy

5
6

dan Noe mendefinisikan manajemen sumber daya manusia (human resource

managemnt) sebagai pendayagunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan

tujuan organisasi

Sumber Daya Manusia didefinisikan sebagai suatu strategi dan pendekatan

manajemen yang terintegrasi dalam mengelola aset organisasi yang paling

berharga, yaitu manusia – orang yang bekerja dan berkontribusi bagi keberhasilan

Rumah Sakit (Armstrong, 2006). Penulis lain, Ivancevich (2010: 4) menjelaskan

sumberdaya ma-nusia sebagai suatu fungsi di dalam organisasi yang bertujuan

mengoptimalkan pendayagunaan tenaga kerja di dalamnya. Optimalisasi ini

dikaitkan dengan pencapaian kinerja Rumah Sakit secara keseluruhan. Manajemen

sumberdaya manusia juga memiliki latar belakang ilmu perilaku dan manajemen

strategis. Dengan dasar keilmuan yang lengkap ini, sumberdaya ma-nusia diharapkan

mampu menjalankan tanggung jawabnya untuk mengelola aset pe-rusahaan sehingga

mampu berkontribusi dengan optimal. Di samping itu, manajemen. sumberdaya

manusia juga memiliki beberapa aktivitas di antaranya rekrutmen, selek-si,

pelatihan, pengembangan, manajemen kinerja, manajemen penghargaan, hubungan

industrial, dan pengelolaan kesejahteraan perawat. Berdasarkan penjelasan terse-

but, pegertian sumberdaya manusia dapat dijelaskan sebagai suatu proses

mendayagunakan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi untuk mencapai

tujuan dari Rumah Sakit.

2. Konsep Kompensasi

Salah satu aktivitas atau fungsi dari manajemen sumberdaya manusia ada-

lah manajemen penghargaan. Kajian terhadap manajemen penghargaan cukup luas.

Di dalam penelitian ini manajemen penghargaan yang dimaksud adalah pemberian


7

kompensasi oleh perusahan kepada perawatya. Menurut Marwansyah (2010:269),

kompensasi merupakan imbalan secara langsung, imbalan tidak langsung dalam

bentuk manfaat tambahan (benefit) dan bentuk pemberian layanan tambahan serta

insentif yang ditujukan untuk memotivasi pekerjaan agar mencapai produktivitas

yang lebih tinggi. Konsep mengenai kompensasi juga dikembangkan oleh Gomez

Mejia (2012:312) yang menyatakan bahwa kompensasi merupakan bentuk

penghargan dari perusahan kepada perawat karena kontribusi mereka. Selanjutnya,

Gomez Mejia membagi kompensasi ke dalam tiga komponen; kompensasi dasar,

insentif, dan benefit (kompensasi tidak langsung). Sebagai dasar perancangan

kuesioner, penulis menggunakan tiga komponen kompensasi yang disebutkan oleh

Gome Mejia (2012), yaitu kompensasi dasar, insentif, dan benefit. Berdasarkan

definis dari kedua penulis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompensasi

merupakan segala bentuk pembayaran atau manfat yang diterima sebagai balas jasa

perawat terhadap kontribusi atas pekerjaan mereka di perusahan. Ditambahkan lagi

bahwa kompensasi harus dirancang sedemikian rupa agar bisa memotivasi perawat

dan sekaligus tidak memberatkan beban organisasi. Dengan demikian sasaran

pemberian kompensasi untuk meningkatkan produktivitas perawat dan organisasi

dapat tercapai.

Menurut pendapat penulis Kompensasi merupakan pendapatan yang

berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima perawat

sebagai imbalan atas jasa yang diberikan pada Rumah Sakit. Adapun kompensasi

menurut para ahli:

Kompensasi adalah penghargan atau ganjaran pada para pekerja yang telah

memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang


8

disebut bekerja (Nawai, 2001) Kompensasi juga merupakan penghargan yang

diberikan perawat baik langsung maupun tidak langsung, kompensasi yang adil

kepada perawat atas sumbangan mereka dalam mencapai tujuan organisasi,

sehingga pemberian kompensasi sangat dibutuhkan oleh perusahan maupun guna

meningkatkan kinerja perawatnya. Kompensasi menjadi faktor penting untuk dapat

menarik, memelihara, maupun

Menurut Hasibuan 2017 (dalam Nurul Hidayah. 2016) Kompensasi adalah

semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang

diterima perawat sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahan.

Pembentukan sistem kompensasi yang efektif merupakan bagian penting dari

manajemen sumber daya manusia karena membantu menarik Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 Pasal 1 yang dimaksud dengan :

Tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas

tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah dan mempertahankan pekerjaann–pekerjaan yang berbakat. Selain itu

sistem kompensasi perusahan memiliki dampak terhadap kinerja strategis.

3. Tujuan Dan Asas Kompensasi

Menurut Hasibuan (2017:121), tujuan pemberian kompensasi antara lain

adalah:
9

a. Ikatan kerja sama

Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerjasama formal antara

majikan dengan perawat. Perawat harus mengerjakan tugasnya dengan baik,

sedangkan pengusaha/majikan harus membayar kompensasi

b. Kepuasan kerja

Perawat dapat memenuhi kebutuhan kebutuhannya dengan pemberian

kompensasi

c. Pengadan efektif

Jika program kompensasasi ditetapkan cukup besar, pengadan perawat yang

qualified untuk perusahan lebih mudah

d. Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah

memotivasi bahawannya

e. Stabilitas perawat

Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal

konsistensinya yang kompetitif maka stabilitasnya perawat lebih terjamin

karena turnover yang relatife kecil

f. Disiplin

Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin perawat semakin

baik.

g. Pengaruh serikat buruh

Dengan program kompensasi yang baik pengaruh Serikat Buruh dapat

dihindarkan dan perawat akan konsenterasi pada pekerjaannya


10

h. Pengaruh buruk

Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang

berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat

dihindari. Sedangkan menurut Handoko tahun 2001 (dalam Widodo

(2015:157), tujuan kompensasi dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Memperoleh personalia yang qualified

2) Mempertahankan perawat yang ada sekarang

3) Menjamin keadilan

4) Menghargai perilaku yang diinginkan

5) Mengendalikan biaya-biaya

6) Memenuhi peraturan-peraturan legal

Menurut Hasibuan (2017:122), asas kompensasi harus berdasarkan asas adil

dan asas layak serta mempertahankan undang-undang perburuhan yang berlaku.

1) Asas adil

Besarnya kompensasi harus sesuai dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan,

tanggung jawab dan jabatan

2) Asas layak dan wajar

Suatu kompensasi harus disesuaikan dengan kelayakannya. Meskipun tolak

ukur layak sangat relatif, perusahan dapat mengacu pada batas kewajaran yang

sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah dan aturan lain

secara konsisten.

4. Sistem Kompensasi

Menurut Sutrisno (2009:195) Sistem pembayaran kompensasi yang umum

diterapkan diantaranya adalah:


11

a. Sistem waktu

Dalam sistem waktu kompensasi diterapkan berdasarkan standar waktu seperti

jam, hari, minggu, atau bulan. Sistem waktu ini dapat diterapkan jika prestasi

kerja sulit diukur perunitnya, dan bagi perawat tetap kompensasinya dibayar

atas sistem waktu secara priodik setiap bulannya. Kebaikan sistem waktu

adalah administrasi pengupahan mudah dan besarnya kompensasi yang akan

dibayarkan tetap. Kelemahan system waktu adalah yang malaspun tetap

dibayar sebesar perjanjian

b. Sistem hasil

Besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan

pekerja, seperti perpotong, permeter, liter dan kilogram. Dalam system hasil

besarnya kompensasi yang akan dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya

hasil yang dikerjakan bukan berdasarkanlamanya waktu mengerjakannya.

Kebaikan sistem ini memberikan kesempatan kepada perawat yang bekerja

bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang

lebih besar. Kelemahan sistem hasil ini adalah kualitas barang yang dihasilkan

kurang baik dan perawat yang kurang mampu balas jasanya kecil, sehingga

kurang manusiawi

c. Sistem borongan

Suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume

pekerjaan dan lama mengerjakannya. Dalam sistem borongan ini pekerja biasa

mendapat balas jasa besar atau kecil tergantung atas kecermatan kalkulasi

mereka. Prinsip pengupahan dan pengajian serta problema yang sering

dijumpai dalam masalah itu antara lain adalah berkenan dengan tingkat
12

pembayaran, struktur pembayaran, penentuan pembayaran kepada individu,

metode pembayaran, intensif, dan pengendalian pembayaran.

Untuk menentukan tingkat besarnya pembayaran atau gaji dari suatu kelompok

jabatan atau suatu pekerjaan biasanya di pertimbangkan berdasarkan tingkat

kesulitan dari jabatan tersebut. Adapun aspek-aspek yang dinilai dari tuntutan

dari jabatan tersebutmen cakup

1) Tuntutan keahlian (skill) yang meliputi pengetahuan, pengalamn dan

kemandirian

2) Tuntutan upaya (effort) meliputi tuntutan fisik dan tuntutan perhatian

3) Tuntutan tanggung jawab meliputi besarnya atau nilai peralatan, material,

keuangan, keselamatan dan kepemimpinan yang menjadi tangggung jawabnya

4) Tuntutan lingkungan yang meliputi keadan lingkungan kerja dan bahaya

kecelakan Suatu kompensasi harus disesuaikan dengan kelayakannya.

Meskipun tolak ukur layak sangat relatif, perusahan dapat mengacu pada batas

kewajaran yang sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah dan

aturan lain secara konsisten.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi

Menurut Sutrisno (2009:190) Organisasi atau perusahan dalam

menentukan besarnya kompensasi sangat dipengaruhi oleh

a. Adanya permintan dan penawaran tenaga kerja

Perminntan tenaga kerja artinya pihak perusahan sangat membutuhkan tenaga

kerja, maka secara otomatis kompensasi relatif tinggi. Penawaran tenaga kerja

artinya pihak individu yang membutuhkan pekerjaan, maka tingkat kompensasi

relatif lebih rendah.


13

b. Kemampuan dan kesedian perusahan membayar

Bahwa ukuran besar kecilnya kompensasi yang akan diberikann kepada

Perawat akan sangat tergantung kepada kemampuan finansial yang dimiliki

perusahan, dan juga seberapa besar kesedian dan kesanggupan perusahan

menentukan besarnya kompensasi untuk perawat.

c. Serikat buruh atau organisasi perawat

Pentingnya eksistensi perawat dalam Rumah Sakit, maka perawat akan

membentuk suatu ikatan dalam rangka proteksi atas kesemena-menaan

pimpinan dalam memberdayakan perawat. Dalam hal ini muncul rasa yang

menyatakan bahwa perusahan tidak akan bisa mencapai tujuannya tanpa ada

perawat. Dengan demikian maka akan mempengaruhi besarnya kompensasi

d. Produktivitas kerja/prestasi kerja perawat

Kemampuan perawat dalam menghasilka prestasi kerja akan sangat

mempengaruhi besarnya kompensasi yang akan diterima perawat.

e. Biaya hidup

Tingkat biaya hidup disuatu daerah akan menentukan besarnya kompensasi

f. Posisi atau jabatan perawat

Tingkat jabatan yang dipegang perawat akan menentukan besar kecilnya

kompensasi yang akan diterimanya, juga berat ringannya beban dan tanggung

jawab suatu pekerjaan


14

g. Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja

Pendidikan dan pengalaman berperan dalam menentukan besarnya kompensasi

bagi perawat. Semakin tinggi pendidikan perawat dan semakin banyak

pengalaman kerja, maka semakin tinggi pula kompensasinya

h. Sektor pemerintah

Pemerintah sebagai pelindung masyarakat berkewajiban untuk menerbitkan

sistem kompensasi yang diterapkan Rumah Sakit/organisasi, serta instansi-

instansi lainnya, agar perawat mendapatkan kompensasi

i. yang adil dan layak, seperti dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah

dalam pemberian upah minimum bagi perawat

6. Faktor Kompensasi

Menurut Mangkunegara (2009:84) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kompensasi sebagai berikut :

a. Faktor Pemerintah

Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar gaji

mminimal, pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya transportasi/

angkutan, inflasi maupun devaluasi sangat mempengaruhi perusahan dalam

menentukan kebijakan kompensasi pegawai.

b. Penawaran Bersama Antara Rumah Sakit dan Pegawai

Kebijakan dalam menentukan kompensasi dapat di pengaruhi pula pada saat

terjadinya tawar menawar mengenai besarnya upah yang harus di berikan oleh

perusahan kepada pegawainya.


15

c. Standard dan Biaya Hidup Pegawai

Kebijakan kompensasi perlu mempertimbangkan standard dan biaya hidup

minimal pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar pegawai haus terpnuhi.

Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pegawai dan keluarganya, maka

pegawai akan merasa aman. Terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa aman

pegawai akan memungkinkan pegawai dapat bekerja dengan penuh motivasi

untuk mencapai tujuan Rumah Sakit.

d. Ukuran Perbandingan Upah

Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi pula oleh ukuran besar

kecilnya perusahan, tingkat pendidikan pegawai, masas kerja pegawai.

Artinya, perbandingan tingkat upah pegawai perlu memperhatikan tingkat

pendidikan , masa kerja, dan ukuran Rumah Sakit.

e. Pemerintah dan Persediaan Kemampuan Membayar Dalam menentukan

kebijakan kompensasi pegawai perlu mempertimbangkan tingkat persediaan

dan permintaan pasar. Artinya kondisi pasar pada saat itu perlu di jadikan

bahan pertimbangan dalam menentukan tingkat upah pegawai.

f. Kemampuan Membayar

Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada

kemampuan perusahan dalam membayar upah pegawai. Artinya jangan sampai

menentukan kebijakan kompensasi di luar batas kemampuan yang ada pada

perusahan.

7. Pembayaran Berdasarkan Prestasi

Hampir semua perawat percaya bahwa seseorang yang bekerja lebih keras

dan menghasilkan harus dapat imbalan yang lebih baik dari pada perawat yang
16

biasa. Jika mereka melihat bahwa pembayaran diberikan tanpa melihat tingkat

prestasi yang dicapai oleh seseorang artinya yang berprestasi maupun dengan yang

tidak berprestasi sama saja, maka mereka akan cenderung menjadi kurang

termotivasi untuk berprestasi di masa mendatang. Oleh karena itu pembayan

berdasarkan pertimbangan prestasi perlu dilakukan oleh suatu Rumah Sakit yang

ingin maju.

Menurut widodo (2015:164) dalam hal ini ada berbagai cara pembayaran

berdasarkan prestasi yang perlu diketahui antara lain:

a. Pembayaran berdasarkan prestasi individu.

Model ini digunakan bila kontribusi seseorang individu bisa secara eksplisit di

ukur, bila tuntutan bersifat ekonomi, dan bila kompetisi perorangan memang

diinginkan.

b. Pembayaran berdasarkan prestasi kelompok kerja.

Model ini dilakukan bila pekerjaan yang dilakukan saling berkaitan erat

sehingga sulit dipisahkan, bila bekerja kelompok menjadi budaya Rumah Sakit,

dan bila tujuan Rumah Sakit ingin membangkitkan kerja kelompok yang

mandiri.

c. Pembayaran berdasarkan prestasi dari unit Rumah Sakit yang bersangkutan.

Model ini digunakan bila ukuran dan banyaknya unit tidak terlalu besar, bila

berdasarkan pengalaman selama ini banyak ditemui unit-unit yang kurang

berprestasi, bila budaya organisasi mendukungnya, dan bila pasar produk

relatif stabil.
17

d. Pembayaran berdasarkan prestasi dari Rumah Sakit secara keseluruhan.

Model ini dipilih biasanya pada Rumah Sakit yang besar, bila antar unit

organisasi saling bergantung, bila kondisi pasar fluktuatif, digunakan sebagai

pelengkap dari model-model pembayaran yang lain.

Menurut Handoko 2014:155 (dalam darmawan yuniawan) Kompensasi

adalah segala sesuatu yang diterima para perawat sebagai balas jasa untuk kerja

mereka. Program-program kompensasi juga penting bagi Rumah Sakit, karena

mencermintakan upaya organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia.

Selain itu menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2009 (dalam Komara dan

Nelliwati) bahwa kompensasi yang diberikan kepada pegawai berpengaruh

terhadap tingkat kepuasan dan motivasi kerja serta hasil kerja.

Menurut Desler (2007:46) kompensasi perawat adalah semua bentuk

pembayaran atas hadiah yang diberikan kepada perawat dan muncul dari pekerjaan

mereka. Nawawi (2008:315) mengatakan kompensasi adalah penghargaan atau

ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan

tujuan melalui kegiatan yang disebut bekerja. Sedangkan Simamora (2004:154)

mengatakan kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan-

imbalan finansial (financial

Menurut Wibowo (2011), kompensasi merupakan kontraprestasi terhadap

penggunaan tenaga atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerjanya. Kadarisman

(2012) mengemukakan kompensasi adalah apa yang seseorang perawat atau

pegawai atau pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikan.

Komensasi yang diberikan organisasi ada yang berbentuk uang, namun ada yang
18

tidak berbentuk uang. Kompensasi yang berwujud upah pada umumnya berbentuk

uang, sehingga kemungkinan nilai riilnya turun naik.

Kompensasi adalah penghargaan atau ganjaran pada para pekerja yang telah

memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang

disebut bekerja (Nawai, 2001) Kompensasi juga merupakan penghargaan yang

diberikan perawat baik langsung maupun tidak langsung, financial maupun non

financial yang adil kepada perawat atas sumbangan mereka dalam mencapai tujuan

organisasi, sehingga pemberian kompensasi sangat dibutuhkan oleh Rumah Sakit

maupun guna meningkatkan kinerja perawatnya. Kompensasi menjadi faktor

penting untuk dapat menarik, memelihara, maupun

8. Bentuk Bentuk Kompensasi

menurut Mangkunegara (2009:84) ada dua bentuk kompensasi yaitu bentuk

kompensasi langsung yang merupakan upah dan gaji, bentuk kompensasi yang tak

langsung yang merupakan pelayanan dan keuntungan upah adalah pembayaran

berupa uang yang untuk pelayanan kerja atau uang yang biasanya dibayarkan

kepada pegawai secara perjam, perhari, dan . persetengah hari. Sedangkan gaji

merupakan uang yang dibayarkan kepada pegawai atas jasa pelayanan yang

diberikan secara bulanan.

Berdasarkan uraian diatas maka paradigma penelitian akan dijelaskan dengan bagan

dibawah ini : Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan

yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat

dihindari

Sedangkan menurut Handoko tahun 2001 (dalam Widodo (2015:157), tujuan

kompensasi dapat diuraikan sebagai berikut:


19

a. Memperoleh personalia yang qualified

b. Mempertahankan perawat yang ada sekarang

c. Menjamin keadilan

d. Menghargai perilaku yang diinginkan

e. Mengendalikan biaya-biaya

f. Memenuhi peraturan-peraturan legal

9. Konsep Kinerja

Kinerja dalam sebuah Rumah Sakit/instansi pemerinta merupakan jawaban

dari berhasil atau tidaknya tujuan Rumah Sakit yang telah ditetapkan. Pimpinan

atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali setelah kondisi yang buruk atau

segala sesuatu jadi serbah salah. Terlalu sering pimpinan tidak mengetahui betapa

buruknya kinerja telah merosot sehingga Rumah Sakit menghadapi krisis yang

serius. Kesan – kesan buruk Rumah Sakit yang mendalam berakit dan

mengakibatkan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot. Menurut

peneliti kinerja adalah suatu ukuran kemampuan idividu yang menggambarkan

kualitas individu secara baik dan buruk.

Kinerja menurut Mangkunegara (2000) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan (2008) (dalam Fauziyah dkk. 2016) secara garis besar

membagi kompensasi menjadi tiga jenis, yaitu : 1) Kompensasi Langsung

Penghargaan atau ganjaran yang disebut gaji atau upah, yang dibayar secara tetap

berdasarkan tenggang waktu yang tetap 2) Kompensasi Tidak Langsung Pemberian

bagian keuntungan atau manfaat bagi para pekerja di luar gaji atau upah tetap, dapat
20

berupa uang atau barang. 3) Insentif Penghargaan atau ganjaran yang diberikan

untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak

tetap atau sewaktu-waktu.

Menurut Hasibuan (2008) (dalam Sumainah Fauziah dkk. 2016) secara garis

besar membagi kompensasi menjadi tiga jenis, yaitu : 1) Kompensasi Langsung

Penghargaan atau ganjaran yang disebut gaji atau upah, yang dibayar secara tetap

berdasarkan tenggang waktu yang tetap 2) Kompensasi Tidak Langsung Pemberian

bagian keuntungan atau manfaat bagi para pekerja di luar gaji atau upah tetap, dapat

berupa uang atau barang. 3) Insentif Penghargaan atau ganjaran yang diberikan

untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak

tetap atau sewaktu-waktu.

Menurut rivai dan fawzi (2004) : kinerja adalah merupakan perilaku yang

nyata yang ditampilkan setiap orang sebgai prestasi kerja yang dihasilkan oleh

perawat sesuai dengan perannya dalam Rumah Sakit .

Berdasarkan pendapat pakar diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikomfirmasikan kepada pihak

tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan

dengan visi yang dikembangkan suatu Rumah Sakit atau Rumah Sakit serta

mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.

Adapun pengertian kinerja menurut para ahli :

Kinerja menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya


21

Menurut Mangkunegara (2000: 67) kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan

oleh seorang perawat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut

Efendi (2002) kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau

perilaku nyata yang ditampilkan sesuai peranannya dalam organisasi. Kinerja juga

berarti hasil yang dicapai seseorang baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Selain itu kinerja seseorang dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan, inisiatif, pengalaman kerja, dan motivasi perawat. Hasil

kerja seseorang akan memberikan umpan balik bagi orang itu sendiri untuk selalu

aktif melakukan pekerjaannya secara baik dan diharapkan akan menghasilkan mutu

pekerjaan yang baik pula. Pendidikan memengaruhi kinerja seseorang karena dapat

memberikan wawasan yang lebih luas untuk berinisiatif dan berinovasi dan

selanjutnya berpengaruh terhadap kinerjanya.

Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi pelaksanaan kerja

individu. Dalam organisasi modern penilaian kinerja memberikan mekanisme

penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standar-

standar kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya (Simamora,

2004:86). Penilaian kinerja membandingkan prestasi actual reward) yang diterima

oleh orang orang Melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah

organisasi. mempertahankan tenaga kerja bagi kepentingan organisasi. Posisi

kompensasi dalam membangun Rumah Sakit yang sehat selalu menjadi kondisi

yang rumit. Pengukuran dampak pelatihan dapat diukur dengan menggunakan

prestasi kerja yang dihasilkan oleh perawat sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan

dilaksanakan. Menyatakan bahwa objek


22

Kinerja menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

Kinerja yang dimaksud menurut Mathis dan Jackson 2002 (dalam Anton

Tirta Komara, Euis Nelliwati) adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

perawat. Kinerja perawat adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk:

1. Kuantitas Output
2. Kualitas Output
4. Ketepatan waktu
5. Kehadiran
6. Kemampuan bekerja sama

B. Kerangka fikir

Pemberian kompensasi kepada perawat honorer RSUD Majene masih

dirasakan belum memenuhi kebutuhan dan kepuasan dari perawat sesuai tingkat

pendapatan yang diterima. Ini tercermin dari banyaknya keluhan perawat untuk

ditingkatkan kompensasinya sesuai dengan tingkat kesejahteraan pribadi dan

keluarganya atas pendapatan yang diterima. Banyak saat ini mendambakan

pemberian kompensasi finansial untuk ditingkatkan sesuai dengan kelayakan

pemberiannya dengan pekerjaannya dengan pekerjaan yang dilakukan, dalam

rangka membangun motivasi perawat honorer untuk dapat bekerja dengan baik

dalam melaksakan tugas pokok dan fungsinya dalam suatu organisasi.


23

Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima perawat sebagai pengganti

kontribusi jasa mereka pada Rumah Sakit. Setiap perawat dalam suatu organisasi

mempunyai keinginan untuk mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan harapan

mereka. Apabila harapan tersebut terpenuhi, maka perawat tersebut akan senantiasa

bersemangat dalam bekerja.

Kompensasi adalah total dari perasaan positif individu terhadap bayaran

yang mereka terima, dimana bayaran yang diterima sesuai dengan yang diharapkan

oleh individu tersebut.

Pemberian kompensasi atau balas jasa merupakan pemberian kompensasi

atau balas jasa merupakan suatu biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak rumah

sakit kepada para perawat oleh karena itu pihak rumah sakit harus melakukan

sesuatu penilaian yang di telilti mengenai prestasi kerja yang dihailkan oleh setiap

perawatb tersebut.

Hal tersebut dilaksanakan oleh pihak rumah sakit karena pihak

Rumah Sakit tersebut menghendaki adanya suatu prestasi kerja yang

memaksimalkan dari biaya kompensasi yang mereka keluarkan.

Bentuk pemberian kompensasi yang banyak diterpkan dalam suatu organisasi

terdiri dari gaji, tunjangan dari insentif, yang saat ini cenderung menjadi pertanyaan

oleh kebanyakan perawat, karena belum terditribusikan secara adil dan merata atas

pemberian kompensasi kepada stiap perawat honorer.

Banyaknya keluhan dan ketidak puasan atas pemberian kompensasi yang

diterima oleh perawat, maka secara lansung atau tidak lansung berdampak terhadap

proses aktivitas kerja, yang mempengarauhi kegiatan pelaksanan kerja sehari-hari,

karena perawat tidak termotivasi dalam menjalankan aktivitas kerjanya, akibat


24

kesenjangan kompensasi yang belum mendapat kesejalasan dari pihak rumah sakit

yang menunda pemberian kompensasi kepada perawat honorer. Uraian tersebut

diatas menggambarkan bahwa pemberian kompensasi yang diterima oleh perawat

sebagai suatu kewajiban pimpinan cenderung mempengaruhi perawat dalam

bekerja, sehinga perlu di tinjau jenis kompensasi mana yang perlu mendapat

prioritas diberikan kepada

perawat dalam meningkatkan gairah dan aktivitas kerja perawat untuk

menghasilkan kerja yang baik. Sesungguhnya setiap perawat berupaya untuk

bekerja dengan baik dan sunguh – sungguh apabila pemberian kompensasi sepadan

dan sesuai dengan kebutuhan perawat.

Atas dasar tersebut maka proses peningkatan kinerja perawat banyak

dipengaruhi oleh pemberian kompensasi yang diberikan berupa gaji. Tunjangan dan

insentif, kompensasi ini menunjukan bagaimana perawat dapat meningkatkan

kinerja yang diukur berdasarkan penilaian pimpinan dari jumlah pekerjaan yang

diselesaikan (kuantitas kerja) atau biasa disebut input kerja, mutu pekerjaan yang

diselesaikan (kualitas kerja) atau biasa disebut output kerja dan ketepatan waktu

kerja (efisien) yang diselesaikan yang biasa disebut outcome.

Kinerja perawat honorer yang baik dapat dicapai dengan konsistensi

pemberian kompensasi dari pihak rumah sakit sehingga seorang perawat

termotivasi ingin mengembangkan kemapuan kerjanya berdasarkan pemberian

kompensasi dalam memacu peningkatan kinerja perawat.


25

RUMAH SAKIT UMUM


KABUPATEN MAJENE

KOMPENSASI KINERJA

1. Asas Adil 1. Kuantitas Hasil


2. kualitas dari hasil
2. layak dan wajar 3. kemampuan Bekerja Sama
4. Kehadiran
(Hasibuan ,2017 : 122 )
(Mathis & Jackson 2006:376)

Peningkatan kinerja honorer


di rumah sakit umum daerah
kabupaten Majene
26

C. Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel Kompensasi (X)

Kompensasi adalah imbalan baik secara langsung dan maupun tidak

langsung yang didapatkan perawat honorer di Rumah sakit umum Daerah

Kabupaten Majene berupa tunjangan hidup seperti tunjangan makan kesehatan

dan jasa tindakan medis Dengan indikator:

a) Asas adil adalah besarnya kompensasi yang diterima perawat honorer di

Rumah sakit umum daerah Kabupaten Majene harus sesuai dengan prestasi

kerja, jenis pekerjaan, tanggung jawab dan jabatan.

b) Asas layak dan wajar adalah suatu kompensasi yang diterima perawat honorer

Rumah sakit umum Daerah Kabupaten Majene harus disesuaikan dengan

kelayakanya. Meskipun tolak ukur layak sangat relatif, Rumah Sakit dapat

mengacu pada batas kewajaran yang sesuai dengan ketentuan yang diterapkan

oleh pemerintah dan aturan lain secara konsisten.

2. Variabel Kinerja (Y)

Kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang baik kualitas maupun kuantitas

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan pegawai honorer rumah sakit

umum Kabupaten Majene. Dengan indikator:

a) Kuantitas dari hasil Merupakan jumlah yang dihasilkan dan dinyatakan

dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

Kuantitas yang diukur dari persepsi pegawai terhadap jumlah aktivitas

yang ditugaskan beserta hasilnya.

b) Kualitas dari hasil Tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan

mendekati sempurna, dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari


27

penampilan aktivitas, maupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan

dari suatu aktivitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi pegawai terhadap

kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

keterampilan dan kemampuan pegawai.

c) Kehadiran Merupakan bentuk hasil dari aktivitas perawat yang didukung

dengan tingkat kehadiran dan ketepatan waktu yang tinggi.

d) Kemampuan bekerja sama Perawat dapat bekerja sama dengan pemimpin

maupun rekan kerja agar tujuan efektivitas Rumah Sakit tercapai dengan

baik.

D. Hipotesis

Hipotesis: apakah benar dengan adanya keadilan kompensasi maka kinerja

perawat honorer akan meningkat

H1 : semua perawat honorer mengalami peningkatan kinerja

H0 : tidak semua perawat honorer mengalami peningkatan kinerja


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi penelitian

Waktu penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama dua bulan

setelah seminar proposal dilakukan. Lokasi peneltian yakni dikabupaten Majene

kecamatan Banggae Timur. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di

rtumah sakit umum daerah majene karna peneliti melihat problem di rumah sakit

dimana pelayanan terhambat dikarenakan para perawat honorer mogok kerja

akibat dari pihak rumah sakit belum memberikan gaji pokok mereka .

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

alasan kareana permasalahan yang merupakan titik tolak sudah jelas , peneliti

dengan mudah mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi, dan

peneliti dengan muda mendapatkan data yang akurat , berdasarkan fenomena

yang empiris dan dapat diukur.

2. Tipe peneitian

Tipe penelitian ini adalah tipe pendekatan deskriktif . artinya penelitian

ini menggambarkan rumah sakit umum Majene secara rinci mengenai objek

penelitian serta menganalisis data-data atau informasi mengenai kompensasi

perawat honorer di rumah sakit umum Majene. Hal ini dimaksudkan agar

peneliti dapat menjelaskan pembagian kompensasi yang ada di rumah sakit

umum Majene.

28
29

C. Populasi dan Sampel

populasi dalam penelitian ini adalah perawat honorer pada rumah sakit

umum daerah kabupaten majenene yang berjumlah sebanyak 477 perawat

honorer (bila populasi lebih kecil dari sampel maka diteliti semuanya (sampel

jenuh /sensus), namun jika populasi dianggap terlalu besar sehingga peneliti

mengalami kendala /keterbatasan waktu,biaya,dan tenaga, maka dapat dilakukan

pengambilan sampel menggunakan rumus rumus slovin. Dikarenakan populasi

peneliti besar maka peneliti memutuskan untuk mengambil sampel

menggunakan rumus Taro Yamane:

𝑁
n=
𝑁. (𝑑 )2 + 1
477
=
477. (0,01) + 1

477
= =82,6 = 83
5,77
Berdasarkan rumus yang telah digunakan, maka sampel penelitian ini berjumlah

83 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipilih adalah dengan menggunakan

kuesioner (angket) menggunakan bentuk checklist. guna membantu responden

di rumah sakit umum daerah Majene untuk menjawab dan mengisi kuesioner

dengan mudah dan cepat dengan memberi tanda check (√) pada tempat yang

telah disediakan.

Peneliti membuat 2 (dua) buah kuesioner untuk penelitian ini, satu

kuesioner untuk memperoleh data terkait kompensasi (variabel X) dan satu


30

kuesioner untuk memperoleh data terkait kinerja (variabel Y). Kedua kuesioner

tersebut peneliti berikan kepada pegawai atau responden yang berada di rumah

sakit umum daerah Majene Guna mempermudah proses pembuatan kuesioner

maka terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen penelitian (lihat

Lampiran).

Kuesioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data

kuantitatif. Skala Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi pegawai atau responden di rumah sakit umum daerah

Majene tentang variabel kompensasi dan variabel kinerja Ada 5 (lima) pilihan

jawaban pada setiap item pertanyaan, yaitu:

1. Jawaban Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5

2. Jawaban Setuju (S) : diberi skor 4

3. Jawaban Ragu-Ragu (RR) : diberi skor 3

4. Jawaban Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

5. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Kuesioner penelitian yang dibuat oleh peneliti ini akan diuji validitas dan

reliabilitasnya sebelum dan sesudah penelitian. Uji validitas dilakukan untuk

menguji keakuratan/ kevalidan kuesioner penelitian, sedangkan uji reliabilitas

dilakukan untuk menguji kehandalan/ konsistensi kuesioner penelitian. Peneliti

akan melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS

version 24.0. Pengujian validitas cukup dengan membandingkan nilai r hitung

dengan nilai rtabel Product Moment (lihat Lampiran). Jika nilai rhitung ≥ rtabel maka
31

indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan valid, begitupula sebaliknya. Data

juga dikatakan valid jika nilai sig. (2-tailed) data < 0.05

Peneliti akan melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan

software SPS version 24.0. Pengujian realibilitas cukup dengan membandingkan

ralpha atau angka cronbach alpha dengan nilai 0,7. Jika ralpha atau angka cronbach

alpha ≥ 0,7 maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan reliabel,

begitupula sebaliknya.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data, yaitu:

1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

kuesioner yang telah terkumpul dari jawaban responden pada rumah sakit umum

daerah Majene sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum (generalisasi).

Teknik analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian

ini berupa tabel, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi

sentral), perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar

deviasi, serta perhitungan persentase (%). Penentuan persentase dari perolehan

data hasil kuesioner dari masing-masing variabel menggunakan rumus

perhitungan persentase:
𝑛
% = 𝑁 x 100%

Keterangan rumus:
32

n = Skor yang diperoleh

N = Skor ideal

% = Persentase

Data yang sudah dipersentasekan lalu ditafsirkan dengan kalimat-kalimat

yang bersifat kualitatif, dimana hasil persentase itu dapat digolongkan sebagaimana

terlihat pada Tabel 3.1:

Tabel 3.1. Kriteria Jawaban Responden

Persentase Jawaban Tafsiran Kualitatif

80% - 100% Sangat Baik

60% - <80% Baik

40% - <60% Cukup Baik

20% - < 40% Kurang Baik

0% - < 20% Sangat Tidak Baik

(Arikunto, 2010: 246)

2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana

Teknik analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat besaran

pengaruh variabel terhadap variable X pada rumah sakit umum daerah majene

Digunakan pula untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan

tersebut untuk membuat perkiraan (prediction). Adapun rumus persamaan

regresi sederhana yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

Ý = a + bX

Keterangan rumus:

Ý = variabel kinerja
33

X = variabel kompensasi

a = konstanta

b = koefisien regresi

Analisis regresi dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan software

SPSS version 24.0. Hasil analisis regresi dapat digunakan pula untuk melakukan

uji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Dasar pengambilan keputusannya,

adalah:

a. Jika nilai P value (sig) ≥ 0,05, maka H o diterima dan H1 ditolak

b. Jika nilai P value (sig) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H 1 diterima


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit umum majene yang terletak di Jl.

Poros Majene-Mamuju, Provensi Sulawesi Barat, Kabupaten Majene.

2. Sejarah Rumah Sakit Umum Majene

Rumah Sakit Umum Majene diresmikan pada tanggal 18 Maret 1987 oleh

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dr. Suwarjono Suryaningrat bertempat di

RSU Bulukumba. Selanjutnya penyerahan dari Menteri Kesehatan Republik

Indonesia kepada Gubernur KDH Tk.I Sulawesi Selatan No.

189/MENKES/BA/III/1987 tanggal 09/II/1987. Penyerahan perlengkapan dari

Gubernur KDH Tk.I Sulawesi Selatan Kepada Pemerintah Kabupaten Majene

No.109/III/1987 Tentang Penyerahan Bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Type

D beserta Perlengkapan / Peralatan Kesehatan kepada Pemerintah Daerah Tingkat

II Bulukumba dan Pemerintah Daerah Tingkat II Majene.

RSUD Majene dengan luas tanah 40.000m² terletak di Kecamatan Banggae

yaitu salah satu dari 8 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Majene paska

pemekaran. Kecamatan Banggae terdiri dari 82 kelurahan/desa dengan jumlah

penduduk pada tahun 2013 sebesar 173.053 jiwa. Dengan luas perkotaan 5.515 km

yang berada di posisi selatan Kab. Majene dengan jam tempuh sekitar 3 – 4 jam

dari Ibukota Sulawesi Barat (Mamuju) yaitu ± 142 km.

34
35

Berdasarkan Keputusan Bupati Majene Nomor 1199/HK/KEP-

BUP/IV/2014 tanggal 3 April 2014 tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh pada RSUD

Majene maka RSUD Majene yang beralamat di Jalan Poros Majene-Mamuju,

ditetapkan sebagai RSUD dengan Penerapan PPK-BLUD Secara Penuh yang

berlaku efektif mulai 1 Januari 2015 dan pelaksanaannya harus senantiasa

berpedoman pada ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif Kompensasi Perawat Honorer di Rumah Sakit

Umum Majene

Untuk dapat memberikan deskripsi tentang kompensasi perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Majene, peneliti membagikan kuesioner yang berkaitan dengan

2 (dua) indikator, yaitu (1) Asas adil; dan (2) Layak dan wajar.

a. Asas adil

Indikator pertama dari kompensasi perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene ini yakni asas adil yang dianalisis melalui 3 (tiga) pernyataan sebagai

berikut:

1) Kompensasi yang sesuai dengan prestasi kerja

2) Kompenasi yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan

3) Kompensasi yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

Adapun deskripsi dari 83 responden terhadap indikator asas adil ini, dapat

dilihat pada Tabel 4.1:


36

Tabel 4.1
Persentasi Pernyataan Responden terkait Asas Adil

ITEM – ITEM SS S KS TS STS JUM.


PERNYATAAN (%) (%) (%) (%) (%) (%)

Kompensasi yang sesuai


17 41 31 11 0 100
dengan prestasi kerja
Kompenasi yang sesuai
dengan jenis pekerjaan yang 12 42 40 6 0 100
dilakukan
Kompensasi yang sesuai
dengan tanggung jawab 11 41 38 10 0 100
yang diberikan
Rata-rata (%)
13 41 36 9 0 100

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, pada pernyataan pertama, yaitu terkait

dengan kompensasi yang sesuai dengan prestasi kerja, mendapatkan penilaian

Sangat Setuju (SS) dari 14 orang atau sebesar 17%, penilaian Setuju (S) dari 34

orang atau sebesar 41%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 26 orang atau sebesar

31%, penilaian Tidak Setuju (TS) dari 9 orang atau sebesar 11%, dan tidak ada

satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, pada pertanyaan pertama bahwa masih

ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan

bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene masih belum sesuai dengan Asas adil karna, kompensai yang diberikan

masih belum cukup sesuai dengan prestasi kerja,


37

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, pada pernyataan kedua, yaitu terkait

dengan kompenasi yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan,

mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 10 orang atau sebesar 12%,

penilaian Setuju (S) dari 35 orang atau sebesar 42%, penilaian Kurang Setuju (KS)

dari 33 orang atau sebesar 40%, penilaian Tidak Setuju (TS) dari 5 orang atau

sebesar 6%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju

(STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, pada pertanyaan kedua, bahwa masih

ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan

bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene masih belum sesuai dengan asas adil karena, kompensasi yang diberikan

belum sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, pada pernyataan ketiga, yaitu terkait

dengan Kompensasi yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan,

mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 9 orang atau sebesar 11%, penilaian

Setuju (S) dari 34 orang atau sebesar 41%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 32

orang atau sebesar 38%, penilaian Tidak Setuju (TS) dari 8 orang atau sebesar 10%,

dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, pada pertanyaan ketiga, bahwa masih

ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan

bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene masih belum sesuai dengan asas adil karena, kompensasi yang diberikan

belum sesuai dengan jenis pekerjaan yang diberikan


38

b. Asas Layak dan Wajar

Indikator Kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer ini yakni Asas

Adil yang diukur melalui 3 berkaitan sebagai berikut:

a. kompensasi yang sesuai dengan kelayakan pekekerjaan yang telah

b. kompensasi didapatkan sesuai dengan aturan dari pemerintah telah

diterapkan dalam UUD.

c. kompensasi yang ada dirumah sakit umum daerah kabupaen majene sesuai

dengan tolak ukur kelayakan para perawat honor

Untuk memberikan deskripssi tentang pernyataan dari ke 83 responden

terhadap indikator kedua (Asas Layak dan wajar) yang diisi dan diperlihatkan

oleh responden maka dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 asas layak dan wajar :

ITEM – ITEM Ss S KS TS STS JUM.


INSTRUMEN (%) (%) (%) (%) (%) (%)
VARIABEL KOMPENSASI
1. kompensasi yang sesuai
dengan
12 35 42 11 0 100
kelayakan pekekerjaan
yang telah dilakukan
2. kompensasi yang
didapatkan sesuai dengan
7 35 41 17 0 100
UMP (Upah Minimum
Pekerja)
3. kompensasi yang ada
dirumah sakit umum
daerah kabupaen majene
7 42 40 11 0 100
sesuai dengan tolak ukur
kelayakan para perawat
honor.
Rata-rata (%)
8,6 37 41 13 0 100
39

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, pada pernyataan pertama, yaitu terkait

dengan kompensasi yang sesuai dengan kelayakan yang telah dilakukan,

mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 10 orang atau sebesar 12%,

penilaian Setuju (S) dari 29 orang atau sebesar 35%, penilaian Kurang Setuju (KS)

dari 35 orang atau sebesar 42%, penilaian Tidak Setuju (TS) dari 9 orang atau

sebesar 11%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak

setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, pada pertanyaan pertama, yaitu terkait

dengan kompensasi yang sesuai dengan kelayakan yang telah dilakukan, bahwa

masih ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang

menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah

Sakit Umum Majene masih belum sesuai dengan asas layak dan wajar, karna

kompensasi yang diberikan belum sesuai dengan kelayakan pekerjaaan yang

dilakukan

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, pada mendapatkan penilaian Sangat Setuju

(SS) dari 6 orang atau sebesar 7%, penilaian Setuju (S) dari 29 orang atau sebesar

35%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 34 orang atau sebesar 41`%, penilaian

Tidak Setuju (TS) dari 14 orang atau sebesar 17%, dan tidak ada satupun responden

yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 bahwa masih ada sejumlah perawat honorer

di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa kompensasi yang

diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene masih belum
40

sesuai dengan asas layak dan wajar, karna kompensasi yang diberikan belum sesuai

dengan UMP (Upah Minimum Pekerja) yang dilakukan

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, pada pernyataan ketiga, yaitu terkait

dengan kompensasi yang ada dirumah sakit umum daerah kabupaen majene

sesuai dengan tolak ukur kelayakan para perawat honor., mendapatkan

penilaian Sangat Setuju (SS) dari 6 orang atau sebesar 7%, penilaian Setuju (S) dari

35 orang atau sebesar 42%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 33 orang atau

sebesar 40`%, penilaian Tidak Setuju (TS) dari 9 orang atau sebesar 11%, dan tidak

ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 Berdasarkan data pada Tabel 4.1

pernyataan ketiga, yaitu terkait dengan kompensasi yang ada dirumah sakit

umum daerah kabupaen majene sesuai dengan tolak ukur kelayakan para

perawat honor, masih ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene yang menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat

honorer di Rumah Sakit Umum Majene masih belum sesuai dengan. Asas layak dan

wajar karena kompensasi yang diberikan belum sesuai dengan tolak ukur kelayakan

pekerjaan perawat

Untuk dapat memberikan deskripsi tentang kompensasi perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Majene, peneliti membagikan kuesioner yang berkaitan

dengan 4 (Empat) indikator, yaitu (1) kuantitas; dan (2) kualitas; (3) kehadiran; (4)

kemampuan bekerjasama
41

2. Hasil Analisis Deskriptif Kompensasi Perawat Honorer di Rumah Sakit

Umum Majene (Data perawat hononer)

a.kuantitas

Indikator pertama dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kuantitas yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

1. Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan.

2. Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Daerah Majene mampu

melaksanakan tugas yang diberikan.

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. Perawat honorer di Rumah


Sakit Umum Majene dapat
menyelesasikan tugasnya
11 54 35 0 0,0 100
dengan baik sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab
yang diberikan
2. Perawat honorer Rumah
Sakit Umum
Daerah Majene mampu 11 47 32 10 0 100
melaksanakan tugas yang
diberikan

Rata – Rata (%) 11 50,5 33,5 10 0 100


42

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, pada pernyataan pertama, yaitu terkait

dengan Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesaikan

tugas dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan,

mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 9 orang atau sebesar 11%, penilaian

Setuju (S) dari 45 orang atau sebesar 54%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 29

orang atau sebesar 35`%, penilaian Tidak Setuju (TS) dari 0 orang atau sebesar 0%,

dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 pernyataan pertama, yaitu terkait dengan

Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan, masih ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

yang menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Majene masih belum sesuai dengan indikator kuantitas karena,

kompensasi yang diberikan belum sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan yang ada pada indikator kuantitas

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 pada pernyataan kedua, yaitu terkait

dengan Perawat honorer Rumah Sakit Umum Daerah Majene mampu

melaksanakan tugas yang diberikan, mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS)

dari 9 orang atau sebesar 11%, penilaian Setuju (S) dari 39 orang atau sebesar 47%,

penilaian Kurang Setuju (KS) dari 27 orang atau sebesar 32`%, penilaian Tidak

Setuju (TS) dari 8 orang atau sebesar 10%, dan tidak ada satupun responden yang

menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).


43

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 pernyataan kedua, yaitu terkait dengan

Perawat honorer Rumah Sakit Umum Daerah Majene mampu melaksanakan

tugas yang diberikan, masih ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene yang menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat

honorer di Rumah Sakit Umum Majene masih belum sesuai dengan indikator

kuantitas karena. Kompensasi yang diterima belum sesuai dengan kemampuan

kerja perawat

b. kehadiran
Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

1. Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan

2. Perawat honorer Rumah Sakit Umum Daerah Majene memiliki kehadiran

yang baik

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. Perawat honorer di Rumah


Sakit Umum Daerah
Majene dapat 3 38 50 9 0 100
menyelesaikan tugasnya
dengan tepat waktu
2. Perawat honorer di Rumah
Sakit Umum
1 42 49 8 0 100
daerah Majene memiliki
kehadiran yang baik
Rata-rata 2 40 49,5 8,5 0 100
44

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, pada pernyataan pertama, yaitu terkait

dengan Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Daerah Majene dapat

menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu, mendapatkan penilaian Sangat

Setuju (SS) dari 3 orang atau sebesar 3%, penilaian Setuju (S) dari 32 orang atau

sebesar 38%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 42 orang atau sebesar 50`%,

penilaian Tidak Setuju (TS) dari 7 orang atau sebesar 9%, dan tidak ada satupun

responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 pernyataan pertama, bahwa masi ada

Perawat honorer di Rumah Sakit Umum DaerahMajene dapat menyelesaikan

tugasnya dengan tepat waktu, masih ada sejumlah perawat honorer di Rumah

Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene masih belum sesuai dengan belum

sesuai dengan indikator kehadiran karena, kompensasi yang mereka terima belum

sesuai dengan indikator kehadiran

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 pernyataan kedua yaitu terkait dengan

Perawat honorer di Rumah Sakit Umum daerah Majene memiliki kehadiran

yang baik mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 6 orang atau sebesar 3%,

penilaian Setuju (S) dari 35 orang atau sebesar 38%, penilaian Kurang Setuju (KS)

dari 40 orang atau sebesar 50`%, penilaian Tidak Setuju (TS) dari 2 orang atau

sebesar 9%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju

(STS).
45

dengan Berdasarkan data pada Tabel 4.2 pernyataan kedua, yaitu terkait

dengan Perawat honorer di Rumah Sakit Umum daerah Majene memiliki

kehadiran yang baik, masih ada sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene yang menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada perawat

honorer di Rumah Sakit Umum Majene masih belum sesuai dengan indikator

kehadiran karena kompensasi yang mereka terima belum sesuai dengan indikator

kehadiran

c. Kualitas

Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

1. perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan baik

2 Perawat honorer di umah sakit umum Majene mampu

menyelesaikan tugasnya dengan kerja sama yang baik dengan perawat

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. perawat honorer di
Rumah Sakit Umum
Majene dapat 7 42 49 2 0 100
menyelesasikan
pekerjaan dengan baik
2. Perawat honorer Majene
mampu
menyelesaikan tugasnya 10 52 37 1 0 100
dengan kerja yang
sesama perawat
Rata-rata (%) 8,5 47 43 1,5 0
46

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan pekerjaan

dengan baik mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 6 orang atau sebesar

7%, penilaian Setuju (S) dari 43 orang atau sebesar 42%, penilaian Kurang Setuju

(KS) dari 30 orang atau sebesar 49% penilaian Tidak Setuju (TS) dari 1 orang

atau sebesar 2%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak

setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik, masih ada sejumlah

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

masih belum sesuai dengan kualitas. Karena kompensasi yang mereka terima belum

sesuai dengan indikator kualitas

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan pekerjaan

dengan baik mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 9 orang atau sebesar

10%, penilaian Setuju (S) dari 43 orang atau sebesar 52%, penilaian Kurang Setuju

(KS) dari 30 orang atau sebesar 37% penilaian Tidak Setuju (TS) dari 1 orang atau

sebesar 1%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju

(STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik, masih ada sejumlah


47

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

masih belum sesuai dengan indikator kualitas. Karena kompensasi yang mereka

terima belum sesuai dengan indikator kualitas

d. Kemampuan Bekerja sama

Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

1. perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan baik

2 Perawat honorer di umah sakit umum Majene mampu

menyelesaikan tugasnya dengan kerja sama yang baik dengan perawat

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. Perawat honorer di Rumah


Sakit umum Daerah
Majene mampu 6 41 42 0,11 0 100
menyelesasikan tugasnya
dengan baik
2. Perawat honorer Rumah
Sakit Umum
DaerahMajene mampu
menyelesaikan tugasnya 6 41 42 0,11 0 100
dengan baik dilihat dari
tugas yang diselesaikan
dan beserta hasil kerjanya

Rata-rata (%) 6 41 42 11 0
48

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan baik mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 5 orang

atau sebesar 6%, penilaian Setuju (S) dari 34 orang atau sebesar 41%, penilaian

Kurang Setuju (KS) dari 35 orang atau sebesar 42% penilaian Tidak Setuju (TS)

dari 9 orang atau sebesar 11%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan

Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik, masih ada sejumlah

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

masih belum sesuai dengan indikator kemampuan bekerja kompensasi yang

diterima belum cukup sesuai dengan indikator kemampuan bekerja sama

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan

Perawat honorer Rumah Sakit Umum Daerah Majene mampu menyelesaikan

tugasnya dengan baik dilihat dari tugas yang diselesaikan dan beserta hasil

kerjanya mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 5 orang atau sebesar 6%,

penilaian Setuju (S) dari 34 orang atau sebesar 41%, penilaian Kurang Setuju (KS)

dari 35 orang atau sebesar 42% penilaian Tidak Setuju (TS) dari 9 orang atau

sebesar 11%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak

setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 Perawat honorer Rumah Sakit Umum

Daerah Majene mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dilihat dari


49

tugas yang diselesaikan dan beserta hasil kerjanya ,masih ada sejumlah perawat

honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa kompensasi yang

diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene masih belum

sesuai dengan prestasi kerja

3. Hasil Analisis Deskriptif Kompensasi Perawat Honorer di Rumah Sakit Umum

Majene Variabel Kinerja ( Data Kuisoner Pasien)

Untuk dapat memberikan deskripsi tentang kompensasi perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Majene, peneliti membagikan kuesioner yang berkaitan dengan

4 (Empat) indikator, yaitu (1) kuantitas; dan (2) Kehadiran; (3) Kualitas; (4)

kemampuan bekerjasama

a. Kuantitas

Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel


kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai
berikut:
a. Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan

b. Perawat honorer Rumah Sakit Umum Daerah Majene mampu melaksanakan

tugas yang diberikan


50

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. Perawat honorer di Rumah


Sakit Umum Majene dapat
menyelesasikan tugasnya
23 63 14 0 0 100
dengan baik sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab
yang diberikan
2. Perawat honorer Rumah
Sakit Umum Daerah Majene
20 53 24 3 0 100
mampu melaksanakan tugas
yang diberikan

Rata-rata (%) 21.5 58 19 3 0

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan.

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan baik, mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 19 orang

atau sebesar 23%, penilaian Setuju (S) dari 52 orang atau sebesar 63%, penilaian

Kurang Setuju (KS) dari 12 orang atau sebesar 14% penilaian Tidak Setuju (TS)

dari 0 orang atau sebesar 0%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan

Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik, masih ada sejumlah

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

masih belum sesuai dengan indikator kuantitas karena kompensaasi yang mereka

terima belum sesuai dengan indikator kuantitas


51

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan baik,. mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 16 orang

atau sebesar 20%, penilaian Setuju (S) dari 44 orang atau sebesar 53%, penilaian

Kurang Setuju (KS) dari 35 orang atau sebesar 20% penilaian Tidak Setuju (TS)

dari 3 orang atau sebesar 3%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan

Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik, masih ada sejumlah

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

masih belum belum sesuai dengan indikator kuantitas karena kompensaasi yang

mereka terima belum sesuai dengan indikator kuantitas

Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

b. Kehadiran

Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

a. Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan
52

b. Perawat honorer Rumah Sakit Umum Daerah Majene mampu melaksanakan

tugas yang diberikan

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. Perawat honorer
di Rumah SakitUmum
Daerah Majene 12 36 47 5 0 100
dapatmenyelesaikantuga
s nya dengan tepat waktu
2. Perawat honorer di
Rumah Sakit Umum
12 33 51 4 0 100
daerah Majene memiliki
kehadiran yang baik

Rata-rata (%) 6 34,5 49 4.5 0,0 100

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan

Perawat honorer di Rumah SakitUmum Daerah Majene dapatmenyelesaikantugas

nya dengan tepat waktu . mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 10 orang

atau sebesar 12%, penilaian Setuju (S) dari 30 orang atau sebesar 36%, penilaian

Kurang Setuju (KS) dari 39 orang atau sebesar 47% penilaian Tidak Setuju (TS)

dari 4 orang atau sebesar 5%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan

Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik, masih ada sejumlah

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene
53

masih belum sesuai dengan indikator kehadiran karena kompensaasi yang mereka

terima belum sesuai dengan indikator kehadiran kehadiran

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 pernyataan ketiga yaitu terkait dengan

Perawat honorer di Rumah SakitUmum Daerah Majene dapat

menyelesaikantugas nya dengan tepat waktu . mendapatkan penilaian Sangat

Setuju (SS) dari 10 orang atau sebesar 12%, penilaian Setuju (S) dari 27 orang atau

sebesar 33%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 42 orang atau sebesar 51%

penilaian Tidak Setuju (TS) dari 4 orang atau sebesar 4%, dan tidak ada satupun

responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 Perawat honorer di Rumah SakitUmum

Daerah Majene dapat menyelesaikantugas nya dengan tepat waktu, masih ada

sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

belum sesuai dengan indikator kehadiran karena kompensaasi yang mereka terima

belum sesuai dengan indikator kehadiran kehadiran

c. Kualitas
Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. perawat honorer di
Rumah Sakit Umum
Majene dapat 15 49 32 0,4 0 100
menyelesasikan pekerjaan
dengan baik
54

2. Perawat honorer Majene


mampu menyelesaikan
16 49 32 0,3 0 100
tugasnya dengan kerja
yang sesama perawat

Rata-rata (%) 15,5 49 32 3,5 0,0

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik. mendapatkan penilaian

Sangat Setuju (SS) dari 10 orang atau sebesar 15%, penilaian Setuju (S) dari 27

orang atau sebesar 49%, penilaian Kurang Setuju (KS) dari 42 orang atau sebesar

32% penilaian Tidak Setuju (TS) dari 4 orang atau sebesar 5%, dan tidak ada

satupun responden yang menyatakan Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 perawat honorer di Rumah Sakit Umum

Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik, masih ada sejumlah

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

Perawat honorer Majene mampu menyelesaikan tugasnya dengan kerja

yang sesama perawat. mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 13 orang

atau sebesar 15%, penilaian Setuju (S) dari 40 orang atau sebesar 49%, penilaian

Kurang Setuju (KS) dari 40 orang atau sebesar 32% penilaian Tidak Setuju (TS)

dari 3 orang atau sebesar 5%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan

Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 Perawat honorer Majene mampu

menyelesaikan tugasnya dengan kerja yang sesama perawat, masih ada


55

sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

d. Kemampuan bekerja sama

Indikator kedua dari pengaruh kompensasi perawat honorer (variabel

kinerja) Kehadiran yang diukur melalui 2 pertanyaan yang berkaitan sebagai

berikut:

ITEM-ITEM INSTRUMEN Ss S KS TS STS JUM.


VARIBEL KINERJA (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. Perawat honorer di Rumah


Sakit umum Daerah Majene
16 38 43 3 0 100
mampu menyelesasikan
tugasnya dengan baik
2. Perawat honorer Rumah
Sakit Umum Daerah
Majene mampu
menyelesaikan tugasnya 16 37 43 4 0 100
dengan baik dilihat dari
tugas yang diselesaikan dan
beserta hasil kerjanya
Rata-rata (%) 6 37,5 21,5 3,5 0,0
perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan baik. mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 13 orang

atau sebesar 16%, penilaian Setuju (S) dari 31 orang atau sebesar 38%, penilaian

Kurang Setuju (KS) dari 36 orang atau sebesar 43% penilaian Tidak Setuju (TS)

dari 3 orang atau sebesar 3%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan

Sangat Tidak setuju (STS).


56

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 Perawat honorer Majene mampu

menyelesaikan tugasnya dengan kerja yang sesama perawat, masih ada

sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan baik. mendapatkan penilaian Sangat Setuju (SS) dari 13 orang

atau sebesar 16%, penilaian Setuju (S) dari 31 orang atau sebesar 37%, penilaian

Kurang Setuju (KS) dari 36 orang atau sebesar 43% penilaian Tidak Setuju (TS)

dari 3 orang atau sebesar 4%, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan

Sangat Tidak setuju (STS).

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 Perawat honorer Majene mampu

menyelesaikan tugasnya dengan kerja yang sesama perawat, masih ada

sejumlah perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene yang menyatakan bahwa

kompensasi yang diberikan kepada perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene

belum sesuia dengan indikator kemampuan bekerja sama. Karena kompensasi yang

mereka terima belum sesuai dengan indikator kemampuan bekerja sama

4. Pengaruh Kompensasi (X) Terhadap Kinerja Perawat(Y)

Untuk melihat pengaruh sekaligus memprediksi perubahan nilai Kinerja

Perawat(Y) bila nilai Kompensasi Kerja (X) diubah-ubah, maka dilakukan

Analisis Regresi Linier Sederhana. Dengan bantuan program SPSS 20.0,

didapatkan hasil seperti terlihat pada Tabel 4.8, 4.9, dan 4.10.
57

Tabel 4.8 ANOVA (b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 552.833 1 552.833 62.509 .000b

1 Residual 716.366 81 8.844

Total 1269.199 82
a. Dependent Variable: Kinerja
b. Predictors: (Constant), Kompensasi

Tabel 4.9 Coefficients(a)

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 12.313 2.128 5.786 .000
1 Kompensa
.737 .093 .660 7.906 .000
si
a. Dependent Variable: Kinerja

Tabel 4.10 Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
1 .660a .436 .429 2.97389
58

a. Predictors: (Constant), Kompensasi

Hasil analisis data statistik tabel anova digunakan untuk melakukan

pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya . dapat dilihat bahwa nilai sig.

sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari pada nilai 𝛼 = 0,05. Berdasarkan

hasil tersebut maka 𝐻0 ditolak dan terima 𝐻1 . Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompensasi berpengaruh terhadap kinerja honorer di rumah sakit umum daerah

Majene. Dengan adanya hasil kesimpulan ini, maka model ini dapat meramalkan

hasil kinerja Perawat, dan penelitian ini dapat dilanjutkan.

Hasil analisis data statistik tabel coefficient digunakan untuk menemukan

persamaan regresi. Adapun persamaan regresinya adalah

𝑌 = 12,313 + 0,737𝑋

Adanya nilai konstanta sebesar 12,313, berarti jika kompensasi (X) nilainya

0, maka hasil Kinerja honorer (Y) pada Rumah Sakit Umum Daerah Majene

nilainya positif, yaitu 13,313. Dan, semakin nilai kompensasi (X) ditingkatkan/

dinaikkan, maka hasil Kinerja Perawat(Y) pada Rumah Sakit Umum Daerah

Majene juga akan semakin meningkat.

Adapun, hasil analisis data statistik model summary, digunakan untuk

melihat besarnya peranan (R Square) Kompensasi Kerja (X) terhadap Kinerja

Perawat(Y) honorer rumah sakit umum di kabupaten majene. Terlihat bahwa nilai

R Square menunjukkan nilai sebesar 0,660 atau 66 %. Hal ini berarti, bahwa

kompensasi (X) memberi pengaruh sebesar 66 % terhadap Kinerja honorer (Y) pada

Rumah Sakit Umum Daerah Majene. Adapun besaran pengaruh tersebut tidak

mencapai 100% atau tersisa sebesar 34% (100% - 66% = 34 %), disebabkan karena
59

ada beberapa indikator pada variabel kompensasi (X) yang masih perlu untuk

ditingkatkan, yaitu pada indikator kompensasi yang didapatkan tidak sesuai dengan

aturan dari pemerintah yang telah ditetapkan dalam UUD. Begitu pula, pada

beberapa indikator pada variabel kinerja Perawat(Y) yang masih perlu pula untuk

ditingkatkan, yaitu pada indikator honorer di rumah sakit umum daerah majene

memiliki kehadiran yang kurang baik.

C. Pembahasan
1. Kompensasi Perawat Honorer di Rumah Sakit Umum Majene

a. Asas adil

Pada indikator asas adil yang di muat dalam kuesioner untuk pegeawai

honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan kompensasi yang

sesuai dengan prestasi kerja masuk dalam kategori sangat kurang baik.Sedangkan

pada pernyataan kedua, yaitu terkait dengan kompenasi yang sesuai dengan jenis

pekerjaan yang dilakukan, mendapatkan masuk dalam kategori cukup baik dan

untuk pernyataan ketiga, yaitu terkait dengan kompenasi yang sesuai dengan jenis

pekerjaan yang dilakukan, masuk dalam kategori cukup baik

Pernyataan dari responden pada indikator asas adil yang telah diberikan

kepada Perawathonorer di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui

instrumen terlaksana dengan baik atau dikategorikan cukup baik, bila dikaitkan

dengan konsep asas kompensasi menurut Hasibuan (2017:122), asas kompensasi

harus berdasarkan asas adil dan asas layak serta mempertahankan undang-undang

perburuhan yang berlaku, dimana pada indikator asas adil yaitu Besarnya

kompensasi harus sesuai dengan prestasi kerja, jenis pekerjan, tanggung jawab dan

jabatan, maka hal ini berarti instrumen pertama dalam indikator asas adil telah
60

menunjukkan hasil yang cukup baik. Sehingga hal tersebut berdampak positif bagi

kompensasi yang didapatkan oleh Perawathonerer di rumah sakit umum majene.

b. Asas layak dan wajar

Pada indikator asas layak dan wajar yang di muat dalam kuesioner untuk

pegeawai honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan

kompensasi yang sesuai dengan kelayakan yang telah dilakukan, masuk dalam

kategori sangat kurang baik. Sedangkan pada pernyataan kedua, yaitu terkait

dengan kompenasi yang sesuai dengan jenis pekerjaan masuk dalam kategori cukup

baik dan untuk pernyataan ketiga, yaitu terkait dengan kompenasi yang sesuai

dengan jenis pekerjaan masuk dalam kategori cukuo baik.

Pernyataan dari responden pada indikator asas layak dan wajar yang telah

diberikan kepada Perawathonorer di rumah sakit umum majene yang tercermin

melalui instrumen terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan

dengan konsep asas kompensasi menurut Hasibuan (2017:122), asas kompensasi

harus berdasarkan asas adil dan asas layak serta mempertahankan undang-undang

perburuhan yang berlaku, dimana pada indikator asas layak dan wajar yaitu Suatu

kompensasi harus disesuaikan dengan kelayakannya. Meskipun tolak ukur layak

sangat relatif, perusahan dapat mengacu pada batas kewajaran yang sesuai dengan

ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah dan aturan lain secara konsisten, maka

hal ini berarti instrumen kedua dalam indikator asas adil telah menunjukkan hasil
61

yang baik. Sehingga hal tersebut berdampak positif bagi kompensasi yang

didapatkan oleh Perawathonerer di rumah sakit umum majene.

2. Kinerja perawat honorer dirumah sakit umum majene

a. Kuantitas

Pada indikator kuantitas yang di muat dalam kuesioner untuk pegeawai

honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan Perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesaikan tugas dengan baik sesuai dengan

tugas dan tanggung jawab yang diberikan masuk dalam kategori kurang baik.

Sedangkan pada pernyataan kedua, yaitu terkait dengan Perawat honorer Rumah

Sakit Umum Daerah Majene mampu melaksanakan tugas yang diberikan masuk

dalam kategori sangat kurang baik.

Pernyataan dari responden pada indikator kuantitas yang telah diberikan

kepada Perawathonorer di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui

instrumen terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan dengan

Kinerja menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Perawatdalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,

maka hal ini berarti instrumen kedua dalam indikator asas adil telah menunjukkan

hasil kinerja dari Perawathonorer dirumah sakit umum majene terlaksana dengan

baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga
62

hal tersebut berdampak positif bagi kuantitas kinerja Perawathonorer di rumah sakit

umum majene.

b. kehadiran

Pada indikator kehadiran yang di muat dalam kuesioner untuk pegeawai

honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan Perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Daerah Majene dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat

waktu masuk dalam kategori sangat kurang baik. Sedangkan pada pernyataan

kedua, yaitu terkait dengan Perawat honorer di Rumah Sakit Umum daerah Majene

memiliki kehadiran yang baik masuk dalam kategori sangat kurang baik.

Pernyataan dari responden pada indikator kehadiran yang telah diberikan

kepada Perawathonorer di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui

instrumen terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan dengan

Kinerja menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Perawatdalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,

maka hal ini berarti instrumen kedua dalam indikator asas adil telah menunjukkan

hasil kinerja dari Perawathonorer dirumah sakit umum majene terlaksana dengan

baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga

hal tersebut berdampak positif bagi kehadiran Perawathonorer di rumah sakit umum

majene.
63

c. Kualitas

Pada indikator kualitas yang di muat dalam kuesioner untuk pegeawai

honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan Perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Daerah Majene dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat

waktu perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan masuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan pada pernyataan

kedua, yaitu terkait dengan perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat

menyelesasikan pekerjaan dengan baik masuk dalam kategori cukup baik.

Pernyataan dari responden pada indikator kehadiran yang telah diberikan kepada

Perawathonorer di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui instrumen

terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan dengan Kinerja

menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Perawatdalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, maka hal ini

berarti instrumen kedua dalam indikator asas adil telah menunjukkan hasil kinerja

dari Perawathonorer dirumah sakit umum majene terlaksana dengan baik sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga hal tersebut

berdampak positif bagi kualitas kinerja Perawathonorer di rumah sakit umum

majene.

d. Kemampuan bekerja sama

Pada indikator kemampuan bekerja sama yang di muat dalam kuesioner

untuk pegeawai honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu yaitu terkait
64

dengan perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan

pekerjaan dengan masuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan pada pernyataan

kedua, yaitu terkait dengan Perawat honorer Rumah Sakit Umum Daerah Majene

mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dilihat dari tugas yang diselesaikan

dan beserta hasil kerjaanya masuk dalam kategori cukup baik.

Pernyataan dari responden pada indikator kemampuan bekerja sama yang

telah diberikan kepada Perawathonorer di rumah sakit umum majene yang

tercermin melalui instrumen terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila

dikaitkan dengan Kinerja menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa

kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

Perawatdalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya, maka hal ini berarti instrumen kedua dalam indikator

kemempuan bekerja sama telah menunjukkan hasil kinerja dari Perawathonorer

dirumah sakit umum majene terlaksana dengan baik sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga hal tersebut berdampak

positif bagi kualitas kinerja Perawathonorer di rumah sakit umum majene.

3. Kompensasi perawat honorer di rumah sakit umum majene variabel

kinerja (data kuisioner pasien)

a. Kuantitas

Pada indikator kuantitas yang di muat dalam kuesioner untuk pegeawai

honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu yaitu terkait dengan. perawat

honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan


65

baik masuk dalam kategori cukup baik, Sedangkan pada pernyataan kedua, yaitu

terkait terkait dengan perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat

menyelesasikan pekerjaan dengan baik masuk dalam kategori kurang baik.

Pernyataan dari responden pada indikator kuantitas yang telah diberikan

kepada pasien di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui instrumen

terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan dengan Kinerja

menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Perawatdalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, maka hal ini

berarti instrumen kedua dalam indikator asas adil telah menunjukkan hasil kinerja

dari Perawathonorer dirumah sakit umum majene terlaksana dengan baik sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga hal tersebut

berdampak positif bagi kuantitas kinerja Perawathonorer di rumah sakit umum

majene.

b. kehadiran

Pada indikator kehadiran yang di muat dalam kuesioner untuk pegeawai

honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan Perawat honorer di

Rumah SakitUmum Daerah Majene dapatmenyelesaikantugas nya dengan tepat

waktu . masuk dalam kategori kurang baik, Sedangkan pada pernyataan kedua,

yaitu terkait dengan Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Daerah Majene dapat

menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu masuk dalam kategori kurang baik.

Pernyataan dari responden pada indikator kehadiran yang telah diberikan

kepada pasien di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui instrumen
66

terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan dengan Kinerja

menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Perawatdalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, maka hal ini

berarti instrumen kedua dalam indikator kehadiran telah menunjukkan hasil kinerja

dari Perawathonorer dirumah sakit umum majene terlaksana dengan baik sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga hal tersebut

berdampak positif bagi kehadiran Perawathonorer di rumah sakit umum majene.

c. Kaulitas

Pada indikator kualitas yang di muat dalam kuesioner untuk perawat

honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan perawat honorer di

Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan pekerjaan dengan baik masuk

dalam kategori cukup baik, Sedangkan pada pernyataan kedua, yaitu terkait dengan

Perawat honorer Majene mampu menyelesaikan tugasnya dengan kerja yang

sesama perawat masuk dalam kategori cukup baik.

Pernyataan dari responden pada indikator kualitas yang telah diberikan

kepada pasien di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui instrumen

terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan dengan Kinerja

menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Perawatdalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, maka hal ini

berarti instrumen kedua dalam indikator asas adil telah menunjukkan hasil kinerja

dari Perawathonorer dirumah sakit umum majene terlaksana dengan baik sesuai
67

dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga hal tersebut

berdampak positif bagi kualitas kinerja Perawathonorer di rumah sakit umum

majene.

d. Kemampuan bekerja sama

Pada indikator kemampuan bekerja sama yang di muat dalam kuesioner

untuk pegeawai honorrer, dimana pada pernyataan petama, yaitu terkait dengan

perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat menyelesasikan pekerjaan

dengan baik masuk dalam kategori kurang baik. Sedangkan pada pernyataan kedua,

yaitu terkait dengan perawat honorer di Rumah Sakit Umum Majene dapat

menyelesasikan pekerjaan dengan baik masuk dalam kategori kurang baik

Pernyataan dari responden pada indikator kemampuan bekerja sama yang

telah diberikan kepada pasien di rumah sakit umum majene yang tercermin melalui

instrumen terlaksana dengan baik atau dikategorikan baik, bila dikaitkan dengan

Kinerja menurut Mangkunegara (2007) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Perawatdalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,

maka hal ini berarti instrumen kedua dalam indikator kemempuan bekerja sama

telah menunjukkan hasil kinerja dari Perawathonorer dirumah sakit umum majene

terlaksana dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Sehingga hal tersebut berdampak positif bagi kualitas kemampuan

bekerja sama Perawathonorer di rumah sakit umum majene.


68

4. Pengaruh Kompensasi Kerja (X) terhadap Kinerja Perawat(Y)

Hasil analisis data statistik tabel anova digunakan untuk melakukan

pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya . dapat dilihat bahwa nilai sig.

sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari pada nilai 𝛼 = 0,05. Berdasarkan

hasil tersebut maka 𝐻0 ditolak dan terima 𝐻1 . Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompensasi berpengaruh terhadap kinerja honorer di rumah sakit umum daerah

Majene. Dengan adanya hasil kesimpulan ini, maka model ini dapat meramalkan

hasil kinerja Perawat, dan penelitian ini dapat dilanjutkan.

Hasil analisis data statistik tabel coefficient digunakan untuk menemukan

persamaan regresi. Adapun persamaan regresinya adalah

𝑌 = 12,313 + 0,737𝑋

Adanya nilai konstanta sebesar 12,313, berarti jika kompensasi (X) nilainya

0, maka hasil Kinerja honorer (Y) pada Rumah Sakit Umum Daerah Majene

nilainya positif, yaitu 13,313. Dan, semakin nilai kompensasi (X) ditingkatkan/

dinaikkan, maka hasil Kinerja Perawat(Y) pada Rumah Sakit Umum Daerah

Majene juga akan semakin meningkat.

Adapun, hasil analisis data statistik model summary, digunakan untuk

melihat besarnya peranan (R Square) Kompensasi Kerja (X) terhadap Kinerja

Perawat(Y) honorer rumah sakit umum di kabupaten majene. Terlihat bahwa nilai

R Square menunjukkan nilai sebesar 0,660 atau 66 %. Hal ini berarti, bahwa

kompensasi (X) memberi pengaruh sebesar 66 % terhadap Kinerja honorer (Y) pada

Rumah Sakit Umum Daerah Majene. Adapun besaran pengaruh tersebut tidak

mencapai 100% atau tersisa sebesar 34% (100% - 66% = 34 %), disebabkan karena
69

ada beberapa indikator pada variabel kompensasi (X) yang masih perlu untuk

ditingkatkan, yaitu pada indikator kompensasi yang didapatkan tidak sesuai dengan

aturan dari pemerintah yang telah ditetapkan dalam UUD. Begitu pula, pada

beberapa indikator pada variabel kinerja Perawat(Y) yang masih perlu pula untuk

ditingkatkan, yaitu pada indikator honorer di rumah sakit umum daerah majene

memiliki kehadiran yang kurang baik.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagian besar persepsi Perawathonorer tentang kompensasi yang

diberikan rumah sakit umum majene adalah kategori baik. Serta berdasarkan

besar persepsi pasein tentang kinerja karyawan di rumah sakit umum majene

adalah kategori baik. Adapun pengaruh Kompensasi kerja (x) terhadap kinerja

Perawat(y) berdasarkan pengujian regresi didapatkan bahwa Berdasarkan hasil

tersebut maka 𝐻0 ditolak dan terima 𝐻1 sehingga didapatkan bahwa kompensasi

berpengaruh terhadap kinerja honorer di rumah sakit umum daerah Majene.

B. Saran

Rumah sakit umum majene diharapkan dapat lebih memperhatikan

kompensasi baik berupa gaji atau imbalan, insentif, bonus dan tunjang lainnya

sperti tunjangan kesehatan, memberikan pelatihan dan pensiunan kepada

karyawan, agar diantara karyawan dan atasan dapat terjalin sistem kerja yang

baik.

Rumah sakit umum majene perlu mengadakan adanya penilaian kinerja

ke pada karyawan agar dalam sistem pemberian kompensasi dapat berjalan

dengan adil sesuai dengan penilaian kinerja karyawan yang diperolehnya.

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan variabel bebas yang lain

selain kompensasi dalam pengaruhnya kinerja karyawan dan refrensi yang lebih

banyak lagi, sehingga hasil penelitian selanjutnya lebih baik dan bagus.

70

Anda mungkin juga menyukai