Anda di halaman 1dari 4

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentan Pemerintahan daerah sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

A. Pihak Yang Terkait


1. Forum Kajian Hukum dan Konstitusi ( FKHK) dan Tim Advokat sebagai Pemohon
2. Mahkamah Konstitusi – Sebagai Termohon
B. Alasan Hukum Yang di Ajukan Para Pihak
Bahwa Pasal 51 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa
Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan atau kewenangan konstitusionalnya
dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang, yaitu :
1. Perorangan WNI;
2. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan RI yang diatur dalam
Undang-Undang;
3. Badan hukum publik dan privat, yaitu;
4. Lembaga Negara
C. Pertimbangan Hukum dan Hakim

Pemohon juga mendalilkan Undnag-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 251 ayat (1),
(2),(7) dan (8) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (1),
khususnya yang berkaitan dengan persamaan kedudukan dihapadan hukum dan
pemerintahan. Secara tersirat pemohon mendalilkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Pasal 251 ayat (7) dan (8) yang hanya memberikan kesempatan pada pemerintah
daerah mengajukan keberatan atas pembatalan peraturan daerah kepada gubernur atas
pembatalan peraturan buoati dan walikota atas pembatalan peraturan walikota merupakan
ketentuan yang menutup persamaan hak dan kesempatan (the rights of equal opportunity)
bagi pemohon untuk mengajukan keberatan.

Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis, untuk lebih menjelaskan kedudukan dan fungsi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Passal 251 ayat (1),(2),(7),dan (8) akan diuraikan
tentang konsep otonomi dan konsep pengawasan atau supervisi pemerintah pusat dalam
penyelenggaraan otonomi dan tugas pembantuan.

Pertama,tentang konsep otonomi dan tugas pembantuan, ada beberapa asas otonomi
antara lain :
1. Otonomi adalah subsistem negara kesatuan. Dengan perkataan lain konsep otonomi
adalah salah satu konsep negara kesatuan yaitu negara kesatuan yang menjalankan
desentralisasi (decentralizet unitary state).
2. Otonomi adalah sistem menjalankan atau mengelola fungsi pemerintah atau fungtion
bestuur. Otonomi adalah tatanan penyelenggaraan kekuasaan administrasi
pemerintahan yang berada alam lingkungan kekuasaan administrasi pemerintahan
yang berada dalam lingkungan kekuasaan eksekutif. Hukum yang mengatur tentang
otonomi dalam lingkungan hukum administratif.
3. Otonomi berisi kemandirian yang berisi kebebasan mengatur dan mengurus sebagian
urusan atau fungsi pemerintahan sebagai urusan rumah tangga otonomi
4. Isi atau substansi otonomi diperoleh dari penyerahan sebagian urusan pemerintahan
otonomi setingkat lebih tinggi
5. Peraturan-peraturan dan penetapan yang dibentuk atau ditetapkan oleh satuan
pemerintahan atau aparat otonomi tidak boleh bertentangan dengan peraturan dan
penetapan yang dibentuk atau ditetapkan oleh satuan pemerintahan atau aparat
otonomi yang tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
bertingkat lebih tinggi.

Kedua, Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis telah mengemukakan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pasal 251 ayat (1),(2),(7) dan (8)
memang bukan suatu bentuk judicial review, melainkan suatu bentuk pengawasan
terhadap satuan bestuur yang lebih rendah. Paling tidak, ada dua bentuk utama
pengawasan terhadap suatu satuan bertuur yang lebih rendah oleh satuan bestuur yang
lebih tinggi, yaitu pengawasan administratif (adminstratief toezicht) dan banding
administratif ( administratief beroep). Pengawasan administratif (administratief toezicht )
dan pengawasan represif (repressief toezict).

D. Putusan Hakim
1. Mengabulkan seluruh permohonan pengujian Undang-Undang yang diajukan
pemohon;
2. Menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentan Pemerintahan
daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah terhadap :
a. Pasal 245 ayat (1)
b. Pasal 245 ayat (2)
c. Pasal 251 ayat (1)
d. Pasal 251 ayat (2)
e. Pasal 251 ayat (3)
f. Pasal 251 ayat (4)
g. Pasal 267 ayat (1)
h. Pasal 267 ayat (2)
i. Pasal 268 ayat (1)
j. Pasal 269 ayat (1)
k. Pasal 270 ayat (1)
l. Pasal 271 ayat (1)
m. Pasal 324 ayat (1)
n. Pasal 325 ayat (1)
o. Pasal 325 ayat (2)

E. Analisis Putusan Hakim


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah secara substansif
merubah paradigma hubungan Pusat dan Daerah dari corak sentralistik dibawah Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1974 Pemerintahan di daerah menuju arah sistem pemerintahan
yang desentralistik. Didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ditegaskan bahwa
seluruh urusan pemerintahan menjadi urusan Pemerintahan Daerah, kecuali kewenangan
dalam bidang :
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan keamanan
3. Peradilan
4. Moneter dan fiskal
5. Agama, serta kewenangan lainnya.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memperpendek jangkauan asas dekosentrasi


yang dibatasi hanya sampai pemerintahan Provinsi. Pemerintahan Kabupaten dan Kota
telah terbebas dari intervensi pusat yang sangat kuat melalui perangkapan jabatan Kepala
Daerah Otonom (Local Self-goverment) dan Kepala Wilayah Administratif (Field
Administration). Bupati dan Walikota addalah kepala daerah otonom saja. Sementara itu
jabatan Kepala Wilayah pada Kabupaten dan Kota sudah tidak dikenali lagi. Adapun
ruang lingkup wewenang membentuk Perda ditentukan bahwa Perda mengatur urusan
rumah tangga dibidang tugas pembantuan dan penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Dibidang otonomi, Perda dapat mengatur segala
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat yang tidak diatur oleh pusat.

Setelah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor


32 Tahun 2004 pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan daerah
ditegaskan kembali sama persis dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 bahwa
pemerintah menyelengggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjaddi urusan
Pemerintah. Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi :

1. Politik luar Negeri


2. Pertahanan
3. Keamanan
4. Yutisi
5. Moneter dan Fiskal Nasional, dan;
6. Agama
3. Ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 251 ayat (1) dan (2)
mengatur hal yang berbeda dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24
ayat (1). Dengan perkataan lain, meskipun sama-sama menyangkut pengujian, tetapi
yang diatur Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 24 ayat (1) adalah pengujian
judicial karena itu bersifat pro justifia. Sedangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Pasal 251 ayat (1) dan (2), ayat (7) dan (8) dalam lingkup fungsi administrasi
negara (bestuursfuctie), bukan dalam lingkup fungsi judicial (judicial functie) seperti
diatur dan dimaksud Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 24A ayat (1). Oleh
karena itu, putusan hakim ini diputuskan dengan pertimbangan lain diluar tata cara
perundang-undangan yang menganut Forum Kajian Hukum dan Konstitusi ( FKHK)
dan Tim Advokat sebagai Pemohon.

Anda mungkin juga menyukai