Anda di halaman 1dari 3

Nama : Willy Juiantoro

Angkatan : 86

Kelompok : 01

No. absen : 01

IDENTIFIKASI DAN DESKRIPSI ISU IMPLEMENTASI SMART ASN


Smart ASN merupakan aparatur yang memiliki profil nasionalisme, integritas, wawasan
global, hospitality, networking, penguasa teknologi informasi, bahasa asing dan entrepreneurship.
ASN berperan sebagai digital talent dan digital leader yang mendukung transformasi birokrasi di
Indonesia. Smart Asn mendorong birokrasi sejalan dengan semangat revolusi industri 4.0. Semua
jenis pelayanan publik dapat diselenggarakan berbasis digital dan terintegrasi sedemikan rupa
sehingga pelayanan publik menjadi lebih optimal.

Dengan manajemen yang terarah, adopsi teknologi di berbagai sektor pelayanan publik dan
didukung dengan SDM yang memiliki kemampuan adaptasi digital yang tinggi, diharapkan mampu
meningkatan daya saing tata kelola pemerintah untuk mewujudkan SDM Berkualitas dan Indonesia
Maju 2045. Diharapkan ASN memiliki kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan
tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak dan kewirausahaan. Ini
mencakup kompetensi yang secara beragam, disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.

1. Identifikasi isu

Berdasarkan pengamatan, ada beberapa isu terkait Smart ASN di Instansi Kantor Imigrasi
Kelas I TPI Palemabng

a. Kurangnya pemahaman dan kecakapan dalam penguasaan pengoperasian Komputer untuk


bekerja
b. Kurangnya pemahaman pegawai mengenai Absensi Online pada aplikasi SIMPEG
Kemenkumham
c. Kurangnya pelatihan yang berbasis TI untuk pegawai

2. Deskripsi dan dampak isu


a. Kurangnya pemahaman dan kecakapan dalam penguasaan pengoperasian Komputer
untuk bekerja
Pemahaman dan kecakapan dalam penguasaan pengoperasian komputer merupakan pondasi
utama dalam kemampuan literasi digital, dikarenakan seseorang tidak akan mengerti akan digital
safety, digital ethics atau digital culture tanpa didasari dengan yang namanya penguasaan
pengoperasian komputer. Di Kantor Imigrasi Kelas I TPI Palemabng sendiri memang sudah
banyak,tapi masih kurang pagawai yang memiliki kempuan yang mutahir dalam TIK yakni pegawai
yang bertugas sebagai Staff kantor, sementara yang lainnya rata-rata hanya memiliki kemampuan
sebatas pengoperasian secara mendasar dalam pengoperasian komputer Jika dibiarkan, hal ini dapat
memengaruhi kinerja Instansi, sebap itu dapat menghambat kinerja instansi

Dampak:

1. Hanya segelintir pegawai yang dapat diandalkan dalam kondisi tertentu


2. Bila pegawai yang biasa dihandalkan dalam posisi itu sakit atau izin,maka akan terjadi
kekosongan pada posisi tertentu

Pihak yang terdampak:

1. Instansi
2. Pegawai

b. Kurangnya pemahaman pegawai mengenai absen pada aplikasi SIMPEG Kemenkumham


Aplikasi SIMPEG pada suatu instansi adalah melakukan penginputan, pengawasan dan
monitoring dalam hal data kepegawaian. Setiap data yang diinput biasanya disiapkan form isian yang
harus diisi oleh pegawai suatu instansi dengan baik dan benar. Jika dalam pengisian form dilakukan
dengan baik dan benar, operator dapat langsung mengisikan database masing-masing pegawai ke
dalam SIMPEG, dan operator dapat fokus mengisi sesuai dengan form yang diterimanya tanpa
mengecek berkas fisik.
Pegawai Kemenkumham setiap harinya harus melakukan absen pada Aplikasi Simpeg yang
dapat diakses melalui komputer maupun smartphone. Selain menginput absen ,para pegawai dapat
meng-input kegiatan apel sebagai salah satu isiannya, hal tersebut untuk membuktikan kedisiplinan
kita dalam mengikuti apel. Apabila pegawai tidak mengisi absen kehadiran dan absen pulang atau
telat mengisi bisa berpengaruh terhadap penerimaan tunjangan kinerja yang diterima oleh pegawai.

Dampak:
1. Kurangnya perhatian pegawai kerena sering lupa melakukan absensi online.

Pihak yang terdampak:


1. Pegawai
2. Instansi

c. Kurangnya pelatihan yang berbasis TI untuk pegawai


Kantor Imigrasi kelas I TPI Palembang memiliki total pegawai yaitu 85 orang dengan sekitar
10-15 orang berusia 40 tahun keatas. Di era serba digital ini terutama saat pandemic covid-19, instansi
melakukan perubahan untuk pertemuan kerjasama dan sosialisasi yang dilakukan dari pertemuan
secara langsung menjadi pertemuan daring. Oleh karena itu, pegawai dituntut untuk bisa beradaptasi
dengan teknologi. Dengan memperkenalkan dan mempelajari teknologi di usia lanjut terasa lebih sulit
dibandingkan dengan pegawai umur 40 tahun kebawah.
Sehingga di era seperti sekarang ini sangat diperlukan kemampuan untuk mengoperasikan
perangkat-perangkat digital. Untuk mengaktualisasikan Smart ASN maka diperlukan pelatihan-
pelatihan y.ang dapat mendukung pengembangan skill mengoperasikan perangkat lunak dan keras.
Namun, pada kenyataannya pegawai masih belum sepenuhnya terfasilitasi pelatihan-pelatihan
tersebut.

Dampak:
1. Kemampuan/skill pegawai menjadi tidak berkembang sehingga produk yang dihasilkan tidak
ada perubahan
2. Tidak optimalnya kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas.

Pihak yang terdampak:


1. Pegawai
2. Instansi

Anda mungkin juga menyukai