Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PENGGUNAAN

MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE BERBANTU FLASHCARD


TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP TOLERANSI SOSIAL
PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Mata


Kuliah Seminar Proposal

Oleh :
DELLA PRICILIA
18060112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWULAMPUNG 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENGGUNAAN
MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE BERBANTU FLASHCARD
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP TOLERANSI SOSIAL
PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Seminar Proposal

Oleh:
Della Pricilia
18060112

Mengetahui
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Yesi Budiarti, M.Pd. Fatahillah, S.H., M.Pd.


NIDN. 0229058602 NIDN. 0202117901

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Yunni Arnidha, M.Pd.


NIDN 0229097801
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal

yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Take And Give

Berbantu Flashcard Terhadap Pemahaman Konsep Toleransi Sosial Pada Siswa

Sekolah Dasar”. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Penyusunan proposal ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H Wanawir Am, M.M., M.Pd., Rektor Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang telah memberikan semangat

2. Ibu Yunni Arnidha, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

3. Ibu Yesi Budiarti, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah mengarahkan

dengan bijaksana, membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan

saran yang sangat bermanfaat.

4. Bapak Fatahillah, SH. M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, saran serta waktunya kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan proposal.

5. Bapak/Ibu dosen serta staf tata usaha FKIP Universitas Muhammadiyah

Pringsewu Lampung.
6. Sahabat seperjuangan dalam menulis proposal : Anis Nurul Laili, Mahrum

Mangisyah, Anisaur Rohmah, Dewi Liyana Putri, dan Tri Apriyaningseh.

7. Teruntuk teman-teman angkatanku 2018. Terutama keluarga besar PGSD

kelas B.

Peneliti berharap proposal ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan

serta perkembangan mutu Pendidikan khususnya sekolah dasar.

Pringsewu,…April 2021

Peneliti,

Della Pricilia
18060112
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

DAFTAR TABEL .......................................................................................

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

B. Rumusan Masalah .............................................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

D. Manfaat Penelitian.............................................................................

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................

A. Pemahaman Konsep Toleransi Sosial dalam Pembelajaran IPS..........

B. Penerapan model pembelajaran IPS secara umum..............................

C. Penerapan Model Pembelajaran Take and Give Berbantuan

Flashcard untuk Meningkatkan Konsep Toleransi Sosial

..................................

D. Penelitian yang Relevan ....................................................................

E. Kerangka Konsep ..............................................................................

F. Hipotesis ...........................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................

A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................


B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................

C. Definisi Operasional Variabel ...........................................................

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................................

F. Teknik Analisis Data .........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Toleransi sosial merupakan sikap dan tindakan yang menghargai

keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan antar sesama masyarakat

di dalam lingkungan sosial, sebagaimana yang dikatakan oleh Jafar, dkk

(2019:99). Pengembangan sikap toleransi perlu memperhatikan prinsip-prinsip

yaitu dilakukan dengan penuh kasih sayang, dilakukan dalam situasi yang

menyenangkan, menggunakan pendekatan pengembangan, melakukan aktivitas

bermain yang bermakna, siswa merasa dihargai, memberi anak kesempatan untuk

berperilaku moral yang benar dan melatih motivasi belajar memungkinkan anak

untuk mengembangkan karakter yang baik tanpa tertekan. Untuk itu, dalam proses

penguatan toleransi sosial, kita harus mengingat tujuan dan prinsip penguatan

toleransi sosial, agar siswa dapat memahami dan menerapkannya. Hal ini sesuai

yang dijabarkan oleh Diana (dalam Jafar, dkk, 2019:96).

Untuk mempelajari nilai toleransi pada siswa sekolah dasar, kita perlu

memperhatikan karakteristik kognitif, moral, dan sosial psikologis anak. Piaget

percaya bahwa dari sudut pandang kognitif, siswa sekolah dasar telah memasuki

tahap "operasional konkret". Pada tahap ini, anak tidak lagi melihat konsep

sebagai hal yang samar-samar seperti yang mereka lakukan pada masa kanak-

kanak awal. Pada tahap ini, anak mulai dapat menghubungkan makna baru dengan

konsep lama berdasarkan apa yang telah dipelajarinya setelah masuk sekolah.

Anak mulai memperoleh makna konsep baru dari media massa (seperti radio,

televisi, dan film). Konsep sosial seperti tolong-menolong, menghargai, hinaan,

dan fitnah juga sudah


mulai dikenal oleh anak-anak. Bahkan sampai batas tertentu, konsep sosial yang

terkait dengan stereotip, prasangka, dan diskriminasi mulai diasosiasikan dengan

perbedaan agama, ras, gender, atau kelompok sosial ekonomi, sebagaimana yang

dikatakan oleh Nuswantari (2018:80).

Vogts mengusulkan agar pendidikan toleransi dapat dilakukan dalam dua

model, yaitu model pendidikan toleransi langsung dan model pendidikan toleransi

tidak langsung. Model pertama menekankan pada interaksi sosial langsung antara

kelompok siswa dengan latar belakang yang berbeda (intergroup contact). Model

ini membutuhkan keragaman latar belakang siswa dalam proses pembelajaran.

Model kedua menekankan pada pengembangan kepribadian siswa yang terbuka

terhadap perbedaan. Penerapan model pendidikan toleransi tidak hanya tercermin

pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi, tetapi juga pada jenjang

pendidikan dasar, sebagaimana yang dikatakan Nuswantari, (2018:81).

Pada sekolah dasar terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran IPS.

Permasalahan pembelajaran IPS berasal dari dua faktor, yaitu guru dan siswa.

Kelemahan guru dalam pembelajaran IPS yaitu pada penguasaan materi, media,

dan pengelolaan sumber belajar, serta sikap yang masih cenderung konvensional.

Sedangkan kelamahan siswa yaitu siswa pasif dalam pembelajaran, mereka

berasumsi bahwa pembelajaran IPS hanya membaca dan kecerdasan dalam

menghafal materi pelajaran saja, sebagaimana yang dijabarkan oleh

Roseramadhana (dalam Muna, 2020:3-4)

Berdasarkan teori diatas, model yang sesuai dengan pemahaman konsep

toleransi sosial adalah model pembelajaran take and give yaitu model

pembelajaran kooperatif atau kelompok yang konsepnya memberi dan menerima

informasi materi
dari teman sebayanya. Jadi siswa jelas akan terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Serta lebih demokratis dan antusias sehingga suasana belajar tidak

membosankan. Selain itu, model pembelajaran ini juga menggunakan unsur visual

yang memudahkan siswa untuk mengingat. Karena belajar dengan menggunakan

gambar-gambar yang berwarna membuat kita mudah memahami suatu materi,

terutama materi yang sulit, sebagaimana yang dijelaskan oleh Wahyuni (2018:4-

5). Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul

penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Take And Give Berbantu Flashcard

Terhadap Pemahaman Konsep Toleransi Sosial Pada Siswa Sekolah Dasar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model pembelajaran take and give

berbantu flash card terhadap pemahaman konsep toleransi sosial pada sekolah

dasar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model

pembelajaran take and give berbantu flash card terhadap pemahaman konsep

toleransi sosial pada sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam bidang pendidikan sekolah

dasar tentang menciptakan suasana belajar yang kreatif serta inovatif guna

meningkatkan pemahaman konsep toleransi sosial pada siswa sekolah dasar.


2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis bagi guru, peneliti, sekolah,

dan siswa. Adapun manfaatnya sebagai berikut :

a) Bagi Guru

Sebagai referensi untuk menciptakan proses pembelajaran yang kreatif dan

inovatif untuk meningkatkan pemahaman konsep toleransi sosial siswa

sekolah dasar.

b) Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dalam pengaruh model pembelajaran take and

give berbantu flash card terutama dalam peningkatan pemahaman konsep

toleransi sosial pada siswa sekolah dasar, serta sebagai refrensi bagi

peneliti untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang.

c) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk bisa

menerapkan model-model pembelajaran berbantu media pembelajaran

yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan pemahaman konsep pada

siswa sekolah dasar.

d) Bagi Siswa

Melatih siswa untuk bekerja sama. Melalui diskusi dengan teman sebaya

dan saling berbagi informasi materi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini terarah dan terfokus pada pokok permasalaham yang

akan dibahas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada:
a) Penelitian ini memfokuskan pada kompetensi dasar mata pelajaran IPS buku

SD kelas IV tema 1 indahnya kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya

bangsaku. Kompetensi dasar mata pelajaran IPS sebagai berikut :

3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di

provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya

dengan karakteristik ruang.

4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi,

budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa

Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

b) Pemahaman konsep yang diamati dalam penelitian ini terbatas pada ranah

kognitif dengan ranah kognitif C2.

c) Penelitian ini menggunakan model pembelajaran take and give berbantuan

flashcard.

d) Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 1 Sidoharjo semester satu.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Konsep Toleransi Sosial dalam Pembelajaran IPS

Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian

seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang

lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya,

hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bloom. Memahami suatu konsep berarti

memahami sesuatu yang abstrak, yang mendorong anak untuk berpikir lebih

dalam. Oleh karena itu, dapat disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa untuk

memahami suatu konsep diperlukan pemikiran yang mendalam sesuai prosedur

yang ada, karena jika siswa dapat memahami konsep toleransi sosial dalam IPS,

maka akan lebih mudah siswa memahami materi selanjutnya, sebagaimana yang

dikatakan Sanoor (2019:15).

Pada pembelajaran IPS sekolah dasar terdapat materi keberagaman budaya

bangsaku yaitu mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan

agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya

dengan karakteristik ruang. Karena Bangsa Indonesia memiliki beragam suku,

bahasa daerah, etnis, agama dan budaya. Indonesia berlatar belakang dari

perbedaan yang disatukan dari sejarah perjuangan pendiri bangsa dan cita-cita

bersama. Perbedaan antara individu maupun kelompok terkadang membuat

adanya konflik antar individu maupun kelompok yang disebabkan adanya

perbedaan. Oleh karna itu, guru mengajarkan tentang pemahaman konsep

toleransi kepada peserta didik.

Toleransi sosial merupakan sikap dan tindakan yang menghargai

keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan antar sesama masyarakat


di dalam lingkungan sosial, sebagaimana yang dikatakan oleh Jafar, dkk

(2019:99). Untuk mempelajari nilai toleransi pada siswa sekolah dasar, kita perlu

memperhatikan karakteristik kognitif, moral, dan sosial psikologis anak. Piaget

percaya bahwa dari sudut pandang kognitif, siswa sekolah dasar telah memasuki

tahap "operasional konkret". Pada tahap ini, anak tidak lagi melihat konsep

sebagai hal yang samar-samar seperti yang mereka lakukan pada masa kanak-

kanak awal. Pada tahap ini, anak mulai dapat menghubungkan makna baru dengan

konsep lama berdasarkan apa yang telah dipelajarinya setelah masuk sekolah.

Anak mulai memperoleh makna konsep baru dari media massa (seperti radio,

televisi, dan film). Konsep sosial seperti tolong-menolong, menghargai, hinaan,

dan fitnah juga sudah mulai dikenal oleh anak-anak. Bahkan sampai batas

tertentu, konsep sosial yang terkait dengan stereotip, prasangka, dan diskriminasi

mulai diasosiasikan dengan perbedaan agama, ras, gender, atau kelompok sosial

ekonomi, sebagaimana yang dikatakan oleh Nuswantari (2018:80).

Keberhasilan suatu proses pembelajaran khususnya IPS adalah dilihat dari

tingkat pemahaman dan penguasaan materi oleh siswa. Keberhasilan

pembelajaran tersebut dapat diukur dari kemampuan siswa dalam memahami dan

menerapkan berbagai konsep dalam memecahkan masalah. Ada empat hal yang

dapat dilakukan siswa jika memahami konsep yaitu: a) Ia dapat menyebutkan

nama dan contoh- contoh konsep apabila ia melihatnya; b) Ia dapat menyatakan

ciri-ciri konsep tersebut; c) Ia dapat memilih dan membedakan antara contoh dan

yang bukan contoh; d) Ia lebih mampu menyelesaikan masalah yang berkenaan

dengan konsep tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dijabarkan oleh Oemar Malik

(dalam Sanoor, 2019:16).


B. Penerapan model pembelajaran IPS secara umum

IPS di sekolah dasar adalah materi pembelajaran yang terpadu, yang

merupakan penyederhanaan dari adaptasi organisasi, seleksi dan modifikasi dari

konsep dan keterampilan sejarah, sosiologi, antropologi, dan ekonomi

sebagaimana yang dikatakan Gunawan (dalam Yulia, 2018:23). Materi Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan penyederhanaan ilmu-ilmu sosial yang di

dalamnya terkandung program kegiatan pendidikan IPS di sekolah, sebagaimana

yang dijelaskan oleh Suhada (dalam Muna, 2020:59).

Pada sekolah dasar terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran IPS.

Permasalahan pembelajaran IPS berasal dari dua faktor, yaitu guru dan siswa.

Kelemahan guru dalam pembelajaran IPS yaitu pada penguasaan materi, media,

dan pengelolaan sumber belajar, serta sikap yang masih cenderung konvensional.

Sedangkan kelamahan siswa yaitu siswa pasif dalam pembelajaran, mereka

berasumsi bahwa pembelajaran IPS hanya membaca dan kecerdasan dalam

menghafal materi pelajaran saja, sebagaimana yang dijabarkan oleh

Roseramadhana (dalam Muna, 2020:3-4)

Paradigma pendidikan saat ini adalah student center yang mengharuskan

siswa untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran memungkinkan

siswa menjadi aktif dan mandiri, namun kenyataan di lapangan ditunjukkan

bahwa pembelajaran IPS dianggap membosankan karena cenderung bersifat

teacher center (berpusat pada guru), sebagaimana yang dikatakan oleh Muna

(2020:4). Pada pembelajaran IPS siswa cenderung pasif dalam proses

pembelajaran, dan kurang memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh

guru. Proses pembelajaran dilakukan secara konvensional dengan guru

berceramah dan siswa duduk rapi


mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran dengan

suasana seperti ini membuat siswa merasa bosan, jenuh dan malas dalam belajar,

sebagaimana yang dikatakan Wahyuni (2018:3-4).

C. Penerapan Model Pembelajaran Take and Give Berbantuan Flashcard

untuk Meningkatkan Konsep Toleransi Sosial

Istilah "take" dan "give" biasanya diartikan “saling memberi dan saling

menerima”. Take and give merupakan strategi pembelajaran yang didukung

dengan tampilan data, dimulai dari pemberian kartu siswa. Di dalam kartu tersebut

terdapat catatan yang harus dikuasai atau diingat oleh setiap siswa. Kemudian

siswa mencari pasangannya untuk bertukar pengetahuan berdasarkan isi kartu,

kemudian pada akhir pembelajaran, mengevaluasi siswa dengan menanyakan

tentang pengetahuan yang dimiliki dan pengetahuan yang diperoleh dari

pasangannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Huda (2013:241-242).

Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model

pembelajaran yang memiliki langkah-langkah, menuntut siswa untuk dapat

memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman lainnya, sebagaimana

yang dikatakan oleh Menurut Kurniasih & Berlin Sani (2015: 102).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran take and give adalah model pembelajaran yang mengajak siswa

untuk saling berbagi materi yang diberikan oleh guru, dengan kata lain model

pembelajaran ini melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

mengkomunikasikan materi yang diterima kepada teman atau siswa lain secara

berulang-ulang.
Model pembelajaran take and give mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran take and give antara lain: 1) dapat dimodifikasi

sesuai dengan situasi pembelajaran; 2) melatih cara bekerja sama dan saling

menghargai kemampuan orang lain; 3) melatih siswa berinteraksi dengan teman

sekelasnya; 4) melalui kartu yang diberikan siswa dapat memperdalam dan

mempertajam pengetahuan siswa; dan 5) tanggung jawab siswa semakin

meningkat, sebagaimana yang dijabarkan oleh Huda (2013:243).

Selain itu, model pembelajaran take and give memiliki kekurangan

diantaranya yaitu: 1) kurangnya kemampuan siswa dalam menyampaikan materi

sehingga kurang sesuai yang diharapkan; 2) adanya siswa yang tidak berdiskusi

tentang materi ajar, tetapi bercerita tentang masalah kehidupannya, sebagaimana

yang dijebarkan oleh Istarani (2012:189).

Media flashcard merupakan salah satu media berbasis visual yang

berfungsi untuk mempermudah anak untuk mengingat dalam proses pembelajaran.

Flashcard adalah sebuah media pendidikan dalam bentuk kartu yang berisi gambar

dan informasi yang disesuaikan dengan materi pembelajaran, sebagaimana yang

dijelaskan oleh Partikasari, dkk (2018:11). Flashcard adalah suatu kartu kecil

dengan isi berupa tulisan, gambar, atau tanda berupa simbol yang mana

mengarahkan siswa terkait akan gambar yang ditampilkan, sebagaimana yang

dikatakan oleh Istarani (2012:189). Flashcard adalah kartu kecil yang berisi

gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada

sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu, sebagaimana yang dikatakan oleh

Arsad (2011).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa, flashcard adalah

sebuah media pembelajaran edukatif yang benbentuk visual yang berisi gambar-

gambar serta keterangan yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Gambar-

gambar yang terdapat pada flash card berupa materi pembelajaran, seperti hewan,

buah-buahan, pakaian adat, warna, huruf, angka, dan sebagainya. Manfaat dari

flash card yaitu dapat meningkatkan retensi sehingga tidak mudah dilupakan,

melatih kemandirian siswa, dan hasil belajar siswa, sebagaimana yang dikatakan

oleh Suryana (dalam Hotimah, 2010).

Kelebihan Media flashcard yaitu mudah dibawa, praktis, mudah diingat

dan menyenangkan. Selain itu media flashcard dapat membantu kemampuan otak

kanan dalam mengingat gambar serta kata sehingga meningkatkan

pembendaharaan kata atau kosa kata siswa, sebagaimana dijabarkan Yusuf, dkk

(2021:72). Selain itu, media flashcard mempunyai kekurangan antara lain: 1)

hanya dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok kecil; 2) memerlukan

perawatan yang harus teliti karena dikhawatirkan kartu akan hilang atau tercecer;

3) menuntut penataan ruang yang baik, sebagaimana yang dikatakan Partikasari

(2018:12).

Model pembelajaran take and give berbantu flashcard terdiri dari langkah-

langkah yang menuntut siswa untuk dapat menguasai materi pembelajaran yang

dijelaskan oleh guru sekaligus teman sebayanya. Langkah-langkah pembelajaran

IPS menggunakan model Take and Give berbantuan flashcard adalah sebagai

berikut:

1. Siapkan media flashcard sebelum proses pembelajaran dimulai.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Guru memberikan materi kepada siswa.


4. Melaksanakan proses tanya jawab tentang materi yang belum dapat dipahami.

5. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogeny.

6. Siswa ditunjukkan Flashcard berisikan materi yang berbeda-beda

7. Kelompok 1,2,3 diberi Flashcard A dan kelompok 4,5,6 diberi Flashcard B

dengan isi materi yang sama.

8. Setiap siswa diberi waktu 7 menit untuk menghafal dan memahami materi

yang terdapat pada flashcard yang dibagikan.

9. Semua siswa dalam kelompok 1,2,3 serta 4,5,6 diminta berdiri dan

diinstruksikan untuk mencari pasangan guna berbagi informasi dengan cara

saling memberi dan menerima.

10. Guru memberikan pertanyaan yang diajukan ada siswa terkait informasi yang

telah mereka dapatkan dari siswa lain dengan pertanyaan yang bervariasi.

11. Guru melakukan evaluasi pembelajaran melalui tanya jawab oleh guru dan

siswa dan memberikan penguatan

12. Menarik kesimpulan dalam pembelajaran, sebagaimana dijabarkan Shoimin

(dalam Muna, 2020:68-69).

Jenis pembelajaran take and give bertujuan untuk mengubah suasana kelas

dari pasif menjadi aktif dan partisipatif sehingga memudahkan siswa dalam

mengingat materi serta memahami suatu konsep materi pembelajaran. Model take

and give sangat cocok untuk membahas mata pelajaran IPS tentang keberagaman

budaya Indonesia, tentang toleransi sosial yang seringkali bersifat uraian panjang

dan siswa menggunakan elemen visual untuk memudahkan siswa dalam

mengingat. Gambar yang berwarna-warni membuat siswa semangat, antusias dan

ketertarikan untuk mempelajari suatu materi pembelajaran, gambar-gambar

tersebut berguna
agar siswa lebih memahami suatu konsep materi pembelajaran dari suatu gambar,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Wahyuni (2018:13).

Dengan pembelajaran kelompok, membuat siswa lebih mengenal

perbedaan, seperti perbedaan pendapat, perbedaan suku, ras, budaya, dan agama

dari siswa tersebut. Sehingga siswa belajar menghargai pendapat, suku, ras,

budaya, dan agama dalam sebuah kelompok. Siswa diajarkan untuk toleransi

sosial terhadap suatu perbedaan.

D. Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian penulis:

1. Desfi Adeline (2018) berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Take And Give

Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar Pkn Kelas V Min 10 Bandar

Lampung”. Hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa hasil rekapitulasi uji

hipotesis tes yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka

didapatkan thitung adalah 9,434 dan ttabel adalah 1,671 sehingga hasilnya thitung >

ttabel (9,434 > 1,671) yang artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat

disimpulkan model pembelajaran Take And Give berbantuan media grafis

berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar peserta didik kelas V pada mata

pelajaran PKn di MIN 10 Bandar Lampung. Demikian dapat diambil

kesimpulan bahwa model pembelajaran Take And Give berbantuan media

grafis berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar peserta didik kelas V pada

mata pelajaran PKn di MIN 10 Bandar Lampung.

2. Eka Nur Wahyuni (2018) berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Take and

Give berbantuan Lembar Informasi Materi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas V SD Al-Ishlah Rejeni”. Hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas V SD Al-Ishlah Rejeni diperoleh hasil thitung = 3,8

yang dibandingkan dengan ttabel = 1,740 untuk taraf signifikan 5% diketahui

bahwa hasil thitung lebih besar dari ttabel (3,8  1,740), dan besarnya pengaruh

dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Eta Squared yang

menunjukkan hasil 0,30. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat

pengaruh besar antara model pembelajaran take and give berbantuan lembar

informasi materi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Al-Ishlah Rejeni.

3. N. L. G. Sri Yuliastini , I Dewa Kade Tastra , I Wyn Romi Sudhita (2015)

berjudul “Pengaruh Model Take And Give Berbantuan Multimedia Interaktif

Terhadap Hasil Belajar IPS”. Hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa hasil

penelitian menunjukkan (1) hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe Take and Give berbantuan multimedia interaktif

menunjukkan skor rata-rata 24,61 berada pada kategori sangat tinggi, (2) hasil

belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional

menunjukkan skor rata-rata 16,28 berada pada kategori sedang, (3) terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang

belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give

berbantuan multimedia interaktif dengan kelompok siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran konvensional (thitung=11,27>ttabel1,667).

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give

berbantuan multimedia interaktif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPS


kelas VII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 2

Singaraja.

E. Kerangka Konsep

Penerapan
Model Pemahaman
Guru Siswa
Pembelajaran Konsep Toleransi
Take and Give Sosial Siswa (Y)
Berbantu Flash
card (X)

Gambar 1. Kerangka Teori

Pada sekolah dasar terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran IPS.

Permasalahan pembelajaran IPS berasal dari dua faktor, yaitu guru dan siswa.

Kelemahan guru dalam pembelajaran IPS yaitu pada penguasaan materi, media,

dan pengelolaan sumber belajar, serta sikap yang masih cenderung konvensional.

Sedangkan kelamahan siswa yaitu siswa pasif dalam pembelajaran, mereka

berasumsi bahwa pembelajaran IPS hanya membaca dan kecerdasan dalam

menghafal materi pelajaran saja, sebagaimana yang dijabarkan oleh

Roseramadhana (dalam Muna, 2020:3-4)

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk

pembelajaran IPS dengan membuat inovasi baru yang dapat mengatasi

permasalahan tersebut dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang

dapat menarik minat belajar siswa serta memotivasi siswa dalam belajar yaitu

model pembelajaran take and give berbantuan flashcard. Dengan menggunakan

model pembelajaran take and give berbantuan flashcard dapat meningkatkan

pemahaman konsep toleransi sosial pada siswa.


F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dalam landasan teori diatas , maka saya

mendapatkan kesimpulan terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran take

and give berbantuan flashcard terhadap pemahaman konsep pada siswa sekolah

dasar.

Adapun hipotesis statistika pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : “ada pengaruh penggunaan model pembelajaran take and give berbantu flash

card terhadap pemahaman konsep pada siswa sekolah dasar”

H0 : “tidak adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran take and give

berbantu flash card terhadap pemahaman konsep pada siswa sekolah dasar”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis yang digunakan penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu

penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

(treatment/perlakuan) terhadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang

terkendalikan.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental

design dengan bentuk posttest-only control design. Dalam design ini terdapat dua

kelompok masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi

perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan

disebut kelompok eksperimen dan yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok

kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah : (O1:O2). Dalam

penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda,

memakai statistik t-test (Sugiyono, 2020:75-76).

R X O2

R X O4

Dengan:

R : Pemilihan kelas secara acak

O : Postest

X : Kelas yang diberi treatment


B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2020:80).

Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas IV SD Negeri 1

Sidoharjo.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara acak

dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV A sebagai kelas

eksperimen dan kelas V B sebagai kelas kontrol.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Model Pembelajaran Take and Give

Istilah "take" dan "give" biasanya diartikan “saling memberi dan saling

menerima”. Take and give merupakan strategi pembelajaran yang didukung

dengan tampilan data, dimulai dari pemberian kartu siswa. Di dalam kartu tersebut

terdapat catatan yang harus dikuasai atau diingat oleh setiap siswa. Kemudian

siswa mencari pasangannya untuk bertukar pengetahuan berdasarkan isi kartu,

kemudian pada akhir pembelajaran, mengevaluasi siswa dengan menanyakan

tentang pengetahuan yang dimiliki dan pengetahuan yang diperoleh dari

pasangannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Huda (2013:241-242).

2. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian

seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya, hal

ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bloom.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode tes yaitu dengan memberikan pretes dan post-test. Tes dilakukan setelah

dilakukan perlakuan. Dalam tes yang ditujukan untuk mengukur pemahaman

konsep siswa peneliti membuat soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal. Teknik

tes objektif digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPS.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument yang dipilih oleh peneliti yaitu dalam bentuk tes uraian atau

soal uraian (postest) dengan menggunakan model pembelajaran take and give

berbantu flash card pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidoharjo. Jumlah butir soal

dalam penelitian ini adalah 25 butir soal pilihan ganda.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan

masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan

yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product

Moment.

Adapun rumus yang digunakan untuk uji validitas instrument adalah

sebagai berikut:

Langkah pertama menggunakan rumus korelasi Product Moment

𝑁  𝑋𝑌−(𝑋)(𝑌)
r = √𝑁𝑋2−(𝑋)2)(𝑁𝑌2−(𝑌)2)
Keterangan :

r = koefisien korelasi Pearson

N = banyak pasangan nilai X dan Y

∑XY = jumlah dari hasil kali nilai X dan nilai Y

∑X = jumlah nilai X

∑Y = jumlah nilai Y

∑𝑥2 = jumlah dari kuadrat nilai X

∑𝑌2 = jumlah dari kuadrat nilai Y

Kaidah keputusan jika rhitung>rtabel berarti valid, sebaliknya jika rhitung ˂

ttabel berarti valid thitung< ttabel berarti tidak valid.

Langkah kedua dihitung dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut :


(𝑟√𝑛−2)
thitung =
√1−𝑟2

Distribusi (tabel t) untuk  = 0,05 dan derajad kebebasan dk = 30 – 2 =

28 dengan diuji satu pihak, maka diperoleh ttabel = 1,701. Membuat keputusan

dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Kaidah keputusan jika thitung> ttabel

berarti valid thitung< ttabel berarti tidak valid.

2. Reabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validasi selanjutnya akan diuji

reabilitasnya berupa butir soal, dengan perhitungan sebagaimana berikut.

Rumus KR 20 :

ri = 𝑘 𝑠
2
(𝑘−1) −∑
𝑝𝑖𝑞𝑖
{ 𝑡
}
𝑠𝑡2

keterangan :

k = jumlah item dalam instrumen


∑Si2= mean kuadrat kesalahan

𝑠𝑡2 = varians total

Rumus untuk varian total dan varian item:

(∑𝑥1)2
𝑥2 = ∑𝑥2 −
𝑡 𝑡
𝑛
2
𝑠𝑡2 = 𝑥
𝑛

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus-rumus

statistik dengan cara manual. Dalam teknik analisis data ini terdapat empat rumus

yang akan menjawab rumusan masalah, yakni :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pemerolehan data dari hasil penelitian yang

berasal dari populasi yang di bawah frekuensi normal atau tidak untuk menguji

normalitas bisa menggunakan langkah-langkah menghitung normalitas dengan

Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:

1) Menentukan kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan Chi Kuadrat

ini, jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal tersebut yang sesuai dengan 6

bidang yang terdapat pada Kurve Normal Baku.

2) Menentukan panjang dari kelas interval

𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙


Panjang Kelas = 6 (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙)

3) Memasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong

untuk harga Chi Kuadrat hitung.


4) Menghitung fh (frekuensi yang diharapkan) dengan mengalihkan presentase

luas pada tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel yang

digunakan.

5) Memasukkan harga fh pada tabel kolom fh, kemudian menghitung harga (fo-fh)

2
dan (fo−fh) 2 . Harga (fo−fh) 2 merupakan harga Chi Kuadrat (X2) hitung.
fh fh

6) Membandingkan harga dari Chi Kuadrat Hitung dengan Chi Kuadrat Tabel.

Bila harga dari Chi kuadrat Hitung lebih kecil dibandingkan harga Chi

Kuadrat tabel, maka distribusi data akan dinyatakan normal, dan jika lebih

besar maka dinyatakan tidak normal (Sugiyono, 2020:172).

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas Cara menguji homogenitas menggunakan varian

terbesar dibandingkan varian terkecil. Langkah-langkah pengujian sebagai

berikut:
1)
Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

2)
Menentukan kaidah pengujian
3)
Menghitung nilai rata-rata kelompok

X̅1= X1
𝑛

X2
X2 =
𝑛

4)
Menghitung nilai varians

2
S12 = √n x x2−(x)
𝑛(𝑛−1)

2
S22 = √n x x2−(x)
𝑛(𝑛−1)

5)
Cari Fhitung dengan rumus:

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
F = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
6)
Hitung nilai Ftabel. Dalam menghitung Ftabel dapat dilihat pada tabel F dengan

ketentuan sebagai berikut:

Ftabel = 𝛼, V1n-1, V2n-2

7)
Membuat Kesimpulan (Wahyuni, 2018:34-35).

3. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dilakukan dengan polled varian uji t hitung dengan rumus

sebagai berikut:

𝑋1−𝑋 22
t = √(𝑛1−1)𝑆2 1+(𝑛2−1)𝑠 2×( 1 1
(𝑛1+𝑛2)−2 𝑛
+ )
𝑛2
1

Keterangan:

t = nilai t hitung

X̅ 1 = rata-rata kelas

eksperimen X̅ 2 = rata-rata

kelas kontrol

S1 =Simpangan baku kelas eksperimen

S2 =Simpangan baku kelas control

S12 = Varians kelas eksperimen

S22 = Varians kelas kontrol

n = jumlah responden (Sugiyono, 2020:197).

4. Uji Tingkat Pengaruh

Dalam hal ini pada tingkat apakah pengaruh model pembelajaran take

and give berbantuan flash card terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV SD

Negeri

1 Sidoharjo menggunakan Uji Eta Squared. Taraf yang digunakan untuk

mengetahui signifikan sebesar 5%. Rumusan yang digunakan adalah sebagai

berikut:
𝑡2
Eta Squared =
2(𝑛1+𝑛2−2)
𝑡

Dengan Interpresentasi nilai sebagai berikut:

0,01 Eta Squared < 0,06 = pengaruh kecil

0,06 Eta Squared < 0,14 = pengaruh sedang

Eta Squared < 0,014 = pengaruh besar (Wahyuni, 2018:36)


DAFTAR PUSTAKA

Adeline, D. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Take and Give Berbantuan

Media Grafis Terhadap Hasil Belajar PKN Kelas V MIN 10 Bandar

Lampung (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Afandi, M., Chamalah, E., Wardani, O. P., & Gunarto, H. (2013). Model dan

Metode Pembelajaran. Semarang: UNISSULA.

Arsyad, Azhar. 2017. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Cepi Riyana, Susilana Rudi.2009. Media Pembelajaran. CV. Wacana Prima.

Bandung.

Hotimah, E., 2010. Penggunaan Media Flashcard dalam Meningkatkan

Kemampuan Siswa pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Kelas II

MI Ar-Rochman Semarang. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 4(1), pp.

10-18.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Medan: Media Persada.

Japar, M., Irawaty, I., & Fadhillah, D. N. (2019). Peran Pelatihan Penguatan

Toleransi Sosial Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan

Kewarganegaraan Di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Ilmu

Sosial, 29(2), 94-104

Kurniasih, Imas, dan Berlian Sani. “Ragam Pengembangan Model Untuk

Peningkatan Profesinalitas Guru”. Jakarta : Kata Pena (2015).


Muna, N. K. (2020). Keefektifan Model Take And Give Berbantuan Media

Flashcard Terhadap Hasil Belajar Muatan Pembelajaran Ips Siswa Kelas

IV SDN Gugus Ikan Mas Semarang Utara (Doctoral Dissertation,

Universitas Negeri Semarang).

Nuswantari, N. (2018). Model pembelajaran nilai-nilai toleransi untuk anak

sekolah dasar. Proceeding of The URECOL, 78-87.

Riduwan. 2018. Dasar-dasar Statistika. Alfabeta : Bandung.

Sari, R. P., Suryani, N. A., & Imran, R. F. (2018). Peningkatan Kemampuan

Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Metode Bermain Flash Card

Subaca. Al-Athfaal Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 36-55.

Siska, Y. (2018). Pembelajaran IPS di SD/MI. Garudhawaca.

Sugiyono. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta :

Bandung.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam

Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana.

Sanoor, A. (2019). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Take And Give Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau Dari

Motivasi Belajar Siswa Smp Indragiri Hilir (Doctoral Dissertation,

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Trianggono, M. M. (2017). Analisis kausalitas pemahaman konsep dengan

kemampuan berpikir kreatif siswa pada pemecahan masalah fisika. Jurnal

Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 3(1), 1-12.

Wahyuni, Eka Nur. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Take and Give

berbantuan Lembar Informasi Materi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa


Kelas V SD Al-Ishlah Rejeni (Doctoral dissertation, Universitas

Muhammadiyah Sidoarjo).

Yuliastini, N. L. G. S., Tastra, I. D. K., & Sudhita, I. W. R. (2015). Pengaruh

model Take And Give Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil

Belajar IPS. Jurnal Edutech Undiksha, 3(1).

Yusuf, A., Suardana, I. N., & Selamet, K. (2021). Pengembangan Media

Pembelajaran Flashcard IPA SMP Materi Tata Surya. Jurnal Pendidikan

dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 4(1), 69-80.


LAMPIRAN

Soal Evaluasi
Nilai

Nama :
Kelas :
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada
huruf A, B, C, atau D.
1. Berikut ini merupakan sikap menerima keberagaman di sekolah adalah...
a. Berdiam diri saat ada kerja bakti
b. Hanya berteman dengan yang sama asal daerahnya
c. Mengikuti upacara bendera hari senin
d. Berteman tidak memandang siapapun dan tidak saling mengejek
2. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia harus dimaknai sebagai...
a. Kekuatan negara
b. Kekurangan bangsa
c. Keamanan bangsa
d. Kemunduran bangsa
3. Perhatikan pernyataan dibawah ini,
1) Kerja bakti membersihkan sekolah
2) Gotong royong membangun jembatan
3) Musyawarah untuk membahas permasalahan warga
4) Ronda malam menjaga keamanan lingkungan sekitar
Wujud nyata kerukunan di dalam lingkungan masyarakat adalah ditunjukkan
nomor...
a. (1),(2),(3)
b. (1),(3),(4)
c. (1),(2),(4)
d. (2),(3),(4)
4. Manfaat saling menghargai dan menghormati perbedaan budaya yang ada di
lingkungan kita adalah...
a. Tercipta keamanan lingkungan
b. Terjadi kerukunan dan persatuan
c. Munculnya perbedaan antar masyarakat
d. Adanya kelompok tertentu yang lebih baik
5. Kemunduran bangsa Indonesia bisa saja terjadi akibat adanya sifat...
a. Rukun terhadap sesama
b. Saling toleransi antar umat beragama
c. Saling menang sendiri
d. Kebersamaan tanpa memandang suku, budaya, dan agama
6. Mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing merupakan keragaman
yang menunjukkan adanya perbedaan ....
a. Suku
b. Kegemaran
c. Jenis kelamin
d. Agama
7. Perhatikan ragam perbedaan berikut ini!
(1) Warna kulit
(2) Jenis rambut
(3) Pakaian adat
(4) Upacara pernikahan
Ragam perbedaan fisik ditunjukkan pada nomor ....
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (3)
d. (2) dan (4)
8. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut !
(1) Menonjolkan suku, agama, ras, dan golongan sendiri.
(2) Acuh tak acuh terhadap perbedaan dalam masyarakat.
(3) Menganggap hanya suku sendiri yang paling bagus dan suku lainnya jelek.
(4) Meningkatkan interaksi tanpa mempermasalahkan perbedaan.
Sikap menghargai keragaman budaya masyarakat Indonesia ditunjukkan
pada....
a. (1)
b. (2)
c. (3)
d. (4)
9. Apabila kamu berbeda agama dengan temanmu, maka kamu harus ....
a. Memusuhinya
b. Menghormatinya
c. Menjauhinya
d. Mengucilkannya
10. Arif berasal dari Aceh. Edi berasal dari Manado. Meskipun berbeda daerah
asal, sikap mereka sebaiknya ....
a. Tetap rukun
b. Bertengkar
c. Bermusuhan
d. Saling mengejek
11. Indonesia memiliki keragaman bahasa daerah, tetapi tetap memiliki bahasa
nasional sebagai bahasa persatuan. Bahasa persatuan tersebut digunakan
sebagai bahasa pergaulan, di sekolah, dan instansi resmi lainnya. Bahasa yang
dimaksud adalah bahasa ....
a. Indonesia
b. Melayu
c. Sunda
d. Jawa
12. Perhatikan jenis-jenis keragaman berikut ini!
(1) Perbedaan jenis rambut
(2) Perbedaan pekerjaan
(3) Perbedaan agama.
(4) Perbedaan warna kulit.
Perbedaan yang menunjukkan keragaman sosial ada pada nomor ....
a. dan (2)
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (3)
d. (3) dan (4)
13. Berikut ini yang merupakan sikap menghargai keragaman di sekolah adalah ....
a. Bermain dengan semua teman
b. Memilih teman bermain
c. Bertengkar dengan teman
d. Memusuhi teman yang berbeda agama
14. Membeda-bedakan agama dapat mengakibatkan ....
a. Perselisihan
b. Persahabatan
c. Persatuan
d. Keberagaman
15. Tarian khas dari daerah Nia adalah tari gambyong, Tarian khas dari daerah
Budi adalah tari topeng. Perbedaan tersebut patut kita ....
a. Abaikan
b. Permalukan
c. Banggakan
d. Tinggalkan
16. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab banyaknya suku di Indonesia
adalah....
a. Perbedaan lingkungan geografis
b. Pemimpin negara
c. Perbedaan agama atau kepercayaan
d. Perbedaan latar belakang sejarah
17. Indonesia terdiri atas berbagai suku, oleh karena itu kita harus memupuk rasa....
a. Persatuan
b. Permusuhan
c. Persaingan
d. Perpecahan
18. Berikut ini yang termasuk kerja sama di lingkungan sekolah adalah ....
a. Berdiskusi mengenai materi yang belum dimengerti
b. Berdiskusi saat ulangan
c. Mengerjakan pr di ruang kelas
d. Menyontek saat ulangan
19. Ketika kita sedang asyik bermain dengan teman dan salah satu teman kita
tersebut akan menunaikan ibadah. Maka hal yang mesti kita lakukan adalah...
a. Mempersilahkan teman tersebut menjalankan ibadah
b. Melarang teman tersebut untuk beribadah
c. Mengganggu teman saat beribadah
d. Ikut beribadah dengan teman meskipun berbeda agama

20. Dibawah ini yang merupakan contoh sikap yang mencerminkan persatuan dan
kesatuan di lingkungan adalah...
a. Suka bermain dengan teman yang kaya
b. Mementingkan kepribadian keluarga dari pada kepentingan umum
c. Saya suka membangga-banggakan budaya sendiri di hadapan orang lain
d. Mengutamakan kepentingan bersama
21. Didalam bermusyawarah, bagaimana saudara seringkali kita menjumpai
pendapat yang berbeda dengan pendapat kita. Namun sikap kita seharusnya...
a. Memaksanya agar sependapat dengan kita
b. Selalu mengalah meskipun belum diungkapkan dalam musyawarah
c. Marah-marah kepada teman yang berbeda pendapat
d. Menghormati pendapat peserta lain
22. Di bawah ini yang tidak termasuk keberagaman suatu daerah adalah...
a. Suku
b. Bahasa
c. Makanan khas
d. Hobi makan
23. Dengan keberagaman budaya, kita dapat mengenal...
a. Budaya daerah lain
b. Kelebihan daerah lain
c. Kekurangan daerah lain
d. Bersaing dengan daerah lain
24. Terhadap teman yang berbeda suku tetap harus saling menyayangi, bukannya
harus saling...
a. Saling menghargai
b. Saling menolong
c. Bekerjasama dalam kebaikan
d. Saling membedakan
25. Kemungkinan yang akan terjadi apabila tidak memiliki sikap toleransi
beragama adalah...
a. Terjadi perdamaian
b. Perselisihan antar agama
c. Kesejahteraan bangsa
d. Persahabatan antar agama

Anda mungkin juga menyukai