Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS BUGEMM

Motivasi Belajar Siswa di Era Digital di Kelas X.7 SMA Negeri Plus 17 Palembang

Disusun oleh:

DAVYNA DWI AMANDA


NIS 6628
KELAS X.7

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN
SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Peserta Didik : Davyna dwi amanda


NIS : 6628
Kelas : X-7
Nama pembimbing : Dra. Leli Sumarni, M. Pd
Judul penelitian : Motivasi Belajar Siswa Di Era Digital SMA
Plus Negeri 17 Palembang

Penguji, Palembang,
Pembimbing,

Dra. Leli Sumarni, M. Pd


KARTU BIMBINGAN LAPORAN BUGEMM

Nama Peserta Didik : Davyna dwi amanda


NIS. : 6628
Kelas : X-7
Nama Pembimbing. : Dra. Leli Sumarni, M. Pd
Judul Penelitian. : Motivasi Belajar Siswa Di Era Digital

NO TANGGAL TOPIK KOMENTAR PARAF


PEMBIMBING

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah hak mendasar bagi setiap orang. Di dalam sistem pendidikan,
proses belajar dan mengajar adalah salah satu komponen penting yang dapat menentukan
keberhasilan dan keefektifan suatu pendidikan. Sistem pendidikan indonesia sekarang sedang
menerapkan sitem pendidikan denagan kurikulum 2013.
Kurikulun 2013 ini merupakan kurikulum penyempurna atau perbaikan dari kurikulum
- kurikulum sebelumnya. Mulyasa (2014:6) menyatakan bahwa kurikulum 2013 adalah
kurikulum yang mengharuskan siswa meningkatkan pendidikan karakter, terutama pada
tingkat dasar yang akan menjadi wadah pada tingkat berikutnya. melalui pengembangan
kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi.
Pada kurikulum 2013 ini, siswa diharapkan dapat menjadi produktif, kreatif, inovatif,
afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dengan penerapan
kurikulum 2013, diharapkan semua guru dapat mengajar secara profesional dan merancang
pembelajaran yang menarik, dapat menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan
kompetensi secara efektif agar bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Perkembangan teknologi pada dekade terakhir ini yang membuat perubahan dalam
pola pikir dan hidup manusia. Perkembangan teknologi ini memudahkan manusia dalam
melakukan pekerjaan dan aktivitasnya. Pendidikan di era digital merupakan suatu pendidikan
yang melibatkan teknologi seperti teknologi informasi maupun komunikasi dalam
pembelajarannya. Dengan berkembangnya zaman era digital ini, memudahkan siswa untuk
mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber dengan cepat dan mudah. Pembelajaran
digital merupakan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan
komunikasi didalamnya.
Dengan adanya media elektronik yang menyajikan materi pembelajaran maka guru
bukan lagi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Materi yang didapat dari pembelajaran
digital ini dapat berbagai variasi yaitu berupa teks, video, visual dan lain sebagainya.
Teknologi semacam ini memang sangat patut diapresiasi.
Masa pandemi covid ini membuat semua masyarakat di Indonesia maupun di dunia
memanfaatkan teknologi digital sebagai alat untuk menjalankan aktivitasnya, baik dibidang
sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya. Pandemi covid ini menjadi
jembatan transformasi dalam segala bidang ke arah teknologi digital. Dalam pendidikan,
media pembelajaran dan sumber-sumber belajar mengalami perubahan ke arah digitalisasi
yang mengaharuskan semua siswa mampu untuk berinovasi, berorientasi, dan berkolaborasi
yang diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan seorang siswa di era industri 5.0.
Analisa tentang pembelajaran di masa pandemi covid-19 telah banyak dilakukan oleh
para ahli. Salah satunya analisis yang dilakukan oleh Yensy (2020) menyebutkan bahwa
sistem pendidikan jarak jauh (daring) dapat menjadi solusi pembelajaran dengan mengikuti
himbauan jaga jarak sosial yang mengingat lokasi, jarak, waktu, dan biaya yang menjadi
permasalahan dan hambatan besar di sistem pendidikan jarak jauh pada masa pandemi covid
19.
Berdasarkan fakta dan permasalahan yang diuraikan diatas, penulis mencoba mencari
fakta dengan melakukan sebuah mini-research tentang kendala dan motivasi belajar siswa di
era digital dimasa pandemi Covid 19 khususnya yang dihadapi oleh siswa kelas X.7 SMA
Plus Negeri 17 Palembang.

1.2 Masalah penelitian


Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan karya tulis
ini sebagai berikut: “Apa motivasi belajar siswa di era digital di kelas X.7 SMA Plus
Negeri 17 Palembang?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa
di era digital di kelas X.7 SMA Plus Negeri 17 Palembang.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari pembuatan karya ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan tentang pentingnya motivasi
belajar di era digital dimasa pandemi.
2. Penelitian ini dibuat untuk menyelesaikan karya tulis BUGEMM.
3. Sebagai informasi dan pengetahuan tambahan kepada semua pihak yaitu untuk para
guru dan pihak sekolah tentang pentingnya motivasi belajar siswa di era digital yang
dihadapi oleh siswa kelas X SMA Negeri Plus 17 Palembang tahun 2021/2022
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 TEORI PEMBELAJARAN


Di dalam suatu pembelajaran terdapat beberapa teori yang harus diketahui yaitu sebagai
berikut:
2.1.1 Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
belajar kemampuan setiap siswa dalam menerima interaksi berupa ransangan dalam proses
belajar dan proses menerima hasil pembelajaran.
“Gagne dan Berliner menyatakan bahwa teori behavioristik berisi tentang perubahan
tingkah laku yang terjadi karena pengalaman belajar.” (Maziatul, 2009). Pada intinya, teori
behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Dalam perkembangannya, teori behaviristik menjadi aliran psikologi belajar yang
mempunyai pengaruh yang penting terhadap tujuan individu dalam peningkatan teori belajar
dan praktik dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Seseorang yang menganut aliran
behavioristik ini akan yakin bahwa apabila ada lingkungan yang optimal maka itu akan
berakibat dengan suatu ekspresi faktor keturunan yang maksimal.
2.1.2 Teori Kognitif
Teori kognitif menjelaskan bahwa individu dapat mengembangkan kemampuannya
dengan adanya suatu motivasi yang ia dapatkan dan dapat membuatnya melakukan sesuatu
yang dikehendakki oleh dirinya sendiri terhadap lingkungannya dengan berfokus pada
perubahan-perubahan internal.
Gredler dalam Uno (2006 : 10) menerangkan bahwa “dalam teori pembelajaran
kognitif lebih mementingkan proses belajarnya bukan dari hasil yang didapat belajar tersebut.
Karena dengan adanya proses kita bisa lebih memahami konsep-konsep pemahaman dan
presepsi dalam belajar.”
Teori kognitif ini menyatakan bahwa belajar bukan lah hanya tentang stimulus dan
respon seseorang. Melainkan, melibatkan proses-proses berpikir yang lebih kompleks. Inti
dari konsep teori ini adalah bagaimana munculnya dan diperolehnya pemahaman dalam
tahapan-tahapan perkembangan manusia atau saat seseorang mendapatkan cara baru dalam
memaknai informasi secara internal.
2.1.3 Teori Humanistik
Pada teori humanistik ini, teori belajar itu dimulai dari manusia itu sendiri. Berbeda
dengan teori-teori belajar yang lain, teori ini lebih bersifat abstrak dan mendekati dunia
filsafat dibanding dunia pendidikan. Pada kenyataannya, teori ini paling ideal dan banyak
membicarakan tentang pendidikan dan proses belajar dan bisa diamati didunia sehari-hari.
Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara kesinambungan dan
berlangsung diluar kesadaran siswa. Meskipun dalam teorinya dapat dibuat garis tegas antara
tahap satu dengan tahap lain.
Menurut prespektif lain yaitu menurut Habermas, didalam proses belajar dibutuhkan
adanya interaksi baik antara lingkungan sekitar maupun antar sesama manusia
Sementara menurut Carl Rogers mengemukakan bahwa belajar hendaknya tidak
dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan
sendiri dan berani bertanggungjawab atas apa yang telah ia ucapkan dan lakukan.
2.1.4 Teori Kontruktivistik
Teori kontruktivistik memahami proses belajar dari pembentukan pengetahuan dari
pembelajaran yang telah siswa itu lakukan. Pengetahuan tersebut berasal dari diri nya sendiri
dan tidak dapat di pindahkan begitu saja kepada orang lain. Teori ini juga menegaskan bahwa
keaktifan dalam belajar diberikan kepada siswa agar siswa dapat menggali suatu
pengetahuan, kompetensi diri guna untuk mengembangkan dirinya sendiri. Di dalam proses
belajarnya pun siswa diberikan kebebasan dalam membentuk gagasan nya sendiri, sehingga
siswa dapat menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta
didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dimilikinya.

2.2 TEORI MOTIVASI BELAJAR

Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Tanpa adanya motivasi siswa terkadang merasa malas untuk memulai kegiatan
pembelajaran, maka dengan adanya motivasi, bisa menjadikan penyemangat bagi siswa untuk
menentukan tujuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi bisa berasal dari diri
seorang siswa itu sendiri ataupun dari luar diri seseorang.
Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) “motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut,
antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang
kondusif.”
Terdapat beberapa teori-teori dalam motivasi belajar yaitu :
2.2.1 Teori Kebutuhan
Teori ini menjeleskan bahwa seorang berperilaku atau bekerja karena adanya
dorongan untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Kebutuhan yang diinginkan seseorang selalu
bertahap yaitu bila kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua
akan menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, maka
muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima.
2.2.2 Teori Clyton Aldefer (Teori “ERG”)
Di dalam teori ini menegaskan bahwa apabila seseorang yang memiliki suatu
kebutuhan yang belum terpenuhi maka akan semakin besar pula keinginannya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Kuat nya suatu keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhan yang lebih besar
maka semakin besar pula apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan. Dan juga
sebaliknya, apabila semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
2.2.3 Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Pada teori ini menyatakan bahwa terdapat dua faktor dari motivasi yaitu faktor
motivasional dan juga faktor pemeliharaan. Maksud dari faktor motivasional adalah hal-hal
yang dapat mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu, sumber motivasi tersebut
didapat secara intrinsik atau dari dalam diri sendiri. Sedangakan, pada faktor pemeliharaan
merupakan hal-hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang bersumber
secara ekstrinsik atau bersumber dari luar diri seseorang atau berasal dari prang lain.
2.2.4 Teori Keadilan
Teori ini menuju pada pandangan seseorang bahwa manusia dapat terdorong untuk
menghasilkan kesenjangan antara usaha yang dibuat dengan imbalan yang diterima. Artinya,
apabila seseorang mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak sesuai dengan
keinginannya, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : a) seorang akan berusaha memperoleh
imbalan yang lebih besar, atau; b) mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2.2.5 Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan juga
ekspektasinya bahwa tindakannya akan sesuai dengan hasil yang diinginkannya. Artinya,
apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan kesempatan untuk dapat meraih nya
tampaknya terbuka untuknya, maka ia akan berusaha dengan sebaik-baik nya dalam
memcapai hal tersebut.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1 DEFINISI OPERASIONAL


3.1.1 Belajar
Belajar adalah suatu proses kompleks yang menyebabkan perubahan perilaku kepada
seseorang yangrelatif tetap dan juga terjadi karena latihan dengan tujuan untuk menanbah
ilmu pengetahuan

3.1.2 Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan muridnya
agar tercapainya suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut.

3.1.3 Motivasi
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau
unsur-unsur yang mendukung.

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas atau yang sering disebut dengan bariabel independen merupakan
variabel yang memengaruhi atau menyebabkan terjadi perubahan. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah motivasi siswa di kelas X.7 SMA Plus Negeri 17 Palembang
3.2.2 Variabel kontrol
Variabel kontrol atau variabel kemdali merupakan penyebab dari hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat agar tetap konstan. Variabel kontrol pada penelitian ini
adalah
3.2.3 Variabel Terikat
Variabel terikat atau variabel dependen merupakan faktor-faktor yabg dapat diamati
dan diteliti oleh peneliti dalam sebuah penelitian untuk mengetahui ada tidak adanya
pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa
di kelas X.7 SMA Plus Negeri 17 Palembang.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi adalah daerah sasaran atau ruang yang terdiri dari subjek atau objek yang
memiliki jumlah tertentu dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan. Populasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah siswa
– siswa kelas X.7 SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sedangkan sampel adalah bagian dari
populasi yang dapat mewakili dari populasi. Sampel yang digunakan peneliti adalah 10 orang
siswa di kelas X.7 SMA Plus Negeri 17 Palembang.

3.4 Metode Penelitian


Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk memguji hipotesis yang ditetapkan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan
kursioner yang diberikan kepada siswa kelas X.7 SMA Plus Negeri 17 Palembang dan
diminta untuk mengisi kuesioner tersebut. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan data-
data dan informasi yang diperoleh berbagai sumber dan studi klinis untuk memudahkan
dalam mengevaluasi pengisian kuesioner. Berikut adalah bentuk kuesioner

Anda mungkin juga menyukai