Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

DISTRIBUSI SOLUT DIANTARA DUA PELARUT DAN IDENTIFIKASI LAPISAN


ORGANIK
Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari distribusi senyawa organik diantara
dua pelarut yang tidak bercampur
2. Mempelajari cara mengidentifikasi lapisan
organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur
Pendahuluan
Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent) pada
umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat
lainnya dianggap sebagai zat terlarut (solute). Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi
kimia, dimana pelarut melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal
ini akan memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar
dapat merubah reaktan menjadi produk. Pelarut juga bertindak sebagai kontrol suhu, salah
satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel sehingga partikel-partikel tersebut
dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi
eksotermik(Fresseden, 1982).
Pelarut yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Pelarut harus tidak reaktif (inert) terhadap kondisi reaksi.
2. Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen.
3. Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat.
4. Pelarut harus mudah dihilangkan pada saat akhir dari reaksi.
(Chang, 2004).
Kriteria lainnya adalah dengan menggunakan prinsip like dissolves like, dimana reaktan
yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan reaktan yang polar akan larut pada
pelarut polar. Tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu :
a. momen dipol
b. konstanta dielektrik
c. kelarutannya dengan air
(Hoffman, 2004).
Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta dielektrik yang
tinggi termasuk polar. Molekul dari pelarut yang memilki momen dipol yang kecil dan
konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan sebagai nonpolar. Pelarut yang larut dengan air
secara operasional termasuk polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air termasuk
nonpolar. Nilai kepolaran pelarut apabila ditinjau ulang, maka para ahli kimia
mengklasifikasikan pelarut ke dalam tiga kategori yaitu :
a. Pelarut Protik Polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal
ini adalah oksigen. Pernyataan tersebut berarti pelarut protik polar adalah senyawa yang
memiliki rumus umum ROH. Pelarut protik polar memiliki contoh adalah air H2O, metanol
CH3OH, dan asam asetat (CH3COOH).
b. Pelarut Aprotik Dipolar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam
kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol besar. Biasanya ikatannya
merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang
termasuk kategori ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).
c. Pelarut Nonpolar
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang rendah
dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon
tetraklorida (CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3)
(Prasojo, 2010).

Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah melarutkan padatan tertentu yang memiliki sifat
polar dan non polar dengan pelarut polar dan non polar yang tidak dapat menyatu.

Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: tabung reaksi 10, rak tabung reaksi,
pipet tetes 2, gelas ukur 5ml, neraca analitik, gelas beker 125ml, erlenmeyer 125ml, boto
semprot, mengaduk kaca, botol fial, cawan aluminium dan kompor air.

Bahan
Bahan yang dibutuhkan pada percobaan ini adalah larutan diklorometana, heksana, air,
kloroform.

Prosedur Kerja

1. Mengidentifkasi dua lapisan pelarut


Diisi masing-masing tiga buah tabung reaksi yang bersih berturut-turut dengan campuran 2
pelarut A, B, dan C yang telah disediakan. Ingat mengocok campuran pelarut A, B, dan C
sebelum dipindahkan kedalam masing-masing tabung reaksi (ikuti petunjuk asisten
praktikum). Identifikasi masing-masing lapisan pelarut dalam campuran 2 pelarut (mana
lapisan organik dan mana lapisan air). Catat pengamatan anda kemudian lakukan konfirmasi
menggunakan data berat jenis masing-masing pelarut yang digunakan.
2. Distribusi solut diantara dua pelarut
Dimasukkan Asam benzoat 0,125 g kedalam tabung reaksi. 5 mL diklorometana dan 5 mL air
ditambahkan ke tabung reaksi. Tabung reaksi dikocok sampai semua padatan asam benzoat
larut (hati-hati jangan sampai tumpah saat mengocok tabung reaksi). Tabung reaksi didiamkan
sampai terbentuk dua lapisan pelarut. Lapisan bagian bawah dipisahkan menggunakan pipet
tetes (Pipet Pasteur) kedalam tabung reaksi yang lain. MgSO4 anhidrat ditambahkan kedalam
tabung reaksi yang berisi pelarut hasil pemindahan campuran pelarut. MgSO 4 anhidrat
dipisahkan dengan cara menuangkan cairannya kedalam tabung reaksi yang baru. Pelarut
diuapkan menggunakan penangas air sampai padatan asam benzoat terbentuk. Asam benzoat
dikerok yang diperoleh dan ditimbang. Harga Koefisien distribusi dari asam benzoat dalam air
dan diklorometana dihitung. Prosedur 1-9 diulangi dengan menggunakan sampel kafein
sebagai ganti dari asam benzoat.

Waktu yang dibutuhkan


No Pukul Perlakuan Waktu
1 09.40-10.00 Masuk laboratorium dan melakukan 20 menit
persiapan untuk praktikum
2 10.00-12.00 Melaksanakan praktikum dengan 120 menit
prosedur yang sesuai didalam modul
3 12.00-12.20 Post test dan persiapan keluar ruangan 20 menit

Data dan Perhitungan


Data percobaan
No Perlakuan Hasil
diatas Dibawah
1 Mengidentifikasi dua lapisan
pelarut masing-masing 10
tetes
Kloroform + air Air Kloroform
Heksana + air Heksana Air
Diklorometan + air air Diklorometan
2 Distribusi solut
Asam benzoat + kloroform + Air Kloroform
air
Asam benzoat + heksana + air Heksana Air
Asam benzoat + diklorometan Air Diklorometan
+ air
Kafein + kloroform + air Air Kloroform
Kafein + heksana + air Heksana Air
Kafein + diklorometan + air air diklorometan
Massa tabung reaksi untuk asam benzoat Massa tabung reaksi + asam
benzoat
1 18,572 gr Kloroform : 18,751 gr
2 18,405 gr Diklorometan : 18,512 gr
3 18,801 gr Heksana : 18,697 gr
Massa tabung reaksi untuk kafein
1 18,631 gr Kloroform
2 18,632 gr Diklorometan
3 18,419 gr Heksana

Hasil
1. Mengidentifikasi dua lapisan pelarut
No Perlakuan Hasil Gambar
diatas Dibawah
1 Kloroform + Air Kloroform
air

2 Heksana + Heksana Air


air

3
Diklorometan air Diklorometan
+ air

2. Distribusi solut diantara 2 pelarut


No Zat Larutan Ca(M) Cd(M) K Gambar pengamatan
terlaru organik
t
1 Asam Kloroform 0,296 -0,0866 7,2
benzoat

Heksana 0,16 0,048 11,03


Diklorometana 0,175 0,03 3,5

2 Kafein Kloroform 0,074 0,0556 1,75

Heksana 0,034 0,094 0,130

diklorometana 0,116 0,012 91.02

Pembahasan Hasil
Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi kimia, dimana pelarut melarutkan
reaktan dan reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan memudahkan
penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan
menjadi produk. Pelarut juga bertindak sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk
meningkatkan energi dari tubrukan partikel sehingga partikel-partikel tersebut dapat bereaksi
lebih cepat, atau untuk menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik. Menurut
hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan
solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan.
Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan konsentrasi solut di
dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan
tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang dinyatakan sebagai
perbandingan antara fasa organik dan fasa air. Prinsip pada praktikum kali ini yaitu
berdasarkan pelarut polar dan non polar.
Prinsip kerja dalam praktikum kali ini adalah ekstraksi, dimana proses pemisahan suatu
zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda,
biasanya air dan pelarut organik. Distribusi zat terlarut ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur, dimana menurut hukum distribusi Nerst, jika ke dalam sistem dua fasa cair yang
tidak saling bercampur dimasukkan solute yang tak dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan, karena perbedaan kepolaran, Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada
suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi KD.
Percobaan pada larutan diklorometana, kloroform, dan heksana dalam akuades yang
merupakan pelarut yang tidak saling bercampur dan diperoleh dua lapisan. Perbedaan
kepolaran antara akuades dengan diklorometana, kloroform, dan heksana dimana akuades
bersifat polar sedangkan diklorometana, kloroform, dan heksana bersifat nonpolar, sehingga
terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan akuades dan lapisan bawah merupakan
diklorometana dan kloroform. Dua lapisan yang terbentuk terjadi karena perbedaan massa
jenis akuades 1 g/mL lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis diklorometana yaitu 1,33
g/mL dan kloroform yaitu 1,48 g/mL, sehingga akuades berada pada lapisan atas dan lapisan
bawahnya adalah diklorometana dan kloroform. Heksana dalam akuades memiliki perbedaan
hasil yang didapatakan pada diklorometana dan kloroform, dimana heksana berada pada
lapisan atas sedangkan akuades berada pada lapisan bawah, hal ini terjadi karena massa jenis
heksana lebih kecil dari pada massa jenis akuades yaitu 0,655 g/mL.
Faktor pengocokkan sangat penting dan mempengaruhi proses ditribusi suatu larutan
organik pada pelarut organik dan air yang tidak saling bercampur, selain itu temperatur juga
mempengaruhi proses ekstrasi, karena ekstrasi harus dilakukan pada temperatur yang konstan.
Magnesium sulfat yang ditambahkan dalam larutan tersebut berfungsi untuk menghilangkan
kadar air yang masing belum hilang dalam larutan tersebut. Koefisien distribusi jika sama
dengan 1, maka zat yang terdistribusi merata dalam pelarut air dan pelarut organik atau zat
dapat larut dalam air dan organik, sedangkan koefisien distribusi kurang dari 1 menunjukkkan
bahwa zat tidak terdistribusi merata dalam dua pelarut, dan zat tersebut lebih cenderung untuk
menuju ke salah satu pelarut yaitu air. Percobaan yang telah dilakukan saat 0,125 gram asam
benzoat+kloroform+air+MgSO4 menghasilkan CD = -0,0866 dan Ca=0,296, lalu saat 0,125
gram asam benzoat+diklorometana+air+MgSO4 menghasilkan CD = 0,175 dan Ca=0,296,saat
0,125 gram asam benzoat+heksana+air+ MgSO4 menghasilkan CD = -0,0866 dan Ca=0,16 saat
0,125 gram kafein+kloroform+air+MgSO4 menghasilkan CD = 0,03 dan Ca=0,175;
kafein+heksana+air+ MgSO4 menghasilkan CD = 0,094 dan Ca=0,034 dan yang terakhir saat
0,125 gram kafein+diklorometana+air+MgSO4 menghasilkan CD = 0,116 dan Ca=0,012. Asam
benzoat+kloroform+air+MgSO4 dan kafein+kloroform+air+MgSO4 memiliki harga CD lebih
dari satu, maka sampel tersebut lebih cenderung untuk menuju ke salah satu pelarut yaitu air,
kemudian pada asam benzoat+diklorometana+air+MgSO4 dan
kafein+diklorometana+air+MgSO4 memiliki harga CD kurang dari satu, maka zat yang
terdistribusi merata dalam pelarut air dan pelarut organik atau zat dapat larut dalam air dan
organik. Perbedaan harga CD tersebut ternyata sukar nya asam benzoat dan kafein larut pada
kloroform. Harga koefisien yang didapatkan besar, apabila massa zat sisa terlarut banyak,
semakin kecil harga koefisien yang diperoleh maka semakin sedikit juga massa zat sisa terlarut
yang didapatkan.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah perbedaan massa jenis dapat
mempengaruhi letak suatu lapisan diantara dua pelarut, semakin besar massa jenis letak
lapisannya berada di bawah dan semakin kecil massa jenis letak lapisannya berada di atas.
Harga koefisien yang didapatkan besar, apabila massa zat sisa terlarut banyak, semakin kecil
harga koefisien yang diperoleh maka semakin sedikit juga massa zat sisa terlarut yang
didapatkan.

Referensi
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Erlangga,
2004.
Fresseden, Ralp J dan Joan S. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Hoffman, Robert V. 2004. Organic Chemistry Second Edition. America : John Wiley and
Sons.
Prasojo. 2010. Kimia Organik I. Yogyakarta : Gajah Mada Press.

Saran
Praktikan sebaiknya lebih memahami prosedur kerja dulu sebelum melaksanakan
praktikum, agar tidak terjadi kesalahan atau kebingungan saat melaksanakan praktikum.
Praktikan saat melaksanakan praktikum sebaiknya memperhatikan asisten ketika menjelaskan
langkah-langkah yang akan dikerjakan saat praktikum dan tidak gaduh sendiri. Tetap menjaga
kebersihan laboratorium agar kenyamanan saat praktikum dapat terjaga dan bahwasannya
kebersihan adalah sebagian dari iman.

Nama Praktikan
Ahmad Faisal Rosidi
161810301007
Lampiran perhitungan
Distribusi solut diantara dua dua pelarut

Mr asam benzoat = 122 g/mol


Mr kafein = 194 g/mol
1. Asam benzoat dalam kloroform dan air
-asam benzoat dalam kloroform
Massa asam benzoat1 = (massa tabung+asam benzoat) – (massa tabung)
= 18,751 g – 18, 572 g
= 0,179 g
m 0,179 g
Mol asam benzoat = = = 1,48 ×10−3mol
Mr 122 g/ mol
n 1,48× 10−3 mol
M A= = =0,296 M
v 5 ×10−3 L
-asam benzoat dalam air
Massa asam benzoat2 = massa awal – massa benzoat1
= 0,125 g – 0,179 g
= -0,054 g
m −0,054 g
Mol asam benzoat = = = −4,43× 10−4 mol
Mr 122 g/ mol
n −4,43 ×10−4 mol
M D= = = - 0,0886 M
v 5 × 10−3 L
CA m1 0,296 M 0,179 g
 K= × = × = 7,2
C D 0,125 g−¿m 1 ¿ −0,0886 M −0,054 g

2. Asam benzoat dalam diklorometan dan air


-asam benzoat dalam diklorometan
Massa asam benzoat1 = (massa tabung+asam benzoat) – (massa tabung)
= 18,512 g – 18, 405 g
= 0,107 g
m 0,107 g
Mol asam benzoat = = = 8,77 ×10−4 mol
Mr 122 g/ mol
n 8,77 ×10−4 mol
M A= = =0,175 M
v 5 ×10−3 L
-asam benzoat dalam air
Massa asam benzoat2 = massa awal – massa benzoat1
= 0,125 g – 0,107 g
= 0,018 g
m 0,018 g
Mol asam benzoat = = = 1,5 ×10−4mol
Mr 122 g/ mol
n 1,5× 10−4 mol
M D= = = 0,03 M
v 5 ×10−3 L
CA m1 0,175 M 0,107 g
 K= × = × = 3,5
C D 0,125 g−¿m 1 ¿ 0,03 M 0,018 g

3. Asam benzoat dalam heksana dan air


-asam benzoat dalam heksana
Massa asam benzoat1 = (massa tabung+asam benzoat) – (massa tabung)
= 18,697 g – 18, 601 g
= 0,096 g
m 0,096 g
Mol asam benzoat = = = 7,9 ×10−4mol
Mr 122 g/ mol
n 7,9× 10−4 mol
M A= = =0,16 M
v −3
5 ×10 L
-asam benzoat dalam air
Massa asam benzoat2 = massa awal – massa benzoat1
= 0,125 g – 0,096 g
= 0,029 g
m 0,029 g
Mol asam benzoat = = = 2,4 × 10−4 mol
Mr 122 g/ mol
n 2,4 ×10−4 mol
M D= = = 0,048 M
v −3
5 × 10 L
CA m1 0,16 M 0,096 g
 K= × = × = 11,03
C D 0,125 g−¿m 1 ¿ 0,048 M 0,029 g

4. Kafein dalam kloroform dan air


- kafein dalam kloroform
Massa kafein1 = (massa tabung+kafein) – (massa tabung)
= 18,702 g – 18, 631 g
= 0,071 g
m 0,096 g
Mol kafein = = = 3,7 ×10−4 mol
Mr 194 g /mol
n 3,7 ×10−4 mol
M A= = =0,074 M
v −3
5 ×10 L
-kafein dalam air
Massa kafein 2 = massa awal – massa benzoat1
= 0,125 g – 0,071 g
= 0,054 g
m 0,054 g
Mol kafein = = = 2,78 ×10−4mol
Mr 194 g /mol
n 2,78× 10−4 mol
M D= = = 0,0556 M
v −3
5 ×10 L
CA m1 0,074 M 0,071 g
 K= × = × = 1,75
C D 0,125 g−¿m 1 ¿ 0,054 M 0,054 g

5. Kafein dalam diklorometan dan air


- kafein dalam diklorometan
Massa kafein1 = (massa tabung+kafein) – (massa tabung)
= 18,745 g – 18, 632 g
= 0,113 g
m 0,113 g
Mol kafein = = = 5,82 ×10− 4mol
Mr 194 g /mol
n 5,82×10−4 mol
M A= = =0,116 M
v −3
5 ×10 L
-kafein dalam air
Massa kafein 2 = massa awal – massa benzoat1
= 0,125 g – 0,113 g
= 0,012 g
m 0,012 g
Mol kafein = = = 6,185 ×10−5mol
Mr 194 g /mol
n 6,185× 10−5 mol
M D= = = 0,012 M
v −3
5 ×10 L
CA m1 0,116 M 0,113 g
 K= × = × = 91,02
C D 0,125 g−¿m 1 ¿ 0,012 M 0,012 g

6. Kafein dalam heksana dan air


- kafein dalam heksana
Massa kafein1 = (massa tabung+kafein) – (massa tabung)
= 18,452 g – 18, 419 g
= 0,033 g
m 0,033 g
Mol kafein = = = 1,7 ×10−4mol
Mr 194 g /mol
n 1,7 ×10− 4 mol
M A= = =0,034 M
v −3
5 ×10 L
-kafein dalam air
Massa kafein 2 = massa awal – massa benzoat1
= 0,125 g – 0,033 g
= 0,092 g
m 0,092 g
Mol kafein = = = 4,7 × 10−4 mol
Mr 194 g /mol
n 4,7 ×10−4 mol
M D= = = 0,094 M
v −3
5 × 10 L
CA m1 0,034 M 0,033 g
 K= × = × = 0,130
C D 0,125 g−¿m 1 ¿ 0,094 M 0,092 g

Anda mungkin juga menyukai