Achmad Rizka
NIM: 201886340006
1
2
Skripsi
Achmad Rizka
NIM: 201886340006
2
3
Skripsi oleh:
NIM/NIRM : 20188630006
Judul :
3
4
Di
Tempat
Menyetujui,
PembimbingSkripsi Mahasiswa,
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Al-Qur’an merupakan sumber hukum pertama bahi umat Islam diseluruh dunia.
Pembicaraan al-Qur’an pada umumnya bersifat global. Itulah keunikan al-Qur’an yang
membuat al-Qur’an tetap menjadi objek kajian yang aktual sejak diturunkannya empat
belas abad yang lalu.1
Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk yang diperlukan oleh kaum Muslim disegala
masa. Sebagai tolak ukur dan prinsip hidup dunia modern serta dunia pada umumnya,
sehingga sering diistilahkan dengan ungkapan Shahih li Kulli zaman wa al makan.
Secara garis besar, persoalan yang banyak dibahas dalam al-Qur’an mengenai hal
tentang ibadah dan muamalah. Dalam hal ibadah yaitu mengenai hubungan manusia
langsung kepada Allah. Sedangkan muamalah yaitu hubungan manusia dengan sesama
manusia yang mana muamalah ini biasanya berkenaan dengan aktifitas yang dikerjakan
sehari-hari.
Setiap aktifitas yang dilakukan tidak terlepas dari hal-hal yang menyangkut dengan
tujuan yang ingin digapai. Sebagai hamba Allah, manusia memang tidak terlepas dari
nikmat yang telah Allah beri. Imam Al-Ghazali berkata bahwa nikmat adalah setiap
kebaikan, kebahagiaan, dan setiap keinginan yang terpenuhi.2
Allah swt. Adalah sang Maha pemberi kebaikan. Disetiap sudut kehidupan manusia
pasti terdapat kebaikan, entah itu untuk dunianya atau akhiratnya. Manusia yang benar-
benar merasakan kebaikan Allah swt. Pasti akan merasa tenang dan tentram dalam
menjalani setiap unsure kehidupan. Beda dengan manusia yang selalu merasa kurang dan
tidak bersyukur, mereka akan cenderung gelisah dan selalu merasa tidak cukup atas apa
yang telah Allah swt berikan.
Kebaikan yang Allah swt berikan bukan hanya berupa harta dunia saja, kebaikan itu
bukan hanya pada kebutuhan dunia yang melimpah, melainkan nikmat yang cukup dan tak
1
2
5
6
pernah merasa kurang. Besar atau kecil yang Allah wst berikan bukan menjadi tolak ukur
kebahagiaan, tapi sebuah kata “berkah” yang menjadikan semua itu cukup.
Allah swt menyuruh hamba-hambanya agar berdoa selalu diberkahi, seperti
meminta agar selalu di tempatkan yang dianugrahi keberkahan. Sebagaimana dalam al-
Qur’an Allah berfirman:
َوقُلْ َربِّ َأ ْن ِز ْلنِي ُم ْن َزاًل مبَا َركا وَأ ْنتَ خَ ْي ُر ْال ُم ْن ِزلِيْن
“Dan berdo’alah: Ya tuhanku, tempatkanlah aku pada rumah di anugrahi
keberkahan, dan engkau adalah sebaik-baik yang member tempat”
Dalam do’a diatas mengisyaratkan bahwa Allah SWT yang member keberkahan.
Karena semua jenis kebaikan dan keberkahan yang terdapat pada makhluk Allah adalah
berasal dari Allah. Dalam bacaan tahiyat sholat setiap hari dilakukan, untuk Nabi
Muhammad SWT agar Allah SWT melimpahkan keberkahan kepada beliau sebagaimana
Allah telah memerkahi Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Bahkan yang sering kita minta
kepada Allah SWT dalam doa adalah meminta keberkahan dalam hidup, umur yang
berkah, rezeki yang berkah. Dan lain sebagainya.
Berkah adalah suatu kebaikan yang bertambah, bermanfaat, yang suci, kekal, dan
akan mendapatkan kebahagiaan. Pada mulanya seseorang tidak punya apa-apa, kemudian
Allah karuniakan keberkahan padanya maka orang itu menjadi mulia. Keberkahan itu
datang dari arah yang sering kali tidak di duga atau dirasakan secara material dan tidak
pula dapat dibatasi atau dikukur.3
ولو ان أهل القرى ءا منوا وتقوا لفتحنا عليهم بركت من السماء واألرض ولكن كذبوا فأخذ نهم بماكانوا
يكسبون
3
4
6
7
Sejauh ini tulisan mengenai sisi al-Qur’an termasuk banyak karya yang bisa kita
temukan, akan tetapi kajian dan analisis pada ayat tertentu, misalnya ayat mengenai al-
Qur’an yang diberkahi bisa dikatakan sangat langkah. Sebagai sebuah teks suci, al-
Qur’an kadangkala diantara manusia ada yang memperlakukan ayat tertentu dengan
tujuan mendapatkan keberkahan akan tetapi dengan cara yang irrasional atau sesuatu
yang tidak logis. Oleh karena itu, penting melihat dan menganalisis ayat-al-Qur’an yang
mengintrodusir kitab suci al-Qur’an sebagai kitab keberkahan (kitabun mubarakun).
Melalui kajian seperti ini, dapat ditemukan makna keberkahan yang sebenarnya.
“Dan ini (al-Qur’an adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang telah
kami turunkan. Maka apakah kamu mengingkarinya?
Menurut Quraish Shihab kata Mubarak akar katanya barakah yang berarti
sesuatu yang mantap juga berarti kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam
serta bersinambung. Keberkahan ilahi datang dari arah yang sering kali tidak
diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dibatasi atau diukur. Dari sini
segala penambahan yang tidak terukur oleh indrawi dinamai barakah.
7
8
B. Fokus Penelitian
2. Bagaimana konteks makna berkah menurut pandangan Quraish Shihab dalam surat al-
C. Tujuan Penelitian
1. Agar bisa mengetahui makna berkah menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah
2. Agar bisa mengetahui konteks makna berkah menurut pandangan Quraish Shihab
D. Manfaat Penelitian
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir khususnya, dalam lingkungan masyarakat pada umumnya.
2. Dapat menambah khazanah studi al-Qur’an bagi pemikiran Islam di masa depan.
E. Definisi Operasional
Berkah :sesuatu yang mantap juga berarti kebajikan yang melimpah dan
Quraish Shihab : seorang ahli tafsir yang terkemuka di Indonesia. Beliau tidak
8
9
9
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
1. Skripsi dengan judul“BERKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN KAJIAN
TENTANG OBJEK YANG MENDAPAT KEBEKAHAN” Karya Ahmad Kusaeri untuk
memperoleh gelar sarjana Agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini membahas tentang suatu perbuatan dalam kebaikan yang
menimbulkan manfaat. Apabila seseorang berpedoman pada al-Qur’an, maka akan
mendapatkan keberkahan baik di dunia maupun di akhirat.
2. Skripsi dengan judul “RELASI RAHMAH DAN BERKAH DALAM AL-QUR’AN”
karya Uswatun Hasanah untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana
Theologi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini
membahas tentang apa makna rahmat dan berkah dalam al-Qur’an, apa relasi rahmat
dan berkah dalam al-Qur’an, dan apa urgensi rahmat dan berkah Allah bagi
kehidupan.
3. Skrispi dengan judul “TRADISI NGALAP BERKAH DI DUNIA PESANREN”
karya Muntaha untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini membahas
tentang bentuk keyakinan bahwa seseorang akan mendapatkan kebaikan apabila dekat
dan manut (patuh) kepada kiai. Para santri sebagai subjek yang banyak mencari
manfaat “berkah” ini akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan berkah dari
sang kiai salah satunya yakni dengan melakukan pengabdian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana tradisi ngalap berkah santri, ustadz dan motif
pengabdian pasangan ustadz mukim di pondok pesantren nurul ummah.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Berkah
Kata barakah menurut bahasa bermakna an-namau wa ziyadatu ( )النماء والزيادةyang
berarti penambahan, as-sa’adatu () yang berarti kebahagiaan, an-ni’mah () yang
berarti tumbuh.5
Dalam kamus besar bahasa Indonesia berkah adalah karunia Tuhan yang
membawa kebaikan dalam hidup manusia, keberkahan yaitu keberuntungan,
kebahagiaan.6
5
Ahmad Warson Munawwir, kamus al-Munawwir, Pustaka Progresip, Surabaya, 1997, 78.
6
Dep Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003,141.
10
11
Berkah adalah suatu kebaikan yang bertambah, bermanfaat, yang suci, kekal, dan
akan mendapatkan kebahagiaan. Pada mulanya seseorang tidak punya apa-apa,
kemudian Allah karuniakan keberkahan padanya maka orang itu menjadi mulia, jika
dalam harta terdapat keberkahan, maka harta itu menjadi lebih baik, bermanfaat
bahkan nilai kualitasnya melebihi nilai kuantitasnya. Keberkahan itu datang dari arah
yang sering kali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat
dibatasi atau diukur.
a. Teori berkah menurut syeikh Mutawally Sya’rawi
Menurut syeikh Mutawally Sya’rawi barokah adalah pasukan Allah yang terselip
yang akan diberikan kepada hamba yang dikehendakinya, jika singgah dalam harta
maka jadi banyak, pada anak maka jadi sholeh, pada tubuh maka jadi kuat fisiknya,
pada waktu maka berkah umurnya, dalam hati maka tentram. Mintalah pada Allah
yang memberikan barokah dalam rumah, kesehatan, kehidupan, keturunan, harta dan
dalam waktu kita.
1. Berkah pada harta
Rasulullah saw mengajarkan kepada umatnya untuk tidak silau terhadap
kenikmatan dunia. Mamun, hal itu tidak berarti kaum Muslimin meninggalkan
dunia sama sekali. Idelanya, seorang Muslim juga tidak mengebaikan hak-
haknya di dunia, serta menjadikan dunia sebagai persiapan menuju akhirat
kelak.
Di antara bekal duniawi adalah harta benda. Terkait ini, rasulullah saw
menasehati para sahabatnya. “Barang siapa mengambil (harta) haknya, maka
dia akan memperoleh keberkahan dalam hartanya. Sebaliknya, barang siapa
mengambil (harta) yang bukan haknya, maka dia laksana seseorang yang
makan tapi tak kunjung Kenyang”
2. Berkah mendidik anak hingga menjadi sholeh
Dalam mendidik anak dibutuhkan kesabaran dan penuh tanggung jawab. Anak
sejatinya adalah titipan dari Allah swt untuk dijaga sebaik-baiknya. Dalam
mendidik anak dibutuhkan kesabaran sehingga yang sesuai dengan tuntunan
al-Qur’an dan hadis sehingga menjadi anak yang sholeh dan sholehah dan
11
12
berbakti kepada orang tua, agama bangsa dan Negara. Disinilah nanti akan
timbul berkah ketika sudah mendidik dan selalu mendoakannya
3. Berkah pada makanan sehingga tubuh menjadi kuat fisiknya
Keberkahan pada makanan adalah dalam fungsinya mengenyangkan
melahirkan kesehatan, menampik penyakit, mendorong aktivitas positif dan
sebagainya, hal ini bisa tercapai bukan secara otomatis tetapi karena adanya
limpahan karunia Allah. Karunia yang dimaksud bukan dengan membatalkan
peranan hukum-hukum sebab dan akibat yang telah ditetapkan Allah swt,
tetapi dengan menganugerahkan kepada siapa yang akan diberi keberkahan
kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan hukum-hukum tersebut
seefisian dan semaksimal mungkin sehingga keberkahan yang dimaksud dapat
hadir. Dalam hal keberkahan Allah swt menganugerahkan kemampuan kepada
manusia dengan aneka sebab yang ada sehingga kondisi badannya sesuai
dengan makanan yang tersedia, kondisi makanan itu pun sesuai, sehingga ia
tidak kadaluarsa, tidak juga yang tadinya telah disiapkan hilang atau dicuri
dan lain-lain. 7
Sebagaimana allah berfirman dalam al-Qur’an:
12
13
Dengan menjadi insane yang taat pada Allah, maka usia atau umur
menjadi berkah. Sebab, segala sesuatu aktivitasnya atas ketaatan kepada
Allah.
b. Bersilaturahmi untuk memanjangkan umur “Barang siapa yang
ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya,
hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.
c. Berbuat baik pada tetangga dan ikut meramaikan lingkungan
dengan dakwah bisa memanjangkan umur.
“Silaturahim, akhlak yang baik, dan berbuat baik kepada
tetangga, dan dapat meramaikan perkampungan dan
memanjangkan umu”
d. Sedekah jariyah
Nabi saw bersabda, “Jika anak adam meninggal dunia, maka
terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara, sedekah
jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa
untuknya.”
5. Berkah dalam hati maka tentram hatinya
Hati ibarat wadah yang di dalamnya terkandung banyak kualitas dan
muatan-muatan yang memperkuat potensi. Banyak permasalahan yang
dihadapi manusia, baik yang berkaitan dengan masalah lahir, batin,
ataupun kejiwaan. Dari sini muncullah berbagai ragam usaha untuk
mengatasi problematika hidupnya. Tujuan utamanya, pada dasarnya
hanya satu, yaitu mendapatkan kepuasan hati, ketentraman hidup, dan
ketentraman jiwa.
Menurut Dr. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad al-Judai makna berkah
terangkum dalam beberapa makna yaitu:
a. Tetap dan langgeng
Menurut ar-Raghib al-Isfahani berkah adalah tetapnya kebaikan Ilahi pada
sesuatu. Allah berfirman:
“Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”
(QS. Al-A’raf:96)
13
14
“berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah dan tidak bisa terhitung
(dalam semua kehidupan, baika bersifat materi maupun non materi.10”
Jadi, berkah adalah kebaikan yang nikmat dan selalu bertambah, dengan diiringi
tetap atau langgengnya kebaikan tersebut baik pada harta, anak, ilmu, waktu,
maupun yang lain.
2. Kosa Kata Berkah Dalam Al-Qur’an
Kata barakat adalah bentuk jamak dari kata barkah, masdar dari kata Baraka-yabriku-
barkan-barakan. Kata barakat dan kata yang seakar dengannya dalam al-Qur’an
terulang sebanyak 31 kali dan terbagi menjadi 9 bagian yaitu:11
1. Baraka ( )
Dalam kamus Munawwir Baraka artinya diberkahi dan memperoleh
kenikmatan atau kebahagiaan12, kata barakat terdapat dalam al-Qur’an surah
Fussilat:10
8
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Al-Qaulul Mufid Ala Kitab at-Tauhid, Daarul Ashimah, 1:191
9
Ar-Raghib al-Isfahani, Mufradat al-faz al-Qur’an, (Jeddah, Darul Basyir, 1997) 119.
10
M. Quraish Shihab, Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa Kata, Lentera Hati, Jilid 1, Jakarta, 2007, 132
11
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mujam al-Mufahras lilfazil Quranil Karim, Mesir: Darul Kutub, 1364 H/ 1945
H, 118.
12
14
15
Dalam tafsir kemenag, makna kata Baraka dalam ayat ini yaitu keindahan.
Artinya Allah menciptakan bumi ini sebagai tempat bagi manusia penuh
keindahan dilengkapi dengan segala macam kebutuhan yang diperlukan manusia
untuk kelangsungan hidupnya, dan keperluan makhluk-makhluk lain. Seperti
udara yang dihisap setiap saat, makanan-makanan yang diperlukan, tempat yang
nyaman, lautan yang luas dan banyak lagi nikmat yang lain, yang disediakannya
dan tidak terhitung jumlahnya.13
Menurut Ibnu Katsir kata Baraka bermanfaat bagi manusia. Dalam
tafsirnya ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah memberikan kenikmatan kepada
hambanya dengan menciptakan bumi dan isinya. Seperti, gunung-gunung yang
kokoh, air, negeri (tanah), menciptakan langit, bintang-bintang, matahari, bulan,
para malaikat dan menciptakan awal waktu, semua itu adalah untuk dimanfaatkan
oleh manusia karena dia telah menentukan apa-apa yang dibutuhkan oleh
penghuninya.14
Dari penjelasan diatas tentang makna kata barakah dapat disimpulkan
yaitu suatu yang bermanfaat bagi manusia, untuk kebutuhan kelangsungan
hidupnya di bumi.
2. Burika ( )
Kata burika adalah bentuk pasif dari kata Baraka yang terambil dari kata
barakah, takni kebajikan yang melimpah.15 Kata burika terdapat dalam al-Qur’an
surah an-Naml:8
Menurut Ibnu Katsir memaknai kata burika yaitu tumbuh sangat besar.
Dalam tafsirnya dijelaskan, ketika nabi Musa tiba di tempat api itu, diserulah dia:
bahwa telah berkahi orang-orang yang ada di dekat api itu, dan orang-orang yang
berada di sekitarnya. Sehingga Musa melihat air itu menular kepohon yang hijau,
namun nyalanya semakin membaik dan pohon pun semakin menghijau dan
13
14
15
15
16
3. Tabaraka ( )
Akar kata lain dari Baraka yakni, tabaraka. Menurut Ibnu Faris, pujian dan
keagungan atau maha banyak kebajikan yang dianugrahkannya. Jadi, tabaraka
adalah kebaikan yang di anugrahkan oleh Allah kepada manusia. Dari sini kata
tabaraka yang ditunjukkan kepada Allah, sumber pemberi berkah.18 Kata tabaraka
terdapat dalam al-Qur’an surah al-A’raf:54, al-Mu’minun:14, al-Furqan:1,10,61,
al-Mu’min:64, al-Zukhruf:85, al-Rahman:7, Al-Mulk:1
Dalam tafsir al-Misbah kata tabarak terambil dari kata Baraka yang berarti
mantap, langgeng, itu juga berarti kebajikan yang banyak dan berkesinambung,
dari kata tersebut lahir kata barakah, sementara ulam mengartikannya kata maha
suci, ini menjadikan serupa dengan kata subhana. Menurut Quraish Shihab, yang
dikutip dari pandangan al-Biqa’I, yakni menggabung kedua makna diatas,
16
17
18
16
17
menjadikan kata tersebut dalam arti maha besar, maha suci, maha tinggi, maha
agung, mantap dengan kemantapan yang tidak ada samanya disertai dengan
kebajikan, keberkahan serta kelangsungan limpahan karunianya.19
Dalam tafsir kemenag, ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah penguasa
semua kerajaan dunia dan kerajaan akhirat. Hal ini berarti dialah yang
menciptakan seluruh ala mini beserta segala yang terdapat di dalamnya, dia pula
yang mengembangkan, menjaga kelangsungan wujudnya, mengatur mengurus,
menguasai, dan menentukan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sesuai yang
dikehendakinya.20
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan makna kata tabaraka yaitu
pujian dan keagamaan atau maha banyak kebajikan yang dianugrahkannya. Kata
tabaraka di sini, di tunjukkan kepada Allah, sumber pemberi berkah. Jadi,
tabaraka adalah kebaikan yang dianugrahkan oleh Allah kepada manusia.
4. Barakatin ( )
Kata barakatin bermakna kenikmatan yang tetap. Seperti air dalam kolam
yang selalu ngalir dan tetap.21 Kata barakatin terdapat dalam al-Qur’an surah al-
A’raf:96, dan Hud:48
Dalam tafsir kemenag, kata barakatin terambil dari kata bark yaitu tetap
atau kukuhnya sesuatu di suatu tempat, barakah yang jamaknya barakatin berarti
kukuhnya nikmat Ilahi pasa sesuatu. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi
Nuh beserta pengikutnya yang dibawa dalam kapal untuk turun dari kapal guna
memulai kehidupan yang baru.22 Menurut iman al-Alusi makna wa barakatin
‘alaika adalah berkah dari Allah yang merupakan kabar gembira atas terkabul doa
Nabi Nuh untuk menyelamatknanya beserta pengikutnya dari bencana badai dan
air bah.23
Dalam tafsir Ibnu Katsir di jelaskan, tentang apa yang dikatakan Nuh as
ketika perahunya berlabuh di gunung Judiy, Allah mengucapkan selamat kepada
19
20
21
22
23
17
18
Nabi Nuh dan orang-orang yang bersamanya yang mukmin dan setiap orang-
orang mukmin dan keturunannya sampai hari kiamat. Seperti apa yang dikatakan
Muhammad bin Ka’ab berkata: keselamatan ini meliputi setiap orang mukmin
laki-laki dan perempuan sampai hari kiamat. Berkata Muhammad bin Ishaq ketika
Allah ingin menghentikan angin taufan, Allah mengirim angin di muka bumi,
maka tetaplah air dan tertutuplah mata air bumi tersebut dan memenuhi bumi
dengan air dan pintu-pintu langit. Allah memberikan keberkahan kepada mereka
yaitu dengan menyelamatkan mereka dari azab yang menimpa kaumnya dan dia
memberikan kenikmatan berupa kesenangan kepada mereka dalam
kehidupannya.24
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan makna kata barakatin adalah
kenikmatan dan kebaikan yang tetap dan kukuh. Makna dalam ayat ini yaitu, allah
memberikan keselamatan kepada Nabi Nuh beserta pengikutnya berupa
kenikmatan dan kesenangan dalam kehidupannya.
5. Mubarak ( )
Bumarak artinya mantapnya kebaikan sesuatu, tumbuh dan berkembang,
birkah adalah kolam karena air yang ada di dalamnya menetap dan mantap. Kitab
yang Mubarak adalah kitab yang didalamnya penuh dengan kebaikan dengan
mantap, kebaikan itu terus menerus tumbuh dan berkembang dimana nilai itu
hinggap.25 Kata Mubarak terdapat dalam al-Qur’an surah al-An’am:92,155 al-
Anbiya:50, Shaaad:29
Menurut Quraish Shihab kata Mubarak akar katanya barakah yang berarti
sesuatu yang mantap juga berarti kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam
serta bersinambung. Kolam dinamai birkah karena air yang di tamping dalam
kolam itu menetap mantap didalamnya tidak tercecer di dalamnya. Keberkahan
ilahi datang dari arah yang sering kali tidak diduga atau dirasakan secara material
dan tidak pula dibatasi atau diukur. Dari sini segala penambahan yang tidak
terukur oleh indrawi dinamai barakah. Dalam tafsir al-Misbah al-Qur’an adalah
kitab yang telah kami turunkan dengan menugaskan malaikat Jibril
24
25
18
19
26
27
19
20
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah menepati janji dengan
memberikan kenikmatan yang paling besar kepada kaum Bani Israil, yang
sebelumnya di tindas dan di perbudak oleh firaun dan pengikutnya. Nikmat
tersebut adalah mewaris kawasan barat dan timur yang subur dan di berkahi
Allah. Kenikmatan ini merupakan imbalan dari kesabaran mereka, yang sudah
28
29
20
21
beriman kepada Allah serta mengikuti ajaran Nabi Musa dan tabah dalam
menghadapi kesengsaraan dan penderitaan yang mereka alami.30
Dalam tafsir Ibnu Katsir di jelaskan Allah telah menyempurnakan janjinya
kepada Bani Israil di sebabkan kesabaran mereka, Allah telah hancurkan apa yang
telah di buat Fir’aun dan kaumnya yang telah menindas dengan membunuh anak-
anak lelaki sedang anak perempuan di biarkan hidup, di suruh membayar upeti
dan kerja paksa. Kami berikan kepada mereka tanah yang kami berkahi dengan
kesuburan dan kekayaan yang banyak, ketimur sampai batas-batas Syam, dan
kerabat sampai batas-batas Mesir, sebagai realisasi yang telah kami janjikan.31
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan makna kata barakna yaitu
kesuburan dan kenikmatan yang banyak. Kata barakna dalam ayat ini untuk
negeri Syam. Allah Membrikan kenikmatan kepada kaum Bani Israil dengan
mewarisi kawasan barat dan timur yang sangat subur.
8. Mubaraka ( )
Kata mubaraka terambil dari kata al-barakah yang berarti kebaikan yang
melimpah dan beraneka ragam.32 Kata mubaraka terdapat dalam al-Qur’an surah
ali’Imran:96, Maryam:31, al-Mu’minun:29, Qaf:9.
Menurut Quraish Shihab kata mubaraka dapat di artikan keberkahan yang
penuh kebaikan dan kedamaian. Dalam tafsir al-Misbah ayat ini menjelaskan
tentang peristiwa umat Nabi Nuh hanya menyatakan mereka tenggelam tanpa
merinci keadaan mereka. hal ini untuk mengisyaratkan mereka benar-benar telah
hilang. Hal tersebut menunjukkan betapa murkanya Allah terhadap mereka dan
betapa hina mereka di sisinya.33 Allah memberikan azab kepada kaum Nabi Nuh
dengan topan yang sangat besar karena mendustakan rasulnya, dengan
mengingkari keesaan Allah. Demikian itu adalah suatu pelajaran bagi semua
manusia yang akan datang agar mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.34
Menurut Ibnu Katsir ayat ini adalah doa Nabi Nuh dan orang-orang
mukmin ketika turun dari kapal setelah topan berakhir. Ya Allah, turunkanlah aku
30
31
32
33
34
21
22
pada tempat yang diberkahi, dan engkau adalah sebaik-baiknya yang member
tempat.35
Nabi Nuh berdoa agar di berikan tempat yang penuh dengan kedamaian an
kebaikan untuk umatnya serta mempunyai rasa aman di tempat itu, karena hanya
engkaulah yang dapat memberi tempat yang sebaik-baiknya, yang mengetahui
tempat-tempat yang cocok lagi selaras bagi kami.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan makna kata mubaraka yaitu suatu yang
penuh kebajikan dan kedamaian. Semisalnya Allah memberikan keberkahan
kepada Nabi Nuh dan umatnya, berupa tempat dengan penuh kedamaian dan
kebaikan serta mempunyai rasa aman di tempat itu.
9. Barakatuh ( )
Menurut Imam Ibnu Qayim lafadz barakatuh berbentuk jamak (prular)
sedangkan lafaz salam (keselamatan) dan rahmat berbentuk mufrad (tunggal)
dalam ucapan salam. Beliau mengatakan lafaz barakatuh adalah banyaknya
kebaikan dan sifatnya yang berkesinambungan, dalam artian satu kebaikan akan
di barengi oleh kebaikan lainnya. Sehingga kebaikan tersebut bersifat terus
menerus dan berkesinambungan, maka penggunaan bentuk jamak bagi lafaz
barakatuh itu lebih tepat. Sebagaimana dalam al-Qur’an disebutkan surah Hud:73
yang redaksinya Allah menyebut lafadz rahmah (rahmat) dalam bentuk tunggal
dan lafadz baraktuh dalam bentuk jamak.
Menurut Ibnu Katsir kata barakatuh yakni segala pujian atau kebaikan
pada semua pekerjaan dan perkataannya, terpuji dan termulia pada sifat-sifatnya
dan dzatnya. Dalam tafsirnya dijelaskan: Malaikat berkata kepada mereka
janganlah heran terhadap urusan Allah, meskipun kamu sudah tua dan mandul,
juga suamimu sudah tua renta, sesungguhnya itu semua adalah Maha Kuasa Allah
atas segala sesuatu yang dia kehendaki. Allah yang terpuji dalam semua
pekerjaannya dan perkataannya.36
35
36
22
23
37
23
24
24
25
Tidak ada kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan jika seseorang tidak
berbakti kepada orang tuanya. Bahkan Allah melarang keras kepada hamba-
hambanya agar tidak berkata-kata kotor dan kepada orang tuanya,
5. Obyek Berkah dalam al-Qur’an
Ada enam bagian tentang berkah dalam al-Qur’an dalam. Pertama, keberkahan pada
al-Qur’an, yang kedua, keberkahan pada malam turunnya al-Qur’an, yang ketiga
keberkahan pada masyarakat yang beriman dan bertakwa, yang keemapat, yang
kelima, keberkahan pada pohon zaitun, dua yang keenam, keberkahan pada air
keberkahan pada tempat atau negeri.
1. Keberkahan pada al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang mulia, yang mengandung banyak
keberkahan dan keistimewaa. Ada dua surah yang akan penulis paparkan bahwa
al-Qur’an mempunyai keberkahan, yaitu:
“Dan al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah
yang telah kami turunkan. Maka mengapa kamu mengingkarinya”. (QS. Al-
Anbiya:50)
Ayat ini menjelaskan tentang al-Qur’an merupakan sumber kebaikan dan
faktor datangnya keberkahan yang tetap dan terus menerus bertambah karena
selalu memberi berita gembira tentang pahala yang berlipat ganda serta member
ancaman bagi yang berbuat dosa dan al-Qur’an juga menjadi bukti kebenaran
yang membungkam para penentangnya.38
2. Keberkahan Pada Malam Turunnya al-Qur’an
38
25
26
sedangkan manfaat di akhirat adalah pada malam tersebut turun para malaikat
yang membawa rahmat bagi yang beribadah di malam itu serta dikabulkannya
doa.39
3. Keberkahan Pada Masyarakat yang bertakwa
“Jika sekitarnya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. (QS. Al-A’raaf:96)
4. Keberkahan Pada Air Hujan
“Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami tumbuhkan
dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”. (Qaf:9)
5. Keberkahan pada Pohon Zaitun
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi, perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kacs itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahayanya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”. (QS. An-nur:35)
6. Keberkahan Pada Tempat dan Negeri
a. Keberkahan pada mekah
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun dibangun untuk (tempat
beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi
dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (ali Imran: 96)
b. Keberkahan pada perjalanan Isra Mi’raj
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambanya pada suatu malam
dari Al Masjidil haram ke al Masjidil aksa yang telah kami berkahi
39
26
27
“Dan kami jadikan antara mereka (penduduk saba) dan antara negeri-negeri
(syam) yang kami limpahkan berkah kepadanya, beberapa negeri yang
berdekatan dan kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak –jarak)
perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari
dengan aman.” (saba:18)
C. Kerangka Teoritis
27
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional
28
29
berarti kegiatan penelitian ini dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau
oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan Langkah-langkah
Hakikat penelitian ilmiah (al-bahth al-ilmi) adalah sebuah proses kerja ilmiah yang dilakukan
secara sistematik, dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu, serta analisis yang
mendalam untuk menyingkap sebuah fenomena, mengetahui hubungan antara fenomena dan
mencermati kaitan satu dengan lainnya, atau menjawab suatu problem akademik yang menjadi
rumusan pokok penelitian.41 Adapun penulis menggunakan metode yang digunakan dalam
29
30
43
44
Nashruddin Baidan dan Erwin Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, 68.
45
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, cet.9 (Depok: Rajawali Pers,
2017),86.
30
31
Dalam teknik ini peneliti tidak terlihat langsung dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya
sedang diteliti. 46
Setelah semua data terkumpul dengan teknik simak diatas, maka teknik selanjutnya
adalah teknik catat yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari
penggunaan.
D. Analisis Data
Setelah mengumpulkan data kemudian akan dianalisis dengan metode deskriptif-analitis.
Kosakata “deskriptif” adalah kata sifat dari “deskripsi” yang berasal dari bahasa inggris
“description”. Kata ini berkonotasi secara lughawi yaitu pemaparan atau
penggambarandengan kata-kata secara jelas dan perinci.47 Penulis dalam penelitian ini
berusaha memaparkan sekaligus menganalisa struktur pemikiran yang bersumber dari data-
data tertulis dalam berbagai sumber.
BAB IV
BIOGRAFI
31
32
32
33
33
34
Shihab untuk menjelaskan al-Qur’an, karena banyak kaum muslimin yang membaca
surat-surat tertentu dari al-Qur’an seperti, surat Yasin al-Waqi’ah, ar-Rahman, dan
lain-lain. Berat dan sulit bagi mereka apa yang dibacanya walau telah mengkaji
terjemahnya secara berulang-ulang kesalah pahaman tentang kandungan atau pesan
surah akan semakin menjadi-jadi bila membaca beberapa buku yang menjelaskan
keutamaan surah-surah al-Qur’an atas dasar hadis-hadis lemah, misalnya ada yang
mengatakan, bahwa membaca surah al-Waqi’ah, mengundang kehadiran rezeki.
Kitab ini juga membantu kalangan kaum pelajar dan mereka yang berkecipung dalam
studi Islam, yang masih sering timbul dugaan keracuan sistematika penyusunan ayat-
ayat dan surah-surah al-Qur’an. Apalagi jika mereka membandingkan dengan karya-
karya ilmiah, banyak yang tidak mengetahui bahwa sistematika penyusunan ayat-ayat
dan surah-surah yang sangat unik mengandung unsure pendidikan yang amat
menyentuh serta keinginannya untuk memperjelas makna-makna yang dikandung
oleh sesuatu ayat, dan menunjukkan betapa serasi hubungan antara kata dan kalimat-
kalimat yang satu dengan yang lainnya dalam al-Qur’an.
Disisi lain, buku tafsir ini juga sebagai tanggapan terhadap kritikan masyarakat yang
menilai karya Muhammad Quraish Shihab sebelumnya “Tafsir al-Qur’an al-Karim”
dianggap bertele-tele dalam uraian tentang pengertian kosa kata atau kaidah-kaidah
yang disajikan. Maka, tafsir al-Misbah ini tidak lagi menguraikan pengertian
penekanannya dari kitab tafsir sebelumnya.
2. Metode dan sistematika penulisan Tafsir al-Misbah
Adapun metode tafsir al-Misbah adalah sebagai berikut:
a. Menghidangkan bahasa setiap surah pada apa yang dinamai tujuan surah, atau
tema pokok surah M. Quraish Shihab memulai setiap pembahasan dengan
menjelaskan nama surah, latar belakang penamaan surah tersebut, serta tema
pokok dalam pembahasan surah tersebut.
b. Mengemukakan ayat-ayat al-Qur’an
Setelah menjelaskan surah yang akan dibahas, baru disajikan satu, dua atau lebih
dari apa yang telah dijelaskan.
c. Memberikan terjemahan
Setelah menghidangkan beberapa ayat, maka Quraish Shihab akan memberikan
terjemahan ayat-ayat tersebut, kadangkala dilakukan penyisipan-penyisipan kata
atau kalimat, karena menurutnya, daya bahasa al-Qur’an lebih cenderung kepada
I’jaz (penyingkatan) daripada Ithnab (memperpanjang kata).
d. Menjelaskan kosa kata
Apabila ada kosa kata yang berkaitan dengan penekanan kandungan terhadap
ayat-ayat, maka kosa kata itu akan dijelaskan seperlunya.
e. Mengemukakan Azbab an-Nuzul
Jika ayat tersebut mempunyai Azbab an-Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat).
35
36
Selain itu, Tafsir al-Misbah ini merupakan tafsir al-Qur’an lengkap 30 juz pertama
dalam 30 tahun pertama yang ditulis oleh ahli tafsir terkemuka Indonesia. Quraish
Shihab membaginya kedalam 15 volume, dan menguraikan penjelasan ayat-ayat
dengan metode tahlili48, dengan sistematika sebagai berikut:
NO VOLUME SURAH
1 Volume 1
2 Volume
3 Volume
4 Volume
5 Volume
6 Volume
7 Volume
8 Volume
9 Volume
10 Volume
11 Volume
12 Volume
13 Volume
14 Volume
15 Volume
48
36
37
F. Ayat tentang Berkah dan argumentasi berkah menurut Prof. Quraish Shihab
وهذا كتاب أنزلناه مبا رك مصد الذي بين يديه ولتنذر أم القرى ومن حولها والذين يؤمنون باألخرة يؤمنون به وهم
على صال تهم يحا فظون
Terjemahnya:
“Dan ini al-Qur’an adalah kitab yang telah kami turunkan yang diberkahi,
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi
peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekkah) dan orang-orang yang diluar
49
37
38
50
38
39
“Dan al-Qur’an ini adalah suatu kitab kami turunkan, yang diberkahi, maka
ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. “
Setelah menjelaskan tentang kitab suci Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
as, untuk Bani Isra’il, ayat ini menjelaskan bahwa bukan hanya kitab suci itu yang
diturunkan Alllah, tetapi masih ada yang lain yang lebih mulia dan agung dari kitab
Taurat dan kitab-kitab suci lainnya. Kitab tersebut adalah al-Qur’an al-Karim yang di
tunjuk oleh ayat di atas dengan kata hadza/ini. Penggunaan kata itu untuk mengisyaratkan
betapa dekat tuntutannya kepada jiwa manusia yang memelihara fitrah kesuciannya.
Ayat ini menyatakan: Dan di samping apa yang kami anugerahkan kepada Nabi
Musa as, itu, kami pun menganugerahkan kepada Nabi Muhammad saw, al-Qur’an dan
ini adalah kitab yang maha agung yang kami turunkan, untuk seluruh manusia termasuk
kamu wahai kaum musyrikin. Di samping itu ia adalah kitab yang diberkahi, maka
ikutilah ia, yakni bersungguh-sungguhlah mengerjakan petunjuk-petunjuk, serta menjauhi
larangan-larangan yang dikandungnya dan bertakwalah setiap agar kamu dirahmati.
Kami turunkan al-Qur’an itu agar kamu tidak berdalih di hari kiamat nanti atas
ketidak patuhan kamu dengan mengatakan: Bahwa kitab suci itu, yakni yang bersumber
dari Allah swt, hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, yakni kitab
Taurat kepada Yahudi dan kitab injil kepada Nasrani, dan sesungguhnya kami lengah
menyangkut apa yang mereka berulag-ulang baca, karena kami tidak dapat membacanya
atau karena kami tidak memperhatikan kandungannya.
Kata ( ) Mubarak, telah dijelaskan dengan rinci ketika menafsirkan ayat 92 surah
al-An’am ini, bahwa ( ) bermakna sesuatu yang mantap juga berarti kebajikan yang
melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung. Kolam dinamai birkah, karena air
yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap di dalamnya tidak tercecer ke mana-
mana.51
Terjemahannya:
“Dan ini (al-Qur’an adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang telah
kami turunkan. Maka apakah kamu mengingkarinya?
51
39
40
Setelah menyebut kitab suci yang dianugerahkan kepada Nabi Musa as dan Nabi
Harun as, maka kini giliran al-Qur’an yang disebut untuk menyatakan bahwa ini bukan
pertama kali Allah mengutus Nabi dan menurunkan kitab suci jika demikian, mengapa
mereka heran dan mendustakannya. Ayat ini menyatakan: Dan al-Qur’an ini adalah suatu
kitab peringatan yang penuh berkah, yakni aneka kebajikan. Kami telah menurunkannya
untuk semua umat manusia, sebagaimana kami menurunkan Taurat kepada Nabi Musa as
untuk Bani Isra’il. Maka apakah, yakni mengapakah kamu wahai kaum musyrikin Mekah
terhadapnya secara khusus menjadi pengingkar-pengingkar kebenarannya, padahal
kamulah yang paling wajar menyambutnya. Bukankah tuntutannya begitu dekat kepada
kamu, dan bukankah bahasanya sedemikian mempesona kamu?
Kata ( ) hadza sering kali menunjuk kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, bahkan semua kata yang menunjuk kepada kitab suci tersebut bila
menggunakan nama al-Qur’an semuanya menggunakan kata ( ) hadza sebagai isyarat
bahwa tuntutannya sangat dekat kepada umat manusia.
Kata ( ) Mubarak terambil dari kata ( ) barakah yang berarti kebajikan yang
banyak. Memang al-Qur’an al-Karim mengandung banyak sekali kaebajika dan
keistimewaan. Bukan saja pada redaksinya yang demikian mempesona, bahkan lebih-
lebih kendungannya. Di samping itu ia juga menjadi bukti kebenaran yang membungkam
para penentangnya. Orang-orang terpelajar walau tidak mempercayainya sebagai wahyu
Ilahi pun mengakui Keistimewaan al-Qur’an, bahkan tidak sedikit dari petunjuk-petunjuk
kitab suci al-Qur’an yang mereka adopsi.52
Terjemahannya:
“Dan ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran.”
Penjelasan tentang hakikat di atas diuraikan Allah melalui para nabi dan kitab-
kitabnya antara lain yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, karena itu ayat dia
atas menegaskan bahwa : Al-Qur’an yang engkau sampaikan wahai Nabi Muhammad
52
40
41
adalah sebuah kitab agung yang kami turunkan kepadamu. Ia penuh dengan berkah
supaya mereka yakni umat manusia seluruhnya khususnya yang tidak percaya
memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran yang
cerah menadapat pelajaran.
Kata ( ) al-albab adalah bentuk jamak dari ( ) lubb yaitu sari pati sesuatu. Kacang
misalnya memiliki kulit yang menutupinya isinya. Isi kacang dinamai lubb. Ulul Albab
adalah orang-orang yang memiliki akal murni yang tidak diselubungi oleh “kulit”, yakni
kabut ide yang dapat melahirkan kerancauan dalam berpikir. Yang merenungkan ayat-
ayat Allah dan melaksanakannnya diharapkan dapat terhindar dari siksa, sedang yang
melokanya pasti kerancauan dalam cara berpikirnya.
Kata ( ) mubarakun terambil dari kata ( ) barkah yang bermakna sesuatu yang mantap
juga berarti kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung. Kolam
dinami birkah, karena air yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap di dalamnya,
tidak tercecer kemana-mana. Keberkahan Ilahi datang dari arah yang sering kali tidak
diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur.
Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkah. Demikian ar-
Raghib al-Asfahani. 53
BAB V
53
41
42
42
43
56
57
43
44
“ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu, penuh berkah, supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai
pikiran yang cerah mendapat pelajaran.”
Pada ayat yang lalu, sikap sikap orang musyrik yang memdustakan keesaan
Allah dan kebenaran wahyu, menghadapi sikap mereka ini, Allah memerintahkan
kepada rasulullah dan para pengikutnya agar tabah dan sabar. Lalu menceritakan
kisah Nabi Daud yang sangat sabar dan mentaatinya hingga memperoleh
kemuliaan. Agar menjadi contoh dan teladan yang baik bagi kaum muslimin,
maka pada ayat ini, Allah menjelaskan bukti-bukti keesaannya yang terdapat di
langit dan bumi, dan seluruh makhluk yang berada diantaranya agar pikiran orang
kafir terbuka untuk mengakui kemahaesaan dan kemahakuasaannya menurunkan
petunjuk berupa al-Qur’an.
Ibnu ‘Asyur memahami kitabun anzalnahu ilaika mubarakun (sebuah kitab
yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah) dengan maksud bahwa
tiap-tiap ayat al-Qur’an punya berkah. Bila demikian pemahamannya, maka dari
enam ribuan ayat lebih kurang, masing-masing mengandung berkah atau ada nilai
kebaikan yang telah ditetapkan oleh Allah di dalam setiap ayat. Oleh karena itu,
tidak mengherankan bila manusia dalam berinterakni dengan al-Qur’an, masing-
masing punya cara dan pendekatan dengan maksud mengharap keberkahan. Inilah
nanti sehingga banyak orang melakukan sesuatu yang berkaitan dengan al-Qur’an
dengan harapan macam-macam maksud dan tujuannya yang disebut dengan
bertabaruk dengan al-Qur’an.
kata ( ) mubarakun terambil dari kata ( ) barkah yang bermakna sesuatu yang
mantap juga berarti kibajika yang melimpah dan beraneka ragam serta
bersinambung. Keberkahan ilahi datang dari arah yang sering kali tidak diduga
atau di rasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur.
Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkah.
Demikian ar-Raghib al-Asfahani.
Konteks berkah dinisini sesuatu yang mantap berarti tetapnya suatu
kebaikan pada sesuatu sama halnya dengan tetapnya air dalam suatu kolam.
44
45
dan juga kebajikan yang melimpah berarti mengamalkan apa yang di sukai
Allah dan memilih prioritas amalan adalah sesuatu yang sangat dianjurkan, walau
ini berarti bukan hanya berkonsentrasi penuh dealam amalan tersebut.
45