SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD AL-FARIZI
NIM: 0403193159
MEDAN
2023
1
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini ialah manusia merupakan makhluk yang lemah dan butuh
akan pertolongan Allah yang tidak bisa dipungkiri, maka dari itu Allah memerintahkan kepada
manusia untuk selalu memohon, meminta, dan bersungguh-sungguh dalam berdoa, dan ini
sebagai tanda penghambaan dan pengabdian kepada Allah. Dari itu Wahbah Az-Zuhaili dapat
kitabnya Al-Wasith merangkum beberapa firman Allah terkait tertang etika dalam berdoa agar
munajat yang ditujukan kepada Allah sampai sesaui ketentuan Allah itu sendiri. Tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mengetahui ayat-ayat tentang etika doa dalam pandangan Wahbah
Zuhaili, kontribusi Wahbah Zuhaili dalam penafsiran Al-Qur’an, pandangan mufassir tentang
penafsiran Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Al-Wasith terkait etika berdoa.
Metode penelitian yang digunakan adalah analitis deskriptif, yaitu sebuah metode
pembahasan dengan menganalisis data yang telah diuraikan secara tersusun dari yang umum
menuju pada sebuah kesimpulan yang khusus.
Dalam penelitian ini hasil yang disimpulkan ialah Wahbah Az-Zuhaili berpendapat doa
merupakan interaksi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya yang dalam bentuknya
doa tersebut adalah suatu ibadah. Ketika berdoa dianjurkan untuk ikhlas, hal tersebutlah yang
dikatakan adab atau etika saat berdoa.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta atas izin-Nya juga, sehingga penulisan skripsi
menyelesaikan Program Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam
Salawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, sebagai suri teladan
sepanjang zaman, sosok pempinan yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kepemimpinan,
sosok yang mampu mengangkat derajat manusia dari lembah kemaksiatan menuju alam yang
mulia, yang dengannya manusia mampu berhijrah dari satu masa yang tidak mengenal peradaban
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak selama penyusunan
skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Maraimbang, MA., selaku Dekan Fakultas Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
2. Bapak Dr. Zulkarnaen, M. Ag., selaku dosen pembimbing skripsi I atas segala bimbingan,
arahan serta saran yang diberikan kepada penulis sehinga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
3. Bapak Ryandi, M. Ud., selaku dosen pembimbing skripsi II atas segala bimbingan, arahan
serta saran yang diberikan kepada penulis sehinga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3
4. Seluruh staff pengajar Fakultas Universitas Islam Negeri Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai selama penulis menempuh pendidikan di
5. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasehat, serta atas
kesabarannya yang luar biasa dalam setiap langkah hidup penus, yang merupakan anugerah
terbesar dalam hidup. Penulis berharap dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam menyusun dan menulis skripsi ini,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi pengembangan dunia politik.
Muhammad Al-Farizi
Nim. 0403193159
4
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR i
BAB I. PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Batasan Istilah 5
F. Kajian Terdahulu 6
G. Metode Penelitian 7
H. Sistematika Pembahasan 9
C. Adab Berdoa 24
D. Etika Doa 27
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 60
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 63
6
7
BAB I
PENDAHULUAN
ajaran ajaran dan petunjuk-petunjuk tentang akidah, hukum dan ibadah yang
usaha maksimal dan tetap menggantungkan hati kepada Allah dari setiap
sedang Allah Maha Kaya tidak memerlukan mereka. Oleh karena itu, Allah
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina
Dan Nabi saw bersabda: "Telah menceritakan kepada kami Abü Bakar
bin Abi Syaibah dan Ali bin Muhammad keduanya berkata; telah
menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepacla kami Abu Al-
Malih AlMadani
1
Azyumardi Azra, Sejarah dan ulum al-Quran, cet. Ke-5, (Jakarta: Pustaka Pirdaus,
2013), h. 56.
8
dia berkata; saya mendengar Abu Shålih dari Abu Hurairah dia berkata;
berdo 'a kepada Allah subhaanahu, maka Allah akan murka kepadanya. "
Ayat dan hadis Nabi saw di atas mengindikasikan bahwa, Allah sangat
senang bila hamba-Nya selalu meminta kepada-Nya dan Allah akan mencintai
Nya.3
strata status sosial yang terpandang.4 Akan tetapi, lebih mengherankan lagi
menurut Zakiyah Darajat, harapan dan doa dari dahulu bisa jadi hingga
sekarang masih dipandang sebagai suatu yang kurang penting, bahkan ada
obat terampuh itu adalah doa. Pada dimensinya, Islam mengatur sedemikian
indah supaya doanya bisa terkabul, diantara aturan itu adalah dengan
memohon kepada Allah sambil merendahkan diri, khusyuk, dan berdoa maka
2
Muhammad bin Yazid bin Abu Abdullah al-Khuzwaini, Sunan Ibnu Mäjah, Juz. II,
(Beirut: Daarul Fiqr t. t), h. 424.
3
Tp., Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir: Hukum-Hukum Penting bagi Seorang Muslim, Cet. Ke- 4,
(ttp.: t.p., t.t.), h. 179.
4
Fitria Zulfa, "Resensi Buku 7 Mukjizat Finansial" Majalah Bisnis Indonesia Weekend, 6
Mei 2012, edisi Minggu, h. 32.
5
Zaqiah Daradjal, Doa: Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta: CV Ruhama, 1996), h. 17.
9
terjadi bencana dan musibah di Indonesia, tentunya ini menjadi suatu yang
naif untuk tidak peduli dan bertindak acuh tak acuh terhadap musibah dan
bencana tersebut. Oleh sebab itu, cara yang tepat selain menghindar dari
musibah itu adalah dengan mernohon perlindungan kepada Allah dengan cara
Dari hadis itü penulis cermati bahwa doa yang dipanjatkan merupakan
kedudukan. Pertama, doa lebih kuat daripada ujian sehingga doa mampu
menangkal ujian. Kedua, doa leih lemah daripada ujian sehingga ujian itü
mengalahkan doa dan menimpa seorang hamba. Akan tetapi doa ini juga bisa
meringankan ujian meskipun lemah. Kctiga, doa dan ujian saling bertarung
Oleh karena manusia adalah rrıakhluk yang lemah dan butuh akan
pertolongan Allah yang tidak bisa dipungkiri, maka dari itü Allah
6
Syaikh 'Abdul Halim Mahmud, Hidup Bahagia Bersama Al-Qur 'an, Cet. Ke-I,
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), h. 159, 166, dan 167.
7
HR. Al-Hakim meriwayatkan dari 'Ali ibn Abu Thalib r.a bahwa Rasul saw bersabda.
Lihat Ibn Qayyim dan Ibn Athailah, Rahasia Doa mustaja, trj. Cet. Ke-l, (Jakarta: PT Seram.bi
Ilmu Semesta, 2008), h. 21-22.
10
ayat-ayat tentang doa perspektif Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab tafsirnya Al-
Wasith, hal ini penting karena ada ancaman yang diperlihatkan Al-Qur'an
bagi orang yang tidak mau berdoa kepada Allah selama ia hidup di dunia
maka ia akan sangat menyesal di akhirat kelak, yaitu tercantum dalam QS.
kamu". Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Al-
ش ْيـًٔا ۚ َك ٰ َذلِ َك ۟ وا َعنَّا بَل لَّ ْم نَ ُكن نَّ ْدع
َ ُوا ِمن قَ ْب ُل ۟ ُّضل ۟ ُُون ٱهَّلل ِ ۖ قَال
َ وا ِ ِمن د
telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah
B. Rumusan Masalah
kitabnya Al-Wasith ?
C. Tujuan Penelitian
kitabnya Al-Wasith
D. Manfaat Penelitian
E. Batasan Istilah
sebagai berikut:
meminta.9
2. Etika: ilmu tentang baik dan buruk serta tentang kewajiban dan hak,
F. Kajian Terdahulu
dan memiliki kesamaan dengan kajian yang sedang penulis teliti. Di antara
dan kondisi yang ideal untuk berdoa, dan etika atau tata cara berdoa.
2. Ahmad Fauzi, berjudul, Konsep doa para nabi dalam al-Qur’an tahun
9
Ferudun Ozdemir, Allah Dihatiku Allah dekalbim, (Jakarta: Zahira 2015), h.45.
10
Mulyo Wiharto, Etika, (Jurnal: Forum Ilmiah Indonesia, vol. 4 No. 3 September 2007),
h. 197.
11
Muhadjir Efendi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. V, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2016).
13
4. Tiga pengkajian tersebut jelas berbeda dengan apa yang penulis sedang
teliti dalam skripsi ini, meskipun ada kesamaan teks yakni doa. Maka
dari itu yang menjadi pokok perbedaanya dalam pengkajian ini ialah
Wahbah al-Zuhayli.
G. Metode Penelitian
yang didasari oleh asumsi dasar atau teori maupun pandangan filosofis yang
tersusun dari yang umum menuju pada sebuah kesimpulan yang khusus, yaitu
14
Zuhali dan tafsirnya, mengidentifikasi pengertian doa serta diksi lain dari doa,
Maraghi, Tafsir Fi Zhilalil-Qur 'an karya Sayyid Quthb, Tafsir Lubab al-
Tafsir min Ibni Katsir karya Ibn Katsir. Adapun objek utama kajian dalam
penelitian ini adalah ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan doa. Sumber
sekundernya adalah berbagai leteratur dari buku, artikel jurnal, Website dan
adalah:
sumber bacaan yang berkaitan dengan tema skripsi, sebagai sumber data.
15
Wahbah Zuhaili.
yang di terbitkan oleh Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) Jakarta (Edisi Revisi),
H. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar kejian ini memuat tiga bagian utama, yaitu memuat
pembahasan.
16
BAB II
kenamaan asal Syiria. Beliau dilahirkan di desa Dir Athiyah, daerah Qalmun,
ahli ibadah.13
ini, dapat dilihat dari bentuk penafsirannya ketika mengupas ayat-ayat yang
12
Nur Chanifah, Abu Samsudin, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab di
dalam al-Qur’an, (Banyumas: Pena Persada, 2019), h. 100.
13
Andy Hariyono, Analisis Metode Tafsir Wahbah Zuhaili dalam Kitab al-Munir, (Jurnal
Al-Dirayah, Vol. 1 No. 1 Mei 2018), h. 20.
14
Nur Chanifah, Abu Samsudin, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab di
Dalam al-Qur’an, h. 100.
16
17
dan tamat pada 1952 M. Ketika pindah ke Kairo beliau mengikuti kuliah di
Kairo pada tahun 1959 M dan Doktor pada tahun 1963 M. Gelar doktor di
bidang hukum (Syariat Islam) beliau peroleh dengan predikat summa cum
Internasonal).
15
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah az-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, (Jurnal Analitis, Vol. XVI, No. 1 Juni 2016),
h. 130.
17
18
pada tahun 1969 M dan menjadi professor pada tahun 1975 M. Sebagai guru
Arab, seperti Fakultas Syariah dan Hukum serta Fakultas Adab Pascasarjana
anggota tim redaksi berbagai jurnal dan majalah, dan staf ahli di berbagai
lembaga riset fiqih dan peradaban Islam di Syiria, Yordania, Arab Saudi,
hal yang mengganggu belajar. Moto hidupnya adalah “Inna Sirrâ an-Najâh
18
19
wa Jallâ).
19
20
s. Syekh Judat al-Mardini (w. 1957 M), beliau yang mengajarkan ilmu
Muhammad Na’im Yasin, ‘Abdul al-Satar Abu Ghadah, ‘Abd al-Latif Farfur,
17
Andy Hariyono, Analisis Metode Tafsir Wahbah Zuhaili dalam Kitab al-Munir, (Jurnal
Al-Dirayah, Vol. 1 No. 1 Mei 2018), h. 20.
18
Ainol, Metode Penafsiran al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir, (Jurnal Keilmuan Tafsir
Hadis, Vol. 1 No. 1 Desember 2011), h. 144.
20
21
karya ilmiah berbentuk tulisan dari buah tangannya. Dr. Badi’ as-Sayyid al-
Lahham menulis buku mengenai biografi Wahbah az- Zuhaili yang berjudul
Damaskus, 1963
Damaskus, 1967
Damaskus, 1969
1981
21
22
1981
1987
1987
1987
Damaskus, 1992
1995
22
23
Wa al-Syi’ah
20
Nur Chanifah, Abu Samsudin, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab di
Dalam al-Qur’an, (Malang: CV. Pena Persada), h. 102-103.
21
Andy Hariyono, Analisis Metode Tafsir Wahbah Zuhaili dalam Kitab al-Munir, (Jurnal
Al-Dirayah, Vol. 1 No. 1 Mei 2018), h. 21.
23
24
Ketiga karya tafsir tersebut, yakni Tafsir al-Munîr, Tafsir al-Wajîz dan
belakang yang berbeda pula. Tafsir al-Munîr mencakup aspek Akidah dan
Syariah (16 jilid), diperuntukkan bagi para ahli atau kalangan atas.
yang berbeda.23
24
25
kebutuhan umat muslim, seperti fikih berarti harus mengikuti semua hukum
bersumber dari al-Qur’an dan hadist. Budaya Taklid juga semisal, ini
meluas di kalangan umat islam dan tidak dapat di hindari pada era
berkah dan rahmat, karena inilah sebuah khazanah keilmuan Islam yang
umat Islam.
hal sebagai berikut: satu, berpegang kuat pada ajaran Islam, dua,
kebangkitan Islam akan kembali bergairah. Karena bila dakwah Islam hanya
25
26
dalam Islam, atau para pendakwah yang justru banyak yang terus
mereka tidak punya nilai sama sekali. Kebenaran lebih layak untuk diikuti.
memiliki sifat sebagai agen pemikiran dan politik amerika, dan memusuhi
Islam. Mereka adalah para agen suruhan. Mereka sangat terhina, pikirannya
Indonesia.24
24
Mohammad Mufid, Belajar dari Tiga Ulama Syam, (Makassar: PT. Elex Media
Komputindo), h. 108-111.
26
27
BAB III
Dalam perspektif bahasa kata du‟a berasal dari bahasa Arab da’a-
bahwa kata doa sama artinya dengan kata nida’ yakni panggilan.
terkadang digunakan untuk menujukan salah satu dari kedua arti tersebut.
b. Kata du’a digunakan pula untuk arti memberi nama atau julukan.
atau beribadah.25
seruan, terdapat pada Q.S Gâfir [40] : 60.4 Permohonan, terdapat pada Q.S.
25
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus ilmu Al-Qur'an, cet. 11, (Jakarta: Amzah 2006), h. 66.
27
28
alA'râf [7] 55.5 Serta berarti Panggilan, berupa ajakan-Nya kepada manusia,
supaya mereka mengikuti jalan hidup yang akan membawa mereka kepada
kepada keselamatan, surga, atau kebahagiaan terdapat pada Q.S. al-Isrâ [17] :
52.26
Swt. Doa yang dimaksud di sini suatu aktivitas ruhaniah yang mengandung
para sahabat Rasulullah Saw, dan orang-orang yang saleh. Dengan penuh
ketundukkan kepada Allah.28 Sedangkan dalam hadits doa ada sejumlah hadits
26
Harun Nasution, Ensiklopedi Ifukum Islam Indonesia, (Jakarta: PT Saptodadi, 2006), h.
391.
27
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelegence Kecerdasan Kenabian”
Menumbuhkan Potensi Hakiki Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani, (Yogyakarta:
Islamika, 2004), h. 450-451.
28
Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook bagi Pendamba Kesehatan Holistik,
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 124-125.
28
29
Tirmidzi)
Abu Bakr al-‘Arabiy yaitu “Doa adalah meminta kepada Allah dari perkara
yang dapat mendatangkan manfaat dan menjauhkan yang tidak berguna dari
kemadaratan dan cobaan, karena doa adalah salah satu sebab untuk
mendatangkan ramat Allah yang paling utama, seperti keamanan diri dari
Tuhannya, yang dalam bentuknya doa ini merupakan suatu ibadah, berupa
29
30
Qur'an, kata doa disebutkan sebanyak dua puluh kali.32 Menurut Ahsin W. Al-
Hafidz kata doa dalam Al-Qur'an terdapat dalam makna yang bemacam-
ketiga dan jika menghimpun tiga hal ini maka itulah yang paling
sempurna.34
C. Etika Berdoa
mengatakan bahwa doa adalah perisai senjata penangkis dari bencana, ibarat
air yang dapat memberi manfaat dan menyejukkan kehidupan, serta doa itu
31
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, Penerjemah Muhtadi, dkk., cet. Ke-l,jilid l,
(Jakarta: Gema Insani, 2012), h. 80.
32
Doa"Abdul Aziz Dahlan, (ed)., dalam Ensiklopedi Hukum Islam, h. 277.
33
Ahsin W. Al-Hafldz, Kamus Ilmu Al-Qur 'an, (Jakarta: Amzah 2005), h. 66.
34
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Tafsir Ibnu Qayyim, cet. l, (Jakarta : Darul Falah, 2004), h.
243.
35
Teuku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra. t.t), h.98. Dikutip kembali oleh "Doa"Abdul Aziz Dahlan, (ed)., dalam
Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-5, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 278.
30
31
terjadi dan belum terjadi, serta bermanfaat dalam mengubah qadha dan qadar,
kepada kami Suban dari Abdullah bin 'Isa dari 'Abdullah bin Abu Al Ja'd Al
bersabda; "Tidak ada yang menolak takdir kecuali doa, tidak ada yang
dari rizki karena dosa yang dilakukannya”. (HR. Ahmad bin Hambal).
Dalam buku Doa Ajaran Ilahi, Anis Masykur dan Jejen Musfah dengan
doa tidak menolak qadha dan qadar Tuhan, akan tetapi ia akan melahirkan
sifat rendah diri, dan hajat kepada Allah Swt. dalam suatu riwayat disebutkan
36
Anis Msykur dan Jejen Musfah, Doa Ajaran Ilahi, cet, Ke-l, (Jakarta: Penerbit
Hikmah PT Mizan Publika, 2007), h 9.
31
32
BAB IV
A. Etika Berdoa
Baqarah:201
bahwa orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah yang dalam
berdzikir, memohon ampun dan berdoa untuk kebaikan diri sendiri, tanah
Oleh sebab itu, pada ayat selanjutnya yaitu ayat 201 dijelaskan
secara rinci bahwa berdoa kepada Allah untuk dunia saja tidak akan
cukup, karena yang lebih utama adalah berdoa menwhon taufiq, rezeki,
Adapun yang dimaksud kebaikan dalam ayat ini adalah kebaikan berupa
taufiq, rezeki dan kesehatan. Bahwa Allah Swt menciptakan kebaikan dan
37
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al- Wasith, Penerjemah Muhtadi, dkk., cet. Ke-l, jilid I,
(Jakarta: Gema Insani, 2012), h. 89.
32
33
2. Doa Memohon Ampun Atas Semua Kesalahan Baik Karena Lupa Atas
ين ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا
َ َك َما َح َم ْلتَ ۥهُ َعلَى ٱلَّ ِذ
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
38
Ibid., h. 89-90.
33
34
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Q.S.
Agama Saudi Arabia menjelaskan, ajaran agama Allah itu mudah, tidak
yang buruk. Wahai tuhan kami, jangan Engkau menyiksa kami jika kami
lupa terhadap sesuatu yang Engkau wajibkan atas kami atau kami berbuat
yang berat yang telah Engkau bebankan kepada umat-umat yang berbuat
maksiat sebelum kami sebagai hukuman bagi mereka. Wahai tuhan kami,
34
35
Baqarah. As-Saddi berkata "tatkala ayat ini turun dan para sahabat
kami atas sifat lupa yang menguasai kami dan kegagalan yang tidak
diceritakan dari Ayüb bin Suwaidi diceritakan dari Abü Bakr al-
Hudaliyyu dari Syahri bin Hausabin dari Abi Dar al-Ghifäri berkata
Ku (apa yang mereka lakukan karena) salah, lupa atau dipaksa. (H.R. Ibnu
39
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al- Wasith, Penerjemah Muhtadi, dkk., cet. Ke-l, jilid I,
(Jakarta: Gema Insani, 2012), h. 152.
35
36
Majah).40
kami dengan beban berat yang sangat berat kami memikulnya kami
untuk tobat dari dosa-dosanya, mereka harus membunuh diri sendiri untuk
kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya berupa hukuman dan
perlihatkan kepada mereka aib-aib kami dan amal perbuatan buruk kami.
kedalam closa yang lain. Wahai Tuhan kami Engkaulah yang mengurusi
40
Muhammad bin Yazid Abü Abdillah al-Quzwaini, Sunan Ibnu Majah Pentahqiq
Muharnaad Fuad Abdul Båqi, Juz. ke-6, Bab. Ath-Thalaq al-Maqruh an-Nasiya, (Beirut: Dar Fikr,
t.t), h. 301.
41
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al- Wasith, Penerjemah Muhtadi, dkk., cet. Ke-l, jilid I,
(Jakarta: Gema Insani, 2012), h. 152.
36
37
bertawakal kepada Engkaulah kami berserah diri tidak ada daya dan tidak
ُ َأنتَ ٱ ْل َوه
َّاب
“(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
42
Ibid., h. 156.
43
Ibid., h. 158.
37
38
: 8).
4. Doa Memohon Diberi Pasangan dan Anak-Anak yang Sholeh Pada Q.S
Al-Furqan : 74
ون َربَّنَا َه ْب لَنَا ِمنْ َأ ْز ٰ َو ِجنَا َو ُذ ِّر ٰيَّتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َ َوٱلَّ ِذ
ين يَقُولُ َـ
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
38
39
dalam sembilan sifat yang dimiliki oleh 'ibâd al-Rahman, yaitu Pertama,
ayat 63-67 'ibäd al-Rahman memiliki sifat rendah hati dan keluhuran jiwa,
memperlakukan sesama dengan cara yan baik dan lemah lunbut, tidak
keras dan kasar namun tetap menjaga kemuliaan jiwa. Kedua, sabar atau
hari, yaitu saat orang lain tidur lelap, sementara 'ibäd al-Rahman
bemunajat dengan Tuhan, berdzikir. Keempat, takut. pada siksa Allah Swt
pada ayat 68-77, yaitu : Keenam, sifat 'ibåd alRahman adalah menjauhi
palsu, atau berdusta atas orang lain dengan sengaja karena dosa, dalam
arti 'ibäd alRahman ini tidak menghidari kepalsuan, semua dusta dan
39
40
agama.46
74. Sebagai permohonan 'ibâcl al-Rahman yang menjaga diri dan istri dan
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
dengan mereka daripada urat leher mereka sendiri. Allah Swt. mengetahui
۟ س ِط ۖ َوَأقِي ُم
ْ وا ُو ُجو َه ُك ْم ِعن َد ُك ِّل َم
ُس ِج ٍد َوٱ ْدعُوه ْ ِقُ ْل َأ َم َر َربِّى بِٱ ْلق
46
Ibid., h. 771.
47
Ibid., h. 769.
40
41
b. Berdoa dengan suara pelan dan khusyuk, seperti diterangkan dalam QS.
Al-A'râf [7]: 55
َ َض ُّر ًعا َو ُخ ْفيَةً ۚ ِإنَّ ۥهُ اَل يُ ِح ُّب ٱ ْل ُم ْعتَ ِد
ين ۟ ٱ ْدع
َ ُوا َربَّ ُك ْم ت
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
melampaui batas”.
lain.50
48
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al- Wasith, Penerjemah Muhtadi, dkk., Cet. Ke-l. jilid l,
(Jakarta: Gema Insani, 2012), h. 586.
49
Ibid., h. 81-82.
50
Ibid., h. 586-587.
41
42
telah terjadi dan belum terjadi, serta bermanfaat dalam mengubah qadha
kepada kami Suban dari Abdullah bin 'Isa dari 'Abdullah bin Abu Al Ja'd
beliau bersabda; "Tidak ada yang menolak takdir kecuali doa, tidak ada
terhalan.g dari rizki karena dosa yang dilakukannya”. (HR. Ahmad bin
Hambal).
Dalam buku Doa Ajaran Ilahi, Anis Masykur dan Jejen Musfah
meskipun doa tidak menolak qadha dan qadar Tuhan, akan tetapi ia akan
melahirkan sifat rendah diri, dan hajat kepada Allah Swt. dalam suatu
perkuliahan, artikel untuk majalah dan koran, makalah ilmiah, sampai kitab-
kitab besar yang terdiri atas enam belas jilid, seperti kitab Tafsir Al-Wasit}.
Ini menyebabkan Al-Zuhaili juga layak disebut sebagai ahli tafsir. Bahkan,
51
Anis Msykur dan Jejen Musfah, Doa Ajaran Ilahi, cet, Ke-l, (Jakarta: Penerbit
Hikmah PT Mizan Publika, 2007), h 9.
42
43
Wahbah Al-Zuhaili banyak menulis buku, kertas kerja dan artikel dalam
pelbagai ilmu Islam. Buku-bukunya melebihi 200 buah buku dan jika
digabungkan dengan tulisan-tulisan kecil melebihi dari 500 judul. Satu usaha
yang jarang dapat dilakukan oleh ulama saat ini. Wahbah Al-Zuhaili
diibaratkan sebagai al-Suyuti kedua (al-Sayuti al- Sani) pada zaman ini
jika dipadankan dengan Imam al-Sayuti. Selain itu Al-Zuhaili juga turut
Islam di Halb.52
radio dan televisi di Damaskus, Dubai, Kuwait, Kairo, Abu Dhabi dan
43
44
Ibn Katsir.
kepada pembaca yaitu "kenapa kita tidak boleh melupakan dunia? Karena
yang berpendapat, dunia yaitu: ilmu, karena ilmu adalah dasar beramal,
53
Muhammad ‘Ali Ayazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, cet. I, (Teheran:
Wizanah al-Tsiqafah wa al-Insyaq al-Islam, 1993), h.4.
54
Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, Tafsir Sya 'rawi Penerjemah Tim terjernah
Safri al-Azhar, Ke-l, Jilid. l, (Jakarta : Penerbit Duta Azhar, 2004), h. 640-641.
44
45
itu adalah kebaikan dunia lebih universal dan ini lebih pantas.55
akhirat”.
kehidupan akhirat yang baik adalah melalui iman yang ikhlas, beramal
saleh serta menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan budi luhur”.56
oleh Imam Bukhari yang diterima dari Anas Ibnu Malik ra. Dari
Rasulullah Saw.
55
Ibid., h. 641.
56
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy. T'afsir Al-Maraghiy Penerjemah Bahrun Abubakar,
Cet. Ke-l, (Semarang: Toha Putra Semarang, 1986), h. 196.
45
46
dikabarkan dari Hamid al-Thuwail : dari Anas bin Mälilc dari Rasulullah
Saw apakah kamu berdoa sesuatu kepada Allah "? Si lelaki menjawab
'Ya, saya sedang berdoa : Ya Allah, saya tidak ingin menyiksa diriku di
anda tidak akan kuat menahannya dan tidak akan bisa. Mengapa Anda
kebaikan dan di akhirat kebaikan serta peliharalah kami dari siksa neraka .
bermulanya doa pada ayat ini, yang dimulai dari menjelaskan kesesuaian
puasa.58
kosa kata ayat, sebab turunya ayat yang menceritakan mengenai ibadah
Allah mengenai ibadah haji jika terjadi halangan atau ancaman, dan jika
57
Abu Abdi Al-Rahman Ahmad bin Syu'aib bin 'Aliy alKhurasaniy An-Nasai, Musnad
Abi Yu'la, Juz. Ke-6, (Maktabah Syamilah), h. 448.
58
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatu al-Tafassir, penerjemah KH. Yasin, Cet. Ke-l,
jilid. 1, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), h. 256.
59
Ibid., h. 256.
46
47
haji, ayat 198-199 adalah peraturan dalam ibadah haji, ayat-200 adalah
Ayat 201, Ash-Shabuni menjelaskan bahwa pada doa pada ayat ini
yang baik, rezeki yang lapang dan Iainnya. Sedangkan kebaikan di akhirat
mencakup rasa aman dari ketakutan yang besar pada hari Kiamat,
kemudahan dalam hisab, masuk surga dan melihat Allah di surga, serta
kedipan mata.62
lainnya ketika menguraikan latar belakang turunnya doa pada ayat ini.
47
48
Bahwa diriwayatkan oleh Said bin Jubair, dari Abas: "ada suatu kaum dari
masyarakat Badui yang datang ke tempat wuquf lalu mereka berdoa "Ya
Allah, jadikanlah tahun ini sebagai tahun yang banyak turun hujan, tahun
kesuburan, dan tahun kelahiran anak yang baik. Maka Allah menurunkan
Pada ayat 201 atau doa pada ayat ini, Ibnu Katsir menjelaskan
rumah yang luas, isteri yang cantik, rizki melimpah, ilmu yang
berupa rasa aman dari ketakutan yang dahsyat, kemudahan hisab, dan
berupa perlindungan dari berbagai larangan dan dosa, terhindar dari yang
Sayyid Quthub menjelaskan ayat ini dari ayat 200-202 dengan tema
63
Ibnu Katsir, Lubab al-Tafsir min Ibni Katsir Pentahqiq 'Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Penerjemah M. Abdul Ghaffar, Cet. Ke-7, (Jakarta : Pustaka
Imam Asy-Syafi'i, 2009), h. 396.
64
Ibid., h. 397.
48
49
mereka memiliki tugas besar akan Islam, khususnya pada kasus tadi. Oleh
sebab itu, Islam telah mengarahkan mereka kepada halhal baik. Melalui
dari ayat ini menurutnya adalah salah satu bentuk pengajaran Allah
kepada manusia, supaya hidup manusia itu lebih seimbang dan istiqamah
2. Doa memohon ampunan atas semua kesalahan baik karena lupa atas
Muhammad.
65
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil-Qur'an di Bawah Naungan alQur'an Penerjemah As'ad
Yasin dkk., Cet. Ke-l, jilid l, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 55.
66
Ibid., h. 56.
67
Ibid., h. 57.
49
50
ين ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا
َ َك َما َح َم ْلتَ ۥهُ َعلَى ٱلَّ ِذ
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Q.S.
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah” dengan sabda
50
51
maksiat kepadamu dengan sengaja, dan jika kami berbuat maksiat maka
Arab, yang pada maknanya memiliki dua arti yang berbeda : pertama,
sengaja. Kedua, khulia atau salah yang dikategorikan oleh Sya’rawi bukan
Pada kalimat ini pula, İbnu Katsir menjelaskan doa ini dengan "Ya
51
52
kami”.
beban yang amat berat bagi manusia, misalnya beban yang diturunkan
menafsirkan kata-kata yang dianggap sulit dalam doa pada ayat ini, yang
dimulai dari kata at-Taklif yang memiliki arti kewajiban yang mempunyai
bobot beban. Al- Wus'u memiliki arti batas kekuatan manusia, tanpa
disiksa, karena orang yang akan disiksa itu diambi] dengan kekerasan. Ma
la thaqata Iana bihi memiliki arti sesuatu yang tidak mampu kami
lakukan, dan terasa sangat berat bagi kami dalam melaksanakannya. AI-
membuat tidak bisa berbuat sesuatu lantaran beratnya beban atau beban-
72
Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, Tafsir Sya 'rawi, Penerjemah Tim terjemah
Safri al-Azhar, Cet. l, Jilid. 2, (Medan: Duta Azhar), h. 170.
73
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, Penerjemah Bahrun, Cet. Ke-l,
(Semarang: Toha Putra, 1993), h. 147.
52
53
disandarkan pada keburukan, maka hal ini dikatakan sebagai sesuatu yang
sendiri.74
manusia dengan hukum yang digunakan manusia yang jika tersalah tetap
akan dikenakan sangsi baik menurut hukum syari'at atau menurut undang-
undang manusia. Begitu pula bisa saja Allah Swt rnenghukum manusia
yang diharamkan.75
Setelah itu, ia pun berdoa. yang dengan doa ini akan memperkuat jiwanya
74
Ibid., h. 152-153
75
Ibid., h. 154.
53
54
dari Syahr bin Hausyab dari Abu Dzar Al Ghifari ia berkata, "Rasulullah
dari umatku sesuatu yang dilakukan karena salah, lupa dan sesuatu yang
Pengertian hadis ini ialah janji Allah, karena Allah swt kelak akan
umat sebelum kami yang telah Engkau kirimkan untuk mereka beberapa
utusan seper!i umat Bani Israil, bahwa mereka Engkau Wajibkan agar
nıemotong tempat yang terkena najis dari pakaian mereka, dan mereka
memberatkan”.
54
55
jika seandainya Allah membebankan beban yang berat, maka doa ini
283-286, bahwa dalam ayat-ayat ini Allah menyebut bahwa Dia adalah
Sang Penguasa langit, bumi, dan apa yang ada di keduanya. Dia memberi
kehidupan akhirat.79
menjelaskan bahwa doa pada ayat ini adalah gambaran eksistensi orang-
diri, dan rasa takut, yang menandakan adanya kesan yang dalam di lubuk
55
56
pada doa dalam ayat ini adalah salah satu bentuk titik tolak kebebasan dan
kemerdekaan manusia dari ruh, akal dan seluruh kehidupan manusia yang
menjelaskan ayat ini yaitu pada doa "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan keptlda kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. "
bahwa doa ini adalah sebuah gainbaran doa yang dihiasai dengan
kepasrahan, yang dalam hal ini orang-orang yang beriman tidak berniat
kelemahan ini ditutup dengan doa "beri maaflah kami, anpunilah kami
3. Doa memohon kemantapan iman pada Q.S. Ali 'Imran [.3] : 8 dalam
ُ َأنتَ ٱ ْل َوه
َّاب
81
Ibid., h. 316.
82
Ibid., h. 317
56
57
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
Tuhan tetapkanlah hati kami dalam beribadah, jangan Engkau rubah hati
rahmat hak, karena tidak ada seorang makhlukpun di dunia ini yang
memiliki hak pada Allah kecuali apa yang diberikan Allah kepadanya.84
57
58
dengan bahaya.85
menceritakan kepada kami Hammad, yaitu Ibnu Zaid, dari Al-Mu'alla bin
dengan doa ini'?" lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya hati anak adam
berada di antara dua jari dari jari-jari Allah Azza WaJalla, jika Dia
sebenar-benarnya akal sehat. Dalam doa pada ayat ini Ibnu Katsir supaya
85
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, Cet. Ke-l, Penerjemah Bahrun, h.
183
86
Lidwa Pusaka. Musnad Ahmad kitab sisa Musnad sahabat anshor bab hadis Sayyidah
Aisyah ra. No. Hadist: 23463. Lihat Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy
Penerjemah Bahrun, cet. I, h. 183
58
59
yang mana utusan-utusan ini berbicara mengenai Isa as. yang dianggap
oleh mereka adalah Tuhan semesta alam, yang bisa menghidupkan orang
mati, Isa anak Allah, Isa itu adalah satu dalam tiga person (trinitas).
kita itu hidup dan tidak mati, sedangkan sesungguhnya Isa itu mati?!
menjadi bapak bagi Isa! " mereka menjawab, "Ya" Rasulullah bertanya
tidak ada satupun yang tersembunyu di bumi dan tidak (pula) di langit,
apakah Isa mengetahui sedik pun dari semua itu, jika Allah tidak
bisa IS'a menjadi Tuhan seperti yang kalian nyatakan? " lalu mereka
87
Ibnu Katsir, Lubab al-Tafsir min Ibni Katsir Pentahqiq 'Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Penerjemah M. Abdul Ghaffar, Jilid 2. Cet. Ke-VII, h. 11.
59
60
hingga 80.88
dari kebcnaran dan janganlah Engkau sesatkan kami, setelah Engkau beri
Doa pada ayat ini, penjelasan Sayyid Quthb hampir sama dengan
mufasir lainnya ketika menerangkan doa pada ayat ini, akan tetapi Sayyid
Quthb lebih menekankan bahwa doa ini diungkap oleh orang yang berakal
88
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatu al-Tafassir penerjemah KH. Yasin, Cet. Ke-
Jilid. l, h. 394.
89
Ibid., h. 394-395.
90
Ibid., h. 395.
60
61
4. Doa memohon diberikan pasangan dan anak-anak yang soleh pada Q.S.
ون َربَّنَا َه ْب لَنَا ِمنْ َأ ْز ٰ َو ِجنَا َو ُذ ِّر ٰيَّتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َ َوٱلَّ ِذ
ين يَقُولُ َـ
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
Dalam ayat di atas Sya'rawi menjelaskan bagian dari sifat 'ibâd al-
Rahman, yang pada konten doa ini Sya'rawi membagi dua bagian :
Pertama, pada kalimat ربَّنَا َه ْب لَنَا ِمنْ َأ ْز ٰ َو ِجنَا َو ُذ ِّر ٰيَّتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن.
َ
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), ". Menurut Sya 'rawi kata
makna, tapi pada akhir bertemu dalam satu makna yaitu : pertama, kata
qurratun yang berarti ketetapan. Sehingga makna قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن adalah istri
91
Sayyid Quthb, TafSir Fi Zhilalil-Qur'an di Bawah Naungan al- Qur 'an, Penerjemah
Abdul Aziz Salim Basyarahil dkk., Cet. Ke-l, jilid l, h. 316.
61
62
Kedua, altinya sejuk dan dingin. Mata yang sejuk karena 1a senang. Mata
yang panas sebagai bukti pemiliknya lagi sedih. Sehingga maksud dari
قُـ َّرةَ َأ ْعيُ ٍنadalah jadikanlah dari istri-istri kami dan keturunan kami
Adapun Ibnu Katsir memahami kalimat doa tersebut bahwa doa itu
dari tulang sulbi mereka, keturunan mereka yang taat dan hanya beribadah
dan di akhirat.93
92
Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, Tafsir Sya 'rawi, Penerjemah Tim terjemah
Safri al-Azhar. Cet. Ke-l, Jilid. 9, h. 812-813.
93
Ibnu Katsir, Lubab al-Tafsir min Ibni Katsir Pentahqiq 'Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Penerjemah M. Abdul GhaTar, Jilid 6. Cet. Ke-7, h. 134.
62
63
harus menjadi satu kesatuan yang utuh. Mereka tidak boleh memimpin
Qatadah dan ar-Rabi' bin Anas, yang mengatakan bahwa maksud dari wa
kebaikan.95
Doa dalam ayat ini dijelaskan oleh Al-Maraghiy yaitu, bagi orang-
keuarganya sama dengannya, taat kepada Allah maka dia akan merasa
Mereka juga memohon agar Allah menjadikan mereka para imam yang
63
64
mereka keturunan yang taat dan beribadah kepada-Nya semata dan tidak
Muslim yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dari Rasul Saw :
yaitu Ibnu Sa'id dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada
kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu
bermanfaat baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya. " (H.R.
Muslim).97
masing-masing ayat.
kebahagiaan. Sehingga arti dari doa ini adalah "Ya Tuhan kami,
bertakwa.98
97
Lidwa Pusaka, Shahih Muslim kitab Wasiat bab amalan yang sampai kepada mayat
setelah Ineninggal, No. Hadist: 3084. Lihat Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi,
Penerjemah Bahrun, Cet. Ke-l, h. 70.
98
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shabuni al-Tafassir penerjemah KII. Yasin, Cet. Ke-l,
jilid. l, h. 695.
64
65
Allah yang diberikan manusia sangatlah banyak yang paling besar adalah
99
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Cahaya al-Qur 'an Tafsir Tematik Surat an-Nûr-Fathir,
Penerjemah Munirul Abidin, (Pustaka al-Kautsar, 2002), h. 130.
65
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sumber data primer dan sekunder. Dan terakhir menyimpulkan hasil dari
Qur’an yaitu dengan ikhlas dalam berdoa, berdoa dengan suara pelan dan
66
67
tahlil, doa, dan berdzikir. Berdoa kepada allah untuk dunia daja tidak
akan cukup, karena yang lebih utama adalah berdoa memohon taufiq,
b) Doa memohon ampun atas semua kesalahan baik karena lupa atas
SWT.
c) Doa memohon kemantapan iman (Q.S. Ali Imran: 8), menurut Wahbah
kewajiban syariat.
d) Doa memohon diberikan pasangan dan anak yang saleh (Q.S. Al-
sembilan sifat ibad al-Rahman, seperti terdapat dalam doa pada ayat
ini, doa ini dimaksudkan agar dianugerahi istri dan anak yang
B. Saran
Sejauh penulis teliti dałam kajian ayat-ayat doa menurut Wahbah Az-
Zuhaili dan ułama lainnya adalah jauh dari kesempurnaan, karena ayat-ayat
doa yang penulis analisis adalah sebatas doa-doa yang dipanjatkan hanya
empat ayat dari doa orang-orang yang beriman, tidak hanya iłu dałam
67
68
menganalisis empat ayat dałam doa iłu, penulis hanya menganalisis dengan
liłna penafsir. Oleh sebab iłu, penulis menyarankan pembaca kiranya untuk
lebih menganalisis lebih banyak ayat-ayat doa yang telah penulis kemukakan
para mufasir.
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad. (2019). Tafsir Ibnu Katsir: Lubab al-Tafsir min Ibni
Netra.
Abü Abdillah al-Quzwaini, Muhammad bin Yazid. (t.t). Sunan Ibnu Majah
Pentahqiq Muharnaad Fuad Abdul Båqi, Juz. ke-6, Bab. Ath-Thalaq al-
An-Nasai, Abu Abdi Al-Rahman Ahmad. Musnad Abi Yu'la, Juz. Ke-6. Maktabah
Syamilah.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. (2002). Cahaya al-Qur 'an Tafsir Tematik Surat
Ke-l, jilid. L.
Az-Zuhaili, Wahbah. (2012). Tafsir al- Wasith, Penerjemah Muhtadi, dkk., cet.
Katsir, Ibnu. (2009). Lubab al-Tafsir min Ibni Katsir Pentahqiq 'Abdullah bin
69
70
(https://www.laduni.id/post/read/81001/biografi-syekh-wahbah-az-zuhaili,
Lidwa Pusaka, Ibnu Majah kitab talaq bab talak orang yang dipaksa atau lupa.
Lidwa Pusaka, Shahih Muslim kitab Wasiat bab amalan yang sampai kepada
mayat setelah Ineninggal, No. Hadist: 3084. Lihat Ahmad Musthafa Al-
Lidwa Pusaka. Musnad Ahmad kitab sisa Musnad sahabat anshor bab hadis
Sayyidah Aisyah ra. No. Hadist: 23463. Lihat Ahmad Musthafa Al-Maraghiy,
Quthb, Sayyid. (2000). Tafsir Fi Zhilalil-Qur 'an di Bawah Naungan al- Qur'an,
Penerjemah Abdul Aziz. Salim Basyarahil dkk., Cet. Ke-l, jilid l. Jakarta:
70